I Pendahuluan
Diskusi, rapat, dan sidang tidak bias dilepaskan dari sebuah
organisasi.
II Pengertian
1. Diskusi
Diskusi atau dialog adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih secara bersama sama guna memecahkan suatu
permasalahan dengan jalan saling “ adu” argumentasi dalam
memberikan saran, usulan, dan atau solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi. Dalam memberikan setiap argumentasi yang harus
dikedepankan adalah kebenaran dan obyektifitas serta dilakukan
dengan cara yang sopan, arif dan bijaksana.
2. Rapat
Rapat adalah suatu pertemuan yang dilakukan oleh suatu organisasi
atau kepanitiaan dalam rangka membahas agenda yang telah
ditetapkan.
3. Sidang
Persidangan adalah suatu forum yang bertujuan untuk menghasilkan
keputusan- keputusan dan ketetapan – ketetapan tentang berbagai hal
sesuai dengan agenda yang telah ditetapkan.
4. Seminar
Seminar atau simposium adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
membahas suatu topik, dengan mendatangkan pemateri yang relevan
dengan topik yang sedang dibahas.
5. Lokakarya
Lokakarya adalah suatu pertemuan yang dilakukan oleh suatu
organisasi dengan tujuan untuk merumuskan program kerja yang
harus dilakukan.
Perbedaan pokok antara persidangan dengan forum-forum lain seperti
tersebut di atas adalah terletak pada out put yang dihasilkan. Kalau
dalam diskusi, dialog, rapat, seminar, simposium, lokakarya dll out
put yang dihasilkan hanya berupa kesimpulan. Tetapi kalau dalam
persidangan out put yang dihasilkan adalah keputusan dan ketetapan
yang sifatnya mengikat dan harus dipertanggungjawabkan secara
konstitusi atau hukum.
III Kelebihan dan Kekurangan
IV Teknik persidangan
Permusyawaratan dalam Mubes, Kongres atau Raker membutuhkan
persidangan-persidangan. Hal ini dilakukan secara fokus dan
berimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Keputusan
terbaik pada akhirnya akan lahir daripemahaman dan ketaatan
terhadap aturan didalam sebuah persidangan.Persidangan
didefinisikan sebagai pertemuan formal organisasi guna membahas
masalah tertentu dalam upaya untuk menghasilkan keputusan yang
dijadikan sebagai sebuah Ketetapan. Keputusan dari persidangan ini
akan mengikat kepada seluruh elemen organisasi selama belum
diadakan perubahan atas ketetapan tersebut. Ketetapan ini sifatnya
final sehingga berlaku bagi yang setuju ataupun yang tidak, hadir
ataupun tidak hadir ketika persidangan berlangsung
a. Macam-macam interupsi
Interupsi point of Previlage, merupakan interupsi yang digunakan
jika peserta sidang ingin minta ijin kepada pimpinan sidang untuk
melakukan hal –hal yang sifatnya pribadi. Misalnya ijin keluar.
Interupsi point of Information, bentuk interupsi yang digunakan
jika peserta sidang ingin menyampaikan informasi yang perlu
diperhatikan oleh seluruh peserta siding termasuk pimpinan sidang.
Informasi bisa internal (misalnya informasi atau data tentang topik
yang dibahas) ataupun eksternal (misalnya situasi kondisi di luar
ruang sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap jalannya
persidangan).
Interupsi point of Order, bentuk interupsi yang dilakukan untuk
meminta penjelasan atau memberikan masukan atau perintah kepada
pimpinan siding dan atau peserta sidang yang berkaitan dengan
jalannya persidangan. Misalnya saat pembicaraan sudah melebar dari
pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan interuption of
order agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya
sehingga tidak
melebar dan semakin bias.
Interupsi point of Justification, merupakan interupsi yang digunakan
untuk menguatkan pendapat sebelumnya.
Interupsi point of Clarification, bentuk interupsi dalam rangka
meminta klarifikasi atau pelurusan terhadap suatu pendapat
pernyataan atau informasi peserta sidang
lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang
memberikan tanggapan.
Interupsi point of Solution, merupakan interupsi yang digunakan
jika peserta sidang ingin menyampaikan atau menawarkan suatu
solusi.
