Anda di halaman 1dari 9

TATA TERTIB

MUSYAWARAH AMBALAN ( MUSBAL ) TAHUN 2017


SULTAN SULAIMAN – SITI AISYAH GUGUS DEPAN 02.01.155 – 02.01.156
MAN 2 KUTAI KARTANEGARA

Pendahuluan
Musyawarah adalah gerakan pramuka merupakan forum kekuasaan tertinggi dalam
menentukan kebijakan dan mengambil keputusan bersama baik internal maupun eksternal, di forum
inilah ditentukan masa depan sebuah organisasi atau bentuk sebuah kegiatan.Musyawarah Ambalan
merupakan forum tertinggindalam pramuka penegak dalam menghimpun apresiasi/ide/gagasan dalam
Pengembangan pramuka penegak yang ada di sebuah Ambalan, Musyawarah Ambalan dilaksanakan
setiap tahun sesuai berakhirnya masa kepengurusan dewan penegak. Maka, pengambilan keputusan
yang dalam hal ini adalah peserta musyawarah harus benar – benar berfikir secara jernih seoptimal
mungkin dengan penuh pertimbangan, jangan asal menghasilkan sebuah keputusan sehingga akhirnya
membuahkan sebuah penyesalan bahkan saling lempar kesalahan. Karenanya dalam sebuah
musyawarah sebagai forum pengambilan keputusan diperlukan sebuah kondisi yang kondusif, maka
perlu disusun sebuah tata tertib untuk menciptakan suasana kondusif tersebut.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Musyawarah Ambalan Sultan Sulaiman – Siti Aisyah Gugus Depan 02.01.155-02.01.156 MAN 2
Kutai Kartanegara yang selanjutnya disingkat MUSBAL merupakan Musyawarah tertinggi dalam
Ambalan yang mana akan menghasilkan beberapa poin yang akan dicapai.
2. MUSBAL diselenggarakan oleh pengurus / Dewan Ambalan Sulaiman – Siti Aisyah Gugus Depan
02.01.155-02.01.156 MAN 2 Kutai Kartanegara pada tanggal 30 September s.d 1 Oktober 2017
bertempat di MAN 2 Kutai Kartanegara.
3. MUSBAL diikuti oleh peserta sebagai mana diatur dalam BAB IV Pasal 6 tata tertib ini.
4. MUSBAL dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah lebih satu dari jumlah
peserta yang telah ditetapkan.

BAB II
PENGERTIAN DAN DASAR

Pasal 2
Pengertian

1. Musyawarah ini bernama MUSBAL Ke-I tahun 2017.


2. MUSBAL adalah kegiatan tertinggi di Ambalan yang merupakan ajang demokrasi tertinggi
bagi setiap anggotanya.

Pasal 3
Dasar

1. UU Gerakan Pramuka No.12 Tahun 2010


2. Anggaran Dasar gerakan Pramuka
3. Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
4. Keputusan Kwartir Nasional No : 176 Tahun 2013 Tentang Pola dan Mekanisme Pembinaan
Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
5. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Gugusdepan Gerakan Pramuka

BAB III
KELENGKAPAN SIDANG DAN KETENTUAN SIDANG

Pasal 4
KELENGKAPAN SIDANG

Untuk melaksanakan sidang dibutuhkan beberapa kelengkapan, seperti :

1. Pimpinan Sidang
Pimpinan sidang adalah orang yang bertindak memimpin persidangan, ia wajib
mengatur jalannya persidangan. Seorang pemimpin sidang dituntut untuk bersikap adil dan
bijaksana dalam menyikapi pendapat-pendapat yang berkembang dalam persidangan.
Ditangannyalah kesepakatan-kesepakatan dalam persidangan ditetapkan.
Jumlah pimpinan sidang haruslah berjumlah ganjil, karena adakalanya forum membutuhkan
suara pimpinan sidang dalam pengambilan keputusan, jumlah minimal 3 orang dan maksimal
berapapun asalkan ganjil dan sesuai kesepakatan peserta sidang. Pimpinan sidang memiliki
hak yang sama dengan peserta sidang.

