Anda di halaman 1dari 36

POLA DASAR SISTEM PENDIDIKAN KADER

(PDSPK) 2006
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN
INDONESIA

OLEH: TIM PERUMUS PDSPK 2006 GMKI

Editor: Mianto Nugroho Agung


Desain Sampul dan Layout: Sukrisna

Diterbitkan Oleh:
Pengurus Pusat GMKI
dan
Yayasan Bina Darma

Cetakan Pertama
Februari 2007
Kata Pengantar Apresiasi yang mendalam dan limpahan
terima kasih, kami haturkan kepada Pengurus
Pusat GMKI Masa Bakti 2004-2006, Yayasan
Bina Darma-Salatiga, Tim Perumus PDSPK
egala puja, puji, dan hormat layak dipersembahkan
GMKI 2006 serta Bapak Alex Ch. D. Mira Kaho

S kepada Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Kepala


Gerakan kita. Karena dari Dia-lah segala perkara dan
dari Dia-lah semua kekuatan dalam setiap pergumulan
kita.
yang telah mempersiapkan waktu
menyediakan segala sesuatu demi penyelesaian
PDSPK GMKI 2006 ini. Tak lupa kami sampaikan
dan

terima kasih kepada semua stakeholder organisasi


Gerakan ini hadir di tengah pergulatan bangsa yang
yang terlibat dalam proses penyusunan hingga
menantikan perdamaian, keadilan, kebenaran, kesejahteraan,
pola dasar ini dapat dirampungkan. Kami percaya
dan kebebasan. Sejarah mencatat, gerakan ini mulanya adalah
bahwa di Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia (I
kelompok doa yang dirintis oleh sekelompok orang dalam
Kor 15:58).
semangat gemeinschaft yang kemudian berkembang menuju
Kini tugas kita untuk menyambut dan
sebuah keterpanggilan untuk menjadi wadah pengkaderan
mengimplementasikan PDSPK GMKI 2006,
mahasiswa Kristen dalam mempersiapkan diri menjadi
dengan harapan dapat menjawab keresahan
pemimpin dan penggerak yang ahli dan bertanggungjawab
segenap civitas gerakan terhadap problematika
dalam di semua matra pelayanannya. Meski diperhadapkan
seputer pendidikan kader GMKI. Berangkat dari
pada tanggung jawab yang kian besar, GMKI berusaha
kesadaran bahwaa tidak satupun karya manusia
menjawab tantangan setiap jaman dengan segala
yang sempurna, maka kami mengharapkan koreksi
keterbatasannya. Pendidikan kader merupakan aspek yang
dan kritik dalam penyempurnaannya. “Hendaklah
tidak bisa dipisahkan dari segala aktivitas gerakan ini.
kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama;
Pendidikan kader adalah proses guna mencapai visi dan misi
janganlah kamu memikirkan perkara-perkara
GMKI.
yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada
Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader (PDSPK) GMKI
perkara-perkara yang sederhana. Janganlah
2006 adalah model pendidikan kader ketiga yang di-design
menganggap dirimu pandai!” (Roma 12:16).
dengna melihat realitas kekinian organisasi secara objektif.
PDSPK GMKI 2006 ini hadir untuk menggantikan PDSPK
GMKI 1992-2002 yang dirasa terlalu sulit untuk
Pengurus Pusat
diimplementasikan selain karena berakhirnya waktu
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
implementasinya. Penyusunan PDSPK GMKI 2006
Masa Bakti 2006-2008
memerlukan waktu dua tahun dengan merekonstruksi pola
dasar sebelumnya. Perbedaan adalah, pola dasar ini membuka
ruang untuk diadaptasi dan dikembangkan menurut
kebutuhan kader sesuai dengan konteks dan pergumulan Naftali Harindo Jarin
masing-masing cabang atau wilayah. Sekretaris Umum
Pola Dasar kader GMKI? Nilai-nilai inti inilah yang
membedakan GMKI dan kader-kadernya dari
Sistem Pendidikan Kader organisasi-organisasi kita. Nilai-nilai yang menjadi
Gerakan Mahasiswa Kristen fondasi untuk membangun karakter khas GMKI.
Melalui pembahasan ini semua referensi dipelajari,
Indonesia termasuk AD/ART, terutama bagian Pembukaan,
semboyan-semboyan, dan prinsip-prinsip yang
hidup di GMKI. Kedua, apa profil yang
ersyukur kepada Kristus, Sang Kepala Gerakan, yang diinginkan atau diidealkan sebagai kader GMKI.

B atas bimbinganNya Tim Perumus PDSPK yang terdiri


dari unsur-unsur GMKI, Bina Darma, dan UKSW
telah dapat menyelesaikan pekerjaan mereka dengan
sempurna. Bersyukur juga karena hasil kerja Tim ini
Tampilan kader macam apa yang dianggap ideal
sebagai GMKI? Ketiga, apa yang terjadi di antara
“nilai-nilai inti GMKI” dan “profil ideal” dengan
ragaan (kinerja) kader GMKI saat ini? Bagaiman
juga telah dimatangkan dalam sejumlah study meeting, baik tampilan kader saat ini? Ketiga pertanyaan inilah
di Bina Darma, maupun di GMKI yang melibatkan sejumlah yang menjadi pengarah penyusunan PDSPK.
senior member. Syukur lagi, karena bentuk yang tadinya Semangat dari PDSPK ini meliputi beberapa
masih draf kini telah ditetapkan melalui Keputusan Kongres hal. Pertama; otonomi cabang. Semangat ini
GMKI di Kupang. didasari pada kenyataan bahwa setiap cabang
Apa yang telah menjadi bentuk PDSPK sekarang memiliki karakteristik serta pergumulan konteks
merupakan sebuah hasil pergumulan dan perdebatan yang khas. Di samping itu, dengan pesatnya
intelektual yang intens. Tarik menarik antara mengikuti perkembangan teknologi komunikasi dan
model pendidikan kader GMKI tahun 1981-1991 dan atau transportasi nampaknya kesenjangan (disparitas)
PDSPK 1992-2002, atau sesuatu yang “lain” dari kedua pola antara “pusat” dan “cabang-cabang” tidak lagi
dasar pendidikan itu. Pada akhirnya pilihan yang sebenarnya separah tahun 1980-an dan 1990-an. Denga
bukan pada salah satu atau kedua-duanya, melainkan pada demikian, dalam semngat otonomi ini, “kontrol”
konstruksi metode yang dipikirkan menuntun kader Pengurus Pusat sifatnya tidak lagi teknis
menemukan spirit ke-GMKI-an ke arah yang diidealkan atau melainkan bersifat “kontrol visi” dengan maksud
diimpikan. Pilihan ini dimaksudkan supaya menjamin memastikan bahwa semua dinamika dan
tercapainya situasi GMKI yang ideal; menegakkan kembali kreativitas cabang (sebagai akibat otonomi) tidak
nilai-nilai dasar GMKI sebagai penuntun perilaku organisasi keluar dari “garis visi dan misi” GMKI. Semua
dan kader. gerak, kreasi, “gejolak” haruslah mengarah pada
Metode yang digunakan untuk menyusun PDSPK ini satu titik, yaitu pencapaian visi dan misi GMKI.
adalah diawali dengan mendiskusikan terlenih dahulu tiga Kedua adalah semangat berkreasi dan
topik penting. Pertama, apa nilai-nilai inti dari GMKI, yang berkontribusi. PDSPK ini memang direncanakan
mestinya berfungsi sebagai “corporate culture” bagi kader- bentuknya “sederhana” dengan maksud membuka
ruang bagi cabang-cabang, maupun para fasilitator untuk Pengantar Tim Perumus
berkreasi dan berkontribusi. Kreasi dan kontribusi yang
diharapkan terutama pada penyusunan indikator-indikator PDSDPK 2006 GMKI
(untuk mengontrol capaian materi) yang diasumsikan
memiliki muatan lokal, dalam pengembangan isi materi.
Ketiga, semangat pencapaian “visi ideal” GMKI. Semua ada era teknologi menjadi ratu peradaban
materi dan metode yang dikembangkan merupakan upaya
nyata untuk mencapai visi ideal (nilai-nilai dasar) GMKI.
Kekuatan PDSPK ini adalah pada “standar kualifikasi”,
bagi para pelatih, maupun terhadap “output” atau kader,
P seperti saat ini, adalah sebuah kemutlakan
organisasi untuk memiliki Pola Dasar
Sistem Pendidikan Kader atau apapun
namanya yang mampu mengakomodasikan
karena itu standarisasi kinerja dibutuhkan. YBD dalam hal ini kebutuhan kader untuk memasuki era teknologi
berfungsi sebagai “support system” untuk memastikan tinggi di berbagai bidang. Sebab kinerja organisasi
standar-standar yang diidealkan dapat bekerja efektif di juga tergantung pada bagaimana para aktivis
dalam operasionalisasi PDSPK. Di samping standar organisasi merancang sebuah sistem pengaderan
kualifikasi, PDSPK ini memiliki daya jangka yang panjang yang berakar pada kondisi riil internal maupun
ke masa depan. Artinya masa berlakunya tidak ditentukan. eksternal. Kondisi riil internal sebuah organisasi
Dengan hanya menetapkan “standar-standar kualifikasi”, berpumpun pada pilar-pilarnya: sistem, kultur,
PDSPK ini diharapkan tetap penad untuk waktu yang panjang. struktur, dan orang. Dari keempat pilar tu, pilar
Demikian kata pengantar ini dibuat dengan maksud terakhir (orang) merupakan jantung dalam proses
dapat berfungsi sebagai “rambu-rambu”, yang selain memuat perjalanan sebuah organisasi. Sebab, meskipun
spirit dasar, juga harapan-harapan di balik penyusunan ketiga pilar lain telah stabil tetapi orang(-orang)
PDSPK ini. Semoga bermanfaat. yang berproses di dalamnya tidak memiliki ‘bekal’
Salam dan doa. yang memadai, dijamin organisasi tersebut akan
gagal mengimplementasikan ketiga pilar yang lain
untuk mendinamisasi organisasinya.
Sementara itu kondisi riil eksternal sesuatu
Semuel S. Lusi organisasi adalah seluruh hal yang terkait langsung
Direktur YBD maupun tidak langsung dengan organisasi secara
signifikan. Bagi sesuatu organisasi semacam
GMKI, kondisi eksternalnya antara lain adalah
bergesernya pandangan mahasiswa, gereja, dan
masyarakat terhadap GMKI. Selain itu, realitas
globalisasi, otonomi, dan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap hak-haknya juga merupakan
kondisi riil yang patut dicermati. Sebab, pada
saatnya, misalnya ketika rekrutmen, kondisi riil itu juga Pilihan untuk bentuk yang seperti itu tentu
mempengaruhi calon yang direkrut. Maka, jika PDSPK saja melalui sebuah proses intensif -bahkan- sejak
sesuatu organisasi memiliki visi hingga ke kedua kondisi itu, sebelum Tim Perumus PDSPK 2006 GMKI ini
organisasi itu memiliki kesempatan lebih besar untuk dibentuk. Paling tidak, ketika tenggat waktu 2002
membesar dan bermanfaat bagi medan layanannya. hampir terlewati, muncul pertanyaan besar dan
Meski era teknologi cenderung menafikan eksistensi bersama: setelah ini apa? Maka berbagai aktivitas
orang/manusia, namun dalam sejarah dunia organisasi tetap nonfromal dan formal untuk memiliki PDSPK
saja Sang Pemutus (decission maker) adalah orang. ‘baru’, terjadi sampai kemudian diputuskan untuk
Teknologi-sejauh ini- sekadar merupakan alat untuk membentuk Tim Penyusun oleh Yayasan Bina
mencapai tujuan. Pada titik ini, teknologi juga harus Darma (YBD) sebagai lembaga utama dan satu-
dimaknai hingga seluas stem pengaderan. Sebab melalui satunya yang secara formal mendukung impian itu
sistem pengaderan terakomodasi berbagai aktivitas, termasuk bersama-sama Pengurus Pusat GMKI. Secara
juga teknologi, yaitu teknologi pembelajaran. formal tim ini dibentuk melalui Surat Keputusan
Teknologi Pembelajaran setidaknya juga menyangkut Bersama antara YBD dan Pengurus Pusat GMKI
Pola Dasar sebagai acuan seluruh pihak yang setuju Nomor 024/KEP/YBD/1/VII/2006 dan Nomor
mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari sesuatu 290499/SU/EXT/K/VII/2006 tertanggal 1 Juli
organisasi. Bagi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia 2006. Tim yang bertugas selama 3 bulan ini terdiri
(GMKI) kesadaran untuk mengembangkan kadernya dari para Senior Member berusia muda yaitu
diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah Dance Ishak Palit, S.Th., M.Si. (Mantan Ketua
PDSPK. Sebelum Kongres GMKI di Kupang (November Cabang Tomohon), Theofransus Litaay, SH.,
2006) memutuskan PDSPK 2006 ini, telah terdapt dua LLM. (Mantan ketua Cabang Salatiga), Drs.
PDSPK yang lain yaitu PDSPK 1981-1991 dan PDSPK Mianto Nugroho Agung, S.Th. (Mantan
1992-2002. Jika PDSPK 1981-1991 lebih menekankan pada Sekretaris Cabang Salatiga), Semuel S. Lusi,
pengembangan kader yang andal berorganisasi dan PDSDPK S.Sos., M.Si. (Mantan Pengurus Pusat), Dra.
1992-2002 menekankan kader yang spesialis sekaligus Athriyana Santye Pattiwael (Mantan Sekretaris
generalis, maka PDSPK 2006 menekankan pada pencapaian Cabang Ambon), Pieter Katayane, SE., Naftali
kualifikasi kader demi pencapaian visi GMKI. Jika PDSPK Harindo Jarin, ST. (Fungsionaris Pengurus
1981-1991 telah memberi kebebasan cabang untuk Pusat), Jeffrie A.A. Lempas, S.Th., M.Si.
menerapkannya dan PDSPK 1992-2002 memaksa pengases (Mantan Ketua Cabang Tomohon), Dharma
untuk ‘ekstra kuliah’, maka PDSPK 2006 memberikan Palekahelu, S.Pd., M.Pd., dan Neil Semuel
kebebasan lebih lagi. Karena itu PDSPK 2006 boleh disebut Rupidara, SE., M.Sc. (Cabang Salatiga).
sebagai lebih demokratis, fleksibel bagi isi yang pro muatan Dalam proses kerjanya, tim ini juga meminta
lokal, dan berorientasi pada pembentukan kader yang masukan SM yang lebih senior baik usia maupun
berkualifikasi tinggi. kepakaran dan latar belakang akademisnya.
Selama tiga bulan bekerja, selain rapat-rapat, juga
dilakukan pertemuan formal melibatkan cabang-cabang. tempatnya jika kita bersama menunggu lahirnya
Pertama pertemuan di Ambon dan kedua pertemuan di kader GMKI yang memiliki kualifikasi standar
Salatiga. Pertemuan dengan cabang ini dirasa sangat penting tinggi sehingga mampu memberikan kontribusinya
mengingat kelak secara metodologis, implementasi PDSPK baik kepada organisasi, perguruan tinggi, gereja,
2006 ini akan dimulai dan melibatkan penuh cabang-cabang dan masyarakat secara signifikan. Selamat
baik sebagai penyelenggara, penilai, dan pemanfaat berproses. Tuhan Yesus memberkati. Shallom.
outcomes-nya. Selain itu, pertemuan dengan cabang juga
merupakan masa sosialisasi yang efektif sehingga potensi
diperdebatkan di forum aras pengambil keputusan (Kongres) Salatiga, Desember 2006
bisa diantisipasi bahkan diminimalisasi.
Pekerjaan besar Tim Perumus menjadi ringan
mengingat peran positif baik Pengurus Pusat GMKI, para
Senior Member, para Pengurus Cabang, Staf Yayasan Bina
Darma yang memasok dokumen-dokumen penting dan
membantu beberapa pekerjaan adiminstratif, maupun
berbagai pihak yang tak segan-segan membantu. Untuk itu,
Tim Perumus harus mengucapkan terima kasih setulusnya
kepada seluruh pihak tersebut. Kini, setelah seluruh proses
berakhir dan buku PDSPK 2006 GMKI sampai di tangan
Anda, rasanya tinggal menunggu respon dan masukan demi
perbaikannya.
Proses kerja yang kami alami merupakan kenangan
manis dan tak terlupakan. Sekaligus bukti keseriusan dan
ketulusan kami untuk mendukung proses pengaderan yang
dilakukan GMKI. Sebab, kami menyadari bahwa peran dan
tanggung jawab yang diletakkan di pundak GMKI semakin
besar dan berat mengingat berbagai tantangan riil maupun
potensialnya. Tanpa perencanaan yang matang dan ‘alat’
pengaderan yang baik dan benar, tentu kinerja dan pelayanan
GMKI sulit dipetakan, dikontrol, dan dievaluasi. Mudah-
mudahan PDSPK 2006 ini cukup akomodatif bagi berbagai
keperluan yang ada pada GMKI itu.
Akhirnya, kami harus meminta maaf jika pada proses
penyusunannya menyebabkan berbagai ketidaknyamanan
siapapun. Mudah-mudahan tidak terulang. Dan, pada
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar

2. Daftar Isi

3. PDSPK 2006 GMKI: Serpihan Gagasan

4. Skema Penyusunan PDSPK 2006 GMKI

5. Petunjuk Pelaksanaan PDSPK GMKI 2006

6. Pedoman dan Contoh Penurunan Indikator


PDSPK 2006 GMKI
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

POLA DASAR SISTEM PENDIDIKAN KADER 1.1.1. Evaluasi PDSPK 1992-2002


GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA
TAHUN 2006 Selesainya masa kurikulum PDSPK GMKI
1992-2002, GMKI dihadapkan dengan pertanyaan, akan
bagaimanakah kelanjutan Pendidikan kader di GMKI?
BAB I Pertanyaan ini setidaknya menegaskan beberapa hal,
PENDAHULUAN Pertama: GMKI harus melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan Pendidikan kader yang dilaksanakan
1.1. Latar Belakang selama ini, Kedua: evaluasi yang dilakukan harus
Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader mencakup seluruh aspek PDSPK 1992-2002, dan
GMKI 2006 adalah rumusan garis-garis besar sistem Ketiga: harus dirumuskan Pendidikan kader yang dapat
Pendidikan kader yang akan dilaksanakan oleh GMKI. di akses oleh seluruh kader GMKI, dimana konteks dan
Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader merupakan konten Pendidikan kader ini harus relevan dengan
strategi Pendidikan kader GMKI yang disusun secara pergumulan organisasi di masa depan.
sistematis, terencana, dan integralistik agar Secara historis penyusunan PDSPK 1992-2002
Pendidikan Kader GMKI dapat berjalan secara utuh,
bermula dari penelitian profil kepemimpinan kader
menyeluruh, dan terpadu dalam menghasilkan pemimpin
yang memiliki profil tertentu. Dengan demikian, Pola GMKI yang diadakan pada tahun 1990 oleh Yayasan
Dasar Sistem Pendidikan Kader ini akan memberi Bina Darma, Salatiga. Penelitian ini menghasilkan
arah bagi pencapaian Tujuan Pendidikan Kader GMKI. sejumlah rekomendasi, yang kemudian ditindaklanjuti
Dalam pelaksanaannya, pola dasar ini memiliki oleh Pengurus Pusat GMKI masa bakti 1990-1992
fleksibilitas untuk melakukan adaptasi sesuai dengan dengan membentuk tim penyusun draft PDSPK.
keunikan organisasi, peta perkembangan kebutuhan kader, Dimana draft tersebut mulai dibahas pada Kongres
dan laju perkembangan medan pelayanan. Perumusan Pola GMKI 1992 di Tomohon dan ditetapkan pada Kongres
Dasar Sistem Pendidikan Kader GMKI ini GMKI 1994 di Pekanbaru. Rangkaian penyelesaian
mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam kehidupan PDSPK 1992-2002 yang memerlukan waktu hampir
organisasi yang meliputi:
sepuluh tahun, sejak Tahun 1992 sampai Tahun 2000,
1. Visi dan Misi GMKI.
berbagai studi yang dilakukan oleh Kongres dan
2. Permasalahan dan Dinamika Internal Organisasi.
Pengurus Pusat, penulisan modul-modul pelatihan dan
3. Kecenderungan Kondisi Eksternal.
uji coba kurikulum sebanyak 7 kali, paling tidak telah
4. Nilai-nilai dan Prinsip GMKI.
menggambarkan sebuah proses yang panjang dan sangat
5. Aspek Teologis sebagai Dasar Panggilan dan
melelahkan. Sejak dipersembahkannya kurikulum,
Pelayanan GMKI.
modul, petunjuk pelaksanaan dan sistem evaluasi pada
Kongres GMKI
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

