(PDSPK) 2006
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN
INDONESIA
Diterbitkan Oleh:
Pengurus Pusat GMKI
dan
Yayasan Bina Darma
Cetakan Pertama
Februari 2007
Kata Pengantar Apresiasi yang mendalam dan limpahan
terima kasih, kami haturkan kepada Pengurus
Pusat GMKI Masa Bakti 2004-2006, Yayasan
Bina Darma-Salatiga, Tim Perumus PDSPK
egala puja, puji, dan hormat layak dipersembahkan
GMKI 2006 serta Bapak Alex Ch. D. Mira Kaho
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
2000 di Bali sampai selesainya masa kurikulum pada 2004-2006 membuat Pola Dasar Sistem Pendidikan
Tahun 2002, cabang-cabang GMKI memiliki masalah Kader GMKI yang baru.
serius dengan implementasi secara terencana dan Beberapa catatan evaluasi terhadap PDSPK
sistematis PDSPK 1992-2002. Artinya apapun alasan GMKI 1992-2002 adalah sebagai berikut:
yang dikemukakan, waktu 2 tahun menjelang selesainya 1. Dari sejumlah studi dan evaluasi sejak Konsultasi
masa kurikulum PDSPK 1992-2002, tidak memberikan Nasional GMKI 2004 di Tana Toraja sampai Seminar
kemungkinan cabang-cabang mengimplementasi dan Lokakarya Salatiga, dapat disimpulkan bahwa
PDSPK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan penyebab utama tidak dapat diimplementasikan
kader GMKI mengalami kerancuan berkaitan dengan PDSPK 1992-2002 adalah keterlambatan
konsistensi dan ketepatan implementasi pendidikan penyelesaian perangkat operasional, berkaitan
kader. Sejak Kongres GMKI 2002 di Tondano, evaluasi dengan modul, juklak, dan sistem evaluasi yang baru
terhadap sistem pendidikan kader GMKI dan berbagai diberikan pada Kongres GMKI 2000 di Bali.
masalah seputar pembinaan anggota mulai dilakukan 2. Selain kendala utamanya adalah keterlambatan
oleh cabang-cabang GMKI. Beragam fakta empirik penyelesaian perangkat operasionalnya, beberapa
berkaitan dengan evaluasi PDSPK GMKI 1992-2002 ini kendala lain penyebab tidak dapat
seakan membuka kembali perdebatan di awal Tahun 90- diimplementasikan PDSPK 1992-2002, antara
an sehubungan dengan berbagai perubahan yang terjadi lain: 1) keterbatasan dana; 2) terbatasnya tenaga
di medan pelayanan yang harus direspons oleh sistem fasilitator; 3) terbatasnya sarana fasilitas
pendidikan kader GMKI. pendukung; 4) kurangnya pemahaman pengurus
terhadap konsep PDSPK; 5) sulitnya
Rangkaian evaluasi PDSPK 1992-2002 secara
menerjemahkan PDSPK ke dalam pola
serius mulai dilakukan oleh Pengurus Pusat GMKI Masa
pengembangan kader sesuai konteks pergumulan
Bakti 2002-2004 pada Konsultasi Nasional GMKI 2004
cabang.
di Tana Toraja. Konsultasi Nasional ini
3. Beberapa diskusi dan studi pengayaan serta
merekomendasikan Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti
evaluasi cabang-cabang yang mengimplementasi
2002-2004 untuk melakukan studi dan evaluasi lebih
PDSPK 1992-2002, memberikan beberapa
lanjut terhadap PDSPK 1992-2002. Selanjutnya oleh
Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2002-2004 catatan, antara lain: 1) sistem belajar dengan SKS
dilaksanakan Seminar dan Lokakarya PDSPK 1992- memberatkan mahasiswa yang sementara aktif
2002 di Salatiga yang bertujuan melakukan studi kuliah; 2) tidak relevannya beberapa materi
intensif dan mendalam, berkaitan dengan permasalahan dengan konteks pergumulan cabang; 3) sistem
utama PDSPK 1992-2002. Studi selanjutnya dilakukan belajar modul memberatkan mahasiswa yang
oleh Kongres GMKI 2004 di Pematang Siantar, yang sementara aktif kuliah; 4) padatnya materi
merekomendasikan Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
PDSPK menyebabkan sulitnya peserta didik 1. Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi
membagi waktu dengan kesibukan kuliah; 5) lainnya kepada pengenalan akan Yesus Kristus
perubahan konteks pergumulan organisasi di selaku Tuhan dan Penebus dan memperdalam
tengah-tengah kecenderungan perubahan ideologi iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari;
yang sarat dengan isu-isu kontemporer; 6) 2. Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa
perubahan peta pelayanan organisasi kepemudaan di tengah-tengah mahasiswa dan perguruan tinggi
dan mahasiswa harus tetap diimbangi oleh GMKI; dalam kesaksian memperbaharui masyarakat,
dan 7) menguatnya isu-isu aktual yang harus manusia dan gereja;
direspons lewat pendidikan kader. 3. Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang
ahli dan bertanggung jawab dengan menjalankan
1.1.2. Tinjauan Konstitusi panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara,
gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan
Tinjauan aspek Konstitusi (AD/ART) GMKI
menjadi sarana bagi terwujudnya kesejahteraan,
dimaksudkan bahwa sebagai pelembagaan nilai-nilai
perdamaian, keadilan, kebenaran, dan cinta kasih
dasar organisasi, konstitusi (AD/ART) memiliki tugas
di tengah-tengah manusia dan alam semesta.
untuk mengatur, menertibkan dan sekaligus memberi
arah kepada aktivitas organisasi pada semua aras, 1.1.2.3. Nilai-nilai dan Prinsip GMKI
termasuk di dalamnya mengatur tercapainya kegiatan
Nilai dan prinsip dimaksudkan bahwa dalam
Pendidikan Kader. Secara khusus hendak di tegaskan
pelaksanaan pendidikan kader GMKI ada sejumlah
bahwa prinsip pelaksanaan pendidikan kader adalah
nilai dan prinsip yang harus terintegrasi dan menjadi
untuk menghasilkan kader-kader GMKI yang akan
pemahaman mendasar bagi kader GMKI. Nilai-nilai
mengerjakan tugas dan pelayanan organisasi untuk
dan prinsip ini akan secara aktif (inherent) berperan
pencapaian Visi Misi GMKI. Dengan demikian Visi Misi
dalam proses pendidikan kader GMKI.
GMKI menjadi sumber dan memberi arah bagi
1. Nilai-nilai GMKI adalah apa yang menjadi
pelaksanaan pendidikan kader di GMKI.
pedoman/tingkah laku kader yang senantiasa
1.1.2.1. Visi harus nampak dalam aktivitas GMKI. Nilai-nilai
tersebut meliputi Panca Kegiatan yaitu
Visi organisasi ini adalah terwujudnya
berdoa/beribadah, belajar, bersaksi, bersosial,
perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran,
berkreasi, dan Tri Panji yakni tinggi iman, tinggi
keutuhan ciptaan, dan demokrasi di Indonesia
ilmu, dan tinggi pengabdian.
berdasarkan kasih.
2. Prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok
1.1.2.2. Misi dasar berpikir dan bertindak. Prinsip tersebut
Misi organisasi ini adalah:
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
1.3. Latar Belakang Teologis pelayanan GMKI ke depan dalam memandang persoalan
medan pelayanan dan kebangsaan harus dilakukan dalam
Latar belakang sejarah GMKI telah menjelaskan
konsep ekumenisme yang lebih transformatif, emansipatif,
strategisnya posisi pendidikan kader dalam mewarnai
dan memiliki Visi pemberdayaan masyarakat, sehingga
tugas-tugas di gereja, masyarakat, dan perguruan tinggi.
Doa Agung Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:21 memiliki
Selain aspek kesejarahan GMKI, maka pelaksanaan tugas
makna bagi pelayanan GMKI di gereja, masyarakat, dan
GMKI sebagai gereja incognito perlu mendapat perhatian
perguruan tinggi.
serius dalam pendidikan kader GMKI.
Panggilan teologis GMKI adalah untuk bersekutu,
bersaksi, dan melayani sebagai penampakan tugas gereja
incognito dalam mewujudkan ekumenisme di medan BAB II
pelayanannya. Sebagai gereja incognito yang secara PERMASALAHAN
fungsional melaksanakan tri tugas gereja, GMKI menyadari
bahwa panggilan bersekutu, bersaksi, dan melayani dalam Secara umum, permasalahan yang dihadapi GMKI
konteks Indonesia yang majemuk tidak mungkin dilakukan dikelompokkan dalam dua bagian, pertama: internal
sendiri oleh gereja sebagai institusi, apalagi dalam organisasi, yakni dinamika yang sementara terjadi dan
pergumulan dunia perguruan tinggi. Dalam dinamika memerlukan perhatian serius. Kedua: eksternal organisasi,
medan pelayanan yang majemuk dan semakin kompleks adalah realitas kontekstual GMKI, dimana laju perubahan
ini, orientasi pelayanan harus diarahkan agar tumbuh gereja, masyarakat dan perguruan tinggi menjadi sulit
penghargaan terhadap keberadaan kemajemukan, di diramalkan.
samping harus dibangun landasan teologis bagi semua 2.1 Internal
model pelayanan GMKI di medan pelayanannya. Dalam Dalam perkembangan organisasi saat ini terdapat
pencapaian Visi misinya, GMKI senantiasa menempatkan beberapa permasalahan yang harus ditangani secara serius.
Yesus Kristus sebagai pusat dari segala pekerjaan Apabila ditelaah secara serius, maka masalah utama
pelayanannya bagi dunia di mana ia berada (cristo centris), GMKI saat ini adalah makin melemahnya posisi dan
karena hanya melalui Yesus Kristus sajalah manusia dapat peran organisasi. Kondisi ini paling tidak
mengenal Allah yang benar. menggambarkan dua hal penting, yakni: pertama: secara
Dalam tanggung jawab mewujudkan ekumenisme, internal kondisi ini akan berdampak pada mandeknya
maka seluruh tugas dan pekerjaan pelayanan GMKI harus aktivitas organisasi, dan kedua: secara eksternal akan
menjadikan semua gereja termasuk masyarakat luas menyebabkan lemahnya tanggung jawab sosial dan
sebagai satu komunitas yang nampak kemajemukannya, pelayanan GMKI di medan pelayanannya. Beberapa
dengan demikian gereja terbuka dalam pelayanan umat permasalahan dimaksud antara lain: pertama:
dan masyarakat dan sebaliknya ada tanggung jawab umat kesenjangan dan mandeknya komunikasi antar-struktur
dan masyarakat bagi kelangsungan hidup gereja di tengah- dan dengan anggota telah menyebabkan tidak efesien dan
tengah kemajemukan. Sebagai gereja incognito, tugas dan efektif manajemen organisasi; kedua: kultur feodalistik
yang menyimpan potensi konflik, baik laten maupun
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
manifest dalam organisasi; ketiga: menurunnya tingkat perkembangan berbagai aspek kehidupan, termasuk di
partisipasi anggota baik karena konflik ataupun tingkat dalamnya kehidupan gereja, masayarakat, dan
kesibukan kampus; dan keempat: makin menurunnya perguruan tinggi. Konsekuensi logisnya adalah GMKI
upaya anggota dan pengurus untuk memahami secara baik akan menghadapi tantangan baru yang lebih kompleks
dan benar nilai-nilai kedirian organisasi. Keempat hal ini dan menuntut pola penyelesaian yang relevan.
paling tidak merupakan permasalahan yang dominan dan
sangat mempengaruhi aktivitas organisasi saat ini. 2.2.1. Gereja
Selain itu, permasalahan lain ialah bentuk 2.2.1.1. Kondisi gereja-gereja Indonesia saat ini menunjukkan
organisasi yang berpengaruh pada sistem manajemen dinamika pelayanan yang semakin variatif, artinya
organisasi yang telah menyebabkan kemandegan pada untuk menjaga kelangsungan pelayanan, gereja
keputusan/kebijakan strategis organisasi (melemahnya kemudian mengembangkan model-model pelayanan
posisi dan peran organisasi), terlebih pada aktivitas yang baru. Realitas ini dapat memberikan dampak yang
cabang-cabang GMKI. Selain masalah manajemen, positif sekaligus negatif. Dampak positifnya ialah
sumber daya manusia organisasi yang berkaitan dengan mendorong gereja untuk semakin memahami konteks
ketrampilan kepemimpinan dan kemampuan akademik pelayanan, di mana ada kebutuhan umat dan
dalam mengelola organisasi dan memecahkan masalah masyarakat luas yang harus dilayani. Dampak
medan pelayanan GMKI adalah masalah yang harus negatifnya ialah dalam pandangan publik, model-
ditangani secara serius, karena dalam pelaksanaan model pelayanan baru terkadang di nilai bermakna
tugas-tugas organisasi faktor kepemimpinan dan rangkap sehingga memunculkan sikap-sikap defensif
kemampuan akademik akan digunakan sebagai standar dalam pergaulan dan perjumpaan gereja dengan
untuk mengukur kehadiran dan partisipasi organisasi di komunitas di mana gereja ada dan melakukan tugas
gereja, masyarakat dan perguruan tinggi. Pemetaan bersekutu, bersaksi dan melayani. Apalagi fakta
terhadap seluruh kondisi ini menggambarkan dinamika
empirik saat ini menunjukkan bahwa masih banyak
organisasi yang tidak seimbang dalam manajemen
gereja yang hidup untuk kehidupan di masa depan,
organisasi, dengan demikian diperlukan keseriusan
sebuah fakta eskatologis yang menjadi sindrom gereja-
organisasi ini untuk melakukan langkah-langkah
gereja di Indonesia, di mana sikap ini akan semakin
affirmative untuk penyelesaian yang efektif dan efisien.
mengisolasi gereja dalam pergaulan dengan publik.