2. Peserta Sidang
Peserta sidang adalah orang yang memiliki kepentingan untuk bersidang,
berkewajiban untuk mengikuti dan menjaga kelancaran jalannya persidangan (mentaati tata
tertib). Peserta sidang berhak mengajukan pertanyaan, pernyataan, penolakan dan meminta
penjelasan, klarifikasi mengenai suatu hal. Selain itu peserta sidang berhak pula untuk
menggunakan suaranya dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain segala sesuatu dapat
terjadi dalam persidangan asalkan atas kesepakatan peserta sidang, karena segala keputusan
ada ditangan peserta sidang.
3. Peninjau
Peninjau adalah orang yang hadir dalam persidangan kecuali peserta dan pimpinan
sidang. Peninjau memiliki kewajiban yang sama dengan peserta sidang. Peninjau memiliki
hak yang sama dengan peserta sidang. Tetapi peninjau tidak dapat menggunakan hak
suaranya dalam pengambilan keputusan.
4. Palu Sidang
Palu sidang adalah palu yang digunakan untuk menetapkan suatu keputusan, palu
sidang merupakan nyawa dari persidangan, karena walaupun keputusan telah disepakati, tidak
akan sah apabila tidak ada palu sidang untuk menetapkannya.

5. Draft Sidang
Draft sidang adalah draft yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dibahas
dalam persidangan.

6. Lembar Konsideran
Lembar konsideran adalah kertas yang berisi lembaran keputusan-keputusan apa saja
yang akan diambil dalam persidangan.

Pasal 5
KETENTUAN SIDANG
Dalam persidangan ada beberapa ketentuan mendasar yang harus dipahami oleh pimpinan, peserta
dan peninjau sidang, diantaranya :

1. Serah Terima Pimpinan Sidang


a. Dalam serah terima tersebut kedua belah pihak berdiri berhadapan, kemudian pihak
yang menyerahkan mengetuk palu sidang kemeja 1 (satu) kali kemudian berkata
“dengan mengucapkan Bismillahirrohmannirrahim palu sidang saya serahkan” atau
“dengan ini palu sidang saya serahkan”. Kemudian pihak penerima menerima palu
sidang lalu mengetuk palu sidang kemeja 1 (satu) kali lalu berkata “dengan
mengucapkan Bismillahirrohmannirrahim palu sidang saya terima” atau “dengan ini
palu sidang saya terima”. Selanjutnya sidang dapat dilanjutkan kembali.

2. Penggunaan Palu Sidang


a. Cara mengetuk palu sidang
Cara mengetuk palu sidang adalah palu sidang diangkat setinggi kurang lebih 10-15
cm dari meja dengan sudut kemiringan kira-kira 50°-60°, kemudian diketuk dengan suara
kira-kira dapat terdengar oleh seluruh orang yang hadir.

b. Jumlah ketukan
1) 1 (satu) kali ketukan :
a) serah terima pimpinan sidang
b) Mensahkan keputusan sementara,
c) pencabutan skorsing sidang (jangka pendek),
d) tinjauan kembali

2) 2 (dua) kali ketukan :


a) Menskorsing sidang (jangka lama)
b) pencabutan skorsing sidang (jangka lama)

3) 3 ( tiga ) kali ketukan :


a) pembukaan dan penutupan sidang (ceremonial) secara resmi dan
keseluruhan
b) pembukaan dan penutupan sedang pleno
c) pengesahan ketetapan keputusan konsideran (ketetapan hasil sidang)
d) Mensahkan keputusan akhir sidang,

4) Ketukan berulang-ulang : Menenangkan peserta sidang (forum)

3. Interupsi
Interupsi adalah menyela atau meminta waktu kepada pimpinan sidang untuk berbicara
dan menemukakan pendapat. Dalam persidangan, umumnya terdapat beberapa jenis tingkatan
interupsi, yaitu :

Interupsi point of order : digunakan untuk berbicara (mengemukakan pendapat) bersifat


umum mengenai suatu hal, juga dapat digunakan untuk bertanya dan meminta kejelasan
atau jika terdapat disfungsi peserta sidang (termasuk petugas” sidang) yang dianggap
mengganggu jalannya persidangan.

Interupsi Point of information : digunakan apabila ingin memberikan suatu informasi


yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas atau untuk menyampaikan
informasi tambahan yang dianggap membantu maupun informasi yang sifatnya tehnis.
Interupsi ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari yang pertama.

Interupsi point of clarification : digunakan apabila ingin mengklarifikasi suatu


permasalahan atau jika terdapat penyampaian pendapat atau informasi yang butuh
klarifikasi. Interupsi ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari yang kedua.