2000 di Bali sampai selesainya masa kurikulum pada 2004-2006 membuat Pola Dasar Sistem Pendidikan
Tahun 2002, cabang-cabang GMKI memiliki masalah Kader GMKI yang baru.
serius dengan implementasi secara terencana dan Beberapa catatan evaluasi terhadap PDSPK
sistematis PDSPK 1992-2002. Artinya apapun alasan GMKI 1992-2002 adalah sebagai berikut:
yang dikemukakan, waktu 2 tahun menjelang selesainya 1. Dari sejumlah studi dan evaluasi sejak Konsultasi
masa kurikulum PDSPK 1992-2002, tidak memberikan Nasional GMKI 2004 di Tana Toraja sampai Seminar
kemungkinan cabang-cabang mengimplementasi dan Lokakarya Salatiga, dapat disimpulkan bahwa
PDSPK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan penyebab utama tidak dapat diimplementasikan
kader GMKI mengalami kerancuan berkaitan dengan PDSPK 1992-2002 adalah keterlambatan
konsistensi dan ketepatan implementasi pendidikan penyelesaian perangkat operasional, berkaitan
kader. Sejak Kongres GMKI 2002 di Tondano, evaluasi dengan modul, juklak, dan sistem evaluasi yang baru
terhadap sistem pendidikan kader GMKI dan berbagai diberikan pada Kongres GMKI 2000 di Bali.
masalah seputar pembinaan anggota mulai dilakukan 2. Selain kendala utamanya adalah keterlambatan
oleh cabang-cabang GMKI. Beragam fakta empirik penyelesaian perangkat operasionalnya, beberapa
berkaitan dengan evaluasi PDSPK GMKI 1992-2002 ini kendala lain penyebab tidak dapat
seakan membuka kembali perdebatan di awal Tahun 90- diimplementasikan PDSPK 1992-2002, antara
an sehubungan dengan berbagai perubahan yang terjadi lain: 1) keterbatasan dana; 2) terbatasnya tenaga
di medan pelayanan yang harus direspons oleh sistem fasilitator; 3) terbatasnya sarana fasilitas
pendidikan kader GMKI. pendukung; 4) kurangnya pemahaman pengurus
terhadap konsep PDSPK; 5) sulitnya
Rangkaian evaluasi PDSPK 1992-2002 secara
menerjemahkan PDSPK ke dalam pola
serius mulai dilakukan oleh Pengurus Pusat GMKI Masa
pengembangan kader sesuai konteks pergumulan
Bakti 2002-2004 pada Konsultasi Nasional GMKI 2004
cabang.
di Tana Toraja. Konsultasi Nasional ini
3. Beberapa diskusi dan studi pengayaan serta
merekomendasikan Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti
evaluasi cabang-cabang yang mengimplementasi
2002-2004 untuk melakukan studi dan evaluasi lebih
PDSPK 1992-2002, memberikan beberapa
lanjut terhadap PDSPK 1992-2002. Selanjutnya oleh
Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2002-2004 catatan, antara lain: 1) sistem belajar dengan SKS
dilaksanakan Seminar dan Lokakarya PDSPK 1992- memberatkan mahasiswa yang sementara aktif
2002 di Salatiga yang bertujuan melakukan studi kuliah; 2) tidak relevannya beberapa materi
intensif dan mendalam, berkaitan dengan permasalahan dengan konteks pergumulan cabang; 3) sistem
utama PDSPK 1992-2002. Studi selanjutnya dilakukan belajar modul memberatkan mahasiswa yang
oleh Kongres GMKI 2004 di Pematang Siantar, yang sementara aktif kuliah; 4) padatnya materi
merekomendasikan Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

PDSPK menyebabkan sulitnya peserta didik 1. Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi
membagi waktu dengan kesibukan kuliah; 5) lainnya kepada pengenalan akan Yesus Kristus
perubahan konteks pergumulan organisasi di selaku Tuhan dan Penebus dan memperdalam
tengah-tengah kecenderungan perubahan ideologi iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari;
yang sarat dengan isu-isu kontemporer; 6) 2. Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa
perubahan peta pelayanan organisasi kepemudaan di tengah-tengah mahasiswa dan perguruan tinggi
dan mahasiswa harus tetap diimbangi oleh GMKI; dalam kesaksian memperbaharui masyarakat,
dan 7) menguatnya isu-isu aktual yang harus manusia dan gereja;
direspons lewat pendidikan kader. 3. Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang
ahli dan bertanggung jawab dengan menjalankan
1.1.2. Tinjauan Konstitusi panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara,
gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan
Tinjauan aspek Konstitusi (AD/ART) GMKI
menjadi sarana bagi terwujudnya kesejahteraan,
dimaksudkan bahwa sebagai pelembagaan nilai-nilai
perdamaian, keadilan, kebenaran, dan cinta kasih
dasar organisasi, konstitusi (AD/ART) memiliki tugas
di tengah-tengah manusia dan alam semesta.
untuk mengatur, menertibkan dan sekaligus memberi
arah kepada aktivitas organisasi pada semua aras, 1.1.2.3. Nilai-nilai dan Prinsip GMKI
termasuk di dalamnya mengatur tercapainya kegiatan
Nilai dan prinsip dimaksudkan bahwa dalam
Pendidikan Kader. Secara khusus hendak di tegaskan
pelaksanaan pendidikan kader GMKI ada sejumlah
bahwa prinsip pelaksanaan pendidikan kader adalah
nilai dan prinsip yang harus terintegrasi dan menjadi
untuk menghasilkan kader-kader GMKI yang akan
pemahaman mendasar bagi kader GMKI. Nilai-nilai
mengerjakan tugas dan pelayanan organisasi untuk
dan prinsip ini akan secara aktif (inherent) berperan
pencapaian Visi Misi GMKI. Dengan demikian Visi Misi
dalam proses pendidikan kader GMKI.
GMKI menjadi sumber dan memberi arah bagi
1. Nilai-nilai GMKI adalah apa yang menjadi
pelaksanaan pendidikan kader di GMKI.
pedoman/tingkah laku kader yang senantiasa
1.1.2.1. Visi harus nampak dalam aktivitas GMKI. Nilai-nilai
tersebut meliputi Panca Kegiatan yaitu
Visi organisasi ini adalah terwujudnya
berdoa/beribadah, belajar, bersaksi, bersosial,
perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran,
berkreasi, dan Tri Panji yakni tinggi iman, tinggi
keutuhan ciptaan, dan demokrasi di Indonesia
ilmu, dan tinggi pengabdian.
berdasarkan kasih.
2. Prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok
1.1.2.2. Misi dasar berpikir dan bertindak. Prinsip tersebut
Misi organisasi ini adalah:
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

adalah gerakan Nasionalisme, gerakan 1.2. Latar Belakang Sejarah


Ekumenisme, gerakan pemikiran, gerakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia sejak
pembaharuan, gerakan ekperimentasi, dan konsep berdirinya pada 9 Februari 1950 di Kaliurang,
amatir yang menggambarkan pola dan langgam Yogyakarta, telah melakukan berbagai aktivitas
kerja mahasiswa yang senantiasa loyal, gotong- organisasi yang salah satunya adalah apa yang kemudian
royong/bermapalus/bermasohi. dikenal sebagai pendidikan kader GMKI. Bahkan
tercatat dalam berbagai dokumen organisasi, bahwa
1.1.3. Pola Pikir Penyusunan PDSPK GMKI 2006 jauh sebelum itu, tepatnya ketika masa CSV 0p Java
pada masa-masa perjuangan kemerdekaan, aktivitas
1.1.3.1. Deduksi pendidikan kader dalam bentuk yang paling sederhana
Penyusunan pola dasar pendidikan kader GMKI (swakelola), misalnya kelompok diskusi, penelaan
Alkitab dan sebagainya telah dilakukan oleh pendiri
dengan pendekatan deduksi dimaksudkan adalah dengan
gerakan ini. Dan pada masa sesudah itu, ketika masa
berpedoman pada hal-hal umum dalam pergumulan orde lama dan orde baru sampai saat ini apa yang
organisasi, maka pola pendidikan kader GMKI disusun. dilakukan oleh pendiri gerakan ini menjadi spirit
Dengan demikian uraian bab I dan II merupakan untuk melakukan tugas pelayanan di medan layanan
landasan umum bagi penyusunan bab - bab selanjutnya. organisasi, dengan melakukan dan mengembangkan
pendidikan kader ke dalam bentuk-bentuk yang baru
1.1.3.2. Induksi
sesuai dengan kebutuhan tugas dan pelayanan organisasi
Penyusunan pola pendidikan kader dengan tanpa meninggalkan tradisi kehadiran pendidikan kader itu
pendekatan induksi dimaksudkan adalah dengan sendiri, yakni mereflesikan dan merespons perkembangan
berpedoman kepada hal-hal khusus dalam pergumulan dan perubahan medan pelayanannya. Perkembangan peran
organisasi, maka pola pendidikan kader GMKI dan posisi pendidikan kader GMKI harus senantiasa
kontekstual dengan perkembangan jaman, ini dimaksudkan
disusun.
agar berbagai pemikiran maupun kritik alternatif yang
1.1.3.3. Asumsi Keberlangsungan PDSPK dihasilkan GMKI senantiasa memberi manfaat bagi
kebutuhan gereja, masyarakat dan perguruan tinggi. Yang
Prinsip pelaksanaan pendidikan kader GMKI hendak disampaikan dari konteks sejarah GMKI adalah
adalah pencapaian visi misi GMKI. Dengan demikian pendidikan kader GMKI telah turut menyumbang dan
pendidikan kader GMKI akan terus dilaksanakan dengan mewarnai berbagai pemikiran demi perkembangan medan
tetap fleksibel terhadap upaya-upaya adaptasi berkaitan pelayanannya. Dengan demikian tampak bahwa
dengan perubahan kondisi medan pelayanan organisasi. pendidikan kader memiliki posisi dan nilai strategis dalam
kelanjutan pelayanan GMKI untuk pencapaian visi dan misi
organisasi.
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

1.3. Latar Belakang Teologis pelayanan GMKI ke depan dalam memandang persoalan
medan pelayanan dan kebangsaan harus dilakukan dalam
Latar belakang sejarah GMKI telah menjelaskan
konsep ekumenisme yang lebih transformatif, emansipatif,
strategisnya posisi pendidikan kader dalam mewarnai
dan memiliki Visi pemberdayaan masyarakat, sehingga
tugas-tugas di gereja, masyarakat, dan perguruan tinggi.
Doa Agung Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:21 memiliki
Selain aspek kesejarahan GMKI, maka pelaksanaan tugas
makna bagi pelayanan GMKI di gereja, masyarakat, dan
GMKI sebagai gereja incognito perlu mendapat perhatian
perguruan tinggi.
serius dalam pendidikan kader GMKI.
Panggilan teologis GMKI adalah untuk bersekutu,
bersaksi, dan melayani sebagai penampakan tugas gereja
incognito dalam mewujudkan ekumenisme di medan BAB II
pelayanannya. Sebagai gereja incognito yang secara PERMASALAHAN
fungsional melaksanakan tri tugas gereja, GMKI menyadari
bahwa panggilan bersekutu, bersaksi, dan melayani dalam Secara umum, permasalahan yang dihadapi GMKI
konteks Indonesia yang majemuk tidak mungkin dilakukan dikelompokkan dalam dua bagian, pertama: internal
sendiri oleh gereja sebagai institusi, apalagi dalam organisasi, yakni dinamika yang sementara terjadi dan
pergumulan dunia perguruan tinggi. Dalam dinamika memerlukan perhatian serius. Kedua: eksternal organisasi,
medan pelayanan yang majemuk dan semakin kompleks adalah realitas kontekstual GMKI, dimana laju perubahan
ini, orientasi pelayanan harus diarahkan agar tumbuh gereja, masyarakat dan perguruan tinggi menjadi sulit
penghargaan terhadap keberadaan kemajemukan, di diramalkan.
samping harus dibangun landasan teologis bagi semua 2.1 Internal
model pelayanan GMKI di medan pelayanannya. Dalam Dalam perkembangan organisasi saat ini terdapat
pencapaian Visi misinya, GMKI senantiasa menempatkan beberapa permasalahan yang harus ditangani secara serius.
Yesus Kristus sebagai pusat dari segala pekerjaan Apabila ditelaah secara serius, maka masalah utama
pelayanannya bagi dunia di mana ia berada (cristo centris), GMKI saat ini adalah makin melemahnya posisi dan
karena hanya melalui Yesus Kristus sajalah manusia dapat peran organisasi. Kondisi ini paling tidak
mengenal Allah yang benar. menggambarkan dua hal penting, yakni: pertama: secara
Dalam tanggung jawab mewujudkan ekumenisme, internal kondisi ini akan berdampak pada mandeknya
maka seluruh tugas dan pekerjaan pelayanan GMKI harus aktivitas organisasi, dan kedua: secara eksternal akan
menjadikan semua gereja termasuk masyarakat luas menyebabkan lemahnya tanggung jawab sosial dan
sebagai satu komunitas yang nampak kemajemukannya, pelayanan GMKI di medan pelayanannya. Beberapa
dengan demikian gereja terbuka dalam pelayanan umat permasalahan dimaksud antara lain: pertama:
dan masyarakat dan sebaliknya ada tanggung jawab umat kesenjangan dan mandeknya komunikasi antar-struktur
dan masyarakat bagi kelangsungan hidup gereja di tengah- dan dengan anggota telah menyebabkan tidak efesien dan
tengah kemajemukan. Sebagai gereja incognito, tugas dan efektif manajemen organisasi; kedua: kultur feodalistik
yang menyimpan potensi konflik, baik laten maupun
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