Interruption of explanation, bentuk interupsi untuk menjelaskan
suatu pernyataan yang kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru
oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap pernyataan kita.
Interruption of personal, bentuk interupsi yang disampaikan bila
pernyataan yang disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok
masalah dan cenderung menyerang secara pribadi.
b. Pelaksanaan Interupsi
Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan
berbicara setelah pendapat ijin dari Presidium Sidang.
Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu
persidangan
Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu
menguasai dan mengendalikan jalannya persidangan, maka Panitia
Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil alih jalannya
persidangan, atas permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta
Sidang.
b. Peninjau
Hak Peninjau:
Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan
mengajukan usulan kepada pimpinan baik secaranlisan maupun
tertulis.
Kewajiban Peninjau:
Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
c. Presidium Sidang
Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan
melalui Sidang Pleno yang dipandu oleh Panitia Pengarah atau
pengurus apabila tidak membentuk kepanitiaan.
Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya
persidangan seperti Tata Tertib Persidangan yang disepakati peserta.
Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata
tertib persidangan.
9. Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta
pada saat persidangan dengan memperhatikan aturan umum
organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.
10. Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang
ditentukan dalam tata tertib persidangan akan dikenakan sanksi
dengan sesuai dengan tata tertib yang telah disepakati.
11. Beberapa Istilah dalam Sidang
1. Skorsing, ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu.
2. Pending, penundaan untuk melakukan lobiying.
3. Lobiying, ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan
perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan
V Teknik Rapat
VI Teknik Diskusi
VII Tip Trick & Hints Diskusi Rapat dan Sidang Sidang yang Efektif
Pemandu dengan tanggung jawabnya untuk mengarahkan dan
membimbing peserta menuju pemahaman dan sasaran pembelajaran
tentunya harus memiliki keterampilan tertentu dalam mengendalikan
sebuah forum dimana didalamnya akan terjadi berbagai interaksi baik
antar peserta maupun peserta dengan pemandu. Tentunya pemandu
tidak akan memparkan materi terus menerus secara keseluruhan
hingga ia mendominasi jalannya sesi, namun ia bisa mendorong
peserta untuk mengeksplorasi pengetahuan dan gagasannya melalui
sebuah diskusi yang teratur dan terarah. Kita dapat mendefinisikan
diskusi sebagai bentuk kegiatan interaktif yang melibatkan 2 orang
atau lebih dan tidak selalu memiliki pemimpin formal. Berarti diskusi
yang sedang kita bicarakan ini tidak hanya terbatas pada forum-forum
formal maupun semiformal, namun juga bisa dilakukan secara bebas
tak resmi baik secara lisan maupun tulisan. Yang ditekankan disini
adalah adanya hubungan timbal balik atau komunikasi dan terdapat
upaya tranfer informasi di dalamnya. Meskipun terdapat ketentuan
umum dalam penyelenggaraan diskusi, namun pada kenyataannya
melanismenya tidak selalu berlangsung mengikuti kaidah ilmiah.
Interaksi berlangsung tanpa sepenuhnya mengacu pada kerangka yang
umum asalkan terdapat topik yang dibicarakan dan orang yang
menginteraksinya. Dan sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa dalam diskusi tidak harus selalu memiliki
pemimpin yang bertugas mengatur dan memediasi berbagai
kepentingan peserta diskusi. Komunikasi berjalan begitu saja sesuai
keinginan dan kesepahaman kedua belah pihak baik terkait arah
maupun penyelesaiannya. Hal lain yang seringkali ditemukan adalah
bahwa dalam diskusi kita bisa menemukan bahwa tidak semua peserta
mampu bersikap objektif. Masing-masing peserta diskusi memiliki
kepentingan dan arah pemikiran tersendiri, apalagi jika emosi juga
disertakan dalam menyikapi maupun mengutarakan pendapat maka
kemungkinan yang terjadi adalah saratnya nuansa subjektivitas dalam
diskusi. Hal ini cukup rawan terhadap efektifitas diskusi yang
