Anda di halaman 1dari 23

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BADAN MUSYAWARAH GURU AGAMA KRISTEN INDONESIA


(AD DAN ART BAMUSGAKI)

PEMBUKAAN

Bahwa Perjuangan Bangsa Indonesia, telah melalui rentang sejarah yang panjang dan sudah mewujudkan
Negara Kebangsaan Indonesia yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamirkan pada tanggal
17 Agustus 1945.
Bahwa Bangsa Indonesia itu merupakan wujud ke-Bhinneka Tunggal Ika-an masyarakat Indonesia yang
tersebar dilebih 17.504 Pulau terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai suku, agama, adat
istiadat serta keyakinan yang dianutnya. Maka guru agama Kristen berikrar untuk bersatu, membangun peradaban
bangsa Indonesia yang percaya Tuhan Yesus, cerdas, mandiri, bermoral, beretika di bidang pendidikan dan
kebudayaan serta ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
Menyadari makna strategis jati diri, profesi, keahlian dan ketrampilan serta sikap guru pendidikan agama
Kristen untuk masa depan bangsa diperlukan organisasi guru agama bernama Badan Musyawarah Guru Agama
Kristen Indonesia (BAMUSGAKI) dengan anggaran dasar sebagai berikut :

ANGGARAN DASAR BADAN MUSYAWARAH GURU AGAMA KRISTEN INDONESIA


(AD- BAMUSGAKI)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Guru Agama Kristen adalah pendidik, pengajar dan pembelajar profesional yang memiliki kompetensi utama di
bidang pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian yang melaksanakan tugas dan fungsi utama mendidik,
mengajar, melatih, membimbing, memfasilitasi, menilai dan mengevaluasi peserta didik baik pada jalur formal
maupun nonformal di suatu pendidikan yang didirikan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, yang secara
sadar berusaha terus meningkatkan keprofesiannya secara berkelanjutan melalui pengembagan diri, publikasi ilmiah
dan karya inovatif.

BAB II
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 2
NAMA
Organisasi ini bernama Badan Musyawarah Guru Agama Kristen Indonesia disingkat BAMUSGAKI.

Pasal 3
WAKTU
Badan Musyawarah Guru Agama Kristen Indonesia (BAMUSGAKI)) didirikan di Jakarta pada tanggal ......2021,
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 4
KEDUDUKAN
BAMUSGAKI, berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia yang memiliki Perwakilan di tingkat Propinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai ke tingkat Desa/Kelurahan dan Unit.

BAB III
KEDAULATAN
Pasal 5
Kedaulatan di dalam BAMUSGAKI berada di tangan Anggota dan Pendiri yang dilaksanakan dalam mekanisme
Organisasi melalui Musyawarah pada semua tingkatan hingga sampai Musyawarah Nasional (MUNAS).

BAB IV
ASAS, SIFAT, PEDOMAN DAN PRINSIP
Pasal 6
ASAS
BAMUSGAKI berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 7
SIFAT
BAMUSGAKI merupakan organisasi Profesi Guru Agama Kristen yang bersifat nasional, independen, netral, mandiri
dan tidak memihak pada kepentingan politik manapun.

Pasal 8
PEDOMAN DAN PRINSIP
BAMUSGAKI berpedoman pada semangat dan prinsip sebagai berikut :
1. BAMUSGAKI adalah organisasi profesi guru agama Kristen;
2. BAMUSGAKI ingin mengabdikan diri sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dan Guru Pendidikan Agama
Kristen dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya serta turut memperjuangkan hak-hak guru pendidikan
agama Kristen dan membela kepentingan Guru Pendidikan Agama Kristen dengan tetap mengedepankan asas
keseimbangan dan proposionalitas;
3. BAMUSGAKI didirikan dengan semangat meningkatkan mutu dan profesionalisme dan kesejahteraan Guru
Pendidikan Agama Kristen;
4. BAMUSGAKI berdiri diatas kode etik Badan Musyawarah Guru Agama Kristen Indonesia.

BAB V
KODE ETIK
Pasal 9
1. BAMUSGAKI memiliki Kode Etik sebagai panduan untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat
Guru Pendidikan Agama Kristen dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan dalam aktifitas organisasi;
2. Untuk mengawasi pelaksanaan Kode Etik dibentuk Dewan Kehormatan;
3. Kode Etik sebagaimana termasuk pada ayat (1) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI
VISI, MISI, TUJUAN DAN KEGIATAN
Pasal 10
VISI
Menjadi Badan Musyawah Bagi Guru Agama Kristen Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Pengajaran
Agama Kristen, Mandiri, Profesional, Berwawasan Global, Serta Hubungan Kerja Sama

Pasal 11
MISI
1. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan berkarakter Kristus;
2. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas guru pendidikan agama Kristen;
3. Meningkatkan kesejahteraan guru pendidikan agama Kristen melalui jalur legal dan konstitusional;
4. Menjalin kerjasama emua pihak di dalam dan luar negeri sesuai pengamalan Pancasila dan UUD 1945;
5. Menjalin kerjasama antara Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia dan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia;
6. Menjembatani dan berkomunikasi dengan Kelompok Kerja Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam berbagi pengalaman dalam melaksanakan
pembelajaran pendidikan agama Kristen;
7. Mendukung segala upaya dalam penjaminan, pengontrolan, dan perbaikan mutu guru pendidikan agama Kristen;
8. Mendukung program pemerintah di bidang pendidikan agama Kristen;
9. Mendukung program gereja dalam bidang pendidikan agama Kristen;
10. Membangun budaya literasi guna menumbuhkembangkan minat baca tulis di kalangan guru pendidikan agama
Kristen;
11. Memfasilitasi pengembangan diri guru agama Kristen melalui publikasi ilmiah dan karya Inovatif;
12. Memfasilitasi guru pendidikan agama Kristen dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran abad 21 yang
mengedepankan semangat pendidikan inklusif;
13. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penguasaan teknologi untuk mendukung profesionalisme guru
pendidikan Agama Kristen;
14. Turut menciptakan ekosistem pendidikan agama Kristen yang sehat bersama pemerintah dengan terus
melakukan gerakan yang mendukung tercapainya pendidikan agama Kristen di Indonesia yang maju dan
independen;
15. Menjadikan guru pendidikan agama Kristen dan satuan pendidikan agama Kristen yang menyenangkan melalui
satuan pendidikan ramah Anak;
16. Berperan aktif dalam upaya perlindungan guru pendidikan agama Kristen.

Pasal 12
TUJUAN
1. Meningkatkan mutu, profesionalisme, perlindungan daya saing dan kesejahteraan guru agama Kristen;
2. Memperkuat nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan anti korupsi;
3. Memperkuat kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi Kepribadian
berdasarkan pendidikan agama nasional;
4. Menjadi teladan bagi peserta didik dan lingkungan;
5. Melakukan pengabdian pada masyarakat pada pengamalan Pancasila dan UUD 1945
6. Membangun budaya literasi di sekolah, keluarga dan masyarakat;
7. Membangun kerja sama antar guru agama Kristen dalam dan luar negeri untuk mewujudkan peran dengan
meningkatkan kualitas layanan standar nasional pendidikan.

Pasal 13
KEGIATAN
Demi mewujudkan visi dan untuk mencapai tujuannya BAMUSGAKI melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Mempelopori dan menfasilitasi masyarakar luas untuk menjadikan pendidikan agama Kristen sebagai sebuah
gerakan yang memberi ruang bagi ekosistem dan insan di dalamnya untuk tumbuh dalam rangka meningkatkan
mutu generasi bangsa selanjutnya;
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi guru agama Kristen dalam rangka peningkatan keprofesian
berkelanjutan yang meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah dan pembuatan karya Inovatif berkarakter;
3. Menjalin kerja sama dengan semua pihak untuk tujuan kebaikan, yaitu peningkatan mutu, kompetensi,
profesionalisme, kesejahteraan guru agama Kristen, perlindungan profesi, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat;
3. Menciptakan media interaktif dan informatif guna meningkatan kemajuan mutu, profesionalisme dan
4. kesejahteraan guru agama Kristen;
5. Mengadakan webinar, diskusi, seminar, sarasehan, lokakarya, pelatihan in-house, training, presentasi, berbagi
pengetahuan/pengalaman antar sesama anggota dan atau luar anggota, studi banding, kunjungan, pemberian
penghargaan guna memfasilitasi terwujudnya peningkatan mutu profesionalisme dan kesejahteraan guru
pendidikan agama Kristen;
5. Melakukan aksi nyata dalam bidang pendidikan dan sosial untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama
Kristen di Indonesia berdampak pada pengamalan Pancasila dan UUD 1945.

BAB VII
KEWENANGAN
Pasal 14
BAMUSGAKI mempunyai kewenangan :
1. Menetapkan dan menegakkan Kode Etik Guru Pendididkan Agama Kristen;
2. Memberi bantuan hukum kepada Guru Pendidikan Agama Kristen;
3. Memberikan perlindungan profesi Guru Pendidikan Agama Kristen;
4. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi Guru Pendidikan Agama Kristen;
5. Memajukan pendidikan agama Kristen Indonesia.

BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 15
Atribut BAMUSGAKI meliputi: Lambang, Panji-panji, Hymne, Mars, Bendera dan lain-lain yang ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
NORMA DAN PELANGGARAN
Pasal 16
NORMA
Semua Anggota, Pengurus sebagai Dewan Pimpinan BAMUSGAKI harus memelihara dan menegakkan baik secara
sendiri sendiri maupun secara bersama-sama, norma-norma sebagai berikut:
1. Berdamai dengan TUHAN, berdamai dengan sesama, berdamai dengan diri sendiri dan berdamai dengan
lingkungan;
2. Berjiwa melayani dan pengabdian;
3. Memiliki kepedulian terhadap masalah Negara, masalah kemasyarakatan umum, maupun kelompok masyarakat
yang diwakilinya serta memperjuangkannya sesuai hukum yang berlaku baik melalui media massa maupun
lembaga
peradilan;
4. Siap bekerja keras bila dilibatkan atau terlibat dalam kepengurusan BAMUSGAKI;
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keteladanan;
6. Turut aktif mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
BAMUSGAKI baik melalui tutur kata maupun perbuatan/aktivitas sehari-hari;

Pasal 17
PELANGGARAN
Segenap anggota dan pengurus BAMUSGAKI sanggup serta bersedia menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan
yang melanggar norma organisasi, antara lain:
1. Tindakan saling mencemarkan, memfitnah antar satu dengan yang lain baik dalam bamus pertemuan resmi maupun
tidak resmi antara sesama Anggota/Pengurus BAMUSGAKI;
2. Tindak kekerasan dalam kadar apapun;
3. Ancaman melalui tulisan dan isyarat, termasuk memfitnah dengan tujuan saling menjatuhkan;
4. Kecurangan, kelicikkan, intrik atau persekongkolan jahat;
5. Pemaksaan kehendak, mengambil hak orang lain;
6. Melakukan penyuapan;
7. Penyalahgunaan wewenang dengan melakukan-kegiatan formal atas nama BAMUSGAKI diluar sepengetahuan
Pimpinan BAMUSGAKI di semua tingkatan;
8. Terlibat masalah penyalahgunan, korupsi, narkotika & obat obat terlarang dan terorisme;
9. Melakukan perbuatan amoral;

BAB X
PENDIRI DAN KEANGGOTAAN
Pasal 18
PENDIRI
1. Pendiri adalah orang yang pertama sekali mencetuskan, menandatangani, mendeklarasikan dan mendirikan Badan
Musayawarah Guru Agama Kristen Indonesia (BAMUSGAKI) dan mempunyai kedudukan sebagai Dewan
Pimpinan Pusat;
2. Yang dimaksud dengan Kedudukan sebagai Dewan Pimpinan Pusat sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 18 ayat (1)
adalah apabila terjadi deadlock dalam sebuah Musyawarah Nasional atau Musyawarah Luar Biasa dan Badan
Musayawarah Guru Agama Kristen) tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka Dewan Pimpinan Pusat dapat
mengambil-alih Badan Musayawarah Guru Agama Kristen Indonesia (BAMUSGAKI);
3. Dewan Pimpinan Pusat akan ditetapkan melalui hasil Rapat Pleno baik nama, jabatan, tugas, tanggung jawab dan
wewenang sebagai Dewan Pimpinan Pusat;

Pasal 19
KEANGGOTAAN
1. Anggota BAMUSGAKI terdiri dari :
a. Anggora Biasa;
b. Anggota Luar Biasa;
c. Amggota Kehormatan.
2. Pengaturan lebih lanjut tentang keanggotaan BAMUSGAKI ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga .

Pasal 20
HAK ANGGOTA
Setiap Anggota BAMUSGAKI mempunyai hak:
1. Hak suara dan Hak bicara;
2. Hak membela diri;
3. Hak dipilih dan Hak memilih;
4. Hak mempeoleh bantuan hukum dan perlindungan profesi guru pendidikan agama Kristen;
5. Pengaturan lebih lanjut tentang hak anggota ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 21
KEWAJIBAN ANGGOTA
Setiap Anggota BAMUSGAKI berkewajiban:
1. Tunduk dan mentaati serta melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
dan Peraturan Organisasi;
2. Menjaga dan menjunjung tinggi nama dan kehormatan BAMUSGAKI dan melaksanakan program BAMUSGAKI
dengan aktif dan bertanggung jawab.

Pasal 22
SANKSI KEANGGOTAAN
1. Sanksi tindakan disiplin yang dikenakan kepada anggota, karena telah melanggar ketentuan Anggaran Dasar(AD)
Anggaran Rumah Tangga (ART) dan Peraturan Organisasi serta aturan Organisasi lainnya;
2. Sanksi yang akan diberikan dalam bentuk:
a. Peringatan lisan;
b. Peringatan tertulis;
c. Pembebasan tugas sementara;
d. Pemecatan; dan
e. Pencabutan Keanggotaan;

Pasal 23
BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN
1. Keanggotaan BAMUSGAKI berhenti atau diberhentikan apabila :
a. Meninggal dunia atau hilang;
b. Melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga;
c. Melanggar Kode Etik BAMUSGAKI;
d. Dipidana karena tindakan kriminal yang merugikan organisasi dengan hukuman kurungan lebih dari 1 (satu)
tahun;
e. Mengundurkan diri;
2. Anggota diberhentikan sesuai ayat (1) huruf (b) dan (c) dan (d) berhak membela diri;
3. Tata cara pemberhentian dan pembelaan diatur lebih lanjut dalam Anggara Rumah Tangga;
4. Dicabut Keanggotaan;
5 Bubarnya Organisasi;
6. Menderita kelainan jiwa permanen;

BAB XI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 24
Kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat nasional berada pada Musyawarah Nasional, ditingkat Provinsi berada pada
Musyawarah Wilayah dan ditingkat Kabupaten/Kota berada pada Musyawarah Daerah.

Pasal 25
PERANGKAT KELENGKAPAN ORGANISASI
1. Ditingkat Nasional terdiri dari :
a. Dewan Pimpinan Pusat;
b. Dewan Pembina Pusat;
c. Dewan Pakar Pusat;
d. Dewan Kehormatan Pusat;
2. Ditingkat Wilayah terdiri dari :
a. Dewan Pimpinan Wilayah
b. Dewan Pembina Wilayah
c. Dewan Pakar Wilayah;
d. Dewan Kehormatan Wilayah
3. Ditingkat Kabupaten/Kota terdiri dari :
a. Dewan Pimpinan Daerah;
b. Dewan Pembina Daerah;
c. Dewan Pakar Daerah;
d. Dewan Kehormatan Daerah;