manifest dalam organisasi; ketiga: menurunnya tingkat perkembangan berbagai aspek kehidupan, termasuk di
partisipasi anggota baik karena konflik ataupun tingkat dalamnya kehidupan gereja, masayarakat, dan
kesibukan kampus; dan keempat: makin menurunnya perguruan tinggi. Konsekuensi logisnya adalah GMKI
upaya anggota dan pengurus untuk memahami secara baik akan menghadapi tantangan baru yang lebih kompleks
dan benar nilai-nilai kedirian organisasi. Keempat hal ini dan menuntut pola penyelesaian yang relevan.
paling tidak merupakan permasalahan yang dominan dan
sangat mempengaruhi aktivitas organisasi saat ini. 2.2.1. Gereja
Selain itu, permasalahan lain ialah bentuk 2.2.1.1. Kondisi gereja-gereja Indonesia saat ini menunjukkan
organisasi yang berpengaruh pada sistem manajemen dinamika pelayanan yang semakin variatif, artinya
organisasi yang telah menyebabkan kemandegan pada untuk menjaga kelangsungan pelayanan, gereja
keputusan/kebijakan strategis organisasi (melemahnya kemudian mengembangkan model-model pelayanan
posisi dan peran organisasi), terlebih pada aktivitas yang baru. Realitas ini dapat memberikan dampak yang
cabang-cabang GMKI. Selain masalah manajemen, positif sekaligus negatif. Dampak positifnya ialah
sumber daya manusia organisasi yang berkaitan dengan mendorong gereja untuk semakin memahami konteks
ketrampilan kepemimpinan dan kemampuan akademik pelayanan, di mana ada kebutuhan umat dan
dalam mengelola organisasi dan memecahkan masalah masyarakat luas yang harus dilayani. Dampak
medan pelayanan GMKI adalah masalah yang harus negatifnya ialah dalam pandangan publik, model-
ditangani secara serius, karena dalam pelaksanaan model pelayanan baru terkadang di nilai bermakna
tugas-tugas organisasi faktor kepemimpinan dan rangkap sehingga memunculkan sikap-sikap defensif
kemampuan akademik akan digunakan sebagai standar dalam pergaulan dan perjumpaan gereja dengan
untuk mengukur kehadiran dan partisipasi organisasi di komunitas di mana gereja ada dan melakukan tugas
gereja, masyarakat dan perguruan tinggi. Pemetaan bersekutu, bersaksi dan melayani. Apalagi fakta
terhadap seluruh kondisi ini menggambarkan dinamika
empirik saat ini menunjukkan bahwa masih banyak
organisasi yang tidak seimbang dalam manajemen
gereja yang hidup untuk kehidupan di masa depan,
organisasi, dengan demikian diperlukan keseriusan
sebuah fakta eskatologis yang menjadi sindrom gereja-
organisasi ini untuk melakukan langkah-langkah
gereja di Indonesia, di mana sikap ini akan semakin
affirmative untuk penyelesaian yang efektif dan efisien.
mengisolasi gereja dalam pergaulan dengan publik.
2.2 Eksternal Untuk masa-masa mendatang, gereja dan seluruh
Perkembangan globalisasi yang mendorong laju hakekat pergumulannya harus di dorong untuk mampu
percepatan pembangunan secara sadar telah menciptakan memetakan realitas kekiniannya dan merubah
perubahan yang besar dalam perkembangan gereja, paradigma pelayanannya untuk tidak hanya
masyarakat, dan perguruan tinggi. Perkembangan pemberdayaan umat tetapi harus bergeser kepada
globalisasi yang melahirkan lebih besar peran neo- pemberdayaan masyarakat.
liberalisme telah mempengaruhi
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

2.2.1.2. Perbedaan pendapat soal peran gereja dalam bidang luas. Tantangan baru gereja adalah menjadi media
politik adalah persoalan lain dalam pelayanan gereja. untuk filterisasi nilai-nilai baru tersebut dan
Hingga saat ini beragam pemahaman muncul tentang membangun keadaban umat dan masyarakat untuk
bagaimana bentuk partisipasi gereja dalam bidang mampu berada dalam goncangan neo-liberalisme atau
politik. Transisi politik saat ini harus diwaspadai sangat gereja kemudian terjebak dan tidak mampu melakukan
serius oleh gereja, artinya dalam peran profetisnya sesuatu yang bermanfaat.
gereja tidak mungkin hanya diam dalam perubahan tata
2.2.1.4. Ekumenisme adalah fakta dan tantangan gereja dan
kelola politik saat ini. Memposisikan diri sebagai
kekristenan secara umum untuk masa kini dan
independen atau kekuatan penyeimbang atau apapun
mendatang di Indonesia. Tugas gereja-gereja dan
namanya, gereja harus mampu mendefinisikan dengan
kekristenan di Indonesia adalah mencari dimensi yang
baik peran tersebut, maksudnya agar gereja tidak
tepat untuk implementasi tugas dan panggilan gereja
terjebak dan menjadi eksklusif tetapi mampu
dalam semakin kompleksnya tantangan dan hubungan
memposisikan diri dengan baik dan mengarahkan umat
antaragama, gereja dengan negara bahkan hubungan
serta masyarakat dalam menyikapi perubahan tata
antara gereja dengan lingkungan pelayanannya.
kelola politik nasional.
Tuntutan mencari dimensi yang tepat atau format baru
2.2.1.3. Saat ini fundamentalisme muncul sebagai respons dan bagi kehidupan dan pelayanan kekristenan/gereja di
kritik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan Indonesia adalah lebih pada mencari bentuk hubungan
teknologi sebagai dampak globalisasi dan pada sisi lain gereja dengan sesama rekan sepelayanan dan gereja
menjadi musuh pluralisme. Sebagai kritik terhadap dengan dunia pelayanannya. Transformasi pemahaman
globalisais, fundamentalisme adalah perang secara tentang ekumenisme saat ini masih menjadi diskusrus
ideologi dan kritik terhadap kehidupan modernitas dan di kalangan elit gereja dan belum menemukan aspek
menolak suatu konstruksi sosial yang sekuler. programatik yang lebih bermanfaat dan kontekstual
Kebangkitan fundamentalisme agama yang bagi perkembangan pelayanan dan ekumenisme yang
menekankan wahyu sebagai sumber tertinggi dan lebih emansipatif, transformatif, dan berorientasi
meninggalkan rasionalitas adalah tantangan dan pemberdayaan masyarakat luas dan umat.
ancaman bagi gereja-gereja Indonesia. Selain
kebangkitan fundamentalisme agama, dunia dan
2.2.2. Masyarakat
terkhusus gereja saat ini akan berhadapan dengan
kebangkitan fundamentalisme pasar yang dikonstruksi Dalam medan pelayanan masyarakat, berbagai
secara sistematis dalam pasar bebas yang memegang permasalahan yang terjadi telah menyebabkan
dogma materialistik sebagai ajaran utama. Dalam pergeseran pada bidang sosial, budaya, politik, dan
konteks pasar bebas ini, gereja akan secara institusi juga kesenjangan ekonomi dan lemahnya
berkompetisi untuk sebuah model pelayanan yang tidak keteladanan hukum dalam masyarakat. Akar semua
karikatif lagi mengingat materialistik adalah daya tarik permasalahan ini bersumber dari tidak seimbangnya
yang luar biasa bagi kehidupan umat dan masyarakat sistem pengelolaan pemerintahan yang lebih
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

berorientasi kekuasaan dibanding strategi 2.2.2.2. Untuk beberapa tahun mendatang perkembangan dan
pemberdayaan masyarakat. Secara empirik pengaruh globalisasi adalah masalah serius bagi
permasalahan pada medan pelayanan masyarakat, masyarakat Indonesia. Sebagai masyarakat dunia
sebagai berikut: ketiga, maka neo-liberalisme akan sangat
mempengaruhi pengelolaan tata pemerintahan
2.2.2.1. Transisi menuju demokrasi adalah diskursus politik
dengan berbagai turunannya, termasuk manajemen
pada beberapa tahun terakhir dalam masyarakat
kebijakan pembangunan Indonesia. Berbagai
Indonesia. Pergantian pemerintahan hingga saat ini
dampak perkembangan global ini antaralain:
paling tidak telah membuka kran demokrasi bagi
masyarakat ekonomi lemah akan tertinggal dan
partisipasi publik yang lebih baik, artinya reformasi
menjadi sangat miskin tanpa pemberdayan dan
telah memberikan angin demokrasi bagi sebuah
subsidi; akumulasi modal dan distribusi pendapatan
kehidupan politik kearah yang lebih baik. Dalam
dikelola oleh para pemilik modal; penguasaan pasar
beberapa dimensi kehidupan, perubahan tata kelola
modal oleh kekuatan kapital asing; penguasaan arus
politik ini paling tidak memperlihatkan bahwa pada
keuangan dan sumber daya strategis; dan penguasaan
dimensi pembangunan sebuah pemandangan
alur produksi dan distribusi barang dan jasa. Dampak
ketimpangan yang luas dan sarat dengan masalah
lainnya adalah kerusakan ekosistem lingkungan
sosial dalam bidang ekonomi dan sosial, baik
hidup; penyakit; meningkatnya angka pengangguran
antarindividu, kelompok maupun antarwilayah.
dan kriminalitas pada pusat-pusat perekonomian.
Konsep pembangunan yang seharusnya
mengintegrasikan seluruh kepentingan, saat ini 2.2.2.3. Otonomi daerah secara normatif konsepsional
hanya mengejar peningkatan pendapatan perkapita diharapkan menjadi salah satu alat yang tepat untuk
tanpa mempertimbangkan aspek lain dalam mewujudkan keadilan daerah secara merata baik
pembangunan. Bahwa peningkatan pendapatan dalam dimensi ekonomi, sosial, partisipasi politik
perkapita dapat menyelesaikan kemiskinan adalah maupun penegakan hukum. Dalam beberapa tahun
satu dari sekian fakta saat ini, karena pada dimensi terakhir, evaluasi terhadap otonomi daerah justru
lain kemiskinan dan ketimpangan tidak hanya menyebabkan munculnya persoalan-persoalan serius
masalah ekonomi tetapi sebuah realitas dan masalah di daerah-daerah dan mengganggu efektivitas
sosial. Konsep ini justeru dalam realitasnya pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri. Pada
menimbulkan masalah-masalah serius dalam tingkatan masyarakat, terjadi konflik kepentingan
pembangunan, antara lain: rendahnya kualitas karena pengelolaan sumber daya strategis, sementara
sumber daya manusia; meningkatnya angka pada tingkatan elit politik dan birokrasi terjadi
kemiskinan; pengangguran semakin tidak terkontrol; konflik kepentingan karena perebutan lahan dan
tidak meratanya distribusi pendapatan dan buruknya orientasi kekuasaan semata. Beberapa penyebab
sistem jaminan sosial kepada masyarakat. mendasar persoalan ini antara lain: ketidaksiapan
institusi pemerintah daerah untuk merespons dan
mengelola berbagai perubahan yang dramatikal di
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

