Anda di halaman 1dari 16

Sistem Pendidikan Kader

GMKI Bandung
2013

Bab I
Pendahuluan

A. Latar belakang

Sistem Pendidikan Kader (SPK) GMKI Bandung 2013 merupakan sistem terencana yang disusun dalam rangka menerjemahkan Pola
Dasar Sistem Pendidikan Kader GMKI 2006. Sistem Pendidikan Kader disusun untuk dapat mencapai maksud dan tujuan kaderisasi di
lingkungan GMKI umumnya dan GMKI Bandung khususnya. Dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan tersebut maka Sistem Pendidikan
Kader GMKI Bandung 2013 harus mampu menjabarkan PDSPK 2006 melalui strategi-strategi pembinaan kader dengan berorientasi pada profil
kader (tinggi iman, tinggi ilmu, tinggi pengabdian) yang mengarah pada standar kompetensi dan juga tentunya sesuai dengan kondisi kekinian di
Bandung.
Evaluasi terhadap Sistem Pendidikan Kader GMKI Bandung 2013 memberi gambaran penting dalam perumusan strategi yang matang
dengan mengacu pada kondisi dan kebutuhan cabang, namun harus sejalan dengan bagian-bagian yang tertera dalam PDSPK GMKI 2006.
Dalam hal ini bukan berarti GMKI Bandung kembali pada konsep PDSPK yang baku, tanpa memperhatikan kondisi cabang, namun dalam hal
ini yang ditekankan agar Sistem Pendidikan Kader GMKI Bandung sejalan dengan pedoman PDSPK.
Hal yang paling mendasar antara lain, terkait paradigma Sistem Pendidikan Kader itu sendiri, dimana sebelumnya, SPK GMKI Bandung
2011 menetapkan bahwa tingkatan Latihan Organisasi, Latihan Kader I, Latihan Kader II dan Latihan Kader III merupakan sebuah jenjang
pendidikan yang mengikuti level yang ada tercantum di PDSPK. Padahal pada hakikatnya, PDSPK tidak mengharuskan level-level tersebut
harus dilaksanakan secara berjenjang, melainkan dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan cabang.
Oleh karena itu, perlu dibentuk Sistem Pendidikan Kader yang memang mengakomodir kebutuhan kekinian GMKI cabang Bandung
namun tetap sesuai dengan PDSPK. Dan Sistem Pendidikan Kader GMKI Bandung 2013 diharapkan mampu menjawab kebutuhan GMKI
cabang Bandung dalam hal pendidikan kader yang sesuai dengan PDSPK GMKI 2006.

B. Nilai-nilai dan Prinsip GMKI (PDSPK 2006)


Nilai dan prinsip dimaksudkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan kader GMKI ada sejumlah nilai dan prinsip yang harus
terintegrasi dan menjadi pemahaman mendasar bagi kader GMKI. Nilai-nilai dan prinsip ini akan secara aktif (inherent) berperan
dalam proses pendidikan kader GMKI.
1. Nilai-nilai GMKI adalah apa yang menjadi pedoman/tingkah laku kader yang senantiasa harus nampak dalam aktivitas GMKI.
Nilai-nilai tersebut meliputi Panca Kegiatan yaitu berdoa/beribadah, belajar, bersaksi, bersosial, berkreasi, dan Tri Panji yakni
tinggi iman, tinggi ilmu, dan tinggi pengabdian.
2. Prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak. Prinsip tersebut adalah gerakan Nasionalisme,
gerakan Ekumenisme, gerakan pemikiran, gerakan pembaharuan, gerakan ekperimentasi, dan konsep amatir yang menggambarkan
pola dan langgam kerja mahasiswa yang senantiasa loyal, gotong-royong/bermapalus/bermasohi.

Pendidikan kader GMKI menghasilkan anggota yang mempunyai sikap dan kemampuan:

a. Kreativitas
Pendidikan Kader GMKI harus menjadikan kader kreatif untuk melakukan sesuatu di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian
kurikulum harus bersifat dinamis dan fleksibel untuk tanggap dan dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan situasi sekitar.
Sementara metode belajar harus andragogi-partisipatif dengan membangun iklim dialog yang partisipatif.

b. Retrainabilitas
Pendidikan Kader GMKI adalah complementary study yang menambahkan perihal tertentu pada pendidikan sekolah. Dengan demikian,
prinsip retrainabilitas dalam pendidikan kader dimaksudkan sebagai proses untuk senantiasa melakukan pengayaan dengan melatih ulang,
menambah, dan menyempurnakan apa yang telah didapatkan dalam pendidikan kader GMKI.