BAB XII
DEWAN PIMPINAN PUSAT, DEWAN PIMPINAN WILAYAH DAN
DEWAN PIMPINAN DAERAH
Pasal 26
DEWAN PIMPINAN PUSAT
1. Dewan Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. Ketua Umum,
b. Wakil Ketua Umum,
c. Sekretaris Jenderal,
d. Wakil Sekretaris Jenderal;
e. Bendahara Umum;
f. Wakil Bendahara Umum;
g. Ketua Bidang.
2. Ketua Umum dipilih oleh peserta MUNAS, ditetapkan dan dilantik oleh pimpinan MUNAS untuk masa jabatan 5
(lima) tahun;
3. Ketua Umum hanya dapat menjabat selama 2 (dua) periode secara berturut-turut maupun tidak berturut-turut dan
selanjutnya tidak dapat dipilih kembali;
4. Fungsionaris Dewan Pimpinan Umum tidak boleh merangkap jabatan Ketua Umum di organisasi profesi Guru
Agama Kristen lainnya;
5. Fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat dipilih, ditetapkan dan dilantik oleh Ketua Umum pada rakernas tahun
pertama;
6. Fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat tidak boleh rangkap jabatan sebagai Dewan Pimpinan Wilayah dan atau
Dewan Pimpinan Daerah;
7. Syarat menjadi Ketua Umum dan Dewan Pimpinan Pusat serta hak dan kewajiban Dewan Pimpinan Pusat diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 27
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Dewan Pimpinan Wilayah sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. Ketua,
b. Wakil Ketua,
c. Sekretaris;
d. Bendahara;
e. Ketua Bidang.
2. Ketua Wilayah dipilih oleh peserta MUNAS untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;
3. Ketua hanya dapat menjabat selama 2 (dua) periode secara berturut-turut maupun tidak berturut-turut dan
selanjutnya tidak dapat dipilih kembali;
4. Fungsionaris Dewan Pimpinan Wilayah tidak boleh merangkap jabatan Ketua di organisasi profesi Guru Agama
Kristen lainnya;
5. Fungsionaris Dewan Pimpinan Wilayah disusun oleh Ketua Wilayah paling lambat 2 (dua) bulan setelah MUSWIL
dilaksanakan;
6. Fungsionaris Dewan Pimpinan Wilayah ditetapkan dan dilantik oleh Dewan Pimpinan Pusat pada RAKERWIL
tahun pertama;
7. Fungsionaris Dewan Pimpinan Wilayah tidak boleh rangkap jabatan sebagai Dewan Pimpinan Pusat dan atau
Dewan Pimpinan Daerah;
8. Syarat menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Wilayah serta hak dan kewajiban Dewan
Pimpinan Wilayah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 28
DEWAN PIMPINAN DAERAH
1. Dewan Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. Ketua,
b. Wakil Ketua,
c. Sekretaris;
d. Bendahara;
e. Ketua Bidang;
2. Ketua Dewan Pimpinan Daerah dipilih oleh peserta MUNAS untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;
3. Ketua Dewan Pimpinan Daerah hanya dapat menjabat selama 2 (dua) periode secara berturut-turut maupun tidak
berturut-turut dan selanjutnya tidak dapat dipilih kembali;
4. Fungsionaris Dewan Pimpinan Daerah tidak boleh merangkap jabatan Ketua di organisasi profesi Guru Agama
Kristen lainnya;
5. Fungsionaris Dewan Pimpinan Daerah disusun oleh Ketua Daerah paling lambat 2 (dua) bulan setelah MUSWIL
dilaksanakan
6. Fungsionaris Dewan Pimpinan Daerah ditetapkan dan dilantik oleh Pengurus Pusat pada RAKERDA tahun
pertama;
7. Fungsionaris Dewan Pimpinan Daerah tidak boleh rangkap jabatan sebagai Dewan Pimpinan Pusat dan atau Dewan
Pimpinan Wilayah;
8. Syarat menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Daerah serta hak dan kewajiban Dewan
Pimpinan Daerah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIII
Pasal 29
PENGGANTIAN DEWAN PIMPINAN
1. Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah dalam masa jabatannya dapat
diganti jika yang bersangkutan berhalangan tetap;
2. Yang dimaksud berhalangan tetap pada ayat (1) adalah :
a. Meninggal dunia;
b. Hilang;
c. Mengundurkan diri secara sukarela dan beralasan;
d. Diberhentikan karena melanggar AD/RT dan Peraturan Organisasi lainnya;
e. Tidak aktif selama 6 (enam) bulan;
f. Tidak berprofesi lagi sebagai guru agama Kristen;
g. Melanggar Kode Etik;
h. Dijatuhi hukuman oleh Pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap;
i. Melakukan kegiatan yang merugikan organisasi
3. Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah yang berhalangan tidak tetap
dapat
di nonaktifkan;
4. Yang dimaksud berhalangan tidak tetap pada ayat (3) adalah :
a. Sakit tidak permanen;
b. Menunaikan ibadah keagamaan lainnya;
c. Menjalankan tugas belajar;
d. Izin cuti;
e. Menjadi tersangka pidana;
5. Tata cara pemberhentian Dewan Pimpinan dan penonaktifan Dewan Pimpinan diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB XIV
Pasal 30
PEMBEKUAN DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Dewan Pimpinan Wilayah dapat dibekukan kepengurusan oleh Dewan Pimpinan Pusat jika selama 1 (satu) tahun
tidak pernah melaksanakan kegiatan peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka
maupun melalui kegiatan daring (dalam jaringan);
2. Tata cara pembekuan dan pengaktifan kembali Dewan Pimpinan Wilayah diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 31
PEMBEKUAN DEWAN PIMPINAN DAERAH
1. Dewan Pimpinan Daerah dapat dibekukan kepengurusan oleh Dewan Pimpinan Pusat jika selama 6 (enam) bulan
tidak pernah melaksanakan kegiatan peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka
maupun melalui kegiatan daring (dalam jaringan);
2. Tata cara pembekuan dan pengaktifan kembali Dewan Pimpinan Daerah diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB XV
DEWAN
Pasal 32
DEWAN PEMBINA
1. Dewan Pembina berfungsi memberikan pertimbangan dan masukan pada Dewan Pimpinan dalam menentukan
kebijakan yang bersifar penting dan strategis;
2. Dewan Pembina dibentuk pada tingkat Pusat, Wilayah dan Daerah;
3. Dewan Pembina Pusat, Wilayah dan Daerah sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang;
4. Dewan Pembina Pusat dipilih oleh Dewan Pimpinan Pusat, ditetapkan dan dilantik oleh Ketua Umum pada
Rakernas tahun pertama;
5. Dewan Pembina Wilayah dipilih oleh Dewan Pimpinan Wilayah, ditetapkan dan dilantik oleh Ketua Dewan
Pimpinan Wilayah pada Rakerwil tahun pertama;
6. Dewan Pembina Daerah dipilih oleh Dewan Pimpinan Daerah, ditetapkan dan dilantik oleh Ketua Dewan Pimpinan
Daerah pada Rakerda tahun Pertama;
7. Masa bakti Dewan Pembina sama dengan masa bakti Dewan Pimpinan pada masing-masing tingkatan;
8. Syarat Anggota Dewan Pembina serta hak dan kewajiban Dewan Pembina diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 33
DEWAN KEHORMATAN
1. Dewan Kehormatan berfungsi menegakkan Kode Etik BAMUSGAKI dan AD/RT BAMUSGAKI ;
2. Dewan Kehormatan dibentuk pada tingkat Pusat, Wilayah dan Daerah;
3. Dewan Kehormatan Pusat, Wilayah dan Daerah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang;
4. Dewan Kehormatan Pusat dipilih oleh Peserta Munas, ditetapkan dan dilantik oleh pimpinan MUNAS;
5. Dewan Kehormatan Wilayah dipilih oleh Peserta Muswil, ditetapkan dan dilantik oleh pimpinan MUSWIL;
6. Dewan Kehormatan Daerah dipilih oleh Peserta Musda, ditetapkan dan dilantik oleh pimpinan MUSDA;
7. Masa bakti Dewan Kehormatan sama dengan masa bakti Dewan Pengurus pada masing-masing tingkatan;
8. Syarat Anggota Dewan Kehormatan serta hak dan kewajiban Dewan Pembina diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 34
DEWAN PAKAR
1. Dewan Pakar berfungsi memberikan pandangan dan pemikiran kepada pengurus tentang isu-isu dalam bidang
pendidikan agama Kristen;
2. Dewan Pakar dibentuk pada tingkat Pusat, Wilayah dan Daerah;
3. Dewan Pakar Pusat, Wilayah dan Daerah sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang;
4. Dewan Pakar Pusat dipilih, ditetapkan dan dilantik oleh pengurus pada tingkat masing-masing,
5. Masa bakti Dewan Pakar sama dengan masa bakti Pengurus pada masing-masing tingkatan;
8. Syarat Anggota Dewan Pakar serta hak dan kewajiban Dewan Pakar diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga

BAB XVI
Pasal 35
HIRARKI PERATURAN
1. Hirarki Peraturan di BAMUSGAKI adalah sebagai berikut :
a. Anggaran Dasar;
b. Anggaran Rumah Tangga;
c. Ketetapan MUNAS selain Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
d. Peraturan Organisasi;
e. Keputusan Rapat Kerja Nasional;
f. Keputusan Rapat Koordinasi Nasional;
g. Pengaturan Dewan Pimpinan Pusat;
h. Keputusan Ketua Umum;
i. Peraturan Dewan Tingkat Pusat;
j. Keputusan Ketua Dewan Tingkat Pusat;
k. Ketetapan Musyawarah Wilayah;
l. Keputusan Rapat Kerja Wilayah;
m. Keputusan Rapat Koordinasi Wilayah;
n. Peraturan Dewan Pimpinan Wilayah;
o. Keputusan Ketua Wilayah;
p. Peraturan Dewan Tingkat Wilayah
q.. Keputusan Ketua Dewan Tingkat Wilayah;
r. Ketetapan Musyawarah Daerah;
s. Keputusan Rapat Kerja Daerah;
t. Peraturan Dewan Pimpinan Daerah;
u. Keputusan Ketua Daerah;
v. Peraturan Dewan Tingkat Daerah;
w. Keputusan Ketua Dewan Tingkat Daerah;
2. Setiap pengambilan keputusan di BAMUSGAKI wajib memperhatikan dan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan organisasi yang lebih tinggi;
3. Setiap keputusan organisasi yang dibuat harus dikirim tembusannya ke Dewan Pimpinan Pusat.

BAB XVII
Pasal 36
PERMUSYAWARATAN
1. Permusyawaratan anggota terdiri dari :
a. Musyawarah Nasional (MUNAS);
b. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB);
c. Rapat Kerja Nasional (RAKESNAS);
d. Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS);
e. Musyawarah Wilayah (MUSWIL);
f. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MUSWILLUB);
g, Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL);
h. Rapat Koordinasi Wilayah (RAKORWIL);
i. Musyawarah Daerah (MUSDA);
j. Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB);
k.Rapat Kerja Daerah (RAKERDA);
2. Ketentuan lebih lanjut tentang permusyawaratan anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 37
HAK SUARA
1. Hak suara dalam Musyawarah Nasional :
a. 5 (lima) hak suara untuk Dewan Pimpinan Pusat;
b. 3 (tiga) hak suara untuk Dewan Kehormatan Pusat;
c. 3 (tiga) hak suara untuk Dewan Pembina Pusat;
d. 3 (tiga) hak suara untuk Dewan Pakar Pusat;
e. 3 (tiga) hak suara untuk Dewan Pimpinan Wilayah;
f. 2 (dua) hak suara untuk Dewan Pimpinan Daerah yang hadir .
2. Hak suara dalam Musyawarah Wilayah :
a. 1 (satu) hak suara untuk Dewan Pimpinan Pusat;
b. 5 (lima) hak suara untuk Dewan Pimpinan Wilayah;;
c. 1 (satu) hak suara untuk Dewan Kehormatan;
d. 1 (satu) hak suara untuk Dewan Pembina Wilayah
e. 1 (satu) hak suara untuk Dewan Pakar Wilayah;
f. 3 (tiga)) hak suara untuk Dewan Pimpinan Daerah;
3. Hak suara dalam Musyawarah daerah :
a. 1 (satu) hak suara untuk Dewan Pimpinan Wilayah;
b. 1 (satu) hak suara untuk Dewan Kehormatan Daerah;
c. 1 (satu) hak suara untuk Dewan Pembina Daerah;
d. 1 (satu) hak suara untuk Dewan Pakar daerah;
e. 1 (satu) hak suara untuk masing-masing Dewan Pimpinan Daerah atau anggota yang hadir.

BAB XVIII
KEUANGAN DAN HARTA BENDA
Pasal 38
KEUANGAN
1, Keuangan organisasi diperoleh dari :
a. Biaya pendaftaran anggota;
b. Hasil kegiatan, kerjasama dan usaha lain yang dilakukan organisasi;
c. Sumbangan sukarela dari para anggota dan/atau sumber lain yang tidak mengikat;
2. Pengelolaan keuangan organisasi dilakukan sepenuhnya oleh masing-masing Dewan Pimpinan Pusat, Dewan
Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah;
3. Bila diperlukan dapat dibentuk Badan Ad Hoc untuk melakukan audit keuangan atas dugaan penyimpangan atau
keperluan lain;
4. Pengaturan lebih lanjut tentang keuangan akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 39
HARTA BENDA
1. Harta benda organisasi harus di inventaris oleh pengurus organisasi di semua tingkatan;
2. Tata cara inventarisasi akan diatur lebih lanjut di peraturan organisasi

BAB XIX
Pasal 40
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional;
2. Musyawarah Nasional sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) sah apabila dihadiri lebih dari ½ (satu perdua)
pemilik suara;
3. Perubahan AD/RT harus disetujui paling sedikit oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah suara yang hadir

BAB XX
Pasal 41
PEMBUBARAN ORGANISASI
1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional yang khusus
diadakan untuk ini;
2. Musyawarah Nasional sebagaiamana yang dimaksud pada ayat (1) sah apabila dihadiri paling sedikit ¾ (tiga
perempat) dari jumlah Pengurus daerah;
3. Pembubaran wajib disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) jumlah suara yang hadir;
4. Dalam hal organisasi dibubarkan, maka kekayaan organisasi diserahkan kepada badan-badan/lembaga-lembaga
sosial di Indonesia.

