Anda di halaman 1dari 8

Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailProgram.php?LinkID=269.

G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.

TATA TERTIB

MUSYAWARAH NASIONAL

IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA

( IPeKB Indonesia)

Pasal 1

KETENTUAN UMUM

1. Musyawarah yang dimaksud dalam tata tertib ini adalah Musyawarah


Nasional Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia (IPeKB)Indonesia.
2. Musyawarah Nasional dihadiri oleh perwakilan anggota IPeKB yang telah
ditetapkan yang selanjutnya disebut sebagai peserta Munas.
3. Musyawarah nasional ini mengacu pada tata tertib sebagaimana yang telah
ditetapkan.

Pasal 2

DASAR

Dasar penyelenggaraan musyawarah nasional ini adalah deklarasi pertemuan nasional


PLKB/PKB pada tanggal 26 Juli 2007 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.

Pasal 3

NAMA, WAKTU, TEMPAT

Nama : Musyawarah Nasional

Waktu : Tgl 18 – 20 Pebruari 2008

Tempat : Kantor BKKBN Pusat Jakarta

Pasal 4

TUGAS DAN WEWENANG

Munas memiliki tugas dan wewenang :

1. Merumuskan dan menetapkan AD/ART dan program kerja


2. Memilih dan menetapkan pimpinan sidang
3. Memilih dan mengangkat ketua umum, sekretaris dan bendahara.
4. Memilih dan mengangkat formatur selain ketua umum, sekretaris dan
bendahara
5. Mengesahkan tata tertib munas
6. Menetapkan hal-hal lain yang dianggap perlu

Pasal 5

PESERTA MUNAS

Peserta Munas adalah :

1. Anggota biasa yang menjadi utusan daerah dan telah disahkan menjadi peserta
MUNAS tahun 2008 oleh panitia munas.
2. Anggota Luar Biasa telah disahkan menjadi peserta munas tahun 2008 oleh
panitia munas sebagai peninjau.
3. Anggota kehormatan yang telah disahkan menjadi peserta munas tahun 2008
oleh panitia munas sebagai peninjau.

Pasal 6

HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA MUNAS

1. Hak peserta munas :

a. Setiap peserta munas memiliki hak bicara pada setiap kesempatan setelah
diperbolehkan oleh pimpinan sidang.

b. Setiap anggota biasa memiliki hak suara (one man one vote) tanpa diwakili.
c. Anggota luar biasa dan kehormatan tidak memiliki hak suara

2. Kewajiban Peserta munas

a. Setiap peserta munas wajib mendaftarkan diri dengan menunjukkan surat tugas
paling lambat 24 jam setelah pembukaan.

b. Peserta berkewajiban memelihara ketertiban dan keamanan dengan mentaati


tata tertib munas.
c. Setiap peserta munas wajib untuk mengikuti seluruh rangkaian acara munas.
d. Setiap peserta munas yang hendak menggunakan hak bicara harus melalui ijin
pimpinan sidang.
e. Setiap peserta munas yang meninggalkan ruangan selama sidang berlangsung
dengan tanpa mengganggu aktivitas yang berlangsung.
f. Setiap peserta munas diwajibkan memakai tanda pengenal peserta saat
memasuki ruang sidang.
Pasal 7

HAK DAN KEWAJIBAN PIMPINAN SIDANG

Hak pimpinan sidang:

1. Membuka, menunda dan menutup sidang


2. Mengatur waktu bicara
3. Menghentikan pembicaraan apabila mengganggu kelancaran sidang

Kewajiban pimpinan sidang:

1. Menjaga ketertiban dan menjamin kelancaran jalnnya sidang


2. Menyelesaikan agenda sidang yang sudah ditetapkan

Pasal 8

HAK MEMILIH DAN DIPILIH.

Yang berhak memilih dan dipilih adalah anggota biasa IPeKB Indonesia sebagai
peserta munas dan tidak sedang dicabut hak-hak keanggotaanya atau sedang
menjalani hukuman pidana.

Pasal 9

BENTUK SIDANG

1. Sidang paripurna adalah sidang yang diikuti oleh seluruh peserta.


2. Sidang komisi adalah sidang yang diikuti oleh peserta dalam kelompok-
kelompok khusus.

Pasal 10

KOMISI – KOMISI

Komisi-komisi terdiri dari:

1. Komisi AD/ART
2. Komisi tata tertib pemilihan ketua
3. Komisi program kerja dan struktur organisasi
4. Komisi anggaran pendapatan dan belanja organisasi
Pasal 11

