Hal ini
dilakukan secara fokus dan berimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Keputusan terbaik pada
akhirnya akan lahir dari pemahaman dan ketaatan terhadap aturan didalam sebuah persidangan
1. Definisi Persidangan
Persidangan didefinisikan sebagai pertemuan formal organisasi guna membahas masalah tertentu dalam
upaya untuk menghasilkan keputusan yang dijadikan sebagai sebuah Ketetapan. Keputusan dari
persidangan ini akan mengikat kepada seluruh elemen organisasi selama belum diadakan perubahan
atas ketetapan tersebut. Ketetapan ini sifatnya final sehingga berlaku bagi yang setuju ataupun yang
tidak, hadir ataupun tidak hadir ketika persidangan berlangsung.
2 kali ketukan
Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup lama, misalnya istirahat, lobying,
sembahyang,makan.
Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu. Lobying ialah suatu bentuk kompromi
dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan
3 kali ketukan
a. Membuka/menutup sidang atau acara resmi.
b. Mengesahkan keputusan final /akhir hasil sidang.
6. Mencabut skorsing
“Dengan ini skorsing 15 menit saya cabut dan saya nyatakan sidang dilanjutkan“ tok…….tok.
7. Memberi peringatan kepada peserta sidang
Tok………. “Peserta sidang harap tenang !”
5. INTERUPSI
adalah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya masukan yang
perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
1. Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau memberikan
masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Mis. saat pembicaraan sudah melebar dari pokok
masalah maka seseorang berhak mengajukan interuption of order agar persidangan dikembalikan lagi
pada pokok masalahnya sehingga tidak melebar dan semakin bias.
2. Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu diperhatikan oleh seluruh
peserta sidang termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa internal (mis. informasi atau data tentang topik
yang dibahas) ataupun eksternal (mis. situasi kondisi di luar ruang sidang yang mungkin dapat
berpengaruh terhadap jalannya persidangan).
3. Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi tentang pernyataan
peserta sidang lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang memberikan tanggapan
atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
4. Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang kita
sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap pernyataan kita.
Pelaksanaan Interupsi :
1. Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah mendapat ijin
dari Presidium Sidang
2. Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan
3. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan jalannya
persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil alih jalannya
persidangan, atas permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang
6. TATA TERTIB
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat persidangan dengan
memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.
7. SANKSI-SANKSI
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib persidangan
akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan usulan peserta.
8. TEKNIK RAPAT
Pengertian
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas rapat dapat menjadi sebuah
permusyawaratan, yang melibatkan banyak peserta dan membahas banyak permasalahan penting.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih kecil, rapat dapat berupa diskusi yang hanya melibatkan
beberapa peserta dengan pembahasan yang lebih sederhana. Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan
dengan permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan lebih kepada rapat dalam pengertian
umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan,dsb).
3. Diskusi.
Fungsi Rapat
1. Penyampaian informasi
2. Pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi masalah.
4. Menentukan alternatif.
5. Menguji alternatif.
6. Rapat implementasi.
9. TEKNIK DISKUSI
Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas, lebih teliti tentang
sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam
diskusi selalu muncul perdebatan. Debat ialah adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi
untuk memenangkan pemikiran/paham seseorang.
Manfaat Diskusi
1. Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk mengadakan komunikasi dan
konsultasi
2. Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/ pengetahuan seseorang
mengenai sesuatu.
Pola-Pola Diskusi
Prasaran
a. Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara dengan prasaran tertulis (makalah,
kertas kerja).
b. Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain (penyanggah / pembahas).
c. Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.
Ceramah
a. Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta penjelasan yang lebih teliti.
Diskusi Panel
a. Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau masalah dari segi tertentu.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan forum untuk meminta penjelasan dari panelis.
Brainstorming
a. Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi oleh pimpinan.
b. Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin orang diajak bicara dan setiap ide
dicatat.
c. Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan ini kemudian dijadikan kerangkan
pembicaraan dan pembahasan lebih lanjut
Persidangan adalah adalah suatu pertemuan formil antara bebarapa orang guna membicarakan
sesuatu permasalahan untuk melahirkan keputusan. Dalam pengertian lain Persidangan
merupakan salah satu sarana musyawarah dalam rangka pengambilan keputusan dengan
menggunakan aturan-aturan yang jelas serta dikelola dengan manajemen yang baik. Jadi
Pesidangan dapat disimpulkan bahwa sidang merupakan pertemuan formal yang dilakukan
untuk mengambil suatu keputusan dengan aturan-aturan yang jelas.
Jenis-jenis Sidang
Klasifikasi persidangan
Sidang paripurna adalah sidang yang dihadiri seluruh komponen peserta sidang.