BAB XXI
Pasal 42
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Organisasi dan/atau ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
2. Anggaran Dasar mulai berlaku sejak tanggal ............ D

ANGGARAN RUMAH TANGGA


BADAN MUSYAWARAH GURU AGAMA KRISTEN NASIONAL

BAB I
Pasal 1
KODE ETIK
1. BAMUSGAKI memiliki Kode Etik sebagai panduan dan arah anggota serta aktifitas organisasi;
2. Kode Etik BAMUSGAKI sebagai berikut :
a. Dalam menjalankan tugasnya, anggota BAMUSGAKI bersikap merdeka, terbuka, profesional, toleran,pluralis,
jujur dan independen;
b. Dalam menjalankan tugasnya, anggota BAMUSGAKI harus memiliki komptensi pedagogik, profesional, sosial
dan kepribadian;
c. Anggota BAMUSGAKI senantiasa belajar sepanjang hayat untuk meningkatkan mutu dan melakukan
pengembangan keprofesian berkelnjutan, menguasai IT dan pembelajaran abad 21, memegang teguh prinsip
dan kode etik, aturan, hukum serta bersama-sama memperjuangkan mutu pendidikan agama Kristen nasional;
d. Anggota BAMUSGAKI senantiasa membela kebenaran, kejujuran, bertangung jawab, tidak menerima suap
dengan segala macamnya untuk mempengaruhi tugas dan fungsinya dalam memberikan pembelajaran serta
evaluasi pembelajaran;
e. Anggota BAMUSGAKI berhak meningkatkan mutu, kompetensi dan menjaga profesionalisme serta
memperjuangkan kesejahteraannya dengan cara-cara santun tidak melanggar peraturan perundang-undangan
dan cara-cara lain yang tidak melawan serta bertentangan dengan Kode Etik Guru Indonesia maupun tidak
menggunakan posisinya untuk tujuan dan kepentingan peribadi;
f. Anggota BAMUSGAKI wajib menjaga nama baik profesi dan berhak mendapat perlindungan profesi;
g. Anggota BAMUSGAKI ikut serta dalam pengabdian kepada masyarakat.

BAB II
ATRIBUT
Pasal 2
LAMBANG
1. Lambang BAMUSGAKI berupa .....
a. Bentuk .......
b. Warna dasar :...........
c. Warna gambar :..........
2. Arti lambang :
a. ...........

Pasal 3
BENDERA
1. Bendera BAMUSGAKI berwarna ....
2. Bendera BAMUSGAKI Wilayah sama dengan ayat (1) ditambah tulisan nama Provinsi setelah tulisan “Badan
Musyawarah Guru Agama Kristen Indonesia”;
3. Bendera BAMUSGAKI Daerah sama dengan ayat (1) ditambah tulisan nama Kabupaten/Kota setelah tulisan
“Badan Musyawarah Guru Agama Kristen Indonesia”;

Pasal 4
MOTTO
Motto BAMUSGAKI adalah “Melayani, Memberi dan Bertumbuh Bersama”

Pasal 5
PAKAIAN SERAGAM
1. Pakaian seragam BAMUSGAKI ada 2 (dua) :
a. Baju Putih dengan logo BAMUSGAKI diatas saku sebelah kiri. Celana/rok berwana hitam/gelap;
b. Baju batik dengan logo BAMUSGAKI, celana/rok berwarna hitam/gelap;
2. Pakaian seragam akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 6
MARS BAMUSGAKI DAN HYME BAMUSGAKI
1. Mars BAMUSGAKI adalah Mars yang diciptakan oleh ........, syair oleh ..... dan aransemen oleh ....
2. Hyme BAMUSGAKI adalah Hyme yang diciptakan oleh ......, syair oleh ..... dan aransemen oleh .....
3. Syair dan aransemen Mars BAMUSGAKI dan Hyme BAMUSGAKI akan dicantumkan dalam Peraturan
Organisasi.

BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 7
ANGGOTA BIASA
Anggota Biasa adalah Warga Negara Indonesia yang berprofesi Guru Pendidikan Agama Kristen

Pasal 8
ANGGOTA LUAR BIASA
Anggota Luar Biasa adalah Warga Negara Indonesia yang tidak berprofesi Guru Pendidikan Agama Kristen tetapi
memiliki keperdulian terhadap dunia pendidikan agama Kristen

Pasal 9
ANGGOTA KEHORMATAN
1. Anggota Kehormatan adalah Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang dinilai layak, peduli dan
berjasa terhadap pendidikan agama Kristen di Indonesia;
2. Anggota Kehormatan Pusat diusulkan dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat pada saat RAKERNAS;
3. Anggota Kehormatan Wilayah diusulkan dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah pada saat RAKERWIL;
4. Anggota Kehormatan Daerah diusulkan dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah pada saat RAKERDA;
5. Tata cara pengusulan dan penetapan Anggota Kehormatan selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 10
TATA CARA MENJADI ANGGOTA
1. Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa dapat mendaftar secara online melalui web BAMUSGAKI Pusat dengan
membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah);
2. Anggota Kehormatan diusulkan dan didaftarkan oleh pengurus BAMUSGAKI dan disahkan melalui forum
Rakernas/Rakewil/Rakerda;
3. Setiap anggota harus memiliki kartu anggota yang diterbitkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
4. Tata cara pendaftaran online dan penerbitan Kartu Tanda Anggota selanjutnya akan diatur dalam Peraturan
Organisasi
Pasal 11
KEPINDAHAN ANGGOTA
1. Anggota biasa yang pindah tugas ke daerah lain, wajib memberi tahu Dewan Pimpinan Daerah asal dan melapor
kepada Dewan Pimpinan Daerah di tempat yang baru;
2. Dewan Pimpinan Daerah asal dan atau Dewan Pimpinan Daerah di tempat yang baru melaporkan ke admin
pendaftaran anggota BAMUSGAKI, agar dimutasikan kartu anggotanya ke daerah yang baru.

Pasal 12
HAK ANGGOTA
1. Anggota Biasa memiliki hak :
a. Hak suara, yaitu hak untuk memberikan suaranya pada waktu pemungutan suara;
b. Hak bicara, yaitu hak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul, atau pertanyaan baik secara lisan maupun
tertulis kepada Dewan Pimpinan;
C. Hak membela diri yaitu hak menyampaikan pembelaan diri atas tuduhan melakukan pelanggaran AD/RT dan
atau Kode Etik BAMUSGAKI;
d. Hak dipilih yaitu hak untuk dipilih menjadi Dewan Pimpinan organisasi;
e. Hak memilih yaitu hak untuk memilih Dewan Pimpinan organisasi;
F. Hak memperoleh bantuan hukum dan perlindungan profesi
2. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan memiliki hak :
a. Hak suara, yaitu hak untuk memberikan suaranya pada waktu pemungutan suara;
b. Hak bicara, yaotu hak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul, atau pertanyaan baik secara lisan maupun
tertulis kepada Dewan Pimpinan;
c. Hak memilih yaitu hak untuk memilih pengurus organisasi;
3. Tiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh informasi,mengembangkan diri dan mengikuti
semua kegiatan organisasi.

Pasal 13
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
2. Mentaati peraturan organisasi dan keputusan organisasi;
3. Menjunjung tinggi Kode Etik BAMUSGAKI;
4. Menjaga nama baik BAMUSGAKI dan menjalankan keputusan organisasi secara jujur dan bertanggung jawab;
5. Membayar biaya pendaftaran sebagai anggota.

Pasal 14
TATA CARA PEMBERHENTIAN ANGGOTA
1. Pemberhentian anggota karena mengundurkan diri:
a. Anggota yang mengundurkan diri harus mengirimkan surat pemberitahuan pengunduran diri beserta alasannya
kepada Dewan Pimpinan Daerah tempat anggota tersebut bertugas;
b. Dewan Pimpinan Daerah harus meneruskan surat pada point (a) kepada admin pendaftaran anggota
BAMUSGAKI paling lambat 1 (satu) bulan setelah menerima surat pemberitahuan tersebut;
c. Admin pendaftaran anggota BAMUSGAKI akan menonaktifkan keanggotaan tersebut
d. Anggota yang sudah mengundurkan diri dapat kembali menjadi anggota paling cepat 1 (satu) tahun setelah yang
bersangkutan dinonaktifkan;
2. Pemberhentian anggota karena melanggar AD/ART, Kode Etik BAMUSGAKI dan atau melakukan perbuatan
yang merugikan organisasi :
a. Anggota yang diduga melanggar AD/ART, Kode Etik BAMUSGAKI dan/atau melakukan perbuatan yang
merugikan organisasi diberhentikan oleh Dewan Pimpinan jika sudah mendapat rekomendasi dari Dewan
Kehormatan;
b. Sebelum memberikan rekomendasi, Dewan Kehormatan harus memberikan kesempatan kepada anggota yang
diduga melanggar untuk membela diri;
c. Anggota yang sudah diberhentikan tidak dapat lagi menjadi anggota BAMUSGAKI;
3. Tata cara berbicara di Dewan Kehormatan untuk ayat (2) akan diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.

BAB IV
DEWAN PIMPINAN PUSAT
Pasal 15
SYARAT KETUA UMUM
1. Berstatus sebagai anggpta biasa;
2. Berprofesi sebagai Guru Pendidikan Agama Kristen yang sudah mempunyau sertifikasi pendidik;
3. Sudah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 4 (empat) tahun sebelum Munas;
4. Sehat jasmani dan rohani;
5. Tidak menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan/atau pengurus organisasi yang berafiliasi dengan partai
politik;
6. Pernah atau sedang menjabat sebagai Dewan Pimpinan Pusat, dan/atau Dewan Pimpinan Wilayah, dan atau Dewan
Pimpinan Daerah;
7. Tidak merangkap jabatan sebagai pengurus organisasi profesi Guru Pendidikan Agama Kristen lain yang sejenis;
8. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana berdasarkan keputusan pengadilan.