2.2 Eksternal Untuk masa-masa mendatang, gereja dan seluruh
Perkembangan globalisasi yang mendorong laju hakekat pergumulannya harus di dorong untuk mampu
percepatan pembangunan secara sadar telah menciptakan memetakan realitas kekiniannya dan merubah
perubahan yang besar dalam perkembangan gereja, paradigma pelayanannya untuk tidak hanya
masyarakat, dan perguruan tinggi. Perkembangan pemberdayaan umat tetapi harus bergeser kepada
globalisasi yang melahirkan lebih besar peran neo- pemberdayaan masyarakat.
liberalisme telah mempengaruhi
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
2.2.1.2. Perbedaan pendapat soal peran gereja dalam bidang luas. Tantangan baru gereja adalah menjadi media
politik adalah persoalan lain dalam pelayanan gereja. untuk filterisasi nilai-nilai baru tersebut dan
Hingga saat ini beragam pemahaman muncul tentang membangun keadaban umat dan masyarakat untuk
bagaimana bentuk partisipasi gereja dalam bidang mampu berada dalam goncangan neo-liberalisme atau
politik. Transisi politik saat ini harus diwaspadai sangat gereja kemudian terjebak dan tidak mampu melakukan
serius oleh gereja, artinya dalam peran profetisnya sesuatu yang bermanfaat.
gereja tidak mungkin hanya diam dalam perubahan tata
2.2.1.4. Ekumenisme adalah fakta dan tantangan gereja dan
kelola politik saat ini. Memposisikan diri sebagai
kekristenan secara umum untuk masa kini dan
independen atau kekuatan penyeimbang atau apapun
mendatang di Indonesia. Tugas gereja-gereja dan
namanya, gereja harus mampu mendefinisikan dengan
kekristenan di Indonesia adalah mencari dimensi yang
baik peran tersebut, maksudnya agar gereja tidak
tepat untuk implementasi tugas dan panggilan gereja
terjebak dan menjadi eksklusif tetapi mampu
dalam semakin kompleksnya tantangan dan hubungan
memposisikan diri dengan baik dan mengarahkan umat
antaragama, gereja dengan negara bahkan hubungan
serta masyarakat dalam menyikapi perubahan tata
antara gereja dengan lingkungan pelayanannya.
kelola politik nasional.
Tuntutan mencari dimensi yang tepat atau format baru
2.2.1.3. Saat ini fundamentalisme muncul sebagai respons dan bagi kehidupan dan pelayanan kekristenan/gereja di
kritik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan Indonesia adalah lebih pada mencari bentuk hubungan
teknologi sebagai dampak globalisasi dan pada sisi lain gereja dengan sesama rekan sepelayanan dan gereja
menjadi musuh pluralisme. Sebagai kritik terhadap dengan dunia pelayanannya. Transformasi pemahaman
globalisais, fundamentalisme adalah perang secara tentang ekumenisme saat ini masih menjadi diskusrus
ideologi dan kritik terhadap kehidupan modernitas dan di kalangan elit gereja dan belum menemukan aspek
menolak suatu konstruksi sosial yang sekuler. programatik yang lebih bermanfaat dan kontekstual
Kebangkitan fundamentalisme agama yang bagi perkembangan pelayanan dan ekumenisme yang
menekankan wahyu sebagai sumber tertinggi dan lebih emansipatif, transformatif, dan berorientasi
meninggalkan rasionalitas adalah tantangan dan pemberdayaan masyarakat luas dan umat.
ancaman bagi gereja-gereja Indonesia. Selain
kebangkitan fundamentalisme agama, dunia dan
2.2.2. Masyarakat
terkhusus gereja saat ini akan berhadapan dengan
kebangkitan fundamentalisme pasar yang dikonstruksi Dalam medan pelayanan masyarakat, berbagai
secara sistematis dalam pasar bebas yang memegang permasalahan yang terjadi telah menyebabkan
dogma materialistik sebagai ajaran utama. Dalam pergeseran pada bidang sosial, budaya, politik, dan
konteks pasar bebas ini, gereja akan secara institusi juga kesenjangan ekonomi dan lemahnya
berkompetisi untuk sebuah model pelayanan yang tidak keteladanan hukum dalam masyarakat. Akar semua
karikatif lagi mengingat materialistik adalah daya tarik permasalahan ini bersumber dari tidak seimbangnya
yang luar biasa bagi kehidupan umat dan masyarakat sistem pengelolaan pemerintahan yang lebih
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
berorientasi kekuasaan dibanding strategi 2.2.2.2. Untuk beberapa tahun mendatang perkembangan dan
pemberdayaan masyarakat. Secara empirik pengaruh globalisasi adalah masalah serius bagi
permasalahan pada medan pelayanan masyarakat, masyarakat Indonesia. Sebagai masyarakat dunia
sebagai berikut: ketiga, maka neo-liberalisme akan sangat
mempengaruhi pengelolaan tata pemerintahan
2.2.2.1. Transisi menuju demokrasi adalah diskursus politik
dengan berbagai turunannya, termasuk manajemen
pada beberapa tahun terakhir dalam masyarakat
kebijakan pembangunan Indonesia. Berbagai
Indonesia. Pergantian pemerintahan hingga saat ini
dampak perkembangan global ini antaralain:
paling tidak telah membuka kran demokrasi bagi
masyarakat ekonomi lemah akan tertinggal dan
partisipasi publik yang lebih baik, artinya reformasi
menjadi sangat miskin tanpa pemberdayan dan
telah memberikan angin demokrasi bagi sebuah
subsidi; akumulasi modal dan distribusi pendapatan
kehidupan politik kearah yang lebih baik. Dalam
dikelola oleh para pemilik modal; penguasaan pasar
beberapa dimensi kehidupan, perubahan tata kelola
modal oleh kekuatan kapital asing; penguasaan arus
politik ini paling tidak memperlihatkan bahwa pada
keuangan dan sumber daya strategis; dan penguasaan
dimensi pembangunan sebuah pemandangan
alur produksi dan distribusi barang dan jasa. Dampak
ketimpangan yang luas dan sarat dengan masalah
lainnya adalah kerusakan ekosistem lingkungan
sosial dalam bidang ekonomi dan sosial, baik
hidup; penyakit; meningkatnya angka pengangguran
antarindividu, kelompok maupun antarwilayah.
dan kriminalitas pada pusat-pusat perekonomian.