c. Kritis
Pendidikan Kader GMKI harus membentuk kader untuk memiliki sikap kritis.

d. Positif
Pendidikan kader GMKI harus mampu mengembangkan sikap-sikap positif kader. Sikap positif penting untuk membangun obyektivitas
kader dalam melihat berbagai perkembangan pemikiran dan pandangan di lingkungan sekitarnya.

e. Realistis
Sikap realistis merupakan sikap yang penuh pertimbangan untuk melihat kekurangan dan kelebihan dalam sebuah pandangan atau sikap.
Dengan demikian, diharapkan kader dapat mengetahui pemikiran alternatif untuk mencapai sesuatu yang ideal.
f. Perilaku Etis
Pendidikan Kader GMKI harus menumbuhkan dan mengembangkan kemampun menumbuhkan perilaku etis. Sikap-sikap etis yang
hendak dikembangkan mencakup kebenaran, ketulusan, kejujuran, dan belas kasihan. Dengan perilaku etis, diharapkan kader mampu
mewujudkan nilai-nilai kedamaian, kesejahteraan, keadilan, dan kebenaran dalam kehidupan dengan sesama.

C. Strategi (PDSPK 2006)

Strategi yang digunakan pada PDSPK 2006 :


a. Pendidikan kader GMKI diselenggarakan dengan melihat keunggulan komparatif dan keunikan wilayah.
b. Pendidikan kader GMKI diselenggarakan dengan penekanan pada pengembangan spiritualitas, penguatan keterampilan
organisasi, manajemen, dan kemampuan akademik serta potensi dinamik.
c. Pendidikan kader GMKI diselenggarakan pendekatan andragogi-partisipatif dan integralistik.

D. Level PDSPK 2006 (PDSPK 2006)

PDSPK 2006 menetapkan pendidikan dengan berorientasi pada 3 (tiga) bagian, yaitu :
a. Bagian I
Standart kompetensi :
Kader Yang mampu berpikir metodologis, belajar efektif, dan menerapkan kehidupan yang melayani, disiplin, dan rajin
b. Bagian II
Standart kompetensi :
Kader yang mampu memimpin, bersikap jujur, dan menerapkan kehidupan yang bersaksi.
c. Bagian III
Standart kompetensi
Kader yang memiliki keterampilan manajerial dan pemecahan masalah, setia dan berkomitmen tinggi serta aktif membangun
persekutuan.
Bab II
Strategi Implementasi
Sistem Pendidikan Kader GMKI bandung

A. Metode Pengkaderan
GMKI Cabang Bandung memahami bahwa proses pengkaderan tidak hanya dilakukan di dalam ruangan kelas ataupun dengan metode
formal dan kaku di kelas / perkuliahan, melainkan juga bisa dilakukan dengan metode-metode nonformal dan informal. Hal ini juga sesuai
dengan strategi PDSPK 2006 dimana pendidikan kader dilakukan dengan pendekatan andragogi-partisipatif dan integralistik. Tugas
pengkaderan tidak hanya dilakukan di bangku kelas, namun juga harus dilakukan di ruang-ruang terbuka seperti dalam pelatihan, diskusi
kecil di “warung kopi”, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Oleh karena itu, GMKI Cabang Bandung membagi metode pengkaderan ke dalam
tiga bagian besar, yakni:
a. Pengkaderan formal
Pengkaderan formal adalah pengkaderan yang berjenjang dan bersifat wajib diikuti oleh setiap anggota yang disesuaikan dengan
PDSPK 2006 dan kebutuhan cabang. Pengkaderan ini sendiri wajib dan rutin dilakukan oleh Badan Pengurus Cabang setiap
tahunnya dibantu oleh komisariat dan kepanitiaan. Adapun pengkaderan formal tersebut memiliki jenjang:
1. Masa Perkenalan
2. Masa Bimbingan
3. Latihan Organisasi
4. Latihan Kader Tingkat I
5. Latihan Kader Tingkat II
b. Pengkaderan nonformal
Pengkaderan nonformal adalah pengkaderan di luar pengkaderan formal yang disesuaikan dengan PDSPK 2006 dan kebutuhan
cabang. Pengkaderan nonformal ini bertujuan untuk lebih memperdalam pemahaman anggota terkait berbagai kompetensi yang
belum terfasilitasi pada pengkaderan formal. Pengkaderan nonformal ini juga disesuaikan dengan potensi (bakat) dan ketertarikan
(minat) dari anggota yang bersangkutan. Beberapa gambaran pengkaderan nonformal antara lain: Pelatihan, Lokakarya, Diskusi,
Lembaga Bentukan, dan lainnya
c. Pengkaderan informal
Pengkaderan informal adalah pengkaderan berupa proses bertukar pikiran yang dilakukan di luar pengkaderan formal dan
nonformal. Pengkaderan informal ini bersifat santai, kondisional, dan tidak terpaku dengan kegiatan yang kaku. Pengkaderan
informal ini seperti bincang santai antara anggota dengan senior ataupun anggota yang lebih tua, baik dilakukan di PKM GMKI
Bandung, ataupun di tempat-tempat lainnya. Pada pengkaderan informal ini, dituntut peran proaktif dari anggota, BPC, dan senior
untuk saling menajamkan dan bertukar pikiran.