Pasal 16
SYARAT DEWAN PIMPINAN PUSAT
1. Berstatus sebagai anggota biasa;
2 Sudah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 3 (tiga) tahun sebelum Munas;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Tidak menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan/atau pengurus organisasi yang berafiliasi dengan partai
politik;
5. Pernah atau sedang menjabat sebagai Dewan Pimpinan Pusat, dan/atau Dewan Pimpinan Wilayah, dan atau Dewan
Pimpinan Daerah;
6. Tidak merangkap jabatan sebagai pengurus organisasi profesi Guru Agama Kristen lain yang sejenis;
7. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana berdasarkan keputusan pengadilan.

Pasal 17
MEKANISME PEMILIHAN KETUA UMUM
1. Ketua Umum dipilih dalam Munas;
2. Tata cara pemilihan::
a. Mekanisme Penetapan Calon Ketua Umum :
1. Tahap pencalonan;
a. Syarat melampirkan surat dukungan minimal 1 (satu) wilayah BAMUSGAKI dan/atau minimal 5 (lima)
Dewan Pimpinan Daerah BAMUSGAKI;
b. Mengisi formulir pendaftaran baik secara online/offline;
c. Menyerahkan kelengkapan berkas administrasi sesuai persyaratan point (a)
2. Verifikasi berkas persyaratan dan pengecekan keabsahan berkas persyaratan oleh panitia pemilihan
(presidium)
3. Penetapan calon;
4. Perkenalan calon dan penyampaian visi misi serta program;
b. Mekanisme Pemilihan :
1. Tahap pertama dilakukan musyawarah untuk mufakat dengan cara :
a. Semua kandidat dikumpulkan dalam satu grup khusus dengan durasi waktu tertentu, kemudian
bermusyawarah untuk menentukan siapa kandidat yang paling layak menjadi Ketua Umum;
b. Jika waktu telah habis dan masih belum diperoleh mufakat, maka akan diberikan tambahan waktu sesuai
kesepakatan untuk melajutkan musyawarah;
c. Jika sampai batas waktu yang ditentukan belum diperoleh kata mufakat maka akan dilanjutkan dengan
voting;
2. Voting harus jelas berapa putaran dan terjamin kebebasan dan kerahasiannya serta bersih dan independen;
a. Jumlah peserta voting minimal 50+1 (kuorum) dari jumlah hak suara kongres;
b. Voting dibatasi oleh waktu (60 menit);
c. Apabia sampai dengan waktu yang ditentukan peserta voting belum memenuhi kurom, maka diberikan
tambahan waktu (30 menit) dan voting dianggap sah;
d. Ketua Umum terpilih adalah peraih suara terbanyak;
e. Voting dilakukan maksimal 2 (dua) putaran apabila terdapat perolehan jumlah suara terbanyak yang
sama dengan peserta 2 (dua) suara terbanyak;
f. Hasil voting langsung diumumkan ke peserta kongres.

Pasal 18
TUGAS, HAK DAN KEWAJIBAN DEWAN PIMPINAN PUSAT
1. Melaksanakan amanat Munas, Rakernas dan Rakornas;
2. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal berhak untuk mewakili organisasi serta bertindak untuk dan atas nama
BAMUSGAKI;
3. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal berhak mendelegasikan kepada pengurus lainnya untuk mewakili organisasi
serta bertindak untuk dan atas nama BAMUSGAKI;
4. Pengurus Pusat berhak untuk mengangkat staf sekretarian sesuai kebutuhan;
5. Bendahara berhak menyelenggarakan administrasi keuangan dan penerimaan sumbangan lain yang tidak mengikat
sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
6. Pengurus Pusat berkewajiban memimpin organisasi, menyelenggarakan Munas, Rapat Kerja Pusat, Rapat
Koordinasi Nasional, menyusun, melaksanakan program kerja serta mempertanggung jawabkan dalam Munas
secara lisan dan tulisan;
7. Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban menyelenggarakan administrasi kartu anggota;
8. Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban menginisasi pembentukan Dewan Pimpinan Wilayah untuk provinsi yang
Dewan Pimpinan Wilayahnya belum terbentuk;
9. Dewan Pimpinan Pusat berhak membekukan Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah;
10.Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban menghadiri undangan dari Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan
Daerah;
11.Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban menyelenggarakan hubungan dan kerjasama dengan pihak lain baik di dalam
maupun di luar negeri;
12.Tata kerja Dewan Pimpinan Pusat selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi.

BAB V
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
Pasal 19
SYARAT KETUA DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Berstatus sebagai anggOta biasa;
2. Berprofesi sebagai Guru Agama Kristen yang sudah mempunyai sertifikasi pendidik;
3. Sudah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 4 (empat) tahun sebelum Muswil;
4. Sehat jasmani dan rohani;
5. Bertempat tugas sebagai Guru Agama Kristen di wilayah tersebut minimal 3 (tiga) tahun sebelum Muswil;
6. Tidak menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan/atau pengurus organisasi yang berafiliasi dengan partai
politik;
7. Pernah atau sedang menjabat sebagai Dewan Pimpinan Pusat, dan/atau Dewan Pimpinan Wilayah, dan atau Dewan
Pimpinan Daerah;
8. Tidak merangkap jabatan sebagai pengurus organisasi profesi Guru lain yang sejenis;
9. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana berdasarkan keputusan pengadilan.
10. Bagi Dewan Pimpinan Wilayah yang berdiri karena inisiasi Dewan Pimpinan Pusat, syarat pada ayat (3), ayat (5)
dan ayat (7) tidak berlaku.

Pasal 20
SYARAT DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Berstatus sebagai anggpta biasa;
2 Sehat jasmani dan rohani;
3. Sudah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 2 (dua) tahun sebelum Muswil;
4. Sehat jasmani dan rohani;
5. Tidak menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan/atau pengurus organisasi yang berafiliasi dengan partai
politik;
6. Bertempat sebagai Guru Agama Kristen di wilayah tersebut minimal 1 (satu) tahun sebelum Muswil;
7. Tidak merangkap jabatan sebagai pengurus organisasi profesi Guru lain yang sejenis;
8. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana berdasarkan keputusan pengadilan;
9. Bagi Dewan Pimpinan Wilayah yang berdiri karena inisasi Dewan Pimpinan Pusat, syarat pada ayat (2), ayat (5)
tidak berlaku.

Pasal 21
MEKANISME PEMILIHAN DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Ketua Wilayah dipilih dalam Muswil;
2. Tata cara pemilihan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dalam Muswil diatur dengan ketetapan Muswil.

Pasal 22
TUGAS, HAK DAN KEWAJIBAN DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Melaksanakan amanat Muswil, Rakerwil, Rakorwil;
2. Melantik Dewan Pimpinan Daerah di wilayahnya;
3. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah berhak untuk mewakili organisasi serta
bertindak untuk dan atas nama BAMUSGAKI; wilayah masing-masing;
4. Dewan Pimpinan Wilayah berhak untuk mengangkat staf sekretariat sesuai kebutuhan;
5. Bendahara Dewan Pimpinan Wilayah berhak menyelenggarakan administrasi keuangan dan penerimaan sumbangan
lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
6. Dewan Pimpinan Wilayah berkewajiban memimpin organisasi, menyelenggarakan Muswil, Rapat Kerja Wilayah,
Rapat Koordinasi Wilayah, menyusun, melaksanakan program kerja serta mempertanggung jawabkan dalam
Muswil secara lisan dan tulisan;
7. Dewan Pimpinan Wilayah berkewajiban menginisasi pembentukan Dewan Pimpinan Daerah untuk Kabupaten/Kota
yang Dewan Pimpinan Daerahnya belum terbentuk;
8..Dewan Pimpinan Wilayaht berhak mengusulkan pembekuan Dewan Pimpinan Daerah diwilayahnya kepada Dewan
Pimpinan Pusat;
9..Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban melaksanakan koordinasi dengan Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan
Pimpinan Daerah;
10.Tata kerja Dewan Pimpinan Wilayah selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi.
BAB VI
DEWAN PIMPINAN DAERAH
Pasal 23
SYARAT KETUA DEWAN PIMPINAN DAERAH
1. Berstatus sebagai anggpta biasa;
2. Sehat jasmani dan rohano;
3. Berprofesi sebagai Guru Pendidikan Agama Kristen yang sudah mempunyau sertifikasi pendidik;
4. Sudah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 3 (tiga) tahun sebelum Musda;
5. Sehat jasmani dan rohani;
6. Bertempat tugas sebagai Guru Agama Kristen di wilayah tersebut minimal 2 (dua) tahun sebelum Musda;
7. Tidak menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan/atau pengurus organisasi yang berafiliasi dengan partai
politik;
8. Pernah atau sedang menjabat sebagai Dewan Pimpinan Pusat, dan/atau Dewan Pimpinan Wilayah, dan atau Dewan
Pimpinan Daerah;
9. Tidak merangkap jabatan sebagai pengurus organisasi profesi Guru lain yang sejenis;
10. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana berdasarkan keputusan pengadilan.
11. Bagi Dewan Pimpinan Wilayah yang berdiri karena inisiasi Dewan Pimpinan Pusat, syarat pada ayat (3), ayat (4)
dan ayat (8) tidak berlaku.

Pasal 24
SYARAT DEWAN PIMPINAN DAERAH
1. Berstatus sebagai anggpta biasa;
2 Sudah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 2 (dua) tahun sebelum Musda;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Tidak menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan/atau pengurus organisasi yang berafiliasi dengan partai
politik;
5. Bertempat sebagai Guru Agama Kristen di wilayah tersebut minimal 1 (satu) tahun sebelum Muswil;
6. Tidak merangkap jabatan sebagai pengurus organisasi profesi Guru lain yang sejenis;
7. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana berdasarkan keputusan pengadilan;
8. Bagi Dewan Pimpinan Wilayah yang berdiri karena inisasi Dewan Pimpinan Pusat, syarat pada ayat (2), ayat (3)
tidak berlaku.