Konsep pembangunan yang seharusnya
mengintegrasikan seluruh kepentingan, saat ini 2.2.2.3. Otonomi daerah secara normatif konsepsional
hanya mengejar peningkatan pendapatan perkapita diharapkan menjadi salah satu alat yang tepat untuk
tanpa mempertimbangkan aspek lain dalam mewujudkan keadilan daerah secara merata baik
pembangunan. Bahwa peningkatan pendapatan dalam dimensi ekonomi, sosial, partisipasi politik
perkapita dapat menyelesaikan kemiskinan adalah maupun penegakan hukum. Dalam beberapa tahun
satu dari sekian fakta saat ini, karena pada dimensi terakhir, evaluasi terhadap otonomi daerah justru
lain kemiskinan dan ketimpangan tidak hanya menyebabkan munculnya persoalan-persoalan serius
masalah ekonomi tetapi sebuah realitas dan masalah di daerah-daerah dan mengganggu efektivitas
sosial. Konsep ini justeru dalam realitasnya pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri. Pada
menimbulkan masalah-masalah serius dalam tingkatan masyarakat, terjadi konflik kepentingan
pembangunan, antara lain: rendahnya kualitas karena pengelolaan sumber daya strategis, sementara
sumber daya manusia; meningkatnya angka pada tingkatan elit politik dan birokrasi terjadi
kemiskinan; pengangguran semakin tidak terkontrol; konflik kepentingan karena perebutan lahan dan
tidak meratanya distribusi pendapatan dan buruknya orientasi kekuasaan semata. Beberapa penyebab
sistem jaminan sosial kepada masyarakat. mendasar persoalan ini antara lain: ketidaksiapan
institusi pemerintah daerah untuk merespons dan
mengelola berbagai perubahan yang dramatikal di
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
daerah; berbagai regulasi yang tidak akomodatif dan konflik kepentingan atas nama kesejahteraan
tidak tepat sasaran; belum meratanya penyebaran masyarakat, hal ini dapat dilihat dengan semakin
sumber daya manusia; dan semakin merajalelanya luasnya ketimpangan sosial ekonomi dengan
KKN dalam pengelolaan dana otonomi daerah. Hal meningkatnya angka kemiskinan, menguatnya etno-
lain yang perlu dikelola secara baik dalam nasionalisme, dan kebangkitan politik lokal serta
perkembangan otonomi daerah adalah menguatnya munculnya kekuatan-kekuatan pro demokrasi.
etno-nasionalisme yang telah menghidupkan Keseluruhan persoalan ini pada titik tertentu dapat
kearifan dan keunggulan lokal sekaligus menguatkan menyulut persoalan disintegrasi bangsa.
semangat primordial yang dapat memicu berbagai
2.2.3. Perguruan Tinggi
konflik horisontal dalam masyarakat.
2.2.3.1. Perkembangan globalisasi yang dikemas dalam
2.2.2.4. Saat ini kontrol masyarakat terhadap kinerja
perspektif dinamisasi perkembangan ilmu
pemerintahan menjadi sangat tidak efektif. Sebagai
pengetahuan dan teknologi (iptek) telah
pemegang kedaulatan, terlihat bahwa partisipasi
mengarahkan keseriusan perguruan tinggi untuk
masyarakat dalam mengontrol kebijakan publik baik
semakin dekat pusat-pusat penelitian dari
yang dikelola pemerintah maupun swasta belum
kepentingan industri global dan menjadi
dimaksimalkan dan bahkan cenderung diabaikan.
perpanjangan tangan dari promosi kepentingan iptek
Pada bagian lain, penegakan hukum sebagai salah
bagi kehidupan umat manusia. Implikasi serius
satu syarat mewujudkan demokrasi masih terjebak
kondisi ini adalah perguruan tinggi dapat
dalam pusaran kekuasaan dan penguasa. Wibawa
meninggalkan kenetralannya sebagai lembaga ilmiah
hukum dan fungsi hukum justru disalahgunakan oleh
yang hidup dengan etika ilmu dan etika profesi.
para penegak hukum. Reformasi bidang hukum
Pergeseran ini akan menyebabkan peran dan posisi
mendapat arus balik, dimana perangkat dan aturan
perguruan tinggi yang berkaitan dengan tugasnya
hukum justru diatur oleh kekuasaan, dan hukum
dalam masyarakat untuk pengembangan intelektual
menjadi tidak independen terhadap asas yang
dan membangun masyarakat menjadi berorientasi
dianutnya. Munculnya berbagai kasus korupsi dan
kepada bisnis iptek industri global. Di masa
pelanggaran HAM dalam berbagai konflik
mendatang kondisi ini semakin mempertegas bahwa
berlatarbelakang SARA yang belum terselesaikan
pergururan tinggi dan masyarakat akan berada pada
telah turut memandulkan penyelenggaran tertib
kepentingannya masing-masing.
hukum di Indonesia.
2.2.3.2. Saat ini dan untuk masa mendatang perguruan tinggi
2.2.2.5. Disparitas sosial ekonomi antar daerah saat ini telah
akan berada dalam perkembangan demokrasi yang
menyebabkan munculnya berbagai kerawanan sosial
semakin terbuka dengan perkembangan masyarakat
yang mungkin berujung pada perjuangan menuntut
sipil yang semakin baik sebagai syarat tumbuhnya
keadilan. Situasi dan konteks geopolitik Indonesia di
demokratisasi. Pada kondisi ini, pertanggungjawaban
masa mendatang akan penuh dengan berbagai
sosial politik perguruan tinggi untuk menjaga
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
4.1.6. Perilaku Etis 5.1.1. Strategi yang menyangkut teknis pelaksanaan dengan
Pendidikan Kader GMKI harus menumbuhkan melihat keunggulan komparatif dan keunikan wilayah.
dan mengembangkan kemampun menumbuhkan Mengenai strategi ini, pendidikan kader harus fleksibel
perilaku etis. Sikap-sikap etis yang hendak untuk mengakomodasi dan mengadaptasi berbagai
dikembangkan
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
keunikan wilayah atau kearifan lokal sebagai Pendidikan Kader GMKI, kurikulum pendidikan kader
keunggulan komparatif dalam muatan pendidikan kader. mengandung tiga aspek (dimensi): kognitif
(pengetahuan), psikomotorik (ketrampilan), dan afektif
5.1.2. Strategi yang menyangkut muatan, yaitu strategi yang (sikap). Dimensi kognitif dalam pendidikan kader ini
memberi tekanan pada pengembangan spiritualitas, adalah pemberian pengetahuan untuk mengenali
penguatan ketrampilan organisasi, manajemen dan organisasi yang dimasukinya dan pemberian
kemampuan untuk peningkatan prestasi studi.
kemampuan akademik serta potensi dinamik. Dengan
Dimensi psikomotorik dalam pendidikan kader
strategi ini, kader GMKI diharapkan memiliki adalah pemberian pengetahuan dan ketrampilan
kompetensi spiritualitas dan memiliki ketrampilan untuk untuk membangun relasi secara internal dan eksternal
mengelola organisasi serta memiliki kemampuan dan bagaimana mengelola organisasi. Dimensi afektif
akademik. Pengembangan potensi akademik mengacu pada pemberian pengetahuan dan keteladanan
dimaksudkan agar kader-kader GMKI bertanggung untuk mampu mengembangkan sikap dan perilaku etis
jawab mengantisipasi dan memecahkan berbagai dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, dan
persoalan di seputar medan pelayanan. bernegara.