Interupsi point of privillage : digunakan apabila akan mengajukan ketersinggungan


terhadap seseorang ataupun sesuatu hal atau jika terdapat pendapat yang terlalu
menyudutkan pihak tertentu, diluar substansi permasalahan. Interupsi ini memiliki
tingkatan yang tertinggi, dengan kata lain siapapun yang mengajukan interupsi ini
harus lebih diperhatikan.

4. Skorsing
Skorsing adalah pengambilan waktu rehat dalam persidangan untuk keperluan tertentu,
misalkan terjadi dead lock (kebuntuan) dalam persidangan dan untuk meencairkan suasana
diambilah langkah skorsing. Lamanya skorsing ditentukan oleh pimpinan sidang atas
persetujuan peserta sidang dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Skorsing terbatas,
Skorsing yang lama waktunya ditentukan, contohnya 2×2,5 menit,
2×5, 2×10 menit, dan seterusnya tergantung kebutuhannya. Untuk skorsing
terbatas ini lazimnya diawali dengan perkataan “skorsing 2x…menit
dibuka” atau apabila waktu skorsing yang disepakati terhitung lama boleh
juga menggunakan “skorsing sampai…dibuka”.
b. Skorsing tak terbatas,
Skorsing diambil disebabkan oleh suatu hal darurat yang terjadi
dalam persidangan, sehingga menyebabkan lamanya waktu skorsing tidak
dapat ditentukan. Lazimnya diawali dengan perkataan “skorsing untuk
waktu yang tidak terbatas dibuka”.

5. Pembekuan Sidang
Langkah yang diambil apabila sidang, dikarenakan suatu hal terus menerus
mengalami kebuntuan ( dead lock terus-menerus) dan setelah melalui jalan skorsing tak
terbataspun tetap saja mengalami kebuntuan. Bila hal ini terjadi, pimpinan sidang atas
persetujuan peserta sidang berhak membekukan sidang, dengan catatan ini adalah langkah
terakhir yang diambil setelah semua usaha yang dilakukan tetap tidak membuahkan hasil.
Apabila hal ini dilaksanakan (sidang dibekukan), maka secara otomatis organisasi yang
bersangkutan pun akan ikut membeku.

BAB IV
PIMPINAN, TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 6
PIMPINAN

1. Pimpinan MUSBAL adalah Dewan Kehormatan Sultan Sulaiman-Siti Aisyah masa bakti 2016/2017
2. Pimpinan MUSBAL bertanggung jawab atas terselenggaranya MUSBAL.
3. Pimpinan MUSBAL membentuk panitia yang terdiri dari panitia pengarah dan panitia pelaksana /
sangga kerja
4. Panitia pengarah adalah unsur dalam MUSBAL yang berfungsi merancang materi pelaksana
MUSBAL, mengkaji informasi dan aspirasi yang berkembang dalam dinamika MUSBAL yang
membantu pimpinan MUSBAL dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu demi
lancar, tertib, sukses dan berkualitasnya penyelenggaraan MUSBAL
5. Panitia Pelaksana / Sangga Kerja adalah unsur panitia MUSBAL yang berfungsi menyiapkan
pelaksanaan dan teknis penyelenggaraan MUSBAL.

Pasal 7
TUGAS DAN WEWENANG

MUSBAL memiliki tugas dan wewenang untuk :


1. Menetapkan / Mengubah Peraturan Dasar Organisasi (PDO) Ambalan Sultan Sulaiman-Siti Aisyah
2. Menetapkan / Menbentuk serta Menjaga Adat Ambalan Sultan Sulaiman-Siti Aisyah
3. Menetapkan / Mengubah Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) Ambalan Sulaiman-Siti
Aisyah
4. Menetapkan hasil laporan pertanggung jawaban pengurus lama dan membentuk pengurus baru.

BAB V
QUORUM, PESERTA DAN PENINJAU

Pasal 8
QUORUM

1. MUSBAL ini dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah lebih satu dari jumlah peserta yang sah
2. Sidang komisi dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah lebih satu dari jumlah peserta yang sah.
3. Apabila point 1 dan 2 tidak tercapai maka sidang di Skorsing selama 1 X 5 Menit dan sidang dibuka
kembali tanpa memperhatikan quorum dengan kesepakatan bersama.