menuntut penyelesaian atau sebuah konklusi bersama. Maka disinilah
salah satu alas an mengapa peran dari pemimpin diskusi dan
pengendalian diri/kedewasaan peserta diperlukan. Tang ketiga adalah
bahwa diskusi bisa diselewengkan dengan tujuan tertentu. Kita bisa
menemukan banyak kasus yang menunjukkan diskusi-diskusi yang
tidak produktif/sia-sia. Diskusi dapat mengarah pada sebuah
perencanaan kejahatan, fitnah/gossip dan mendekonstruksi pemikiran
peserta oleh peserta yang lain yang dominan. Untuk
menyelenggarakan sebuah diskusi ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan antara lain: 1. Kerangka diskusi, yaitu suatu alur diskusi
antara pemandu dengan peserta yang biasanya berisi: tujuan/target,
metode & waktu yang direncanakan. Agar arah diskusi tampak jelas,
maka kita perlu menentukan sasaran yang ingin kita capai/hasil yang
diharapkan dari diskusi tersebut. Sehingga kita bisa mempersiapkan
diri melalui referensi tertentu atau gagasan-gagasan penting tertentu
sebelum diskusi tersebut mengalir. Lalu agar diskusi menjadi efektif,
kita juga perlu menreapkan metode tertentu sesuai tujuan, peserta,
suasana dan waktu yang tersedia untuk diskusi. Yang terakhir
mengenai waktu, bahwa besarnya waktu akan mengukur berapa lama
kita akan menyelenggarakan sebuah diskusi. Sehingga pembicaraan-
pembicaran yang terjadi berlangsung efektif dan efisien. Pemilihan
waktu yang tepat juga merupakan salah satu indicator yang bisa
menentukan sukses tidaknya diskusi yakni tercapainya tujuan.
Kemudian terdapat beberapa tahapan sebagai alur dari kerangka
diskusi sendiri yaitu Pengumpulan fakta. Agar pembicaraan dalam
diskusi sarat dengan nuansa objektif dan memiiliki suatu kejelasan
maka kita perlu mengumpulkan berbagai macam fakta yang relevan
dengan topic yang akan dibicarakan. Fakta tersebut biasanya berasal
dari buku-buku, majalah, surat kabar, internet maupun radio.
Penyaringan fakta yang relevan. Pada tahap ini terjadi pemilihan dan
pengolahan data sesuai tujuan atau penyelesaian permasalahan yang
diharapkan. Mana saja fakta-fakta yang dapat memperkuat gagasan
atau memungkinkan untuk diolah bersama. Pengaitan fakta menjadi
kesimpulan. Fakta yang tadi sudah dipilih akan dijadikan referensi
dalam diskusi yang nantinya konstruktif terhadap kesimpulan yang
didapatkan. Sehingga apbila didasarkan pada fakta maka kesimpulan
yang diperoleh akan lebih valid. Pengaitan kesimpulan dg situasi
sehari-hari. Agar hasil diskusi nanti dapat dengan mudah
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, perlu adanya sebuah
koherensi antara hasil diskusi atau kesimpulan dengan kondisi
lingkungan atau kehidupan sehari-hari. 2. Kerangka observasi.
Merpakan suatu trik untuk mengarahkan pemahaman peserta
berdasarkan struktur dari materi yang sudah dipersiapkan. Karena
persepsi peserta beraneka ragam maka dalam waktu yang efisien kita
harus mampu mengendalikannya agar sesuai dengan arah
pembelajaran yang diharapkan. Adapun unsur-unsur yang terkandung
di dalamnya anatara lain : Fakta / temuan yang seharusnya terungkap
dalam diskusi, Pertanyaan yang perlu diungkapkan untuk
memperlebar terungkapnya fakta, Cara menggabungkan fakta tsb
menjadi suatu kesimpulan dan contoh dalam kehidupan sehari-
hari,supaya jelas. Pada pelaksanaan diskusi sendiri, pemandu harus
sedemikian rupa memperhatikan unititas dalam diskusi dan alur yang
sudah dipersiapkan. Lalu dilakukanlah evaluasi yang merupakan
Penilaian akhir untuk mengetahui dan menjelaskan sejauh mana
peserta mengerti materi yang disampaikan yang bertujuan
memperbaiki yang kurang,membangun dan memotivasi peserta. Dan
trakhir terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemandu
untuk dikurangi selama memimpin diskusi yakni menjawab
pertanyaan, menjelaskan definisi dan memberi konfirmasi. Berilah
kebebesan bagi peserta untuk mengungkapkan ide dan gagasannya
dan tentu benahi kekeliruan-kekeliruan dan kendalikan arah
diskusinya
TEKNIK DISKUSI
Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan
unsur unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas,
lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan
dan merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam
diskusi selalu muncul perdebatan. Debat ialah adu
argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk
memenangkan pemikiran/paham seseorang.