B. Pembagian Tingkat Pengkaderan Formal


Seperti yang disampaikan pada bab pendahuluan, ketiga level yang tercantum dalam PDSPK 2006 tidak otomatis menjadi tingkatan dalam
pendidikan kader melainkan dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan cabang. Berdasarkan kajian yang mendalam dan sesuai
dengan konteks pergumulan cabang, baik dalam tujuan untuk meningkatkan kualitas pemahaman anggota, maupun untuk menjawab
tantangan dan permasalahan di tiga medan pelayanan, maka GMKI Bandung membagi pengkaderan anggota GMKI Bandung ke dalam
tiga tingkatan pengkaderan formal. Adapun tiga tingkatan tersebut adalah:
a. Latihan Organisasi
b. Latihan Kader Tingkat I
c. Latihan Kader Tingkat II

C. Implementasi waktu

Setiap kader diupayakan menempuh proses pengkaderan dalam waktu 1 (satu) tahun sejak diterima menjadi anggota. Yang dibagi dalam
tiga masa pengkaderan, yaitu:
Tahap I bertujuan untuk pemahaman organisasi.
Tahap II bertujuan untuk pengembangan kepemimpinan dan pelayanan.
Tahap III bertujuan untuk pengembangan persekutuan.

1. Tahap I (Latihan Organisasi)


Pada tahap ini, kader-kader GMKI Bandung mengalami proses pembelajaran yang dimulai dari pengenalan dasar hingga
pemahaman ideologis organisasi.
Pada tahapan ini, kader dibina untuk mencapai Standar Kompetensi Tahap I, yaitu:
a. Memahami konsep organisasi dan manajerial
b. Mengerti pola administrasi organisasi, mampu membuat surat, proposal, LPJ, dan TOR
c. Memahami mekanisme organisasi dan mampu memimpin rapat atau persidangan
d. Mampu merancang program kerja

2. Tahap II (Latihan Kader Tingkat I)


Pada tahapan ini, kader-kader GMKI Bandung belajar memahami konsep kepemimpinan dan pelayanan pada tingkat permulaan.
Pada masa ini juga, kader berlatih untuk melayani melalui lembaga bentukan dan komisariat. Kader diarahkan untuk mampu
mengaplikasikan pengetahuan dasar yang telah diberikan pada latihan kader tingkat I.
Pada tahap II, kader dibina untuk mencapai Standar Kompetensi Tahap II, yaitu:
a. Mampu menerapkan prinsip dasar kepemimpinan Kristen
b. Mampu berpikir metodologis
c. Memahami dan mendemonstrasikan kehidupan yang melayani berdasarkan iman Kristen
d. Mampu menerapkan kehidupan yang jujur
e. Mampu mempraktekkan kehidupan yang disiplin dan rajin

3. Tahap III (Latihan Kader Tingkat II)


Pada tahapan ini, kader-kader GMKI Bandung diarahkan untuk melakukan pelayanan yang lebih konkret pada tiga medan
pelayanan dengan membawa nilai-nilai yang telah didapat melalui proses pendidikan di GMKI. Kader-kader dilatih untuk membangun
persekutuan dan bersaksi, baik di GMKI maupun di luar GMKI. Setelah mengikuti Latihan Kader Tingkat II, kader-kader GMKI
diharapkan memiliki semangat untuk melayani sebagai Badan Pengurus Cabang, ataupun aktif dalam pelayanan di kampus, gereja,
ataupun komunitas lainnya. Kader GMKI diharapkan juga sudah memiliki kapabilitas untuk membuat komunitas, lembaga, ataupun
persekutuan-persekutuan lainnya, baik dalam lingkup kekristenan, maupun kebangsaan.
Pada tahapan ini, kader dibina untuk mencapai Standar Kompetensi Tahap III, yaitu :
a. Memahami dan mendemonstrasikan kehidupan yang bersaksi berdasarkan iman Kristen
b. Mampu memahami dan mendemonstrasikan kehidupan persekutuan Kristen dalam konteks Indonesia global
c. Mampu menerapkan kehidupan yang berkomitmen tinggi
d. Memahami dan menerapkan kepemimpinan dan manajerial tingkat lanjut