Sidang Komisi Sidang ini hanya diikuti oleh anggota komisi saja untuk memudahkan
perumusan dan pengambilan kebijakan sementara sehingga pembahasan bidang yang
telah ditentukan lebih terfokus. Keputusan pada sidang komisi bersifat non permanen
(dapat berubah) kemudian dibawa kedalam sidang pleno untuk mendapat keputusan
terakhir.
Sidang Pleno Biasa disebut sidang besar yang diikuti oleh seluruh peserta sidang tanpa
kecuali. Sidang pleno dilakukan untuk memberi keputusan final agenda sidang yang telah
dirumuskan sebelumnya pada sidang komisi. Pembahasan agenda, tatib, dan LPJ
menggunakan sidang jenis ini.
Sidang istimewa adalah sidang yang membahas al-hal yang krusial atau mendesak dalam
organisasi.
Agenda
Kertas kerja
Tatib
Peserta sidang
Palu Merupakan suatu alat yang penting dalam melaksanakan sebuah persidangan. Palu
berfungsi sebagai pengontrol utama sebuah sidang.
Papan tulis
Proyektor jika dibutuhkan
Pengeras suara
Harus bersih
Aman
Tersedianya mck
Pimpinan Sidang
Pimpinan sidang dipilih oleh peserta sidang dan biasanya berjumlah ganjil. Satu sebagai
notulen dan dua orang pimpinan sidang yang lain secara bergantian memimpin sidang
sesuai kesepakatan. Seorang pimpinan rapat atau presidium sidang harus mempunyai
sikap sebagai berikut :
Aktif serta mampu memberikan bimbingan yang tegas.
Diterima oleh peserta sebagai pimpinan sidang
Bisa berbicara dengan jelas dan terarah serta tegas dan keras
Mempunyai keterampilan yang tinggi dalam memimpin rapat atau sidang.
Sikap dan penampilan yang cerah.
Pandangan mata yang merata pada semua peserta.
Memperhatikan nada dan kalimat dari pembicara.
Tidak terlalu tegang dan terlalu serius.
Tidak memancing perdebatan tapi harus bisa menyimpulkan suatu masalah jika terjadi
perdebatan
Peserta Sidang
Peserta Sidang Peserta sidang ditentukan berdasarkan tata tertib yang telah disepakati. Biasanya
terdiri dari peserta aktif dan peserta peninjau. Seluruh hak dan kewajiban peserta diatur di
tatib. Harus ikut berpartisipasi dalam mencari penyelesaian permasalahan yang dibicarakan serta
ikut serta dalam menyumbangkan buah fikiran yang positif dan bermanfaat.
Notulen
Notulensi, Bertugas untuk mencatat jalannya persidangan
Untuk menenangkan peserta sidang atau meminta peserta memperhatikan jalannya sidang.
Teknik Persidangan
Pembukaan sidang dimulai dengan ketukan palu 1 x dengan ucapan bismillarrahmanirrahim,
sidang …. saya buka;
Sidang diskors: dengan ucapan bismillah………..sidang saya skors selama…..menit/jam. sambil
mengetuk palu 1 x;
Skorsing sidang dicabut: Dengan ucapan bismillah……… skors sidang saya cabut, sambil
mengetuk palu 1 x;
Menetapkan hasil sidang: Dengan mengucapkan alhamudillah saya tetapkan sidang sebagai
berikut …………. seraya mengetuk palu 3 x;
Menutup Sidang: Dengan mengucapkan Alhamdulillah sidang ………… saya tutup, seraya
mengetuk palu 1 kali.
Demikianlah artikel mengenai pengertian dan teknik persidangan, semoga artikel ini tentunya
dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.
Pengertian Persidangan
Sidang merupakan forum formal suatu organisasi guna membahas masalah tertentu
dalam upaya menghasilkan keputusan, yang akan menjadi sebuah ketetapan.
Keputusan dari persidangan ini akan mengikat seluruh elemen organisasi selama
belum diadakan perubahan. Keputusan ini sifatnya final, sehingga berlaku bagi pihak
yang setuju maupun tidak setuju, hadir atau tidak hadir dalam persidangan.
Aturan Sidang
1. Peserta
Peserta dalam proses persidangan dibagi menjadi dua, yaitu peserta penuh dan
peserta peninjau. Peserta penuh adalah pengurus atau anggota penuh dalam suatu
organisasi, sedangkan peserta peninjau adalah orang-orang yang diundang, atau
pihak-pihak yang bukan anggota penuh namun hadir dalam persidangan.
a. Hak Peserta Penuh
1) Hak Bicara, yaitu hak untuk bertanya, mengeluarkan pendapat, mengajukan usulan
kepada pimpinan sidang, baik secara lisan maupun secara tulisan.
2) Hak Suara, yaitu hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan.
3) Hak Memilih, yaitu hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan.