Manfaat Diskusi
1.Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk
mengadakan komunikasi dan konsultasi
2.Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/
pengetahuan seseorang mengenai sesuatu.
Forum Gayo - ::Situs Resmi Kabupaten Aceh Tengah:: Joomlaboard
Forum Component version: 1.1 Stable Generated: 28 September,
2009, 19:03
Pola-Pola Diskusi
1. Prasaran
f.Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara
dengan prasaran tertulis (makalah, kertas kerja).
g.Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain
(penyanggah / pembahas).
h.Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.
2. Ceramah
a.Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b.Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta
penjelasan yang lebih teliti.
ØDiskusi Panel
c.Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau
masalah dari segi tertentu.
ØBrainstorming
c.Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi
oleh pimpinan.
d.Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin
orang diajak bicara dan setiap ide dicatat.
e.Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan
ini kemudian dijadikan kerangkan pembicaraan
dan pembahasan lebih lanjut.
Persyaratan Diskusi
1.Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a.Tata tertib tidak ketat.
b.Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c.Kesediaan untuk berkompromi.
2.Bagi peserta diskusi :
a.Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b.Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c.Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d.Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e.Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.
3.Bagi pemimpin diskusi :
a.Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b.Pandai menyimpulkan.
c.Sikap tidak memihak
8.3.1 Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan
unsur unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas, lebih teliti tentang
sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul
perdebatan. Debat ialah adu argumentasi, adu paham dan kemampuan
persuasi untuk memenangkan pemikiran/paham seseorang.
1.3.4.Persyaratan Diskusi
1. Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a. Tata tertib tidak ketat.
b. Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c. Kesediaan untuk berkompromi.
2. Bagi peserta diskusi :
a. Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b. Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c. Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d. Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e. Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.
3. Bagi pemimpin diskusi :
a. Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b. Pandai menyimpulkan.
c. Sikap tidak memihak
TEKNIK RAPAT
Pengertian
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas
rapat dapat menjadi sebuah permusyawaratan,
yang melibatkan banyak peserta dan membahas banyak permasalahan
penting. Sedangkan dalam pengertian yang
lebih kecil, rapat dapat berupa diskusi yang hanya melibatkan
beberapa peserta dengan pembahasan yang lebih
sederhana. Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan
permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan lebih kepada
rapat dalam pengertian umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat
1.Rapat Anggota
2.Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat
Pimpinan,dsb).
3.Diskusi.
Fungsi Rapat
1.Penyampaian informasi
2.Pemecahan masalah
3.Mengidentifikasi masalah.
4.Menentukan alternatif.
5.Menguji alternatif.
6.Rapat implementasi.
Forum Gayo - ::Situs Resmi Kabupaten Aceh Tengah:: Joomlaboard
Forum Component version: 1.1 Stable Generated: 28 September,
2009, 19:03
8.2.1. Pengertian
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas
rapat dapat menjadi sebuah permusyawaratan, yang melibatkan
banyak peserta dan membahas banyak permasalahan penting.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih kecil, rapat dapat berupa
diskusi yang hanya melibatkan beberapa peserta dengan pembahasan
yang lebih sederhana.
Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan permusyawaratan
tidak lagi diuraikan, dan lebih kepada rapat dalam pengertian
umum/sederhana secara teknis.
PENJELASAN
Titik I
Titik 2
Titik 3
Menguasai kebiasaan rapat sesungguhnya bermuara pada
penguasaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
organisasi.
Titik 4
-
Rapat terlalu sering diadakan (sehingga terjadi, belum sempat
melaksanakan hasil rapat terdahulu, sudah disusul
dengan rapat yang baru), atau yang terjadi sebaliknya yaitu rapat baru
diadakan jika ada masalah
-
Rapat dilangsungkan berjam-jam, bertele-tele, serta melenceng dari
sasaran yang telah ditetapkan.