Struktur kurikulum dikonstruksikan dalam
5.1.3. Strategi yang menyangkut pendekatan, yakni pendekatan tiga level yang lateral/tidak berjenjang/setara, yang
andragogi-partisipatif dan integralistik. Berkaitan dengan termuat dalam masing-masing standar kompetensi.
strategi ini, pelaksanaan pendidikan kader GMKI akan 1. Standar kompetensi Level I adalah kader yang
mampu berpikir metodologis, belajar efektif, dan
dikelola sebagai proses belajar orang dewasa yang
menerapkan kehidupan yang melayani, disiplin,
memberikan kesempatan yang sama bagi anggota GMKI dan rajin.
untuk ikut dalam proses pendidikan kader dan strategi ini 2. Standar kompetensi Level II adalah kader yang
akan menempatkan kader sebagai subyek belajar. Pada mampu memimpin, bersikap jujur, dan
sisi lain, pendekatan integralistik dimaksudkan bahwa menerapkan kehidupan yang bersaksi.
segala aspek pendidikan dan jenjang pendidikan disusun 3. Standar kompetensi Level III adalah kader yang
sedemikian rupa, dengan tidak mengutamakan pokok memiliki keterampilan manajerial dan pemecahan
yang satu dengan yang lain tetapi menampakkan saling masalah, setia dan berkomitmen tinggi serta aktif
keterkaitan dan terintegrasi sebagai satu kesatuan utuh membangun persekutuan.
proses pendidikan kader GMKI.
Secara sederhana, hubungan antara strategi,
5.2 Kebijakan Operasional kurikulum, dan profil kader yang harus dihasilkan
5.2.1 Kurikulum oleh Pendidikan Kader GMKI, dapat digambarkan
Kurikulum merupakan komponen penting sebagai berikut:
dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam
aktivitas
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006
BAB VI
KURIKULUM PDSPK
Tabel I:
Standar Kompetensi:
Kader yang mampu berpikir metodologis, belajar efektif, dan menerapkan kehidupan yang melayani, disiplin,
dan rajin.
PENGALAMAN Alokasi
No KOMPETENSI DASAR POKOK BAHASAN WAKTU
BELAJAR T P L
1 Mampu berpikir metodologis Memahami materi 1. Identifikasi masalah
berpikir metodologis 2. Perumusan masalah
Latihan, studi kasus 3. Hipotesis
4. Metodologis
5. Penarikan Kesimpulan dan generalisasi
2 Mampu belajar efektif Latihan mencatat, 1. Teknik mencatat
membaca, mendengar, 2. Teknik membaca
berbicara, menulis 3. Teknik mendengar
4. Teknik berbicara
5. Teknik menulis
3 Memahami dan Simulasi, eksposure 1. Identifikasi masalah sosial
Mendemonstrasikan masalah sosial, studi 2. Alternatif pemecahan masalah sosial
kehidupan yang melayani kasus, aksi sosial. 3. Disain rencana aksi
berdasarkan iman Kristen 4. Aksi sosial
5. Refleksi
4 Mampu mempraktekkan Latihan menyusun visi 1. Teknik merumuskan visi dan misi pribadi
kehidupan yang disiplin dan dan misi pribadi, 2. Teknik merencanakan aktivitas pribadi dalam
rajin membuat perencanaan batasan waktu
aktivitas pribadi, 3. Teknik menetapkan prioritas
menetapkan prioritas.
PDSPK GMKI 2006
Tabel II:
Standar Kompetensi:
Kader yang mampu memimpin, bersikap jujur, dan menerapkan kehidupan yang bersaksi
PENGALAMAN Alokasi
No KOMPETENSI DASAR POKOK BAHASAN WAKTU
BELAJAR T P L
1. Mampu menerapkan Memahami dan berlatih 1. Konsep-konsep kepemimpinan
prinsip-prinsip dasar melalui studi kasus untuk a. Pengertian
Kepemimpinan menerapkan prinsip- b. Jenis-jenis
prinsip dasar c. Sumber-sumber
kepemimpinan. d. Nilai-nilai
2. Prinsip-prinsip dasar kepemimpinan
3. Gaya-gaya/tipe kepemimpinan
4. Teknik pengambilan keputusan
2 Memahami dan Studi kasus, latihan 1. Konsep kesaksian
Mendemonstrasikan mengkontekstualisasikan 2. Metode bersaksi
kehidupan yang bersaksi iman Kristen. 3. Pemahaman konteks
berdasarkan iman Kristen 4. Metode kontekstualisasi nilai
5. Teknik mengklarifikasi nilai
6. Refleksi
3 Mampu menerapkan Studi kasus dan simulasi 1. Etika organisasi
kehidupan yang jujur 2. Konsep integritas
PDSPK GMKI 2006
Tabel III:
Standar Kompetensi:
Kader yang memiliki ketrampilan manajerial dan pemecahan masalah, setia dan berkomitmen tinggi serta aktif
membangun persekutuan.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Pendidikan kader, bagi organisasi seperti GMKI,
merupakan hal pokok dan urat nadi untuk
menopang keberadaannya. Dengan melakukan
aktivitas pendidikan kader, diharapkan GMKI
mampu mengemban Misi dalam upaya
pencapaian Visi GMKI di ketiga medan
pelayanannya, yang senatiasa bergerak secara
dinamis.
PETUNJUK PELAKSANAAN pendidikan kader sebelumnya, yakni pola
POLA DASAR SISTEM PENDIDIKAN KADER pendidikan kader 1981-1991 dan PDSPK
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA 2006 GMKI 1992-2002
5. Berkaitan dengan limit waktu implementasi
PDSPK, maka kurikulum PDSPK GMKI
mengandung prinsip fleksibilitas dan adaptif
1. UMUM terhadap perubahan medan pelayanan,
Petunjuk pelaksanaan (juklak) kurikulum PDSPK GMKI dengan demikian kurikulum PDSPK tetap
2006 adalah pedoman umum yang diperuntukkan bagi terbuka untuk terus melakukan adaptasi.
penanggungjawab dan pelaksana pendidikan kader GMKI. 6. Strategi yang dikembangkan dalam
kurikulum PDSPK GMKI ini antara lain:
A. Latar Belakang PDSPK GMKI a. Strategi yang menyangkut tekni
1. Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader GMKI merupakan pelaksanaan dengan melihat keunggulan
strategi pendidikan kader GMKI yang disusun secara komparatif dan keunggulan wilayah;
sistematis, terencana, dan integralistik agar pendidikan b. Strategi yang menyangkut muatan, yaitu
kader dapat berjalan secara utuh, menyeluruh, dan strategi yang memberi tekanan pada
terpadu dalam kepentingan kaderisasi dan memberikan pengembangan spiritualitas, penguatan
jawaban terhadap dinamika dan persoalan medan ketrampilan organisasi, manajemen dan
pelayanan yang semakin kompleks; kemampuan akademik serta potensi
2. Pola Dasar Pendidikan Kader GMKI disusun untuk dinamik;
menghasilkan pemimpin dan pelayanan dengan profil c. Strategi yang menyangkut pendekatan,
kader yang memiliki spiritualitas, integritas, dan yaitu pendekatan andragogi partisipatif
profesionalitas; dan integralistik.