Pasal 9
PESERTA DAN PENINJAU

1. Peserta MUSBAL terdiri dari :


a. Panitia / Sangga Kerja MUSBAL
b. Dewan Ambalan Sultan Sulaiman-Siti Aisyah masa bakti 2016/2017.
d. Anggota ambalan yang sudah dilantik menjadi anggota ambalan.
2. Peninjau MUSBAL adalah tamu Undangan atau pihak-pihak terkait yang disahkan oleh Pengurus /
Dewan Kehormatan Sultan Sulaiman-Siti Aisyah.

Pasal 10

1. Setiap peserta dan peninjau diberikan tanda pengenal MUSBAL dan Wajib dipakai selama MUBAL
berlangsung.
2. Panitia / Sangga Kerja dan Petugas Keamanan yang ditunjuk oleh panitia berhak mencegah kehadiran
peserta, peninjau dan atau orang perorangan yang masuk dalam sidang apabila tidak termasuk sebagai
peserta atau peninjau yang sah.

Pasal 11
Hak dan kewajiban peserta dan peninjau adalah sebagai berikut :
1. Setiap peserta dan peninjau berkewajiban mentaati tata tertib MUSBAL
2. Setiap peserta sidang mempunyai hak bicara dan hak suara
3. Setiap Peninjau hanya memiliki hak bicara
4. Setiap peserta dan peninjau hanya boleh bicara setelah mendapat izin dari presidium sidang.
5. Setiap peserta mendapat perlakuan yang sama dari presidium sidang
6. Setiap peserta hanya boleh keluar setelah mendapat izin dari presidium sidang.

Pasal 12

Sanksi-sanksi
1. Sanksi diberikan kepada peserta yang melanggar tata tertib
2. Sanksi berupa peringatan, pencabutan hak suara atau dikeluarkan dari sidang oleh pimpinan sidang
atas persetujuan quorum.

BAB VI
TATA CARA PEMILIHAN CALON KETUA DEWAN AMBALAN

Pasal 13
Tata cara pemilihan Calon Ketua Dewan Ambalan

1. Mencalonkan diri atau dicalonkan


2. Didukung minimal 3 suara.

Pasal 14
Tata cara pemilihan Ketua Dewan Ambalan Putra dan Putri

1. Ketua Dewan Ambalan adalah Calon Ketua Dewan Ambalan yang terpilih berdasarkan pasal
13
2. Ketua Dewan Ambalan dipilih oleh peserta MUSBAL
3. Pemilihan Ketua Dewan Ambalan melalui musyawarah untuk mufakat oleh peserta
MUSBAL
4. Apabila pasal 14 ayat 3 tidak terpenuhi maka pemungutan suara dilakukan secara tertutup.
5. Setiap peserta sidang memiliki satu suara untuk calon Ketua Dewan Ambalan Putra dan
Calon Ketua Dewan Ambalan Putri.

Pasal 15
Persyaratan Ketua Dewan Ambalan

Memenuhi persyaratan pasal 13

1. Siswa/Siswi MAN 2 Kutai Kartanegara


2. Memiliki loyalitas serta tanggung jawab yang tinggi kepada MAN 2 Kutai Kartanegara.
3. Tidak sedang menjabat ketua organisasi lain.
4. Bila menjabat sebagai ketua organisasi lain, maka harus melepaskan jabatan sebelumnya
5. Tidak memiliki Ekskul/hanya pramuka murni saja
6. Calon Ketua Dewan Ambalan masih berusia Peserta didik (16-20 tahun)

BAB VII
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 16

1. Keputusan diambil secara musyawarah mufakat.


2. Apabila ketentuan pada point 1 tidak tercapai maka keputusan dapat diambil secara pemungutan suara
terbanyak (Votting)
3. Keputusan yang berdasarkan pada pemungutan suara ini dianggap sah apabila disetujui oleh suara
terbanyak
4. Apabila hasil pemungutan suara berimbang maka dilakukan lobbying selama 1 X 5 menit, apabila
masih berimbang maka keputusan ini diambil secara musyawarah mufakat
5. Pemungutan suara dilakukan secara lisan atau tulisan.