-
Pemimpin rapat membiarkan perdebatan silang di antara peserta
sehingga bukan membuat suasana rapat hidup, tapi
menjadi ramai dengan debat kusir
-
Rapat bukan menjaring saran dari peserta tapi hanya menyampaikan
sikap yang sudah ditetapkan pemimpin rapat
(Meeting berubah menjadi Briefing - Terutama jika pemimpin rapat
adalah atasan peserta rapat)
Sasaran Program :
-
Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana
merencanakan dan menyelenggarakan sebuah rapat atau
pertemuan secara profesional dengan perencanaan yang matang,
cermat dan sistimatis
-
Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang tehnik memimpin
sebuah rapat, sehingga rapat tidak bertele-tele dan
mencapai sasaran atau efektif
-
Dengan adanya kesempatan peserta untuk Praktek Memimpin Rapat,
diharapkan setiap peserta akan memiliki
keterampilan praktis dalam memimpin rapat di tempat kerja masing-
masing
Outline :
-
Pengertian Rapat (Meeting), serta perbedaannya dengan Briefing
-
Rapat sebagai salah satu bentuk Komunikasi
-
Kapan Rapat diperlukan
-
Jenis-jenis Rapat
-
Ketentuan-ketentuan umum tentang Rapat
-
Hal-hal yang perlu ditetapkan dalam merencanakan sebuah Rapat
-
Langkah-langkah yang perlu diambil dalam mempersiapkan Rapat
-
Value Consult: Human Resources - Finance - Marketing - HSE -
Managerial - In house - Public - Training
http://www.valueconsulttraining.com Powered by Joomla! Generated:
28 September, 2009, 11:10
Bagaimana langkah-langkah dibuat dalam format Action Plan
-
Tehnik mengecek progres persiapan penyelenggaraan Rapat
-
Hakekat Rapat dihubungkan dengan Hakekat Komunikasi
-
Penerapan Sifat Dasar Manusia dlm berkomunikasi dlm memimpin
Rapat
-
Hal-hal yang perlu disiapkan dalam Memimpin Rapat
-
Bentuk-bentuk interaksi & komunikasi dalam sebuah Rapat
-
Proses tahap demi tahap dalam memimpin Rapat
-
Tehnik mengutarakan Pendahuluan utk menarik perhatian peserta
Rapat
-
Tehnik menghadapi tipe-tipe peserta Rapat yang beragam
-
Bagaimana mengendalikan Rapat agar tidak melenceng dan bertele-
tele
-
Bagaimana membuat Kesimpulan dlm bentuk Notulen Rapat
-
Cara melakukan follow up hasil Rapat
Value Consult: Human Resources - Finance - Marketing - HSE -
Managerial - In house - Public - Training
Menjadi pemimpin rapat tidak sulit juga tidak mudah. Hal itu selalu
kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Padahal memimpin rapat
bukanlah sekedar mengumpulkan orang, akan tetapi rapat adalah
untuk menyamakan persepsi dari semua unsur kepentingan. Untuk
menyamakan persepsi atau dataran juga bukan persoalan sepele.
Betapa tidak, jika gagal jusrtu akan menimbulkan masalah baru yang
tidak kala dahsyatnya.
Dalam memimpin rapat diperlukan seni yang memadahi sehingga
hasilnya maksimal. Terlebih lagi kalau sudah ada indikasi masing-
masing person akan memperjuangkan kepentingan pribadi atau
kelompokya. Hal ini perlu strategi bermain yang indah nan cantik
sehingga semua pemangku kepentingan dapat legawa dan maklum
adanya.
Seni memimpin rapat bukanlah hal baku dan berlaku untuk semua
situasi. Akan tetapi siapapun yang memimpin rapat jika kaya akan
berbagai macam seni memimpin rapat akan lebih meyakinkan dan
lebih bermanfaat dibanding orang yang cerdas kaya pengetahuan tapi
miskin seni memimpin rapat. Yang lebih konyol lagi biasanya orang
cerdas dan kaya pengetahuan tapi miskin seni biasanya otoriter, kaku,
dan terkesan memaksakan kehendak.
Jika hal itu terjadi bukannya untuk menyamakan dataran justru
membuat jurang yang dalam dan sulit dipertemukan bahkan
memerlukan waktu yang sangat lama. Hal ini akan menjadi penyakit
masyarakat yang akut dan dapat menghambat kemajuan guru sebagai
komunitas masyarakat yang ilmiah dan profesional.