Pasal 25
MEKANISME PEMILIHAN DEWAN PIMPINAN DAERAH
1. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dipilih dalam Musda, kecuali untuk Ketua Dewan Pimpinan Daerah hasil Dewan
Pimpinan Daerah hasil inisiasi Dewan Pimpinan Wilayah;
2. Tata cara pemilihan Ketua Dewan Pimpinan Daerah dalam Muswil diatur dengan ketetapan Musda;
3. Pemilihan Ketua dan Dewan Pimpinan Daerah hasil inisiasi Dewan Pimpinan Wilayah diatur dalam peraturan
organisasi.

Pasal 26
TUGAS, HAK DAN KEWAJIBAN DEWAN PIMPINAN DAERAH
1. Melaksanakan amanat Musda, Rakerda dan Rakerda;
2. Ketua Dewan Pimpinan Daerah dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah berhak untuk mewakili organisasi serta
bertindak untuk dan atas nama BAMUSGAKI wilayah masing-masing;
3. Ketua Dewan Pimpinan Daerah dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah berhak untuk mendelegasikan kepada
anggota Dewan Pimpinan lainnya untuk mewakili organisasi serta bertindak untuk dan atas nama BAMUSGAKI
daerah masing-masing;
4. Dewan Pimpinan Daerah berhak untuk mengangkat staf sekretariat sesuai kebutuhan;
5. Bendahara Dewan Pimpinan Daerah berhak menyelenggarakan administrasi keuangan dan penerimaan sumbangan
lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
6. Dewan Pimpinan Daerah berkewajiban memimpin organisasi, menyelenggarakan Musda, Rapat Kerja Daerah,
Rapat Koordinasi Daerah, menyusun, melaksanakan program kerja serta mempertanggung jawabkan dalam Musda
secara lisan dan tulisan;
7. Dewan Pimpinan Daerah berkewajiban melaksanakan koordinasi dengan Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan
Pimpinan Wilayah;
8..Tata kerja Dewan Pimpinan Daerah selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi.

BAB VII
Pasal 27
PEMBEKALAN DEWAN PIMPINAN
1. Kepengurusan baru pada semua tingkatan diwajibkan mengadakan pembekalan Dewan Pimpinan berupa orientasi
dan atau up-grading;
2. Orientasi Dewan Pimpinan adalah upaya penyamaan persepsi dan wawasan setiap personil Dewan Pimpinan
terhadap persoalan, kebutuhan dan agenda-agenda organisasi;
3. Up-grading adalah upaya untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan setiap personil Dewan Pimpinan agar bisa
melaksanakan tugas sesuai dengan posisi dan jabatannya;
4. Ketentuan lebih lanjut tentang pembekalan Dewan Pimpinan diatur dalam peraturan organisasi.

BAB VIII
PENGGANTIAN DEWAN PIMPINAN
Pasal 28
PENGGANTIAN DEWAN PIMPINAN PUSAT
1. Kekosongan jabatan ketua umum karena berhalangan tetap diatur sebagai berikut:
a. Ditunjuk Pejabat Pelaksana Tugas (plt) ketua umum oleh rakernas;
b. Masa bakti plt terhitung sejak tanggal ditetapkan sampai dengan terpilihnya ketua umum/antar waktu dalam
Munaslub;
c. Pejabat pelaksana tugas ketua umum harus menyelenggarakan Munaslub paling lambat 6 (enam) bulan setelah
ditetapkan sebagai plt;
2. Kekosongan jabatan ketua umum karena berhalangan tidak tetap diatur sebagai berikut:
a. Ketua umum menugaskan salah satu Dewan Pimpinan Pusat sebagai pejabat sementara (pjs);
b. Masa jabatan pjs paling lambat 6 (enam) bulan;
3. Pengisian jabatan kosong lainnya di Dewan Pimpinan Pusat diatur dalam peraturan organisasi.

Pasal 29
PENGGANTIAN DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Kekosongan jabatan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah karena berhalangan tetap diatur sebagai berikut:
a. Ditunjuk Pejabat Pelaksana Tugas (plt) Ketua Dewan Pimpinan Wilayah oleh rakerwil;
b. Masa bakti plt terhitung sejak tanggal ditetapkan sampai dengan terpilihnya ketua Dewan Pimpinan Wilayah
/antar waktu dalam Muswilub;
c. Pejabat pelaksana tugas ketua Dewan Pimpinan Wilayah harus menyelenggarakan Muswilub paling lambat 6
(enam) bulan setelah ditetapkan sebagai plt;
2. Kekosongan jabatan ketua Dewan Pimpinan wWilayah karena berhalangan tidak tetap diatur sebagai
berikut:
a. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah menugaskan salah satu Dewan Pimpinan Wilayah sebagai pejabat sementara
(pjs);
b. Masa jabatan pjs paling lambat 6 (enam) bulan;
3. Pengisian jabatan kosong lainnya di Dewan Pimpinan Wilayah diatur dalam peraturan organisasi

Pasal 30
PENGGANTIAN DEWAN PIMPINAN DAERAH
1. Kekosongan jabatan Ketua Dewan Pimpinan Daerah karena berhalangan tetap diatur sebagai berikut:
a. Ditunjuk Pejabat Pelaksana Tugas (plt) ketua Dewan Pimpinan Daerah oleh rakerda;
b. Masa bakti plt terhitung sejak tanggal ditetapkan sampai dengan terpilihnya ketua Dewan Pimpinan Daerah
/antar waktu dalam Musdalub;
c. Pejabat pelaksana tugas ketua Dewan Pimpinan Daerah harus menyelenggarakan Musdalub paling lambat 6
(enam) bulan setelah ditetapkan sebagai plt;
2. Kekosongan jabatan ketua Dewan Pimpinan Daerah karena berhalangan tidak tetap diatur sebagai
berikut:
a. Ketua Dewan Pimpinan Daerah menugaskan salah satu Dewan Pimpinan Daerah sebagai pejabat sementara (pjs);
b. Masa jabatan pjs paling lambat 6 (enam) bulan;
3. Pengisian jabatan kosong lainnya di Dewan Pimpinan Daerah diatur dalam peraturan organisasi

BAB IX
PEMBEKUAN DEWAN PIMPINAN
Pasal 31
PEMBEKUAN DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Dewan Pimpinan Wilayah setelah 6 (enam) bulan di SK kan oleh Dewan Pimpinan Pusat, tapi belum melaksanakan
kegiatan peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka maupun melalui kegiatan dalam
jaringan (daring) diberikan peringatan 1 (SP-1) oleh Dewan Pimpinan Pusat;
2. Setelah 2 (dua) bulan diberikan SP-1, tapi Dewan Pimpinan Wilayah tersebut belum melaksanakan kegiatan
peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka maupun melalui kegitan dalam jaringan
(daring) diberikan peringatan 2 (SP-2) oleh Dewan Pimpinan Pusat;
3. Setelah 2 (dua) bulan diberikan SP-2, tapi Dewan Pimpinan Wilayah tersebut belum melaksanakan kegiatan
peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka maupun melalui kegitan dalam jaringan
(daring) diberikan peringatan 3 (SP-3) oleh Dewan Pimpinan Pusat;
4. Setelah 2 (dua) bulan diberikan SP-3, tapi Dewan Pimpinan Wilayah tersebut belum melaksanakan kegiatan
peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka maupun melalui kegiatan dalam jaringan
(daring) maka Dewan Pimpinan Daerah tersebut dibekukan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
5. Surat Keputusan pembekuan Dewan Pimpinan Wilayah oleh Dewan Pimpinan Pusat harus disertai dengan Surat
Keputusan pembentukan panitia Muswilub;
6. Dewan Pimpinan Wilayah yang dibekukan dapat diaktifkan kembali melalui Muswilub.

Pasal 32
PEMBEKUAN DEWAN PIMPINAN DAERAH
1. Dewan Pimpinan Daerah setelah 6 (enam) bulan di SK kan oleh Dewan Pimpinan Pusat, tapi belum melaksanakan
kegiatan peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka maupun melalui kegiatan dalam
jaringan (daring) diberikan peringatan 1 (SP-1) oleh Dewan Pimpinan Wilayah;
2. Setelah 2 (dua) bulan diberikan SP-1, tapi Dewan Pimpinan daerah tersebut belum melaksanakan kegiatan
peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka maupun melalui kegiatan dalam jaringan
(daring) diberikan peringatan 2 (SP-2) oleh Dewan Pimpinan Wilayah;
3. Setelah 2 (dua) bulan diberikan SP-2, tapi Dewan Pimpinan Daerah tersebut belum melaksanakan kegiatan
peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka maupun melalui kegiatan dalam jaringan
(daring) diberikan peringatan 3 (SP-3) oleh Dewan Pimpinan Wilayah;
4. Setelah 2 (dua) bulan diberikan SP-3, tapi Dewan Pimpinan Daerah tersebut belum melaksanakan kegiatan
peningkatan mutu Guru Agama Kristen baik melalui kegiatan tatap muka maupun melalui kegiatan dalam jaringan
(daring) maka Dewan Pimpinan Daerah tersebut dibekukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah
5. Surat Keputusan pembekuan Dewan Pimpinan Daerah oleh Dewan Pimpinan Pusat harus disertai dengan Surat
Keputusan pembentukan panitia Musdalub;
6. Dewan Pimpinan Daerah yang dibekukan dapat diaktifkan kembali melalui Musdalub.