D. Implementasi Kebijakan Program


1. Mabim
Mabim dilaksanakan dalam rangka memberikan gambaran kepada kader baru akan kemungkinan perbedaan antara harapan
dan kenyataan dalam organisasi GMKI.
Peran anggota lama sangat diperlukan untuk memetakan keinginan dan kebutuhan anggota baru.

i. Tujuan
Menciptakan komunikasi dan kedekatan emosional antara kader baru dengan Keluarga besar GMKI melalui Kelompok
kecil.
ii. Sasaran
a. Anggota baru dapat melihat akan adanya kebutuhan yang diperlukan selama berproses di GMKI
b. Anggota baru semakin mengetahui ideologi GMKI
c. Tumbuhnya keinginan untuk berproses di GMKI
d. Membantu proses adaptasi dengan lingkungan GMKI
iii. Strategi pelaksanaan
a. Kegiatan mabim dilaksanakan dengan sistem pembentukan kelompok kecil. Dimana setiap anggota baru
masuk ke dalam kelompok kecil dan hal ini diumumkan pada saat pelantikan melalui surat keputusan (SK) BPC.
b. Strategi pembagian anggota baru ke dalam kelompok kecil dilaksanakan sesuai kebutuhan dan kemampuan
cabang dengan melibatkan peran serta komisariat di dalamnya.
c. Kelompok kecil dikontrol oleh Departemen Pendidikan Kader.

iv. Waktu pelaksanaan


Mabim dilaksanakan selama 2 bulan setelah Maper terlaksana.

v. Pasca mabim
Setelah proses Mabim selesai, diharapkan tetap terjalin komunikasi yang baik di antara anggota yang baru masuk dengan
anggota yang sudah lebih dahulu masuk dan beraktivitas di GMKI. Dianjurkan kepada setiap koordinator kelompok kecil
untuk menjaga hubungan emosional dengan anggota kelompok setelah masa bimbingan berakhir sehingga ada suatu
ikatan kekeluargaan yang terjalin antar anggota kelompok.

2. Latihan Organisasi

i. Tujuan
Membina kader untuk memahami konsep organisasi dan manajerial, mengerti pola administrasi organisasi, mampu
membuat surat, proposal, dan LPJ, TOR, memahami mekanisme organisasi dan mampu memimpin persidangan/rapat,
serta dapat merancang program kerja

ii. Sasaran
a. Kader memahami konsep organisasi dan manajerial
b. Kader mengerti pola administrasi organisasi, mampu membuat surat, proposal, dan LPJ, TOR
c. Kader memahami mekanisme organisasi dan mampu memimpin persidangan/rapat
d. Kader dapat merancang program kerja

iii. Strategi pelaksanaan


a. Latihan organisasi dilaksanakan dengan sistem kelas dan/atau dinamika kelompok
b. Metode pengajaran dilaksanakan dengan
1. Ceramah yang disampaikan oleh pemateri
2. Tanya jawab sebagai pendalaman materi (konsep dua arah)
3. Simulasi sebagai pengalaman praktis sebagai tindak lanjut pemahaman materi.
c. Latihan organisasi dilaksanakan dalam empat sesi.

iv. Materi

No Indikator
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan KBM Standar Penilaian
(Penguasaan Komptensi)
1 Memahami konsep  Peserta pelatihan mampu 1. Teori Organisasi  Ceramah  5% dari jumlah peserta
organisasi dan menjelaskan teori organisasi 2. Konsep dasar manajemen  Tanya jawab bertanya saat sesi
manajerial  Peserta pelatihan dapat 3. Fungsi-fungsi manajemen  Diskusi  Semua peserta
mendefinisikan konsep dasar 4. Strategi manajemen  Studi kasus menyampaikan
manajemen  Resume pendapat saat diskusi
 Peserta pelatihan dapat menjabarkan kelompok
fungsi-fungsi manajemen  Peserta mencapai
 Peserta pelatihan mampu menyusun indikator yang dinilai
strategi manajemen dari resume pribadi