daerah; berbagai regulasi yang tidak akomodatif dan konflik kepentingan atas nama kesejahteraan
tidak tepat sasaran; belum meratanya penyebaran masyarakat, hal ini dapat dilihat dengan semakin
sumber daya manusia; dan semakin merajalelanya luasnya ketimpangan sosial ekonomi dengan
KKN dalam pengelolaan dana otonomi daerah. Hal meningkatnya angka kemiskinan, menguatnya etno-
lain yang perlu dikelola secara baik dalam nasionalisme, dan kebangkitan politik lokal serta
perkembangan otonomi daerah adalah menguatnya munculnya kekuatan-kekuatan pro demokrasi.
etno-nasionalisme yang telah menghidupkan Keseluruhan persoalan ini pada titik tertentu dapat
kearifan dan keunggulan lokal sekaligus menguatkan menyulut persoalan disintegrasi bangsa.
semangat primordial yang dapat memicu berbagai
2.2.3. Perguruan Tinggi
konflik horisontal dalam masyarakat.
2.2.3.1. Perkembangan globalisasi yang dikemas dalam
2.2.2.4. Saat ini kontrol masyarakat terhadap kinerja
perspektif dinamisasi perkembangan ilmu
pemerintahan menjadi sangat tidak efektif. Sebagai
pengetahuan dan teknologi (iptek) telah
pemegang kedaulatan, terlihat bahwa partisipasi
mengarahkan keseriusan perguruan tinggi untuk
masyarakat dalam mengontrol kebijakan publik baik
semakin dekat pusat-pusat penelitian dari
yang dikelola pemerintah maupun swasta belum
kepentingan industri global dan menjadi
dimaksimalkan dan bahkan cenderung diabaikan.
perpanjangan tangan dari promosi kepentingan iptek
Pada bagian lain, penegakan hukum sebagai salah
bagi kehidupan umat manusia. Implikasi serius
satu syarat mewujudkan demokrasi masih terjebak
kondisi ini adalah perguruan tinggi dapat
dalam pusaran kekuasaan dan penguasa. Wibawa
meninggalkan kenetralannya sebagai lembaga ilmiah
hukum dan fungsi hukum justru disalahgunakan oleh
yang hidup dengan etika ilmu dan etika profesi.
para penegak hukum. Reformasi bidang hukum
Pergeseran ini akan menyebabkan peran dan posisi
mendapat arus balik, dimana perangkat dan aturan
perguruan tinggi yang berkaitan dengan tugasnya
hukum justru diatur oleh kekuasaan, dan hukum
dalam masyarakat untuk pengembangan intelektual
menjadi tidak independen terhadap asas yang
dan membangun masyarakat menjadi berorientasi
dianutnya. Munculnya berbagai kasus korupsi dan
kepada bisnis iptek industri global. Di masa
pelanggaran HAM dalam berbagai konflik
mendatang kondisi ini semakin mempertegas bahwa
berlatarbelakang SARA yang belum terselesaikan
pergururan tinggi dan masyarakat akan berada pada
telah turut memandulkan penyelenggaran tertib
kepentingannya masing-masing.
hukum di Indonesia.
2.2.3.2. Saat ini dan untuk masa mendatang perguruan tinggi
2.2.2.5. Disparitas sosial ekonomi antar daerah saat ini telah
akan berada dalam perkembangan demokrasi yang
menyebabkan munculnya berbagai kerawanan sosial
semakin terbuka dengan perkembangan masyarakat
yang mungkin berujung pada perjuangan menuntut
sipil yang semakin baik sebagai syarat tumbuhnya
keadilan. Situasi dan konteks geopolitik Indonesia di
demokratisasi. Pada kondisi ini, pertanggungjawaban
masa mendatang akan penuh dengan berbagai
sosial politik perguruan tinggi untuk menjaga
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

keberlangsungan demokrasi harus dirumuskan secara BAB III


baik. Perguruan tinggi harus menjadi kekuatan PROFIL KADER
penyeimbang dalam menjaga suasana transisi
demokrasi Indonesia saat ini, disamping harus Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Visi
independen sebagai dengan moral dan intelektual misi organisasi dan kondisi organisasi baik internal maupun
force-nya. eksternal, maka Profil Kader yang diharapkan dibentuk oleh
2.2.3.3. Kenaikan biaya pendidikan yang sangat tinggi telah pendidikan kader GMKI adalah kader yang memiliki
menyebabkan pergeseran paradigma pendidikan di spiritualitas tinggi; kader yang memiliki integritas tinggi; dan
Indonesia termasuk pendidikan tinggi. Dengan kader yang memiliki profesionalitas tinggi.
semakin besar angka kemiskinan masyarakat
Indonesia saat ini, dapat dipastikan telah menutup
kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi. Pada BAB IV
masa mendatang dapat dipastikan bahwa hanya PRINSIP DAN TUJUAN
sebagian kecil saja masyarakat Indonesia yang
memiliki akses untuk belajar di perguruan tinggi. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang
Pada sisi lain sebagai komunitas ilmiah yang hidup dihadapi oleh Pendidikan Kader GMKI di masa depan,
di tengah-tengah masyarakat, maka perguruan tinggi maka disusunlah prinsip dan tujuan pendidikan kader
harus mampu memperlihatkan akuntabilitas mutu sebagai berikut:
pendidikan terhadap perkembangan masyarakat,
artinya kenaikan biaya penyelenggaraan pendidikan 4.1. Prinsip
harus di imbangi dengan akuntabilitas
pertanggungjawaban mutu pendidikan tinggi itu Prinsip-prinsip pendidikan kader adalah
sendiri. pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan pendidikan kader dan dituangkan secara
2.2.3.4. Semakin banyaknya regulasi dalam bidang eksplisit dan implisit dalam materi, metode, dan
pendidikan saat ini belum mencerminkan keinginan teknis implementasi program.
yang kuat untuk pengembangan mutu pendidikan
tinggi di Indonesia, justru ditemukan bahwa ada 4.1.1. Kreativitas
regulasi yang tidak memiliki filosofis pengembangan
pendidikan. Dengan demikian, pengelolaan Pendidikan Kader GMKI harus menjadikan
pendidikan tinggi mengalami politisasi karena kader kreatif untuk melakukan sesuatu di tengah-
campur tangan birokrasi. Di samping itu, tengah masyarakat. Dengan demikian kurikulum
peningkatan anggaran pendidikan yang dialokasikan harus bersifat dinamis dan fleksibel untuk tanggap dan
sebesar 20% dalam undang-undang belum dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan
sepenuhnya dijalankan oleh pihak pemerintah. situasi sekitar. Sementara metode belajar harus
andragogi- partisipatif dengan membangun iklim
dialog yang partisipatif.
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

4.1.2. Retrainabilitas mencakup kebenaran, ketulusan, kejujuran, dan belas


kasihan. Dengan perilaku etis, diharapkan kader
Pendidikan Kader GMKI adalah complementary
mampu mewujudkan nilai-nilai kedamaian,
study yang menambahkan perihal tertentu pada
kesejahteraan, keadilan, dan kebenaran dalam
pendidikan sekolah. Dengan demikian, prinsip
kehidupan dengan sesama.
retrainabilitas dalam pendidikan kader dimaksudkan
sebagai proses untuk senantiasa melakukan pengayaan
dengan melatih ulang, menambah, dan menyempurnakan 4.2. Tujuan
apa yang telah didapatkan dalam pendidikan kader Tujuan Pendidikan Kader GMKI harus
GMKI. diturunkan dan merupakan penjabaran operasional
dari Visi, Misi, dan Usaha GMKI. Tujuan Pendidikan
4.1.3. Kritis Kader GMKI diarahkan untuk mencapai profil kader
Pendidikan Kader GMKI harus membentuk yang ditetapkan, dengan demikian tujuan Pendidikan
kader untuk memiliki sikap kritis. Kader adalah membentuk kader yang: a) mampu
melaksanakan nilai-nilai Kristen (Spiritualitas); b)
4.1.4. Positif mampu menerapkan kehidupan yang bertanggung
jawab (Integritas); dan c) mampu menguasai serta
Pendidikan kader GMKI harus mampu mengembangkan ilmu dan ketrampilan
mengembangkan sikap-sikap positif kader. Sikap (Profesionalitas).
positif penting untuk membangun obyektivitas kader
dalam melihat berbagai perkembangan pemikiran dan
pandangan di lingkungan sekitarnya.
BAB V
STRATEGI DAN KEBIJAKAN OPERASIONAL
4.1.5. Realistis
Sikap realistis merupakan sikap yang penuh 5.1 Strategi
pertimbangan untuk melihat kekurangan dan
Pendidikan kader GMKI adalah
kelebihan dalam sebuah pandangan atau sikap.
complementary study yang akan berperan sebagai
Dengan demikian, diharapkan kader dapat mengetahui pelengkap dinamis kepada pendidikan tinggi. Dengan
pemikiran alternatif untuk mencapai sesuatu yang demikian, strategi pendidikan kader adalah sebagai
ideal. berikut:

4.1.6. Perilaku Etis 5.1.1. Strategi yang menyangkut teknis pelaksanaan dengan
Pendidikan Kader GMKI harus menumbuhkan melihat keunggulan komparatif dan keunikan wilayah.
dan mengembangkan kemampun menumbuhkan Mengenai strategi ini, pendidikan kader harus fleksibel
perilaku etis. Sikap-sikap etis yang hendak untuk mengakomodasi dan mengadaptasi berbagai
dikembangkan
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

keunikan wilayah atau kearifan lokal sebagai Pendidikan Kader GMKI, kurikulum pendidikan kader
keunggulan komparatif dalam muatan pendidikan kader. mengandung tiga aspek (dimensi): kognitif
(pengetahuan), psikomotorik (ketrampilan), dan afektif
5.1.2. Strategi yang menyangkut muatan, yaitu strategi yang (sikap). Dimensi kognitif dalam pendidikan kader ini
memberi tekanan pada pengembangan spiritualitas, adalah pemberian pengetahuan untuk mengenali
penguatan ketrampilan organisasi, manajemen dan organisasi yang dimasukinya dan pemberian
kemampuan untuk peningkatan prestasi studi.
kemampuan akademik serta potensi dinamik. Dengan
Dimensi psikomotorik dalam pendidikan kader
strategi ini, kader GMKI diharapkan memiliki adalah pemberian pengetahuan dan ketrampilan
kompetensi spiritualitas dan memiliki ketrampilan untuk untuk membangun relasi secara internal dan eksternal
mengelola organisasi serta memiliki kemampuan dan bagaimana mengelola organisasi. Dimensi afektif
akademik. Pengembangan potensi akademik mengacu pada pemberian pengetahuan dan keteladanan
dimaksudkan agar kader-kader GMKI bertanggung untuk mampu mengembangkan sikap dan perilaku etis
jawab mengantisipasi dan memecahkan berbagai dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, dan
persoalan di seputar medan pelayanan. bernegara.
Struktur kurikulum dikonstruksikan dalam
5.1.3. Strategi yang menyangkut pendekatan, yakni pendekatan tiga level yang lateral/tidak berjenjang/setara, yang
andragogi-partisipatif dan integralistik. Berkaitan dengan termuat dalam masing-masing standar kompetensi.
strategi ini, pelaksanaan pendidikan kader GMKI akan 1. Standar kompetensi Level I adalah kader yang
mampu berpikir metodologis, belajar efektif, dan
dikelola sebagai proses belajar orang dewasa yang
menerapkan kehidupan yang melayani, disiplin,
memberikan kesempatan yang sama bagi anggota GMKI dan rajin.
untuk ikut dalam proses pendidikan kader dan strategi ini 2. Standar kompetensi Level II adalah kader yang
akan menempatkan kader sebagai subyek belajar. Pada mampu memimpin, bersikap jujur, dan
sisi lain, pendekatan integralistik dimaksudkan bahwa menerapkan kehidupan yang bersaksi.
segala aspek pendidikan dan jenjang pendidikan disusun 3. Standar kompetensi Level III adalah kader yang
sedemikian rupa, dengan tidak mengutamakan pokok memiliki keterampilan manajerial dan pemecahan
yang satu dengan yang lain tetapi menampakkan saling masalah, setia dan berkomitmen tinggi serta aktif
keterkaitan dan terintegrasi sebagai satu kesatuan utuh membangun persekutuan.
proses pendidikan kader GMKI.
Secara sederhana, hubungan antara strategi,
5.2 Kebijakan Operasional kurikulum, dan profil kader yang harus dihasilkan
5.2.1 Kurikulum oleh Pendidikan Kader GMKI, dapat digambarkan
Kurikulum merupakan komponen penting sebagai berikut:
dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam
aktivitas
PDSPK GMKI 2006 PDSPK GMKI 2006

Dengan demikian, diharapkan Pendidikan Kader GMKI


Profil Kader Kurikulum dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan organisasi dan
1. Kader GMKI yang 1. Kemampuan kader serta mendorong upaya implementasi pendidikan
memiliki Spiritualitas kognitif kader lebih efektif.
tinggi 2. Kemampuan
2. Kader GMKI yang psikomotorik
Ini akan membuka ruang fleksibitas bagi BPC-BPC
Memiliki Integritas 3. Kemampuan afektif GMKI untuk lebih kreatif memikirkan materi/program
tinggi dan pola pelaksanaan pendidikan kader, artinya
3. Kader GMKI yang
memiliki perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi akan
Profesionalitas tinggi ditangani oleh BPC-BPC GMKI, sementara tugas
pengkoordinasi akan dilakukan oleh PP GMKI.
Tetapi, agar tujuan pendidikan kader tercapai, maka
materi-materi dasar yang akan disampaikan di cabang-
cabang harus sama. Dalam jangka panjang diharapkan
Strategi dapat bermanfaat untuk mendorong terbentuknya
kearifan lokal cabang-cabang GMKI dalam
Pembinaan anggota GMKI
dalam kelompok diskursus menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi.
kecil berbasis disiplin Seperti telah disampaikan bahwa untuk mendukung
keilmuan dan dalam fokus kebijakan pengorganisasian ini, maka pola-pola
grup diskusi interdispliner pembinaan yang digunakan dalam pendidikan kader ini
yang berbasis di cabang- harus dapat mempertimbangkan kondisi organisasi. Bisa
cabang digunakan kelompok diskursus yang berbasis disiplin
keilmuan atau interdisipliner dalam fokus grup diskusi.
Selain itu untuk memaksimalkan proses Pendidikan
5.2.2 Pengorganisasian Kader GMKI, pentingnya kiranya GMKI memikirkan
membangun jaringan kerjasama dengan gereja-gereja
Kebijakan pengorganisasian kegiatan pendidikan kader dan lembaga-lembaga pendidikan kristen untuk
berkaitan secara langsung dengan implementasi pendidikan kader menunjang dan menopang pendidikan kader GMKI
GMKI. Pelaksanaan pendidikan kader dilakukan dengan secara keseluruhan.
memperhitungkan keunggulan komparatif atau keunikan wilayah.
PDSPK GMKI 2006

BAB VI
KURIKULUM PDSPK

Tabel I:
Standar Kompetensi:
Kader yang mampu berpikir metodologis, belajar efektif, dan menerapkan kehidupan yang melayani, disiplin,
dan rajin.

PENGALAMAN Alokasi
No KOMPETENSI DASAR POKOK BAHASAN WAKTU
BELAJAR T P L
1 Mampu berpikir metodologis Memahami materi 1. Identifikasi masalah
berpikir metodologis 2. Perumusan masalah
Latihan, studi kasus 3. Hipotesis
4. Metodologis
5. Penarikan Kesimpulan dan generalisasi
2 Mampu belajar efektif Latihan mencatat, 1. Teknik mencatat
membaca, mendengar, 2. Teknik membaca
berbicara, menulis 3. Teknik mendengar
4. Teknik berbicara
5. Teknik menulis
3 Memahami dan Simulasi, eksposure 1. Identifikasi masalah sosial
Mendemonstrasikan masalah sosial, studi 2. Alternatif pemecahan masalah sosial
kehidupan yang melayani kasus, aksi sosial. 3. Disain rencana aksi
berdasarkan iman Kristen 4. Aksi sosial
5. Refleksi
4 Mampu mempraktekkan Latihan menyusun visi 1. Teknik merumuskan visi dan misi pribadi
kehidupan yang disiplin dan dan misi pribadi, 2. Teknik merencanakan aktivitas pribadi dalam
rajin membuat perencanaan batasan waktu
aktivitas pribadi, 3. Teknik menetapkan prioritas
menetapkan prioritas.
PDSPK GMKI 2006

Tabel II:
Standar Kompetensi:
Kader yang mampu memimpin, bersikap jujur, dan menerapkan kehidupan yang bersaksi

PENGALAMAN Alokasi
No KOMPETENSI DASAR POKOK BAHASAN WAKTU
BELAJAR T P L
1. Mampu menerapkan Memahami dan berlatih 1. Konsep-konsep kepemimpinan
prinsip-prinsip dasar melalui studi kasus untuk a. Pengertian
Kepemimpinan menerapkan prinsip- b. Jenis-jenis
prinsip dasar c. Sumber-sumber
kepemimpinan. d. Nilai-nilai
2. Prinsip-prinsip dasar kepemimpinan
3. Gaya-gaya/tipe kepemimpinan
4. Teknik pengambilan keputusan
2 Memahami dan Studi kasus, latihan 1. Konsep kesaksian
Mendemonstrasikan mengkontekstualisasikan 2. Metode bersaksi
kehidupan yang bersaksi iman Kristen. 3. Pemahaman konteks
berdasarkan iman Kristen 4. Metode kontekstualisasi nilai
5. Teknik mengklarifikasi nilai
6. Refleksi
3 Mampu menerapkan Studi kasus dan simulasi 1. Etika organisasi
kehidupan yang jujur 2. Konsep integritas
PDSPK GMKI 2006

Tabel III:
Standar Kompetensi:
Kader yang memiliki ketrampilan manajerial dan pemecahan masalah, setia dan berkomitmen tinggi serta aktif
membangun persekutuan.

KOMPETENSI PENGALAMAN Alokasi


No POKOK BAHASAN WAKTU
DASAR BELAJAR T p L
1 Memahami dan Mengkaji, Simulasi, 1. Teori organisasi
menerapkan studi kasus. 2. Konsep dasar manajemen
ketrampilan 3. Fungsi-fungsi manajemen
manajerial 4. Strategi managemen
5. Managemen konflik
2 Memahami dan Mengkaji dan 1. Kebangsaan Indonesia sebagai suatu persekutuan
Mendemonstrasikan mempraktekkan 2. persekutuan dalam perspektif kemanusiaan,
kehidupan kehidupan perdamaian dan keutuhan ciptaan
persekutuan Kristen persekutuan 3. Model-model persekutuan (termasuk
dalam konteks ekumenisme kristen dan umat manusia)
Indonesia dan global 4. Metode bersekutu
3 Mampu menerapkan Mengkaji, studi 1. Konsep komitmen dalam organisasi GMKI
kehidupan yang kasus 2. Konsep komitmen bergereja
berkomitmen tinggi 3. Konsep komitmen dalam kehidupan berbangsa
4. Ancaman terhadap kehidupan berkomitmen
PDSPK GMKI 2006

Catatan Kurikulum: disesuaikan materi dan kebutuhan


1. Pokok bahasan yang dirumuskan dalam organisasi.
kurikulum dimaksudkan sebagai contoh.
Berdasarkan kebutuhan cabang dan kebutuhan
anggota dalam proses pendidikan kader di
cabang, maka pokok bahasan dapat dirumuskan
sesuia dengan kebutuhan dengan tetap bertujuan
mencapai kompetensi dasar yang telah
dirumuskan;
2. Untuk mendekatkan metode deduktif dengan
realitas organisasi yang lebih induktif, maka
kurikulum pendidikan kader GMKI memberikan
ruang untuk membicarakan berbagai kebutuhan
yang aktual kontekstual. Berkaitan dengan
berbagai kebutuhan aktual kontekstual dimaksud,
maka dapat dibicarakan dalam kompetensi dasar
mampu berpikir metodologis pada kurikulum
pendidikan kader level I. Kebutuhan aktual
kontekstual dimaksud antara lain:
1. Hak asasi manusia
2. Otonomi daerah
3. Pilkada
4. Studi lingkungan hidup
5. Studi demokrasi dan civil society
6. Studi perbatasan wilayah
7. Studi neoliberalisme
8. Konflik sosial kemasyarakatan
9. Sistem pendidikan
10. dan sebagainya.
3. Waktu belajar disusun sesuai dengan indikator,
pokok bahasan, metode, dan media;
4. Waktu belajar diatur dan disusun oleh pelaksana
dan fasilitator pendidikan kader;
5. Waktu belajar untuk satu topik materi dapat
diatur dalam beberapa kali pertemuan yang
PDSPK GMKI 2006