Pasal 17

Seluruh pelaksanaan sidang harus dicatat dalam berita acara persidangan yang berisi :
1. Waktu, tempat dan tanggal persidangan
2. Jenis persidangan (pleno, komisi, sub. Komisi atau rapat pimpinan MUSBAL)
3. Presidium / Pimpinan sidang
4. Jumlah peserta yang menanda tangani daftar hadir
5. Kesimpulan keputusan Sidang

BAB VIII
PERSIDANGAN DAN MUSYAWARAH

Pasal 18

Musyawarah dan rapat-rapat MUSBAL terdiri dari :


1. Sidang pleno merupakan persidangan yang dihadiri oleh seluruh peserta MUBAL dan terbagi dalam 4
(empat) tahap persidangan, yaitu :
a. Sidang pleno I membahas agenda acara dan tata tertib serta pemilihan presidium sidang.
b. Sidang pleno II membahas Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus, Pandangan Umum dan
Pernyataan Demisioner.
c. Sidang pleno III membahas Pembagian, Pembahasan dan Pengesahan sidang komisi
d. Sidang pleno IV membahas tata cara pemilihan Pradana ambalan Sultan Sulaiman-Siti
Aisyah MAN 2 Kutai Kartanegara
2. Rapat-rapat pimpinan MUSBAL dan Panitia MUSBAL
3. Sidang komisi dibagi dalam 3 (tiga) Komisi, yaitu :
a. Sidang Komisi A membahas Peraturan Dasar Organisasi (PDO) Ambalan Sultan Sulaiman-
Siti Aisyah MAN 2 Kutai Kartanegara
b. Sidang Komisi B membahas Adat Ambalan Sultan Sulaiman-Siti Aisyah MAN 2 Kutai
Kartanegara
c. Sidang Komisi C membahas Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) Ambalan Sultan
Sulaiman-Siti Aisyah MAN 2 Kutai Kartanegara

BAB IX
PRESIDIUM / PIMPINAN SIDANG
Pasal 18

1. Presidium / Pimpinan sidang pleno terdiri dari 3 (Tiga) orang, yaitu seorang ketua berada ditengah
yang didampingi oleh seorang sekretaris samping kanan dan seorang anggota samping kiri.
2. Sidang pleno pertama dipimpin oleh presidium sidang sementara yaitu panitia pengarah.
3. Sidang pleno selanjutnya dipimpin oleh presidium sidang yang dipilih peserta MUSBAL
4. Peserta utusan MUSBAL berhak dipilih menjadi presidium sidang
5. Sidang komisi dipimpin oleh pimpian sidang komisi yang dipilih oleh anggota komisi yang terdiri
dari ketua, sekretaris dan anggota.
6. Pimpinan sidang komisi berhak mengatur jalannya sidang komisi dengan tidak menyimpang dari
peraturan dan ketentuan yang telah disepakati dan disahkan dalam sidang pleno.

Pasal 19

Tugas, hak dan kewajiban Presidium / Pimpinan sidang yaitu :


1. Memimpin jalannya sidang agar tertib untuk mencapai mufakat
2. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda, menyimpulkan pembicaraan dan
menundukan persoalan yang sebenarnya serta mengembalikan jalannya sidang kepada pokok
pembicaraan.

3. Hak dan Kewajiban Presidium / Pimpinan sidang yaitu :


a. Mengatur urutan pembicaraan
b. Mengatur dan menertibkan pembicara
c. Menetapkan waktu bagi pembicara
d. Menyimpulkan pembicaraan-pembicaraan
e. Mengumumkan tiap-tiap hasil keputusan yang diambil.

Pasal 20

Apabila oleh karena sesuatu dan hal lain pimpinan sidang memandang perlu untuk membicarakan
masalah-masalah yang perlu dirundingkan atau harus berkonsultasi maka sidang di skorsing / di
pending.

BAB XI
KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 17

1. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian oleh pimpinan MUSBAL
atau presidium sidang berdasarkan musyawarah mufakat
2. Tata tertib ini berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : MAN 2 Kutai Kartanegara


Pada tanggal : 23 September 2017
Waktu : 16.45 wita

Pembuat UU Tata Tertib dan Pelaksanaan,


Ketua Dewan Kehormatan, Serketaris Dewan Kehormatan,
Nur Lita Qolbi Syahbandi Syahril
NTA.- NTA,-

Anggota Dewan Kehormatan,

Muhammad Abduh
NTA,-
Menyetujui,
Pembina Putra, Pembina Putri,

Zulniawasyah S.Pd Anasta Nisa Minarni S.Pd


NTA,- NTA.-

Mengetahui,
Kepala Sekolah MAN 2 Kutai Kartanegara Waka Kesiswaan,

Samuri S.Pd M.Pd Ummi Puji Astutik S.Pd.M.Si


NIP.196403122003122001 NIP.198108282003122001

Anda mungkin juga menyukai