PIMPINAN SIDANG

A. PIMPINAN SIDANG PARIPURNA

1. Pimpinan sidang paripurna terdiri dari 5 (lima) orang yang selanjutnya disebut
majelis sidang
2. Sebelum terbentuknya pimpinan sidang, sidang dipimpin oleh 3 (tiga) orang
formatur
3. Majelis sidang terdiri dari 3 (tiga) orang yang dipilih dari utusan propinsi dan 2
(dua) orang dari tim formatur
4. 3 (tiga) orang dari utusan propinsi dipilih melalui pencalonan setiap propinsi
paling banyak 3 (tiga) nama propinsi yang berbeda
5. 2 (dua) orang dari tim formatur dimintakan persetujuan peserta siding
6. Propinsi yang mempunyai suara terbanyak 1, 2 dan 3 ditetapkan sebagai
anggota majelis sidang
7. Nama-nama dari utusan propinsi sebagaimana ayat 6 ditetapkan oleh propinsi
yang terpilih
8. Majelis sidang berasal dari propinsi yang berbeda
9. Majelis sidang bertugas memimpin jalannya sidang paripurna serta mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga ketertiban dan kelancaran
sidang

B. PIMPINAN SIDANG KOMISI

1. Sidang komisi dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh 2 (dua) orang
anggota
2. Pimpinan sidang dipilih secara musyawarah untuk mufakat
3. Anggota komisi berasal dari utusan propinsi yang telah ditetapkan

Pasal 12

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Sidang dinyatakan memenuhi kuorum apabila sedikitnya dihadiri oleh 2/3 dari
jumlah peserta yang diundang
2. Keputusan diambil secara musyawarah untuk mufakat.
3. Apabila musyawarah tidak dapat mencapai mufakat, maka diadakan paling
banyak dua kali ( 2x ) loby.
4. Apabila loby mengalami jalan buntu maka diadakan voting
5. Keputusan melalui voting dilakukan dengan suara terbanyak dari forum yang
ada.
6. Sebelum memulai persidangan dan sebelum mengambil keputusan harus
dilakukan role call.

Pasal 13

INTERUPSI, MENINGGALKAN RAPAT DAN INTERVENSI.

1. Interupsi dan meninggalkan rapat hanya dapat dilakukan setelah mendapat ijin
dari pimpinan sidang
2. Setiap peserta munas dapat meninggalkan rapat apabila terdapat kesepakatan
3. Setiap peserta munas dapat menyampaikan interupsi untuk :
a. Meminta penjelasan tentang duduk perkara atau masalah yang sedang
dibicarakan ( point of information ) dan memberikan informasi.
b. Memberikan penjelasan tentang masalah yang sedang dibicarakan
( point of clearance )
c. Mengajukan keberatan terhadap materi pembicaraan diluar masalah yang
sedang dibicarakan ( point of order )
d. Memotong pembicaraan orang untuk meluruskan pembicaraan yang
menyangkut dengan pribadi –pribadi tertentu ( point of prevellege )
4. Interupsi tidak dapat dilakukan diatas interupsi
5. Intervensi dapat dilakukan oleh pimpinan sidang jika dipandang perlu

Pasal 14

SANKSI – SANKSI

1. Setiap pelanggaran terhadap tata tertib, pimpinan sidang wajib memberikan


teguran dengan peringatan terlebih dahulu baik langsung maupun tidak
langsung.
2. Apabila peringatan pada ayat 1 tidak diindahkan, maka pimpinan sidang berhak
mengeluarkan si pelanggar dari ruang sidang dan kehilangan haknya pada sesie
sidang yang sedang berjalan.
Pasal 15

PENUTUP

Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian melalui
kesepakatan dalam munas.

RANCANGAN AGENDA MUSYAWARAH NASIONAL

IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA

(IpeKB INDONESIA ) TAHUN 2007

A. PARIPURNA 1 Pembukaan Munas

1. Pembahasan dan pengesahan tatib Munas


2. Pembahasan dan pengesahan agenda munas
3. Roll Call pengesahan peserta munas.

B. PARIPURNA 2 Penyampaian kristalisasi hasil kerja formatur

Terpilih dan pembentukan komisi-komisi.

C. PARIPURNA 3 Pembahasan dan penetapan AD/ART IpeKB

Indonesia.

D. PARIPURNA 4 Pembentukan panitia Ad Hoc

1. Pengajuan kriteria
2. Pembahasan Kriteria
3. Pengesahan Kriteria
4. Pengajuan bakal calon
5. penanyaan kesediaan bakal calon
6. Seleksi bakal calon dan penetapan calon
7. Pemilihan
a. Loby sebanyak 2 (dua) kali
b. Voting ( terebuka atau tertutup )
8. Pengesahan panitia Ad Hoc.

E. PARIPURNA 5 Pemilihan mandataris/formatur/ketua DPP

IpeKB Indonesia tahun 2007 – 2008

1. Pengajuan Kriteria
2. Pembahasan Kriteria
3. Pengesahan kriteria
4. Pengajuan kriteria
5. Penanyaan kesediaan bakal calon
6. Seleksi bakal calon dan penetapan calon
7. Debat kandidat.
8. Pemilihan
a. Loby sebanyak 2 (dua ) kali
b. Votting ( terbuka atau tertutup )
9. Pengesahan mandataris formatur DPP IPeKB Indonesia.

F. PARIPURNA 6 Penutupan oleh Mandataris terpilih.

Jakarta, 19 September 2007

Anda mungkin juga menyukai