Ada sekelumit pengalaman saya ketika ditunjuk menjadi ketua panitia
Pertemuan Wali Murid untuk Sosisalisasi Unas, Studi Lanjut bagi
Siswa kelas XII, dan Sosialisasi Penjurusan bagi siswa kelas X di
SMA Negeri 1 Kebomas Gresik. Pembentukan panitia berlangsung H-
3 dari pelaksanaan. Tentu saja saya kelabakan dan akhirnya pasra
karena sudah diberi amanat dan lebih pasnya ditodong oleh sekolah.
Bagaimanapun dan apapun yang terjadi harus suskes.
Oleh karena itu, pada H-2 langsung kami adakan rapat kilat tanpa
persiapan apapun. Saya selaku pimpinan rapat belum sempat
membuat deskripsi tugas dari masing-masing seksi. Akan tetapi saya
tidak kehilangan akal. Saya gunakan jurus mabuk. Yaitu saya berikan
gambaran umum (secara global) bagaimana prosesi acaranya.
Dilanjutkan dengan pemandangan semua peserta rapat bagaimana
pelaksanaan yang ideal, dan bermakna bagi para orang tua siswa yang
datang. Sebab agenda pertemuan tidak hanya untuk keperluan di atas
melainkan ada kepentingan lain misalnya penggalian dana untuk
pembangunan Masjid Al-Akbar, pembuatan taman sekolah yang
indah, penyambuatan pertukaran pelajar dari Kore Selatan Selama 8
hari di SMA Negeri 1 Kebomas Gresik.
Setelah semua peserta rapat menyampaikan gagasannya, maka
langkah berikutnya yaitu jedah lima menit. Selama waktu jedah
masing-masing seksi untuk merundingkan rencananya. Kemudian
masing-masing seksi menyampaikan langkah-langkah strategisnya.
Saya sebagai pemimpin rapat tinggal menggarisbawahi dan memberi
penguatan dari masing-masing seksi. Dengan demikian mereka yang
rapat merasa mempunyai andil yang besar dan merasa diakomodir
sehingga melahirkan komitemen yang luar biasa.
Dan haslnya sangat luar biasa, sangat suskes dan semua acara berjalan
luar biasa. Ternyata jika semua orang jika diberikan kepercayaan akan
lebih bertanggung jawab dan akan berbuat lebih dari yang kita
perkirakan.
Titik I
sudah cukup jelas.
Titik 2
Menguasai agenda rapat berarti anda menguasai segala aspek
permasalahan materi rapat. Apa yang ingin dicapai? Apakah ada
faktor penghambat atau ada juga faktor yang menguntungkan? Mana
cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan , mengatasi masalah ?
Siapa saja yang perlu diminta untuk membahas materi rapat, sebelum
pimpinan rapat membuka kesempatan untuk yang hadir guna
melontarkan gagasannya masing-masing ?
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sebaiknya dikuasai pemimpin
rapat sebelumnya. Dengan kata lain, pemimpin rapat perlu
mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi di dalam rapat yang
sebenarnya
Titik 3
Menguasai kebiasaan rapat sesungguhnya bermuara pada penguasaan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi.
Disamping itu, diperlukan penguasaan teknik rapat serta peraturan
dalam sebuah rapat. Hal ini akan kelihatan jelas pada waktu kita
membicarakan "Teknik Memimpin Rapat".
Titik 4
Hasil rapat dapat memperkuat atau memperlemah organisasi. Oleh
karena itu, kita berusaha agar rapat dapat berhasil baik, dengan cara
menguasai teknik memimpin rapat yang baik pula sbb :
Untuk mempermudah para pembaca tulisan ini, saya buatkan skenario
rapat sbb:
1. Saya mengadakan checking apakah undangan dan persiapan rapat
seperti A s/d E sudah siap betul.
2. Sekalipun saya sudah mempelajari materi agenda rapat, saya masih
mengulang sekali lagi untuk meneliti materinya serta kemungkinan
reaksi dari hadirin. Mungkin saya sudah mengetahui lebih dulu siap
yang pro dan yang kontra, sehingga saya dapat mempersiapkan taktik
dan strategi rapat. Mengenai hal ini, bacalah mengenai Teknik
Berunding, karena sangat mirip.
