BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
KELENGKAPAN SIDANG DAN KETENTUAN SIDANG
Pasal 2
KELENGKAPAN SIDANG
1. Pimpinan Sidang
Pimpinan sidang adalah orang yang bertindak memimpin persidangan, ia wajib mengatur
jalannya persidangan. Seorang pemimpin sidang dituntut untuk bersikap adil dan bijaksana
dalam menyikapi pendapat-pendapat yang berkembang dalam persidangan. Ditangannyalah
kesepakatan-kesepakatan dalam persidangan ditetapkan.
Jumlah pimpinan sidang haruslah berjumlah ganjil, karena adakalanya forum membutuhkan
suara pimpinan sidang dalam pengambilan keputusan, jumlah minimal 3 orang dan maksimal
berapapun asalkan ganjil dan sesuai kesepakatan peserta sidang. Pimpinan sidang memiliki hak
yang sama dengan peserta sidang.
2. Peserta Sidang
Peserta sidang adalah orang yang memiliki kepentingan untuk bersidang, berkewajiban untuk
mengikuti dan menjaga kelancaran jalannya persidangan (mentaati tata tertib). Peserta sidang
berhak mengajukan pertanyaan, pernyataan, penolakan dan meminta penjelasan, klarifikasi
mengenai suatu hal. Selain itu peserta sidang berhak pula untuk menggunakan suaranya dalam
pengambilan keputusan. Dengan kata lain segala sesuatu dapat terjadi dalam persidangan asalkan
atas kesepakatan peserta sidang, karena segala keputusan ada ditangan peserta sidang.
3. Peninjau
Peninjau adalah orang yang hadir dalam persidangan kecuali peserta dan pimpinan sidang.
Peninjau memiliki kewajiban yang sama dengan peserta sidang. Peninjau memiliki hak yang
sama dengan peserta sidang. Tetapi peninjau tidak dapat menggunakan hak suaranya dalam
pengambilan keputusan.
4. Palu Sidang
Palu sidang adalah palu yang digunakan untuk menetapkan suatu keputusan, palu sidang
merupakan nyawa dari persidangan, karena walaupun keputusan telah disepakati, tidak akan sah
apabila tidak ada palu sidang untuk menetapkannya.
5. Draft Sidang
Draft sidang adalah draft yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam
persidangan.
6. Lembar Konsideran
Lembar konsideran adalah kertas yang berisi lembaran keputusan-keputusan apa saja yang akan
diambil dalam persidangan.
Pasal 3
KETENTUAN SIDANG
Dalam persidangan ada beberapa ketentuan mendasar yang harus dipahami oleh pimpinan,
peserta dan peninjau sidang, diantaranya :
b. Jumlah ketukan
1) 1 (satu) kali ketukan :
a) serah terima pimpinan sidang
b) Mensahkan keputusan sementara,
c) pencabutan skorsing sidang (jangka pendek),
d) tinjauan kembali
Interupsi adalah menyela atau meminta waktu kepada pimpinan sidang untuk berbicara dan
menemukakan pendapat. Dalam persidangan, umumnya terdapat beberapa jenis tingkatan
interupsi, yaitu :
b. Interupsi Point of information : digunakan apabila ingin memberikan suatu informasi yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas atau untuk menyampaikan informasi
tambahan yang dianggap membantu maupun informasi yang sifatnya tehnis. Interupsi ini
memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari yang pertama.
4. Skorsing
Skorsing adalah pengambilan waktu rehat dalam persidangan untuk keperluan tertentu, misalkan
terjadi dead lock (kebuntuan) dalam persidangan dan untuk meencairkan suasana diamblilah
langkah skorsing. Lamanya skorsing ditentukan oleh pimpinan sidang atas persetujuan peserta
sidang dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Skorsing terbatas,
Skorsing yang lama waktunya ditentukan, contohnya 2×2,5 menit, 2×5, 2×10 menit, dan
seterusnya tergantung kebutuhannya. Untuk skorsing terbatas ini lazimnya diawali dengan
perkataan “skorsing 2x…menit dibuka” atau apabila waktu skorsing yang disepakati terhitung
lama boleh juga menggunakan “skorsing sampai…dibuka”.
5. Pembekuan Sidang
Langkah yang diambil apabila sidang, dikarenakan suatu hal terus menerus mengalami
kebuntuan ( dead lock terus-menerus) dan setelah melalui jalan skorsing tak terbataspun tetap
saja mengalami kebuntuan. Bila hal ini terjadi, pimpinan sidang atas persetujuan peserta sidang
berhak membekukan sidang, dengan catatan ini adalah langkah terakhir yang diambil setelah
semua usaha yang dilakukan tetap tidak membuahkan hasil. Apabila hal ini dilaksanakan (sidang
dibekukan), maka secara otomatis organisasi yang bersangkutan pun akan ikut membeku.