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Pendidikan kader, bagi organisasi seperti GMKI,
merupakan hal pokok dan urat nadi untuk
menopang keberadaannya. Dengan melakukan
aktivitas pendidikan kader, diharapkan GMKI
mampu mengemban Misi dalam upaya
pencapaian Visi GMKI di ketiga medan
pelayanannya, yang senatiasa bergerak secara
dinamis.
PETUNJUK PELAKSANAAN pendidikan kader sebelumnya, yakni pola
POLA DASAR SISTEM PENDIDIKAN KADER pendidikan kader 1981-1991 dan PDSPK
GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA 2006 GMKI 1992-2002
5. Berkaitan dengan limit waktu implementasi
PDSPK, maka kurikulum PDSPK GMKI
mengandung prinsip fleksibilitas dan adaptif
1. UMUM terhadap perubahan medan pelayanan,
Petunjuk pelaksanaan (juklak) kurikulum PDSPK GMKI dengan demikian kurikulum PDSPK tetap
2006 adalah pedoman umum yang diperuntukkan bagi terbuka untuk terus melakukan adaptasi.
penanggungjawab dan pelaksana pendidikan kader GMKI. 6. Strategi yang dikembangkan dalam
kurikulum PDSPK GMKI ini antara lain:
A. Latar Belakang PDSPK GMKI a. Strategi yang menyangkut tekni
1. Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader GMKI merupakan pelaksanaan dengan melihat keunggulan
strategi pendidikan kader GMKI yang disusun secara komparatif dan keunggulan wilayah;
sistematis, terencana, dan integralistik agar pendidikan b. Strategi yang menyangkut muatan, yaitu
kader dapat berjalan secara utuh, menyeluruh, dan strategi yang memberi tekanan pada
terpadu dalam kepentingan kaderisasi dan memberikan pengembangan spiritualitas, penguatan
jawaban terhadap dinamika dan persoalan medan ketrampilan organisasi, manajemen dan
pelayanan yang semakin kompleks; kemampuan akademik serta potensi
2. Pola Dasar Pendidikan Kader GMKI disusun untuk dinamik;
menghasilkan pemimpin dan pelayanan dengan profil c. Strategi yang menyangkut pendekatan,
kader yang memiliki spiritualitas, integritas, dan yaitu pendekatan andragogi partisipatif
profesionalitas; dan integralistik.
3. Perumusan Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader GMKI
ini mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam B. Struktur PDSPK GMKI
kehidupan organisasi yang meliputi: 1. Struktur kurikulum Pola Dasar Sistem
a. Visi Misi GMKI Pendidikan Kader GMKI 2006
b. Permasalahan dan dinamika internal organisasi dikonstruksikan atau disusun dalam tiga
c. Kecenderungan kondisi eksternal level/tabel yang lateral/tidak
d. Nilai-nilai GMKI berjenjang/setara, yang termuat dalam
e. Aspek teologi sebagai dasar panggilan dan masing-masing standar kompetensi yaitu:
pelayanan GMKI level/tabel I, level/tabel II, dan level/tabel
4. Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader 2006 adalah III;
produk ketiga dalam sistem pendidikan kader GMKI,
yang merupakan kelanjutan pola dasar sistem
2. Sebagai satu kesatuan yang terintegrasi artinya ketiga 2. INDIKATOR KOMPETENSI
level/tabel ini tidak dapat dilepaspisahkan dan A. Untuk dapat mengukur keberhasilan proses
merupakan satu kesinambungan proses; belajar dalam pendidikan kader maka fasilitator
3. Lateral/tidak berjenjang/setara artinya level/tabel harus dapat merumuskan dan mengembangkan
pendidikan kader tidak wajib dilakukan secara indikator kompetensi;
berurutan. Tapi disesuaikan dengan kebutuhan cabang. B. Indikator kompetensi yang dirumuskan harus
Sehingga dimungkinkan untuk bebas memilih dan mengandung tiga ketentuan, yakni: 1) harus
mengkombinasikan kompetensi dasar dari level/tabel dapat diukur; 2) harus dapat diobservasi; dan 3)
manapun untuk diimplementasikan. harus kontekstual.
4. Pada level/tabel I, standar kompetensi yang ingin
dibentuk adalah kader yang mampu berpikir 3. METODE
metodologis, belajar efektif, menerapkan kehidupan A. Untuk memaksimalkan proses pendidikan
yang melayani, dan disiplin dan rajin. Maka kader GMKI, maka metode yang
kompetensi dasar yang diberikan adalah: berpikir dikembangkan harus disesuaikan dengan
metodologis; belajar efektif; kehidupan yang melayani; indikator dan pengalaman belajar.
dan kehidupan yang disiplin dan rajin; B. Untuk menjawab kebutuhan belajar, maka
5. Pada level/tabel II, standar komptensi yang ingin metode diatur dan dikembangkan oleh
dibentuk adalah kader yang mampu memimpin, fasilitator.
bersikap jujur, dan menerapkan kehidupan yang 4. MEDIA
bersaksi. Maka kompetensi dasar yang diberikan A. Untuk memaksimalkan proses pendidikan
adalah: prinsip-prinsip dasar kepemimpinan; kader GMKI, maka media yang dikembangkan
kehidupan yang bersaksi berdasarkan iman Kristen; harus disesuaikan dengan indikator, metode,
dan kehidupan yang jujur; dan pengalaman belajar.
6. Pada level/tabel III, standar kompetensi yang ingin B. Pemilihan dan pengembangan media belajar
dibentuk adalah kader yang memiliki keterampilan dilakukan oleh fasilitator.
manajerial dan pemecahan masalh, setia, dan
berkomitmen tinggi serta aktif membangun 5. WAKTU
persekutuan. Maka kompetensi dasar yang diberikan A. Waktu belajar disusun sesuai dengan indikator,
adalah: keterampilan manajerial; kehidupan dan pokok bahasan, metode, dan media.
persekutuan kristen dalam konteks Indonesia dan B. Waktu belajar untuk satu topik materi diatur
global; dan kehidupan yang berkomitmen tinggi. dan disusun oleh pelaksana dan fasilitator
pendidikan kader GMKI.
C. Waktu belajar untuk satu topik materi dapt
diatur dalam beberapa kali pertemuan yang
disesuaikan dengan muatan materi dan kebutuhan 2. Bersedia mengikuti seluruh proses
organisasi. pendidikan kader GMKI.
3. Peserta pendidikan kader GMKI adalah
6. EVALUASI anggota GMKI sesuai dengan ketentuan
A. Penyusunan perangkat evaluasi harus sesuai dengan AD/ART GMKI.
indikatir dan mencakup semua kompetensi dasar untuk 4. Sebagai pelaksana pendidikan kader GMKI,
pencapaian standar kompetensi. maka BPC GMKI harus menetapkan syarat-
B. Apabila semua standar kompetensi tercapai berarti tujuan syarat rekruitmen peserta yang disesuaikan
tercapai. dengan kondisi cabang dan kebutuhan
C. Minimum 90% peserta mencapai hasil evaluasi minimal pendidikan kader GMKI itu sendiri.
70% dari skala 0-100% (kondisi ini bisa disesuaikan Terutama berkaitan dengan syarat-syarat
dengan tingkat dinamika cabang). khusus.
D. Untuk upaya perbaikan hasil evaluasi belajar pendidikan
kader, maka dapat dilakukan pengayaan dan remidiasi. C. Kewenangan Sertifikasi
1. Peserta pendidikan kader GMKI yang telah
7. PENGORGANISASIAN mengikuti pendidikan kader GMKI berhak
A. Penanggungjawab dan Pelaksana Pendidikan Kader untuk mendapatkan sertifikat pendidikan
GMKI kader GMKI.
1. Penanggungjawab pendidikan kader GMKI adalah 2. Sebagai penanggungjawab pendidikan kader
Pengurus Pusat GMKI. GMKI, maka Pengurus Pusat GMKI
2. Pelaksana pendidikan kader GMKI adalah Badan memiliki kewenangan mengeluarkan
Pengurus Cabang GMKI. sertifikat pendidikan kader kepada kader
3. Pelaksanaan kegiatan pendidikan kader dapat yang telah mengikuti pendidikan kader.
bekerjasama dengan Yayasan Bina Darma Salatiga. 3. Sertifikat pendidikan kader GMKI berlaku
4. Selain itu dalam kepentingan untuk menyukseskan secara nasional, maksudnya adalah:
pelaksanaan pendidikan kader GMKI, maka BPC Apabila ada kader lulusan pendidikan kader
GMKI dapat membangun kerjasama dengan Gereja GMKI yang meninggalkan cabang asal
dan Lembaga-lembaga pelayanan Gerejawi yang dengan alasan yang jelas dan memiliki
bergerak di bidang pengembangan sumber daya keterangan organisasi, maka yang
manusia. bersangkutan dapat mengikuti pendidikan
kader GMKI selanjutnya dimana kader
B. Syarat Rekruitmen/Ketentuan Peserta Pendidikan tersebut berdomisili.
Kader GMKI
1. Anggota GMKI sesuai dengan ketentuan AD/ART
GMKI.
D. Kualifikasi Fasilitator 4. Pengembangan sistem data base fasilitator
Mengingat aspek fleksibilitas dan strategi yang dimaksudkan adalah identifikasi, verifikasi,
dikembangkan dalam PDSPK GMKI 2006, maka dan pengelolaan data fasilitator pendidikan
fasilitator yang dibutuhkan adalah: kader GMKI.
1. Diutamakan adalah senior members/friends GMKI 5. Identifikasi, verifikasi, dan pengelolaan data
dengan kualifikasi yang ditetapkan oleh pelaksana base fasilitator adalah untuk mengetahui
pendidikan kader GMKI. jumlah fasilitator di masing-masing cabang
2. Memahami dan mampu menerapkan kurikulum GMKI.
pendidikan kader GMKI. 6. Pengembangan sistem data base materi
3. Menguasai materi yang dimaksudkan dalam kurikulum adalah identifikasi, verifikasi, dan
pendidikan kader. pengelolaan data materi pendidikan kader
4. Menguasai materi aktual yang dikembangkan sesuai GMKI yang diberikan.
dengan keunggulan dan kebutuhan cabang.
5. Mampu mengembangkan media dan metode yang 5. POSISI MASA PERKENALAN TERHADAP
relevan dengan materi dan tuntutan kurikulum maupun PDSPK GMKI
materi yang dikembangkan sesuai dengan keunggulan A. Sebagai organisasi kader, maka
dan kebutuhan cabang. perekrutan/penerimaan anggota yang saat ini
6. Memiliki sertifikat fasilitator dari Pengurus Pusat dilakukan lewat masa perkenalan anggota tetap
GMKI. diperlukan oleh GMKI.
7. Memiliki komitmen terhadap pengembangan GMKI. B. Dalam Pola Pengkaderan 1981-1991, masa
perkenalan anggota adalah jenjang pengkaderan
E. Pengembangan Sistem Data Base Kader, Fasilitator, yang utuh terintegrasi dalam pola pengkaderan
dan Materi (Management Pooling of Resources) GMKI, dengan demikian secara otomatis
1. Pengembangan sistem data base dimaksudkan adalah seorang mahasiswa ketika menjadi anggota
pengelolaan semua hal yang berkaitan dengan kader, GMKI langsung mengikuti proses pendidikan
fasilitator, dan materi pendidikan kader GMKI. kader GMKI.
2. Pengembangan sistem data base kader dimaksudkan C. Dalam PDSPK GMKI 1992-2002, masa
adalah identifikasi, verifikasi, dan pengelolaan perkenalan anggota merupakan media