2. Mengerti pola  Peserta pelatihan memahami pola 1. Pola administrasi organisasi  Ceramah 1. Peserta membuat dan
administrasi organisasi, administrasi organisasi (BPC, 2. Jenis-jenis surat  Tanya jawab menyusun
Mampu membuat surat, Pengurus Komisariat, Lembaga 3. Mekanisme surat-menyurat  Studi kasus surat,proposal, LPJ,
proposal,LPJ, dan TOR Bentukan, Kepanitiaan) 4. Teknik membuat surat  Simulasi dan TOR
 Peserta pelatihan dapat 5. Teknik menyusun proposal  Resume 2. Peserta pelatihan
menyebutkan jenis-jenis surat 6. Teknik menyusun LPJ mencapai indikator
 Peserta pelatihan dapat membuat 7. Teknik membuat TOR yang dinilai dari
surat 8. Hubungan antara proposal dan resume pribadi
 Peserta pelatihan mampu menyusun LPJ
proposal
 Peserta pelatihan dapat menyusun
LPJ
3. Memahami mekanisme a. Peserta mampu mencontohkan 1. Mekanisme protokoler  Ceramah 1. Peserta
organisasi dan mampu dan menjelaskan mekanisme 2. Mekanisme persidangan  Tanya jawab mencontohkan setiap
memimpin protokoler (rundown upacara, 3. Konsep rapat yang efektif  Studi kasus indikator
rapat/persidangan posisi bendera, panji, urutan  Simulasi 2. Peserta menjelaskan
barisan upacara, dll)  Resume setiap indikator dalam
b. Peserta mampu menjabarkan resume pribadi
fungsi dan wewenang tiap unsur
dalam persidangan
c. Peserta mampu menjelaskan dan
mencontohkan mekanisme
persidangan (perangkat
persidangan)
d. Peserta mampu menjelaskan dan
mencontohkan tentang
mekanisme rapat yang efektif
(interupsi, dll)
e. Peserta mampu menguraikan
struktur organisasi di GMKI
4. Mampu merancang  Peserta mampu memperkirakan 1. Teknik merancang  Ceramah  Peserta dapat
program kerja sumber daya efektif untuk program kerja  Tanya jawab menyusun sesuai
membuat sebuah program kerja 2. Teknik membuat jobdesk  Studi kasus indikator
 Peserta mampu merancang dan timeline  Simulasi  Peserta
struktur perencanaan kerja 3. Teknik merancang  Resume menjelaskan
(jobdesk dan timeline) sumber daya kepanitiaan setiap indikator
 Peserta mampu membuat 4. Teknik membuat dalam resume
program kerja sesuai dengan Kerangka Acuan pribadi
sumber daya yang dimiliki Kegiatan
 Peserta pelatihan dapat membuat
Kerangka Acuan Kegiatan
(TOR)

v. Waktu pelaksanaan
Latihan organisasi dilaksanakan dalam waktu satu bulan yang dimulai pada saat waktu mabim berakhir.

vi. Indikator kelulusan


Kader dinyatakan lulus latihan organisasi jika :
1. Memenuhi syarat administratif yang ditentukan BPC
2. Menyerahkan dan/atau melaksanakan tugas yang telah diberikan
3. Evaluasi BPC

vii. Pemantauan keberhasilan


Pemantauan keberhasilan menjadi landasan BPC untuk melihat progresifitas kader dalam ber-GMKI yang akan
dituangkan dalam buku kader sebagai data BPC untuk melakukan pembenahan pada segala aspek.

viii. Sertifikasi
Sertifikasi Latihan Organisasi dikeluarkan oleh BPC atau Pengurus Pusat atas rekomendasi BPC, setelah dilakukan
pengevaluasian.

ix. Pasca Latihan Organisasi


Pasca latihan organisasi, kader dialokasikan kepada sektor kepanitiaan dan/atau sektor lain pada tingkatan dasar untuk
memberikan pengalaman praktis tentang apa yang telah dipelajari.