3. Perumusan Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader GMKI
ini mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam B. Struktur PDSPK GMKI
kehidupan organisasi yang meliputi: 1. Struktur kurikulum Pola Dasar Sistem
a. Visi Misi GMKI Pendidikan Kader GMKI 2006
b. Permasalahan dan dinamika internal organisasi dikonstruksikan atau disusun dalam tiga
c. Kecenderungan kondisi eksternal level/tabel yang lateral/tidak
d. Nilai-nilai GMKI berjenjang/setara, yang termuat dalam
e. Aspek teologi sebagai dasar panggilan dan masing-masing standar kompetensi yaitu:
pelayanan GMKI level/tabel I, level/tabel II, dan level/tabel
4. Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader 2006 adalah III;
produk ketiga dalam sistem pendidikan kader GMKI,
yang merupakan kelanjutan pola dasar sistem
2. Sebagai satu kesatuan yang terintegrasi artinya ketiga 2. INDIKATOR KOMPETENSI
level/tabel ini tidak dapat dilepaspisahkan dan A. Untuk dapat mengukur keberhasilan proses
merupakan satu kesinambungan proses; belajar dalam pendidikan kader maka fasilitator
3. Lateral/tidak berjenjang/setara artinya level/tabel harus dapat merumuskan dan mengembangkan
pendidikan kader tidak wajib dilakukan secara indikator kompetensi;
berurutan. Tapi disesuaikan dengan kebutuhan cabang. B. Indikator kompetensi yang dirumuskan harus
Sehingga dimungkinkan untuk bebas memilih dan mengandung tiga ketentuan, yakni: 1) harus
mengkombinasikan kompetensi dasar dari level/tabel dapat diukur; 2) harus dapat diobservasi; dan 3)
manapun untuk diimplementasikan. harus kontekstual.
4. Pada level/tabel I, standar kompetensi yang ingin
dibentuk adalah kader yang mampu berpikir 3. METODE
metodologis, belajar efektif, menerapkan kehidupan A. Untuk memaksimalkan proses pendidikan
yang melayani, dan disiplin dan rajin. Maka kader GMKI, maka metode yang
kompetensi dasar yang diberikan adalah: berpikir dikembangkan harus disesuaikan dengan
metodologis; belajar efektif; kehidupan yang melayani; indikator dan pengalaman belajar.
dan kehidupan yang disiplin dan rajin; B. Untuk menjawab kebutuhan belajar, maka
5. Pada level/tabel II, standar komptensi yang ingin metode diatur dan dikembangkan oleh
dibentuk adalah kader yang mampu memimpin, fasilitator.
bersikap jujur, dan menerapkan kehidupan yang 4. MEDIA
bersaksi. Maka kompetensi dasar yang diberikan A. Untuk memaksimalkan proses pendidikan
adalah: prinsip-prinsip dasar kepemimpinan; kader GMKI, maka media yang dikembangkan
kehidupan yang bersaksi berdasarkan iman Kristen; harus disesuaikan dengan indikator, metode,
dan kehidupan yang jujur; dan pengalaman belajar.
6. Pada level/tabel III, standar kompetensi yang ingin B. Pemilihan dan pengembangan media belajar
dibentuk adalah kader yang memiliki keterampilan dilakukan oleh fasilitator.
manajerial dan pemecahan masalh, setia, dan
berkomitmen tinggi serta aktif membangun 5. WAKTU
persekutuan. Maka kompetensi dasar yang diberikan A. Waktu belajar disusun sesuai dengan indikator,
adalah: keterampilan manajerial; kehidupan dan pokok bahasan, metode, dan media.
persekutuan kristen dalam konteks Indonesia dan B. Waktu belajar untuk satu topik materi diatur
global; dan kehidupan yang berkomitmen tinggi. dan disusun oleh pelaksana dan fasilitator
pendidikan kader GMKI.
C. Waktu belajar untuk satu topik materi dapt
diatur dalam beberapa kali pertemuan yang
disesuaikan dengan muatan materi dan kebutuhan 2. Bersedia mengikuti seluruh proses
organisasi. pendidikan kader GMKI.
3. Peserta pendidikan kader GMKI adalah
6. EVALUASI anggota GMKI sesuai dengan ketentuan
A. Penyusunan perangkat evaluasi harus sesuai dengan AD/ART GMKI.
indikatir dan mencakup semua kompetensi dasar untuk 4. Sebagai pelaksana pendidikan kader GMKI,
pencapaian standar kompetensi. maka BPC GMKI harus menetapkan syarat-
B. Apabila semua standar kompetensi tercapai berarti tujuan syarat rekruitmen peserta yang disesuaikan
tercapai. dengan kondisi cabang dan kebutuhan
C. Minimum 90% peserta mencapai hasil evaluasi minimal pendidikan kader GMKI itu sendiri.
70% dari skala 0-100% (kondisi ini bisa disesuaikan Terutama berkaitan dengan syarat-syarat
dengan tingkat dinamika cabang). khusus.
D. Untuk upaya perbaikan hasil evaluasi belajar pendidikan
kader, maka dapat dilakukan pengayaan dan remidiasi. C. Kewenangan Sertifikasi
1. Peserta pendidikan kader GMKI yang telah
7. PENGORGANISASIAN mengikuti pendidikan kader GMKI berhak
A. Penanggungjawab dan Pelaksana Pendidikan Kader untuk mendapatkan sertifikat pendidikan
GMKI kader GMKI.
1. Penanggungjawab pendidikan kader GMKI adalah 2. Sebagai penanggungjawab pendidikan kader
Pengurus Pusat GMKI. GMKI, maka Pengurus Pusat GMKI
2. Pelaksana pendidikan kader GMKI adalah Badan memiliki kewenangan mengeluarkan
Pengurus Cabang GMKI. sertifikat pendidikan kader kepada kader
3. Pelaksanaan kegiatan pendidikan kader dapat yang telah mengikuti pendidikan kader.
bekerjasama dengan Yayasan Bina Darma Salatiga. 3. Sertifikat pendidikan kader GMKI berlaku
4. Selain itu dalam kepentingan untuk menyukseskan secara nasional, maksudnya adalah:
pelaksanaan pendidikan kader GMKI, maka BPC Apabila ada kader lulusan pendidikan kader
GMKI dapat membangun kerjasama dengan Gereja GMKI yang meninggalkan cabang asal
dan Lembaga-lembaga pelayanan Gerejawi yang dengan alasan yang jelas dan memiliki
bergerak di bidang pengembangan sumber daya keterangan organisasi, maka yang
manusia. bersangkutan dapat mengikuti pendidikan
kader GMKI selanjutnya dimana kader
B. Syarat Rekruitmen/Ketentuan Peserta Pendidikan tersebut berdomisili.
Kader GMKI
1. Anggota GMKI sesuai dengan ketentuan AD/ART
GMKI.