data/ouput pendidikan kader GMKI. penerimaan anggota an sich dan terpisah dari
3. Identifikasi, verifikasi, dan pengelolaan data base kurikulum PDSPK GMKI.
kader dimaksudkan untuk mengetahui jumlah kader D. Dalam PDSPK GMKI 2006, masa perkenalan
yang telah mengikuti dan lulus sesuai standar evaluasi anggota adalah media pengenalan organisasi
kelulusan di seluruh cabang GMKI. dan penerimaan anggota an sich dan terpisah
dari kurikulum PDSPK GMKI. Hal ini
ditetapkan dengan beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Peserta pendidikan kader GMKI adalah anggota GMKI
sesuai ketentuan AD/ART GMKI.
2. Pendidikan kader GMKI adalah proses panjang yang
strategis untuk membentuk profil kader. Dengan
demikian sebelum memasuki ‘ranah kaderisasi’,
anggota harus memperoleh pengetahuan dasar dan
memahami seperti apa organisasi yang dimasukinya
dengan segala dinamikanya.
3. Berkaitan dengan pengetahuan dasar tentang organisasi
dan segala dinamikanya, maka materi-materi yang
harus diberikan dalam masa perkenalan anggota antara
lain: Pemahaman sejarah GMKI; Pemahaman
AD/ART GMKI; Pemahaman Visi-Misi GMKI;
Pemahaman Tema-Subtema; Pemahaman Tri Panji;
Pemahaman motto dan panca kegiatan GMKI.
4. Untuk menjaga kesatuan pemahaman terhadap
organisasi dengan segala dinamikanya, maka seluruh
materi masa perkenalan anggota akan disiapkan oleh
Pengurus Pusat.
PEDOMAN DAN CONTOH PENURUNAN INDIKATOR Secara khusus, tujuan ini dijabarkan menjadi standar
PADA KURIKULUM PDSPK GMKI 2006 kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada
Oleh: Alex Ch. D. Mira Kaho masing-masing level (Level I, Level II, dan Level III).
Melalui kurikulum PDSPK 2006, peserta pelatihan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
1. Rasional pemahaman konsep, pengembangan pola pikir, dan
PP GMKI telah melakukan serangkaian kegiatan yang salah sejumlah keterampilan proses, serta memberi petunjuk
satunya menghasilkan Kurikulum PDSPK 2006. Kurikulum kepada pelatih dalam menyiapkan pembelajaran dan
PDSPK 2006 menggunakan kompetensi sebagai dasar dalam menentukan standar tingkat keberhasilan peserta
pendekatannya. Kurikulum seperti ini merupakan seperangkat pelatihan.
rencana dan pengaturan tentang kompetensi, pengaturan tentang Rancangan kurikulum seperti ini menghendaki
hasil yang harus dicapai peserta pelatihan, penilaian, dan agar pelatih dapat menyajikan pelatihan berdasarkan
kegiatan pelatihan yang harus dilakukan. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar yang sejalan dengan visi dan misi
kompetensi dalam kurikulum ini adalah perpaduan dari GMKI dan sesuai dengan kebutuhan di masing-
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan masingcabang GMKI maupun tantangan-tantangan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dari peserta pelatihan secara nasional bahkan tantangan global. Konsekuensi
sebagai akibat dari adanya kegiatan belajar. dari hal ini adalah pelatih mengerti apa yang harus
Kurikulum ini bermaksud mencapai tujuan berupa peserta dilatih, apa yang harus dilakukan peserta sebagai hasil
yang mampu melaksanakan nilai-nilai Kristen (Spiritualitas); belajar dalam pelatihan.
mampu menerapkan kehidupan yang bertanggung jawab Kurikulum PDSPK 2006 memberikan kebebasan
(integritas); dan mampu menguasai serta mengembangkan ilmu pada pelaksana untuk menentukan indikator
dan keterampilan (profesionalisme). Visi dan misi GMKI serta keberhasilan dari masing-masing pelatihan. Oleh
hasil dari analisis terhadap situasi dan kondisi yang dihadapai karena itu, pelaksana bebas pula mengembangkan
GMKI, merupakan rujukan utama untuk menetukan tujuan ini. materi pelatihan sesuai dengan lingkungan dan
kebutuhan masing-masing cabang dengan berpedoman pada kata kerja yang lebih operasional. Atau dengan kata
kompetensi yang ada pada kurikulum. Masalahnya di sini adalah lain, indikator pelatihan dirumuskan menggunakan
“bagaimanakah cara mengembangkan indikator pelatihan dan kata kerja yang operasional, yang hasilnya dapat
bagaimana pula cara mengembangkan materi pelatihan” yang diamati dan diukur. Kata kerja yang digunakan pada
akan disajikan kepada peserta pelatihan? Untuk menjawab hal indikator misalnya: menghitung, mengidentifikasi,
ini perlu diketahui lebih dahulu apa yang dimaksud dengan menafsirkan, membandingkan, membedakan,
indkator pelatihan. menerapkan, menganalisis, merangkum,
menyimpulkan, merancang, dan sebagainya.
Selain itu, indikator menunjukkan perbuatan yang
2. Indikator Pelatihan dilakukan oleh peserta pelatihan (pelajar) bukan
Indikator pelatihan dikembangkan dari kompetensi dasar pelatih atau program pelatihan sehingga dinamakan
yang ada dalam kurikulum PDSPK 2006. Indikator adalah performance objectives (behavioural objectives). Jua
karakteristik, ciri-ciri perbuatan, atau respons dari peserta tidak memakai kata kerja yang konseptual seperti
pelatihan. Dengna kata lain, indikator pelatihan adalah pada Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi.
pernyataan tentang perbuatan tertentu yang dapat dilakukan atau Dasar penentuan indikator adalah satuan tugas
sesuatu yang dihasilkan peserta pelatihan (pelajar) setelah belajar/pelatihan yang harus diselesaikan (modul,
menyelesaikan satu pelatihan/tugas belajar tertentu. Dengan pokok bahasan, paket, dan sebagainya) dan bukan atas
begitu indikator harus dinyatakan dalam hasil belajar peserta dasar waktu yang diperlukan.
pelatihan bukan proses belajar.
Pertanyaaan selanjutnya adalah bagaimanakah pelatih 3. Manfaat Indikator Pelatihan
mengetahui bahwa peserta pelatihan telah menguasai kompetensi Berdasarkan pada pengertian indikator di atas,
dasar yang dituntut oleh kurikulum? Untuk mengetahui hal ini, maka dapat dikatakan bahwa manfaat dari penentuan
pelatih dapat mengoperasionalkan kompetensi yang ada dalam indikator dalam menjalankan kurikulum ini adalah
Kompetensi Dasar yang masih berupa kata kerja abstrak menjadi menjelaskan tentang “hasil” yang diinginkan dari
peserta pelatihan. Dengan diketahui hasil yang akan dikuasai dilakukan atau persyaratan lain yang harus dipenuhi.
peserta, pelatih mempunyai pedoman untuk memilih “materi” Kriteria adalah taraf kecermatan yang dituntut,
pembelajaran, urutan penyajian, dan waktu yang diperlukan seperti berapa jumlah kesalahan yang diperbolehkan
untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. dan waktu minimal yang diperlukan untuk
Indikator dapat pula mengarahkan pelatih dalam memilih melaksanakan “perbuatan” tersebut.
“metode” atau “strategi” penyampaian yang lebih sesuai.
Manfaat lain dalam penentuan indikator pelatihan adalah 5. Contoh Perumusan Indikator
membantu pelatih untuk mengetahui kriteria dalam menilai hasil Berikut ini dikemukakan beberapa contoh
belajar melalui penyusunan alat evaluasi. Dengan demikian, merumuskan indikator dalam pelatihan:
indikator dapat menjadi dasar untuk menilai mutu dan efisiensi a. Peserta pelatihan dapat merumuskan masalah
pelatihan yang diberikan kepada peserta. organisasi yang dihadapai oleh Cabang GMKI,
bila diberi deskripsi tentang keadaan organisasi
4. Komponen Indikator dalam Pelatihan Cabang GMKI.
Dalam sebuah indikator, terdapat igas komponen utama yang b. Peserta dapat mengidentifikasi faktor-faktor
harus ada. Ketiga komponen tersebut mencakup perbuatan yang yang menentukan keberhasilan organisasi
menunjukkan kompetensi yang akan dan telah dikuasai oleh cabang GMKI di daerah.
peserta pelatihan, kondisi yang menyebabkan peserta dapat c. Peserta dapat menyebutkan kelima sila
melakukan perbuatannya, dan kriteria untuk mengetahui taraf Pancasila dengan urutan yang tepat.
kecermatan dalam melaksanakan perbuatan peserta. d. Peserta dapat menganalisis sebab-sebab
Yang dimaksud dengan perbuatan adalah hal-hal yang jatuhnya Suharto.
dilakukan peserta atau apa yang dihasilkan peserta sebagai e. Peserta dapat membuat langkah-langkah
akibat dari keikut-sertaannya dalam proses pelatihan. Kondisi pemecahan masalah yang dihadapi oleh cabang
yaitu alat apa yang dapat digunakan, materi yang disediakan oleh dalam pembinaan anggota baru.
pelatih, dalam situasi ini “perbuatan” dari peserta dapat
f. Peserta dapat mengorganisasikan para anggota batu kecermatan ini tidak harus dinyatakan tetapi harus
GMKI untuk mengikuti Program Pengenalan Anggota selalu diketahui oleh pelatih agar dapat mengevaluasi
baru peserta.
g. Peserta pelatihan dapat mengadakan penelitian lapangan Contoh yang ke-l, kegiatan mencatat merupakan
dan membuat laporan penelitian dalam waktu empat kompetensi yang dikehendaki oleh pelatih dari peserta
bulan. pelatihansetelah mengikuti proses pelatihan. Kegiatan
h. Peserta dapat merumuskan hipotesis kerja dalam mencatat ini hendaknya koheren dengan Kompetensi
penelitian X. Dasar yang ada dalam kurikulum. Sedangkan materi
i. Peserta dapat mengubah hipotesis kerja menjadi hipotesis yang disampaikan oleh pelatih dalam pelatihan adalah
statistik. “inti sari perkuliahan dengan menggunakan peta
j. Dengan data yang telah terkumpul, peserta dapat konsep”.
melakukan perhitungan pengujian hipotesis dan menarik Mudah-mudahan dengan contoh-contoh ini dapat
kesimpulannya. memperjelas cara penurunan indikator dalam
k. Peserta dapat membuat catatan perkuliahan dengan pelatihan yang akan dilakukan oleh penyelenggara
menggunakan metode Cornell. Kurikulum PDSPK GMKI 2006. Ut Omnes Unum
l. Peserta dapat mencatat inti sari perkuliahan dengan Sint!
menggunakan peta konsep.

Kegiatan peserta Materi

Contoh indikator nomor a, terdapat kata kerja operasional


merumuskan, dengan kondisi yang ditentukan berupa kasus
organisasi Cabang GMKI tertentu yang hendak dianalisis. Taraf
kecermatannya berupa ketepatan merumuskannya. Taraf

Anda mungkin juga menyukai