3. Latihan Kader Tingkat I

i. Tujuan
Mampu menerapkan prinsip dasar kepemimpinan Kristen, mampu berpikir metodologis, memahami dan
mendemonstrasikan kehidupan yang melayani berdasarkan iman Kristen, mampu menerapkan kehidupan yang jujur,
mampu mempraktekkan kehidupan yang disiplin dan rajin
ii. Sasaran
a. Kader mampu menerapkan prinsip dasar kepemimpinan Kristen
b. Kader mampu berpikir metodologis
c. Kader memahami dan mendemonstrasikan kehidupan yang melayani berdasarkan iman Kristen
d. Kader mampu menerapkan kehidupan yang jujur
e. Kader mampu mempraktekkan kehidupan yang disiplin dan rajin

iii. Strategi pelaksanaan


a. Latihan Kader Tingkat I dilaksanakan dengan sistem kelas dan/atau dinamika kelompok
b. Metode pengajaran dilaksanakan dengan
1. Ceramah yang disampaikan oleh pemateri
2. Tanya jawab sebagai pendalaman materi (konsep dua arah)
3. Simulasi sebagai pengalaman praktis sebagai tindak lanjut pemahaman materi.
c. Latihan Kader Tingkat I dilaksanakan lima sesi.

iv. Materi

No Indikator
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan KBM Standar Penilaian
(Penguasaan Komptensi)
1 Mampu menerapkan  Peserta pelatihan mampu 1. Konsep kepemimpinan  Ceramah  5% dari jumlah peserta
prinsip dasar menjelaskan konsep-konsep a. Pengertian  Tanya jawab bertanya saat sesi
kepemimpinan kepemimpinan b. Jenis-jenis  Diskusi  Semua peserta
 Peserta pelatihan dapat c. Sumber-sumber  Studi kasus menyampaikan
mendefinisikan prinsip-prinsip dasar d. Nilai-nilai  Resume pendapat saat diskusi
kepemimpinan 2. Prinsip-prinsip dasar kelompok
 Peserta pelatihan dapat menjabarkan kepemimpinan  Peserta mencapai
gaya-gaya kepemimpinan 3. Gaya-gaya/tipe indikator yang dinilai
 Peserta pelatihan mampu kepemimpinan dari resume pribadi
menjelaskan teknik pengambilan 4. Teknik pengambilan
keputusan keputusan
2. Mampu berpikir  Peserta mampu mengidentifikasi 1. Identifikasi masalah  Ceramah  5% dari jumlah peserta
metodologis permasalahan 2. Perumusan masalah  Tanya jawab bertanya saat sesi
 Peserta mampu merumuskan 3. Hipotesis  Studi kasus  Peserta mengikuti
masalah 4. Metodologis  Simulasi simulasi
 Peserta mampu melakukan hipotesis 5. Penarikan Kesimpulan  Resume  Peserta mencapai
 Peserta dapat merancang metodologi dan generalisasi indikator yang dinilai
 Peserta dapat menarik kesimpulan dari resume pribadi
dari solusi permasalahan
3. Memahami dan  Peserta mampu mengidentifikasi 1. Identifikasi masalah  Ceramah  5% dari jumlah peserta
mendemonstrasikan permasalahan sosial sosial  Tanya jawab bertanya saat sesi
kehidupan yang  Peserta dapat memberikan solusi 2. Alternatif pemecahan  Studi kasus  Peserta mengikuti
melayani berdasarkan atas permasalahan masalah sosial  Simulasi simulasi
iman Kristen  Peserta mampu merancang 3. Disain rencana aksi  Resume  Peserta mencapai
rencana aksi sosial 4. Aksi sosial indikator yang dinilai
 Peserta melakukan aksi sosial 5. Refleksi dari resume pribadi
 Peserta memahami pola refleksi
atas aksi sosial yang dilakukan

4. Mampu menerapkan  Peserta mampu menjelaskan 1. Etika organisasi  Ceramah  5% dari jumlah peserta
kehidupan yang jujur etika organisasi 2. Konsep integritas  Tanya jawab bertanya saat sesi
 Peserta dapat menerangkan  Studi kasus  Peserta menjelaskan
konsep integritas  Resume setiap indikator dalam
resume pribadi
5. Mampu mempraktekkan  Peserta dapat merumuskan visi 1. Teknik merumuskan visi  Ceramah  5% dari jumlah peserta
kehidupan yang disiplin dan misi pribadi dan misi pribadi  Tanya jawab bertanya saat sesi
dan rajin  Peserta mampu merancang 2. Teknik merencanakan  Studi Kasus  Peserta mengikuti
aktivitas pribadi dalam batasan aktivitas pribadi dalam  Simulasi simulasi
waktu batasan waktu  Resume  Peserta mencapai
 Peserta dapat menentukan 3. Teknik menetapkan indikator yang dinilai
prioritas aktivitas prioritas dari resume pribadi

v. Waktu pelaksanaan
Latihan Kader Tingkat I dilakukan paling lama 2 bulan setelah Latihan Organisasi.