BAB X
DEWAN PEMBINA
Pasal 33
UNSUR DEWAN PEMBINA
1. Dewan Pembina Pusat dapat berasal dari pendiri, mantan Dewan Pimpinan Pusat, pejabat atau mantan pejabat
pemerintahan, tokoh agama Kristen dan pemerhati pendidikan agama Kristen;
2. Dewan Pembina Wilayah dapat berasal dari inisiator, mantan Dewan Pimpinan pusat dari wilayah tersebut, pejabat
atau mantan pejabat pemerintahan, tokoh agama Kristen dan pemerhati pendidikan agama Kristen;
3. Dewan Pembina Daerah dapat berasal dari inisiator, mantan Dewan Pimpinan pusat dan atau Dewan Pimpinan
Wilayah dari daerah tersebut, pejabat atau mantan pejabat pemerintahan, tokoh agama Kristen dan pemerhati
pendidikan agama Kristen;

Pasal 34
HAK DAN KEWAJIBAN DEWAN PEMBINA
1. Dewan Pembina berhak memberikan masukan program kerja yang dirumuskan oleh Dewan Pimpinan;
2. Dewan Pembina berhak untuk memberikan masukan terkasit dengan kinerja Dewan Pimpinan;
3. Dewan Pembina berhak untuk meminta dan menerima laporan kegiatan Dewan Pimpinan baik secara berkala
maupun secara incidental;
4. Dewan Pembina berkewajiban memberikan saran dan atau nasehat tentang perumusan dan pelaksanaan keputusan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah, AD/RT dan pelaksanaan program kerja;
5, Dewan Pembina berkewajiban mengawasi pelaksanaan program kerja Dewan Pimpinan di setiap tingkatannya;
6. Dewan Pembina menjadi mediator penyelesaian sengketa atau masalah kepengurusan sesuai dengan tingkatannya,
jika sengketa atau masalah kepengurusan tersebut tidak terselesaikan, Dewan Pembina dapat merekomendasikan
diadakan Musyawarah Luar Biasa.

BAB XI
DEWAN PEMBINA
Pasal 35
UNSUR DEWAN KEHORMATAN
1. Dewan Kehormatan Pusat berasal dari mantan Dewan Pimpinan Pusat;
2. Dewan Kehormatan Wulayah dapat berasal, mantan Dewan Pimpinan Pusat dari wilayah tersebut dan mantan
Dewan Pimpinan Wilayah;
3. Dewan Kehormatan Daerah dapat berasal dari mantan Dewan Pimpinan Pusat dan atau Dewan Pimpinan Wilayah
dari daerah tersebut serta Dewan Pimpinan daerah.

Pasal 36
SYARAT DEWAN KEHORMATAN
1. Dewan Kehormatan Pusat :
a. Pernah menjadi Pengurus Pusat dibuktikan dengan SK Dewan Pimpinan;
b. Telah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 4 (empat) tahun dibuktikan dengan kartu anggota;
2. Dewan Kehormatan Wilayah :
a. Pernah menjadi Dewan Pimpinan Pusat dibuktikan dengan SK Dewan Pimpinan;
b. Telah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 4 (empat) tahun dibuktikan dengan kartu anggota;
3. Dewan Kehormatan Daerah :
a. Pernah menjadi Dewan Pimpinan Pusat dibuktikan dengan SK Dewan Pimpinan;
b. Telah menjadi anggota BAMUSGAKI minimal 4 (empat) tahun dibuktikan dengan kartu anggota;

Pasal 37
STRUKTUR DEWAN KEHORMATAN
1. Susunan Pengurus Dewan Kehormatan sekurang=kurangnya terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggora;
b. Sekretaris merangkap anggota;
c. Ketua Divisi Pengaduan merangkap anggota;
d. Ketua Divisi Penegakan merangkap anggota;
e. Ketua Divisi Kehormatan merangkap anggota;
2. Penempatan personalia Dewan Kehormatan ditentukan melalui rapat anggota Dewan Kehormatan.

Pasal 38
TUGAS DAN WEWENANG DEWAN KEHORMATAN
1. Mengawasi pelaksanaan Kode Etik BAMUSGAKI, AD dan ART BAMUSGAKI;
2. Melaksanakan sosialisasi dan pembinaan kepada pengurus dan anggota tentang Kode Etik BAMUSGAKI, AD dan
ART BAMUSGAKI;
3. Menerima dan memproses laporan pengaduan pelanggaran Kode Etik BAMUSGAKI, AD dan ART BAMUSGAKI
oleh anggota dan atau Dewan Pimpinan;
4. Memberikan rekomendasi pemberian sangsi atas pelanggaran Kode Etik BAMUSGAKI, AD/ART BAMUSGAKI.

Pasal 39
TATA KERJA DEWAN KEHORMATAN
1. Dewan Kehormatan Daerah menangani laporan dengan pelanggaran Kode Etik BAMUSGAKI, AD/ART
BAMUSGAKI yang dilakukan oleh anggota yang berasal dari daerah tersebut. Untuk daerah jika karena sesuatu
dan lain hal daerah tersebut belum mempunyai Dewan Kehormatan Daerah maka laporan tersebut ditangani oleh
Dewan Kehormatan Wilayah dari daerah tersebut. Jika satu dan lain hal Dewan Kehormatan Wilayah dari daerah
tersebut juga belum terbentuk maka laporannya langsung ditangani oleh Dewan Kehormatan Pusat;
2. Dewan Kehormatan Wilayah menangani laporan dengan pelanggaran Kode Etik BAMUSGAKI, AD/ART
BAMUSGAKI yang dilakukan oleh anggota yang berasal dari wilayah tersebut. Untuk wilayah karena sesuatu dan
lain hal daerah tersebut belum mempunyai Dewan Kehormatan Wilayah maka laporan tersebut ditangani oleh
Dewan Kehormatan Pusat;
3. Dewan Kehormatan Pusat menangani laporan dugaan pelanggaran Kode Etik BAMUSGAKI, AD/ART
BAMUSGAKI yang dilakukan oleh pengurus wilayah dan pengurus pusat;
4. Rekomendasi sanksi yang dikeluarkan oleh Dewan Kehormatan dari semua jenjang bersifat final dan mengikat;
5. Tata cara beracara di Dewan Kehormatan selanjutnya akan diatur dalam peraturan organisasi.

BAB XII
DEWAN PAKAR
Pasal 40
UNSUR DEWAN PAKAR
Dewan Pakar dapat berasal dari mantan Dewan Pimpinan, anggota luar biasa dan anggota kehormatan.

Pasal 41
SYARAT DEWAN PAKAR
Untuk menjadi Dewan Pakar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Anggota BAMUSGAKI;
b. Menguasai bidang Pendidikan Agama Kristen.

Pasal 42
TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PAKAR
1. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada pengurus tentang berbagai kebijakan strategis dalam bidang
pendidikan agama Kristen;
2. Pernyataan tertulis yang disampaikan oleh Dewan Pimpinan dalam bidang pendidikan agama Kristen dapat
dikoordinasikan dengan Dewan Pakar;
3. Tata kerja Dewan Pakar selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi.

BAB XIII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 43
MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS)
1. Munas merupakan pemegang kekuasaan tertinggi;
2. Munas dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali;
3. Agenda Munas minimal terdiri :
a. Laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat tentang kegiatan pelaksanaan organisasi, laporan
keuangan,
inventaris dan kekayaan organisasi;
b. Laporan Dewan Pembina Pusat, Dewan Kehormatan Pusat;
c. Tanggapan Dewan Pimpinan Wilayah terhadap laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat, Dewan
Pembina Pusat, Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Pakar Pusat;Dewan Pimpinan
d. Pedemisioneran Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina Pusat, Dewan Kehormatan Pusat dan Dewan Pakar
Pusat;
e. Pembahasan dan pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
f. Pemilihan, Pengesahan dan Pelantikan Ketua Umum;
g. Pemilihan, Pengesahan dan Pelantikan Dewan Kehormatan Pusat;
h. Pembahasan rekomendasi Munas;
i. Penentuan tempat Rakernas tahun pertama.

Pasal 44
RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS)
1. Rakernas adalah forum pengambilan keputusan tertinggi setelah Munas;
2. Rakernas dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina Pusat, Dewan Kehormatan Pusat dan Dewan Pakar
Pusat serta utusan Dewan Pimpinan Wilayah;
3. Rakernas diadakan minimal satu kali dalam satu tahun;
4. Rakernas tahun pertama harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Munas;
5. Rakernas tahun terakhir harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum Munas;
6. Agenda Rakernas :
a. Pelantikan Dewan Pimpinan Pusat, Pengurus Dewan Pembina Pusat, Pengurus Dewan Kehormatan Pusat dan
Pengurus Dewan Pakar Pusat dilaksanakan pada Rakernas tahun pertama
b. Pelantikan pergantian antar waktu (PAW) Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina Pusat, Dewan Kehormatan
Pusat dan Dewan Pakar Pusat;
c. Pada Rakernas tahun pertama menyusun program kerja Dewan Pimpinan Pusat untuk 1 (satu) masa bakti;
d. Menyusun program kerja tahunan;
e. Menentukan tempat rakernas dan rakornas;
f. Menentukan tempat munas dan rekernas tahun terakhir;
g. Membahas dan menilai kebijakan pendidikan agama Kristen Nasional.

Pasal 45
RAPAT KOORDINASI NASIONAL (RAKORNAS)
1. Rakornas adalah forum pengambilan keputusan ditingkat pusat setelah Rakernas;
2. Rakornas dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina Pusat, Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Pakar
Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah;
3. Rakornas dilaksanakn minimum 2 (dua) kali dalam 1 (satu) masa bakti;
4. Agenda Rakornas :
a. Membahas program kerja yang belum dibahas di rakernas;
b. Mengkoordinasikan program kerja dan kebijakan organisasi;
c. Membahas dan menilai kebijakan pendidikan agama Kristen nasional.

Pasal 46
MUSYAWARAH WILAYAH (MUSWIL)
1. Muswil dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali;
3. Agenda Muswil minimal terdiri :
a. Laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pembina Wilayah, Dewan Kehormatan
Wilayah dan Dewan Pakar Wilayah;
b. Tanggapan Dewan Pimpinan Daerah terhadap laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan
Pembina Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan Pakar Wilayah;
c. Pedemisioneran Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pembina Wilayah Dewan Kehormatan Wilayah an Dewan
Pakar Wilayah;
d. Pemilihan, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah;
g. Pemilihan, penetapan dan Pelantikan pengurus Dewan Kehormatan Wilayah;
h. Pembahasan rekomendasi Muswil;
i. Penentuan tempat Rakerwil tahun pertama.