D. Kualifikasi Fasilitator 4. Pengembangan sistem data base fasilitator
Mengingat aspek fleksibilitas dan strategi yang dimaksudkan adalah identifikasi, verifikasi,
dikembangkan dalam PDSPK GMKI 2006, maka dan pengelolaan data fasilitator pendidikan
fasilitator yang dibutuhkan adalah: kader GMKI.
1. Diutamakan adalah senior members/friends GMKI 5. Identifikasi, verifikasi, dan pengelolaan data
dengan kualifikasi yang ditetapkan oleh pelaksana base fasilitator adalah untuk mengetahui
pendidikan kader GMKI. jumlah fasilitator di masing-masing cabang
2. Memahami dan mampu menerapkan kurikulum GMKI.
pendidikan kader GMKI. 6. Pengembangan sistem data base materi
3. Menguasai materi yang dimaksudkan dalam kurikulum adalah identifikasi, verifikasi, dan
pendidikan kader. pengelolaan data materi pendidikan kader
4. Menguasai materi aktual yang dikembangkan sesuai GMKI yang diberikan.
dengan keunggulan dan kebutuhan cabang.
5. Mampu mengembangkan media dan metode yang 5. POSISI MASA PERKENALAN TERHADAP
relevan dengan materi dan tuntutan kurikulum maupun PDSPK GMKI
materi yang dikembangkan sesuai dengan keunggulan A. Sebagai organisasi kader, maka
dan kebutuhan cabang. perekrutan/penerimaan anggota yang saat ini
6. Memiliki sertifikat fasilitator dari Pengurus Pusat dilakukan lewat masa perkenalan anggota tetap
GMKI. diperlukan oleh GMKI.
7. Memiliki komitmen terhadap pengembangan GMKI. B. Dalam Pola Pengkaderan 1981-1991, masa
perkenalan anggota adalah jenjang pengkaderan
E. Pengembangan Sistem Data Base Kader, Fasilitator, yang utuh terintegrasi dalam pola pengkaderan
dan Materi (Management Pooling of Resources) GMKI, dengan demikian secara otomatis
1. Pengembangan sistem data base dimaksudkan adalah seorang mahasiswa ketika menjadi anggota
pengelolaan semua hal yang berkaitan dengan kader, GMKI langsung mengikuti proses pendidikan
fasilitator, dan materi pendidikan kader GMKI. kader GMKI.
2. Pengembangan sistem data base kader dimaksudkan C. Dalam PDSPK GMKI 1992-2002, masa
adalah identifikasi, verifikasi, dan pengelolaan perkenalan anggota merupakan media
data/ouput pendidikan kader GMKI. penerimaan anggota an sich dan terpisah dari
3. Identifikasi, verifikasi, dan pengelolaan data base kurikulum PDSPK GMKI.
kader dimaksudkan untuk mengetahui jumlah kader D. Dalam PDSPK GMKI 2006, masa perkenalan
yang telah mengikuti dan lulus sesuai standar evaluasi anggota adalah media pengenalan organisasi
kelulusan di seluruh cabang GMKI. dan penerimaan anggota an sich dan terpisah
dari kurikulum PDSPK GMKI. Hal ini
ditetapkan dengan beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Peserta pendidikan kader GMKI adalah anggota GMKI
sesuai ketentuan AD/ART GMKI.
2. Pendidikan kader GMKI adalah proses panjang yang
strategis untuk membentuk profil kader. Dengan
demikian sebelum memasuki ‘ranah kaderisasi’,
anggota harus memperoleh pengetahuan dasar dan
memahami seperti apa organisasi yang dimasukinya
dengan segala dinamikanya.
3. Berkaitan dengan pengetahuan dasar tentang organisasi
dan segala dinamikanya, maka materi-materi yang
harus diberikan dalam masa perkenalan anggota antara
lain: Pemahaman sejarah GMKI; Pemahaman
AD/ART GMKI; Pemahaman Visi-Misi GMKI;
Pemahaman Tema-Subtema; Pemahaman Tri Panji;
Pemahaman motto dan panca kegiatan GMKI.
4. Untuk menjaga kesatuan pemahaman terhadap
organisasi dengan segala dinamikanya, maka seluruh
materi masa perkenalan anggota akan disiapkan oleh
Pengurus Pusat.
PEDOMAN DAN CONTOH PENURUNAN INDIKATOR Secara khusus, tujuan ini dijabarkan menjadi standar
PADA KURIKULUM PDSPK GMKI 2006 kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada
Oleh: Alex Ch. D. Mira Kaho masing-masing level (Level I, Level II, dan Level III).
Melalui kurikulum PDSPK 2006, peserta pelatihan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
1. Rasional pemahaman konsep, pengembangan pola pikir, dan
PP GMKI telah melakukan serangkaian kegiatan yang salah sejumlah keterampilan proses, serta memberi petunjuk
satunya menghasilkan Kurikulum PDSPK 2006. Kurikulum kepada pelatih dalam menyiapkan pembelajaran dan
PDSPK 2006 menggunakan kompetensi sebagai dasar dalam menentukan standar tingkat keberhasilan peserta
pendekatannya. Kurikulum seperti ini merupakan seperangkat pelatihan.
rencana dan pengaturan tentang kompetensi, pengaturan tentang Rancangan kurikulum seperti ini menghendaki
hasil yang harus dicapai peserta pelatihan, penilaian, dan agar pelatih dapat menyajikan pelatihan berdasarkan
kegiatan pelatihan yang harus dilakukan. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar yang sejalan dengan visi dan misi
kompetensi dalam kurikulum ini adalah perpaduan dari GMKI dan sesuai dengan kebutuhan di masing-
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan masingcabang GMKI maupun tantangan-tantangan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dari peserta pelatihan secara nasional bahkan tantangan global. Konsekuensi
sebagai akibat dari adanya kegiatan belajar. dari hal ini adalah pelatih mengerti apa yang harus
Kurikulum ini bermaksud mencapai tujuan berupa peserta dilatih, apa yang harus dilakukan peserta sebagai hasil
yang mampu melaksanakan nilai-nilai Kristen (Spiritualitas); belajar dalam pelatihan.