vi. Indikator Kelulusan


Kader dinyatakan lulus Latihan Kader Tingkat I jika:
a. Memenuhi syarat administratif yang ditentukan BPC.
b. Menyerahkan dan/atau melaksanakan tugas yang telah diberikan
c. Evaluasi BPC

vii. Pemantauan keberhasilan


Pemantauan keberhasilan menjadi landasan BPC untuk melihat progresifitas kader dalam ber-GMKI yang akan
dituangkan dalam buku kader sebagai data BPC untuk melakukan pembenahan pada segala aspek.

viii. Sertifikasi
Sertifikasi Latihan Kader Tingkat I dikeluarkan oleh BPC atau Pengurus Pusat atas rekomendasi BPC, setelah
dilakukan pengevaluasian.

ix. Pasca Latihan Kader Tingkat I


Setelah Latihan Kader Tingkat I ditempuh, kader diarahkan untuk mengisi struktur-struktur lembaga bentukan dan
komisariat, serta spot-spot jabatan lain di bawah BPC atau mengisi jabatan-jabatan pada organisasi intra kampus
dan/atau lembaga-lembaga lain di tiga medan layan.

4. Latihan Kader Tingkat II


i. Tujuan
Memahami dan mendemonstrasikan kehidupan yang bersaksi berdasarkan iman Kristen, mampu memahami dan
mendemonstrasikan kehidupan persekutuan Kristen dalam konteks Indonesia global, mampu menerapkan kehidupan yang
berkomitmen tinggi, serta memahami dan menerapkan kepemimpinan dan manajerial tingkat lanjut

ii. Sasaran
1. Kader memahami dan mendemonstrasikan kehidupan yang bersaksi berdasarkan iman Kristen
2. Kader mampu memahami dan mendemonstrasikan kehidupan persekutuan Kristen dalam konteks Indonesia global
3. Kader mampu menerapkan kehidupan yang berkomitmen tinggi
4. Kader memahami dan menerapkan kepemimpinan dan manajerial tingkat lanjut

iii. Strategi pelaksanaan

1. Latihan Kader Tingkat II dilaksanakan dengan sistem kelas dan/atau dinamika kelompok
2. Metode pengajaran dilaksanakan dengan
a. Ceramah yang disampaikan oleh pemateri
b. Tanya jawab sebagai pendalaman materi (konsep dua arah)
c. Simulasi sebagai pengalaman praktis sebagai tindak lanjut pemahaman materi.
3.Latihan Kader Tingkat II dilaksanakan dalam empat sesi.

iv. Materi
No Indikator
Kompetensi Dasar Pokok Bahasan KBM Standar Penilaian
(Penguasaan Komptensi)
1 Memahami dan  Peserta mampu menjelaskan konsep 1. Konsep kesaksian  Ceramah  5% dari jumlah peserta
mendemonstrasikan kesaksian 2. Metode bersaksi  Tanya jawab bertanya saat sesi
kehidupan yang  Peserta mampu bersaksi 3. Pemahaman konteks  Simulasi  Peserta mengikuti
bersaksi berdasarkan  Peserta mampu menerjemahkan 4. Metode kontekstualisasi  Studi kasus simulasi
iman Kristen konteks tempat peserta bersaksi nilai  Resume  Peserta mencapai
 Peserta dapat merancang metode 5. Teknik mengklarifikasi indikator yang dinilai
kontekstualisasi nilai nilai dari resume pribadi
 Peserta dapat melakukan klarifikasi 5. Refleksi
nilai dan refleksi
2. Mampu memahami dan  Peserta mampu menjelaskan 1. Kebangsaan Indonesia  Ceramah  5% dari jumlah peserta
mendemonstrasikan kebangsaan Indonesia sebagai sebagai suatu persekutuan  Tanya jawab bertanya saat sesi
kehidupan persekutuan persekutuan 2. Persekutuan dalam  Studi kasus  Peserta mengikuti
Kristen dalam konteks  Peserta dapat menjelaskan perspektif kemanusiaan,  Simulasi simulasi
Indonesia global persekutuan dalam berbagai perdamaian dan keutuhan  Resume  Peserta mencapai
perspektif ciptaan indikator yang dinilai
 Peserta mampu menjelaskan model- 3. Model-model dari resume pribadi
model persekutuan persekutuan (termasuk
 Peserta dapat menerangkan metode ekumenisme kristen dan
bersekutu umat manusia)
4. Metode bersekutu
3. Mampu menerapkan  Peserta dapat menjelaskan 1. Konsep komitmen dalam  Ceramah  5% dari jumlah peserta
kehidupan yang konsep komitmen dalam organisasi GMKI  Tanya jawab bertanya saat sesi
berkomitmen tinggi organisasi GMKI 2. Konsep komitmen  Studi kasus  Peserta mengikuti
 Peserta dapat menjelaskan bergereja  Simulasi simulasi
komitmen dalam kehidupan 3. Konsep komitmen dalam  Resume  Peserta mencapai
bergereja dan berbangsa kehidupan berbangsa indikator yang dinilai
 Peserta mampu mengatasi 4. Ancaman terhadap dari resume pribadi
ancaman terhadap kehidupan kehidupan berkomitmen
berkomitmen
4. Memahami dan  Peserta mampu menjelaskan 3. Konsep manajerial dalam  Ceramah  5% dari jumlah peserta
menerapkan konsep manajerial dalam kepemimpinan di gereja,  Tanya jawab bertanya saat sesi
kepemimpinan dan berbagai aspek kepemimpinan perguruan tinggi, dan  Studi kasus  Peserta menjelaskan
manajerial tingkat lanjut  Peserta dapat menjelaskan masyarakat  Resume setiap indikator dalam
tantangan kepemimpinan 4. Tantangan resume pribadi
kepemimpinan dalam
kehidupan bergereja dan
bermasyarakat