BAB III
PIMPINAN, TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 4
PIMPINAN
1. Pimpinan MUGUS adalah Pengurus Gugus Depan MA MINHAJUL AMILIN / MTs
NAHDLATUL HIKMAH masa bakti lama.
2. Pimpinan MUGUS bertanggung jawab atas terselenggaranya MUGUS .
3. Pimpinan MUGUS membentuk panitia yang terdiri dari panitia pengarah dan panitia
pelaksana / sangga kerja
4. Panitia pengarah adalah unsur dalam MUGUS yang berfungsi merancang materi
pelaksana MUGUS , mengkaji informasi dan aspirasi yang berkembang dalam dinamika
MUGUS yang membantu pimpinan MUGUS dalam mengambil kebijakan-kebijakan
yang dianggap perlu demi lancar, tertib, sukses dan berkualitasnya penyelenggaraan
MUGUS
5. Panitia Pelaksana / Sangga Kerja adalah unsur panitia MUGUS yang berfungsi menyiapkan
pelaksanaan dan teknis penyelenggaraan MUGUS .
Pasal 5
TUGAS DAN WEWENANG
BAB IV
QUORUM, PESERTA DAN PENINJAU
Pasal 6
QUORUM
1. MUGUS ini dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah lebih satu dari jumlah peserta yang
sah
2. Sidang komisi dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah lebih satu dari jumlah peserta yang
sah.
3. Apabila point 1 dan 2 tidak tercapai maka sidang di Skorsing selama 1 X 5 Menit dan sidang
dibuka kembali tanpa memperhatikan quorum dengan kesepakatan bersama.
Pasal 7
PESERTA DAN PENINJAU
Pasal 8
1. Setiap peserta dan peninjau diberikan tanda pengenal MUGUS dan Wajib dipakai selama
MUGUS berlangsung.
2. Panitia / Sangga Kerja dan Petugas Keamanan yang ditunjuk oleh panitia berhak mencegah
kehadiran peserta, peninjau dan atau orang perorangan yang masuk dalam sidang apabila
tidak termasuk sebagai peserta atau peninjau yang sah.
Pasal 9
Pasal 10
Sanksi-sanksi
1. Sanksi diberikan kepada peserta yang melanggar tata tertib
2. Sanksi berupa peringatan, pencabutan hak suara atau dikeluarkan dari sidang oleh pimpinan
sidang atas persetujuan quorum.
BAB V
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
Pasal 12
Seluruh pelaksanaan sidang harus dicatat dalam berita acara persidangan yang berisi :
1. Waktu, tempat dan tanggal persidangan
2. Jenis persidangan (pleno, komisi, sub. Komisi atau rapat pimpinan MUGUS )
3. Presidium / Pimpinan sidang
4. Jumlah peserta yang menanda tangani daftar hadir
5. Kesimpulan keputusan Sidang
BAB VI
PERSIDANGAN DAN MUSYAWARAH
Pasal 13
BAB VII
PRESIDIUM / PIMPINAN SIDANG
Pasal 14
1. Presidium / Pimpinan sidang pleno terdiri dari 3 (Tiga) orang, yaitu seorang ketua berada
ditengah yang didampingi oleh seorang sekretaris samping kanan dan seorang anggota
samping kiri.
2. Sidang pleno pertama dipimpin oleh presidium sidang sementara yaitu panitia pengarah.
3. Sidang pleno selanjutnya dipimpin oleh presidium sidang yang dipilih peserta MUGUS
4. Peserta utusan MUGUS berhak dipilih menjadi presidium sidang
5. Sidang komisi dipimpin oleh pimpian sidang komisi yang dipilih oleh anggota komisi yang
terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota.
6. Pimpinan sidang komisi berhak mengatur jalannya sidang komisi dengan tidak menyimpang
dari peraturan dan ketentuan yang telah disepakati dan disahkan dalam sidang pleno.
Pasal 15
Pasal 16
Apabila oleh karena sesuatu dan hal lain pimpinan sidang memandang perlu untuk
membicarakan masalah-masalah yang perlu dirundingkan atau harus berkonsultasi maka sidang
di skorsing / di pending.
BAB VIII
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 17
1. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian oleh pimpinan
MUGUS atau presidium sidang berdasarkan musyawarah mufakat
2. Tata tertib ini berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan
PIMPINAN SIDANG