mampu menerapkan kehidupan yang bertanggung jawab Kurikulum PDSPK 2006 memberikan kebebasan
(integritas); dan mampu menguasai serta mengembangkan ilmu pada pelaksana untuk menentukan indikator
dan keterampilan (profesionalisme). Visi dan misi GMKI serta keberhasilan dari masing-masing pelatihan. Oleh
hasil dari analisis terhadap situasi dan kondisi yang dihadapai karena itu, pelaksana bebas pula mengembangkan
GMKI, merupakan rujukan utama untuk menetukan tujuan ini. materi pelatihan sesuai dengan lingkungan dan
kebutuhan masing-masing cabang dengan berpedoman pada kata kerja yang lebih operasional. Atau dengan kata
kompetensi yang ada pada kurikulum. Masalahnya di sini adalah lain, indikator pelatihan dirumuskan menggunakan
“bagaimanakah cara mengembangkan indikator pelatihan dan kata kerja yang operasional, yang hasilnya dapat
bagaimana pula cara mengembangkan materi pelatihan” yang diamati dan diukur. Kata kerja yang digunakan pada
akan disajikan kepada peserta pelatihan? Untuk menjawab hal indikator misalnya: menghitung, mengidentifikasi,
ini perlu diketahui lebih dahulu apa yang dimaksud dengan menafsirkan, membandingkan, membedakan,
indkator pelatihan. menerapkan, menganalisis, merangkum,
menyimpulkan, merancang, dan sebagainya.
Selain itu, indikator menunjukkan perbuatan yang
2. Indikator Pelatihan dilakukan oleh peserta pelatihan (pelajar) bukan
Indikator pelatihan dikembangkan dari kompetensi dasar pelatih atau program pelatihan sehingga dinamakan
yang ada dalam kurikulum PDSPK 2006. Indikator adalah performance objectives (behavioural objectives). Jua
karakteristik, ciri-ciri perbuatan, atau respons dari peserta tidak memakai kata kerja yang konseptual seperti
pelatihan. Dengna kata lain, indikator pelatihan adalah pada Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi.
pernyataan tentang perbuatan tertentu yang dapat dilakukan atau Dasar penentuan indikator adalah satuan tugas
sesuatu yang dihasilkan peserta pelatihan (pelajar) setelah belajar/pelatihan yang harus diselesaikan (modul,
menyelesaikan satu pelatihan/tugas belajar tertentu. Dengan pokok bahasan, paket, dan sebagainya) dan bukan atas
begitu indikator harus dinyatakan dalam hasil belajar peserta dasar waktu yang diperlukan.
pelatihan bukan proses belajar.
Pertanyaaan selanjutnya adalah bagaimanakah pelatih 3. Manfaat Indikator Pelatihan
mengetahui bahwa peserta pelatihan telah menguasai kompetensi Berdasarkan pada pengertian indikator di atas,
dasar yang dituntut oleh kurikulum? Untuk mengetahui hal ini, maka dapat dikatakan bahwa manfaat dari penentuan
pelatih dapat mengoperasionalkan kompetensi yang ada dalam indikator dalam menjalankan kurikulum ini adalah
Kompetensi Dasar yang masih berupa kata kerja abstrak menjadi menjelaskan tentang “hasil” yang diinginkan dari
peserta pelatihan. Dengan diketahui hasil yang akan dikuasai dilakukan atau persyaratan lain yang harus dipenuhi.
peserta, pelatih mempunyai pedoman untuk memilih “materi” Kriteria adalah taraf kecermatan yang dituntut,
pembelajaran, urutan penyajian, dan waktu yang diperlukan seperti berapa jumlah kesalahan yang diperbolehkan
untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. dan waktu minimal yang diperlukan untuk
Indikator dapat pula mengarahkan pelatih dalam memilih melaksanakan “perbuatan” tersebut.
“metode” atau “strategi” penyampaian yang lebih sesuai.
Manfaat lain dalam penentuan indikator pelatihan adalah 5. Contoh Perumusan Indikator
membantu pelatih untuk mengetahui kriteria dalam menilai hasil Berikut ini dikemukakan beberapa contoh
belajar melalui penyusunan alat evaluasi. Dengan demikian, merumuskan indikator dalam pelatihan:
indikator dapat menjadi dasar untuk menilai mutu dan efisiensi a. Peserta pelatihan dapat merumuskan masalah
pelatihan yang diberikan kepada peserta. organisasi yang dihadapai oleh Cabang GMKI,
bila diberi deskripsi tentang keadaan organisasi
4. Komponen Indikator dalam Pelatihan Cabang GMKI.
Dalam sebuah indikator, terdapat igas komponen utama yang b. Peserta dapat mengidentifikasi faktor-faktor
harus ada. Ketiga komponen tersebut mencakup perbuatan yang yang menentukan keberhasilan organisasi
menunjukkan kompetensi yang akan dan telah dikuasai oleh cabang GMKI di daerah.
peserta pelatihan, kondisi yang menyebabkan peserta dapat c. Peserta dapat menyebutkan kelima sila
melakukan perbuatannya, dan kriteria untuk mengetahui taraf Pancasila dengan urutan yang tepat.
kecermatan dalam melaksanakan perbuatan peserta. d. Peserta dapat menganalisis sebab-sebab
Yang dimaksud dengan perbuatan adalah hal-hal yang jatuhnya Suharto.
dilakukan peserta atau apa yang dihasilkan peserta sebagai e. Peserta dapat membuat langkah-langkah
akibat dari keikut-sertaannya dalam proses pelatihan. Kondisi pemecahan masalah yang dihadapi oleh cabang
yaitu alat apa yang dapat digunakan, materi yang disediakan oleh dalam pembinaan anggota baru.
pelatih, dalam situasi ini “perbuatan” dari peserta dapat
f. Peserta dapat mengorganisasikan para anggota batu kecermatan ini tidak harus dinyatakan tetapi harus
GMKI untuk mengikuti Program Pengenalan Anggota selalu diketahui oleh pelatih agar dapat mengevaluasi
baru peserta.
g. Peserta pelatihan dapat mengadakan penelitian lapangan Contoh yang ke-l, kegiatan mencatat merupakan
dan membuat laporan penelitian dalam waktu empat kompetensi yang dikehendaki oleh pelatih dari peserta
bulan. pelatihansetelah mengikuti proses pelatihan. Kegiatan
h. Peserta dapat merumuskan hipotesis kerja dalam mencatat ini hendaknya koheren dengan Kompetensi
penelitian X. Dasar yang ada dalam kurikulum. Sedangkan materi
i. Peserta dapat mengubah hipotesis kerja menjadi hipotesis yang disampaikan oleh pelatih dalam pelatihan adalah
statistik. “inti sari perkuliahan dengan menggunakan peta
j. Dengan data yang telah terkumpul, peserta dapat konsep”.
melakukan perhitungan pengujian hipotesis dan menarik Mudah-mudahan dengan contoh-contoh ini dapat
kesimpulannya. memperjelas cara penurunan indikator dalam
k. Peserta dapat membuat catatan perkuliahan dengan pelatihan yang akan dilakukan oleh penyelenggara
menggunakan metode Cornell. Kurikulum PDSPK GMKI 2006. Ut Omnes Unum
l. Peserta dapat mencatat inti sari perkuliahan dengan Sint!
menggunakan peta konsep.