v. Waktu pelaksanaan
Latihan Kader Tingkat II dilaksanakan 6 bulan setelah pelaksanaan Latihan Kader Tingkat I.

vi. Indikator Kelulusan


Kader dinyatakan lulus Latihan Kader Tingkat II jika :
1. Memenuhi syarat administratif yang ditentukan BPC
2. Menyerahkan dan/atau melaksanakan tugas yang telah diberikan
3. Evaluasi BPC

vii. Pemantauan keberhasilan


Pemantauan keberhasilan menjadi landasan BPC untuk melihat progresifitas kader dalam ber-GMKI yang akan
dituangkan dalam buku kader sebagai data BPC untuk melakukan pembenahan pada segala aspek.

viii. Sertifikasi
Sertifikasi Latihan Kader Tingkat II dikeluarkan oleh BPC atau Pengurus Pusat atas rekomendasi BPC, setelah
dilakukan pengevaluasian.

ix. Pasca Latihan Kader Tingkat II


Setelah latihan Kader Tingkat II ditempuh, kader diarahkan untuk mengisi struktur-struktur BPC dan/atau penanggung
jawab lembaga intra kampus dan/atau lembaga lain di tiga medan pelayanan.

Bab III
Penutup

1. Salah satu kompetensi dalam PDSPK 2006 yakni Mampu Belajar Efektif (teknik mencatat, membaca, mendengar,
berbicara, dan menulis) tidak dimasukkan dalam Sistem Pendidikan Kader GMKI Bandung. Harapannya Kompetensi ini dapat diberikan
kepada anggota GMKI Bandung melalui pengkaderan nonformal seperti Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan Public Speaking, kegiatan di
Lembaga Bentukan Lentera Pranahara, Jurnalis Berkibar, BSPH, Fodium, ataupun aktivitas lainnya. BPC diharapkan dapat membuat silabus
dari kompetensi tersebut.
2. BPC perlu menyusun kurikulum kerohanian terkait pemahaman anggota terhadap Alkitab dan Kekristenan. Hal ini
penting disusun oleh BPC agar anggota GMKI Bandung dapat memahami bagaimana pola pendidikan Kekristenan di dalam organisasi
GMKI. Sistem Pendidikan Kader GMKI Bandung belum terlalu dalam mengajarkan bagaimana pola pikir anggota GMKI dalam memahami
dan menerjemahkan ajaran Alkitab.
3. Bahwa Sistem Pendidikan Kader GMKI Bandung Tahun 2013 ini akan mengganti ketentuan Sistem Pendidikan
Kader GMKI Bandung Tahun 2012 yang telah ada sebelumnya.
4. Segala hal yang belum diatur dalam SPK ini akan diatur oleh BPC dengan memperhatikan PDSPK 2006 GMKI.

Anda mungkin juga menyukai