4) Hak Dipilih, yaitu hak untuk dipilih dalam proses pemilihan.
b. Hak Peserta Peninjau
Hak yang dimiliki oleh peserta peninjau hanyalah hak bicara.
c. Kewajiban peserta penuh dan peninjau
1) Menaati tata tertib persidangan/permusyawaratan.
2) Menjaga ketenangan persidangan.
2. Presidium Sidang
a. Presidium sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang
Pleno yang dipandu oleh Panitia Pengarah (Steering Committee).
b. Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya sidang seperti
aturan yang disepakati bersama.
c. Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib
persidangan.
Interupsi
1. Macam-Macam Interupsi (Interruption)
a. Interruption Point of Order
Dilakukan untuk meminta penjelasan atau memberikan masukan yang berkaitan
dengan jalannya pesidangan. (jika pembahasan melebar atau tidak konsisten)
b. Interruption Point of Clarification
Dilakukan jika terdapat penyampaian pendapat atau informasi yang butuh klarifikasi,
agar tidak terjadi pendangkapan bias ketika seseorang memberikan tanggapan atau
sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
c. Interruption Point of Information
Dilakukan untuk menyampaiakan informasi tambahan yang dianggap membantu
maupun informasi yang sifatnya teknis.
d. Interruption Point of Personal Previllage
Dilakukan jika terdapat pendapat yang terlalu menyudutkan pihak tertentu diluar
substansi permasalahan.
e. Interruption of Explanation
Dilakukan untuk menjelaskan suatu pernyataan agar tidak ditanggapi keliru.
2. Pelaksanaan Interupsi
a. Interupsi dilaksanakan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara
setelah minta izin dari presidium sidang.
b. Interupsi di atas hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan.
Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan
mengendalikan jalannya persidangan, maka panitia pengarah (SC) diberikan
wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas permintaan Presidium
Sidang dan/atau Peserta Sidang.
Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat sidang
dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dalam
masyarakat.
Sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata
tertib persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran dan
usulan peserta.
MEMIMPIN SIDANG
Memimpin sidang dapat dianalogikan seperti seorang supir yang dipercaya memegang kemudi dengan
membawa penumpang yang belum dapat dipastikan mempunyai kemauan dan tujuan yang sama.
Seperti itulah kondisi suatu persidangan, arah pemikiran dan kemauan setiap anggota sidang tidak dapat
ditebak, karena setiap kepala pasti berbeda isi.
Menghadapi anggota sidang yang tidak jauh berbeda kemauan dan pendapatnya, pemimpin sidang tidak
akan benyak menjumpai banyak ksulitan, asalkan ia dapat membaca isi hati dan aspirasi para peserta
sidang, serta dapat merangkum perumusan-perumusan yang tepat. Namun, jika berhadapan dengan
anggota-anggota yang berlainan keinginan dan kepentingan, pemipin sidang harus dapat bertindak
bijaksana, dapat mengambil langkah-langkah sistematis, terarah, dan dengan cara yang cukup memikat
dan praktis sehingga putusan sidang dapat diterima oleh semua pihak.
Berhasil tidaknya seseorang memimpin sidang bukan hanya bergantung pada nasib semata-mata, tetapi
dapat dipelajari karena kemampuan memimpin sidang merupakan keterampilan tersendiri.
Pemimpin sidang adalah seseorang yang secara formal diserahi tugas untuk mengatur, mengarahkan,
membimbing, serta menjaga kelancaran jalannya persidangan; ia adalah penanggungjawab utama
berhasil tidaknya persidangan tersebut. Tugas pokok pemimpin sidang yaitu :
1. Menjaga kelancaran jalannya sidang.
2. Mengarahkan jalannya persidangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Menampung dan menyalurkan kemauan dan pendapat peserta sidang.
4. Membuat kesimpulan-kesimpulan sementara ataupun resume hasil pembicaraan dan membuat
perumusan-perumusan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Tahap Pelaksanaan
Beberapa hal di bawah ini perlu diperhatikan oleh pemimpin sidang demi terjaminnya keberhasilan
pelaksanaan persidangan, yaitu :
1. Perlu memperhatikan tata cara sopan santun protokoler yang berlaku di daerah tempat
berlangsungnya persidangan.
2. Pengantar kata (pengarahan) yang jika diperlukan, hendaknya disampaikan secara singkat namun
jelas.
3. Perlu diciptakan sikap objektif dan terbuka diantara sesama peserta sidang agar dapat saling
menghargai pendapat orang lain.
4. Harus dapat meredakan ketegangan-ketegangan yang mungkin timbul dengan cara-cara yang
persuasif, serta dapat diterima oleh semua pihak.
5. Harus dapat memberikan dorongan ketika berhadapan dengan peserta yang kurang aktif, sehingga
kesegenan berbicara berubah menjadi kesediaaan mengeluarkan pendapat.
6. Jangan menganggap setiap perbedaan pendapat sebagai pertentangan, karena dengan beragamnya
pendapat tersebut justru akan memperkaya perbendaharaan kemungkinan putusan yang bagus.