3. Saya ketahui dari AD dan ART, hak-hak para hadirin yang terdiri
dari Anggota Kehormatan, Anggota Luar Biasa dan Anggota Biasa
atau Dewan Komisaris. Dewan Direksi maupun Pemegang Saham
Prioritas dan Pemegang Saham Biasa serta para pejabat Eselon yang
lebih rendah jika mereka diundang untuk ikut rapat. Saya mengetahui
anggota yang punya hak bicara dan hak pilih serta yang hanya
mempunyai hak bicara saja, tetapi tidak memiliki hak untuk memilih
dan dipilih.
4. Pada waktu pembukaan rapat, saya akan menyampaikan:
o Membuka rapat dengan resmi dan terima kasih kepada semua
hadirin atas kehadirannya
o Membacakan materi agenda rapat dan tata tertib rapat
o Menjelaskan apa yang ingin dicapai, yang merupakan hambatan dan
yang ingin dijadikan faktor penentu. Semua hal itu untuk kebaikan
organisasi dan kebaikan anggota/bawahan. Hal ini sangat perlu guna
mengarahkan pembicaraan selanjutnya dalam rapat.
o Saya katakan bahwa pembahasan materi ini terdiri dari 2 sesi atau
"floor" dan mempersilahkan para hadirin untuk mendaftarkan diri
bagi yang ingin menyampaikan pendapat pada floor pertama.
Kemudian satu per satu dipersilahkan berbicara. Nah, pimpinan rapat
harus jeli/tajam mendengarkan pendapat pembicara yang
'menguntungkan', maka saya sebagai pimpinan rapat akan
mengatakan: "Ya, itu betul, memang sepatutnya begitu". Jika
pendapatnya 'merugikan' maka saya akan katakan "Ya, pendapat
saudara memang patut dikemukakan sebagai bahan perbandingan
dengan pendapat hadirin lainnya. Mungkin bisa lebih
disempurnakan". Pokoknya pendapat yang menguntungkan saya
katakan 'baik' dan yang merugikan saya arahkan 'mengambang'. Toh
nanti ada pendapat lainnya.
o Saya sebagai pimpinan rapat akan membuat resume dari semua
pendapat dalam floor pertama dengan cara merumuskannya mengarah
pada keinginan saya mencapai sasaran materi yang disidangkan. Lalu
saya akan menanyakan floor, apakah masih diperlukan floor kedua .
Kalau dikehendaki, saya lanjutkan dengan membuka kesempatan
untuk para hadirin dengan mendahulukan yang belum kebagian bicara
dalam floor pertama, dengan alasan kemungkinan ada ide-ide lain
yang belum dinyatakan dalam rapat. Setelah selesai, semua pembicara
dalam floor ke dua, saya membuat resume lagi. Kemudian saya
'tawarkan' untuk disetujui secara aklamasi (kalau menguntungkan).
Jika floor tidak menyetujui dengan cara aklamasi, maka diadakan
voting. Kemudian saya merumuskan rancangan keputusan sidang,
untuk kemudian disahkan menjadi keputusan rapat.
Di dalam sebuah rapat akan kita temui berbagai macam tipe manusia
sbb:
1. Yang punya gagasan, tetapi tidak berani menyampaikannya di
dalam rapat.
2. Yang punya gagasan dan berani menyampaikannya. Kategori ini
dapat dibagi lagi menjadi :
a. yang selalu menentang pendapat orang lain;
b. yang realistik sehingga dapat menerima pendapat orang lain asal
lebih baik dari pendapatnya;
c. yang menonjolkan dirinya tanpa menguasai materi yang sedang
dibahas;
d. yang diam saja sekalipun punya gagasan; hanya disampaikan di
luar sidang (ump. waktu istirahat).
Kalau sidang istirahat dan belum mengambil keputusan , maka saya
akan menghubungi tipe2 d tsb. (ump. saudara A). Jika ada gagasan
yang menguntungkan dari orang tersebut, maka dalam kelanjutan
sidang akan saya katakan "Saudara A mempunyai gagasan sbb:….
Dan gagasan itu sekarang saya sampaikan kepada floor untuk menjadi
bahan pengambil keputusan kita bersama".