7. Perlu memiliki kemampuan merangkum pendapat-pendapat yang berkembang dalam suatu
pertemuan, sehingga hasil sidang betul-betul dapat mencerminkan aspirasi yang berkembang di antara
para peserta.
8. Jika terdapat perbedaan pendapat yang sulit untuk disatukan, maka langkah-langkah di bawah ini
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, yaitu :
a. Sebaiknya diadakan break untuk beberapa saat. Hal ini dimaksudkan untuk melepaskan ketegangan
dan mengadakan pertemuan pendapat secara informal melalui obrolan ringan. Banyak sekali masalah-
maslaha yang dipandang berat dapat diselesaikan dalam suasana yang relaks dan pembicaraan yang
akrab.
b. Andaikata berbagai usaha telah ditempuh dan perbedaan pendapat tetap tak terhindarkan, maka
alternatif-alternatif pendapat tersebut sebaiknya dapat diinvetarisasikan semuanya. Biasnya perbedaan
pendapat timbul karena perbedaan latar belakang pengalaman serta kondisi dan situasi para peserta.
9. Membuat rangkuman (resume) dan merumuskan suatu kesimpulan sidang yang jika tidak dapat
dilakukan oleh sendiri, dapat dibantu oeh beberapa orang yang dianggap sanggup merumuskan hasil
sidang karena menguasai persoalan serta mengetahui aspirasi-aspirasi yang berkembang dalam
persidangan. Orang-orang tersebut bisa disebut Teman Perumus.
10. Jangan segan-segan untuk meminta maaf kepada para peserta atas hal-hal yang kurang berkenan di
hati peserta. Bagaimanapun ahlinya seorang pemimpin sidang, pastilah tidak akan luput dari kesalahan.
Sebagus apapun perumusan hasil sidang, tetap tidak akan mencapai suatu kesempurnaan. Seperti
pepatah mengatakan, “tiada gading yang tak retak”.
Memimpin sidang juga ibarat memimpin suatu permaian, yang menuntut kemampuan untuk mengenali
sifat dan sikap para pemain yang dipimpinnya. Suatu cara untuk mengetahui sikap sesorang telah
banyak dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi sosial. Salah satu diantaranya yaitu Bares yang dalam
mengamati sikap dan tingkah laku seseorang, membuat klasifikasi atas sikap-sikap dalam kelompok,
yaitu :
1. Daerah emosi negatif; menunjukkan sikap tidak senang atau menolak atau permusuhan. Hal ini
diwujudkan dalam tindakan-tindakan berupa tidak menghargai pendapat, menentang pendapat, tidak
mau memperhatikan pembicaraan, dll.
2. Daerah netral tetapi masih cenderung negatif; menunjukkan sikap kurang dapat menerima meskipun
tidak berterus terang. Hal ini ditandai dengan tindakan-tindakan berupa mengajukan pertanyaan yang
sifatnya meragukan kebenaran pendapat dari pembicaraan, meminta penjelasan atau
pertanggungjawaban atas suatu pendapat, meminta penjelasan kembali tentang suatu masalah yang
sudah djelaskan dengan menunjukkan ketidakpuasan atas penjelasan tersebut, dsb.
3. Daerah netral tetapi cenderuing positif; menunjukkan sikap mau dan dapat menerima meskipun
belum sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan tindakan berupa memberiukan saran-saran,
menambah keterangan pembicara, memberikan bahan-bahan pelengkap atas suatu uraian, dll.
4. Daerah emosi positif; menunjukkan kecenderungan untuk mendukung dan menyetujui pendapat atau
sikap bersahabat. Hal ini dilakukan dengan tindakan berupa menampilkan persetujuan melalui anggukan
kepala, selalu membantu apabila pembicaraan menemui kesulitan, membela pembicara ketika dalam
keadaan diserang orang lain, dsb.
Secara formal, pemimpin sidang bertanggungjawab penuh atas kelancarana jalannya persiadangan.
Namun hal ini tidak berarati bahwa ia merupakan single fighter dalam persidangan tersebut. Pemimpin
sidang harus dapat menciptakan situasi persidangan yang demokrtais, di mana semua peserta mendapat
kebebasan berbicara dan mempunyai hak yang sama (“duduk sama rendah berdiri sama tinggi”). Lebih
lanjut, suasana demokratis tersebut dikembangkan untuk menimbulkan rasa tanggung jawab bersama
untuk ikut menyukseskan jalannya persidangan karena persidangan bukan hanya milik pimpinan sidang.
Maka di samping diberikan kebebasan berbicara dan berpendapat, pada setiap anggota juga harus
ditanamkan kewajiban untuk ikut memelihara suasana yang sebaik-baiknya guna mencapai hasil yang
diinginkan bersama.