Pasal 47
RAPAT KERJA WILAYAH (RAKERWIL)
1. Rakerwil adalah forum pengambilan keputusan tertinggi setelah Muswil;
2. Rakerwil dihadiri oleh Perwakilan Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pembina Wilayah,
Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan Pakar Wilayah dan Ketua Dewan Pimpinan Daerah;
3. Rakerwil diadakan minimal satu kali dalam satu tahun;
4. Rakerwil tahun pertama harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Muswil;
5. Rakernas tahun terakhir harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum Muswil;
6. Agenda Rakerwil :
a. Pelantikan Dewan Pimpinan Wilayah, Pengurus Dewan Pembina Wilayah, Pengurus Dewan Kehormatan
Wilayah dan Pengurus Dewan Pakar Wilayah dilaksanakan pada Rakerwil tahun Pertama;
b. Pelantikan pergantian antar waktu (PAW) Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina Wilayah, Dewan
Kehormatan Wilayah dan Dewan Pakar Wilayah;
c. Pada Rakerwil tahun pertama menyusun program kerja Pengurus Wilayah untuk 1 (satu) masa bakti;
d. Menyusun program kerja tahunan;
e. Menentukan tempat rakerwil dan rakorwil
f. Menentukan tempat muswil dan rekerwil tahun terakhir;
g. Membahas dan menilai kebijakan pendidikan agama Kristen Nasional di wilayah

Pasal 48
RAPAT KOORDINASI WILAYAH (RAKORWIL)
1. Rakorwil adalah forum pengambilan keputusan ditingkat wilayah setelah Rakerwil;
2. Rakorwil dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan
Pakar Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah;
3. Rakorwil dilaksanakn minimum 2 (dua) kali dalam 1 (satu) masa bakti;
4. Agenda Rakorwil :
a. Membahas program kerja yang belum dibahas di rakerwil;
b. Mengkoordinasikan program kerja dan kebijakan organisasi;
c. Membahas dan menilai kebijakan pendidikan agama Kristen wilayah.
Pasal 49
MUSYAWARAH DAERAH (MUSDA)
1. Musda dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali;
3. Agenda Musda minimal terdiri :
a. Laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pembina Daerah, Dewan Kehormatan Daerah
dan Dewan Pakar Daerah;
b. Tanggapan anggota terhadap laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pembina Daerah,
Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Pakar Daerah;
c. Pedemisioneran Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pembina Wilayah Dewan Kehormatan Daerah dan Dewan
Pakar Wilayah
d. Pemilihan, Ketua Dewan Pimpinan Daerah, Ketua Dewan Pembina Daerah dan Ketua Dewan Pakar Daerah;
e. Pemilihan, penetapan dan Pelantikan pengurus Dewan Kehormatan Daerah;
f. Pembahasan rekomendasi Musda;
g. Penentuan tempat Rakerda tahun pertama.

Pasal 50
RAPAT KERJA DAERAH (RAKERDA)
1. Rakerda adalah forum pengambilan keputusan tertinggi setelah Musda;
2. Rakerda dihadiri oleh Perwakilan Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pembina Daerah,
Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Pakar Daerah;
3. Rakerda diadakan minimal satu kali dalam satu tahun;
4. Rakerda tahun pertama harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Musda;
5. Rakerda tahun terakhir harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum Musda;
6. Agenda Rakerda :
a. Pelantikan Dewan Pimpinan Daerah, Pengurus Dewan Pembina Daerah, Pengurus Dewan Kehormatan Daerah
dan Pengurus Dewan Pakar Daerah dilaksanakan pada Rakerda tahun pertama
b. Pelantikan pergantian antar waktu (PAW) Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pembina Daerah, Dewan
Kehormatan Daerah dan Dewan Pakar Daerah;
c. Pada Rakerda tahun pertama menyusun program kerja Dewan Pimpinan Wilayah untuk 1 (satu) masa bakti;
d. Menyusun program kerja tahunan;
e. Menentukan tempat rakerda dan rakorda;
f. Menentukan tempat musda dan rekerda tahun terakhir;
g. Membahas dan menilai kebijakan pendidikan agama Kristen Nasional di daerah.

BAB XIV
Pasal 51
MUNAS LUAR BIASA, MUSWIL LUAR BIASA DAN MUSDA LUAR BIASA
1. Munas luar biasa, Muswil luar biasa dan Musda luar biasa hanya dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran Kode
Etik dan AD/RT yang dilakukan pengurus yang digunakan untuk menyelamatkan organisasi;
2. Munas luar biasa dilakukan bila disetujui oleh minimal 2/3 (dua pertiga) dari wilayah yang telah terbentuk
kepengurusannya;
3. Muswil luar biasa dilakukan bila disetujui oleh minimal 2/3 (dua pertiga) dari daerah yang telah terbentuk
Kepengurusannya di wilayah tersebut;
4. Musda luar biasa dilakukan bila disetujui oleh minimal 2/3 (dua pertiga) dari seluruh anggota BAMUSGAKI di
daerah tersebut;
5. Pelaksanaan Munaslub dilakukan oleh Dewan Presidium yang dibentuk oleh pemufakatan Dewan Pembina Pusat,
Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah;
6. Pelaksanaan Muswilub dilakukan oleh Dewan Presidium yang dibentuk oleh Dewan Pimpinan Pusat;
7. Pelaksanaan Musdalub dilakukan oleh Dewan Presidium yang dibentuk Dewan Pimpinan Wilayah;
8. Tata cara dan personal Dewan Presidium akan diatu di peraturan organisasi.

BAB XV
KEUANGAN ORGANISASI
Pasal 52
1. Pembuatan rekening organisasi :
a. Ketua umum dan Bendahara Umum membuka rekening atas nama Dewan Pimpinan Pusat;
b. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan Bendahara Dewan Pimpinan Wilayah membuka rekening atas nama Dewan
Pimpinan wilayahnya;
2. Bendahara wajib membuat neraca keuangan dan melaporkannya setiap setahun sekali kepada Dewan Pimpinan;
3. Biaya pendaftaran menjadi anggota sebesar Rp. 50.000,- (limapuluh ribu rupiah) akan dibagi secara proposional
antara Dewan Pimpinan pusat 5% (lima persen), Wilayah 40% (empat puluh persen) dan daerah 55% (limapuluh
lima persen);
4. Dalam hal pengelolaan biaya pendaftaran anggota dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan secara rinci akan
diatur dalam peraturan organisasi;
5. Dalam hal hutang piutang tentang keuangan organisasi harus melalui persetujuan rapat Dewan Pimpinan;
6. Dewan Pimpinan pusat, wilayah dan daerah dapat membentuk unit usaha yang digunakan untuk membiayai
organisasi. Jenis-jenis usaha hanya dapat dilakukan sepanjang tidak melanggar peraturan dan hukum yang berlaku;
7. Jika terjadi perselisihan masalah keuangan akan diselesaikan dengan :
a. Pembentukan Tim Ad-Hoc;
b. Akuntan Publik;
8. Dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan Republik dan ulang tahun BAMUSGAKI, Dewan Pimpinan Daerah
dapat melaksanakan pendaftran anggota secara gratis.

BAB XVI
KUORUM DAN KEPUTUSAN
Pasal 53
KUORUM
1. Munas dinyatakan sah apabila jumlah Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah yang hadir lebih
dari ½ (satu perdua);
2. .Muswil dinyatakan sah apabila jumlah Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah yang hadir lebih
dari ½ (satu perdua);
3. .Musda dinyatakan sah apabila jumlah Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah yang hadir lebih
dari ½ (satu perdua);
4. Jika rapat tersebut pada ayat (1), (2), dan (3) terpaksa ditunda karena tidak memenuhi kuorum, maka rapat
berikutnya diadakan paling cepat 1(satu) jam dan paling lambat 1 (satu) hari (1x24 jam) dan sesudahnya dinyatakan
kuorum.

Pasal 54
KEPUTUSAN
1. Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat. Dalam hal tidak tercapai pemufakatan,
pengambilan keputusan dilakukan dengan cara suara terbanyak;
2. Dalam hal suara sama banyaknya, maka dilakukan pemungutan suara untuk kedua kalinya. Jika tetap sama
banyaknya, maka dilakukan pemungutan untuk ketiga kalinya dan jika tetap sama banyaknya maka akan
dilakukan lobi antar pimpinan untuk mengambil keputusan bersama;
3. Pemilihan ketua dilakukan secara langsung (tatap muka), umum, bebas, rahasia, jujur dan adil;
4. Jika pemilihan secara langsung (tatap muka) tidak dapat dilaksanakan maka dilaksanakan secara virtual.

BAB XVII
Pasal 55
ATURAN TAMBAHAN
1. Dalam hal kejadian luar biasa, Dewan Pimpinan Pusat dapat mengambil keputusan yang dianggap perlu untuk
menyelamatkan organisasi dan dipertanggung jawab di Rakernas;
2. Dalam hal perubahan Anggaran Rumah Tangga, Lambang Badan Musyawarah Guru Agama Kristen Indonesia
diusahakan sekuat-kuatnya agar tidak dilakukan perubahan’

BAB XVIII
Pasal 56
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dalam peraturan organisasi dan atau
ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
2. Apabila terjadi perbedaan penafsiran atas materi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, maka penafsiran yang
dilakukan oleh Dewan Kehormatan Pusat sampai ada penafsiran lain dalam Munas berikutnya;
3. Anggaran Rumah Tangga mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
I . Ditetapkan pada tanggal ......... di .........
II. Pengangkatan Dewan Pimpinan Pusat Badan Musyawarah Guru Agama Kristen Indonesia Periode Tahun 2021-
2026 (duaribu duapuluh satu suaribu duapuluh enam) dengan susunan Dewan Pimpinan Pusat sebagai berikut :
SUSUNAN PENGURUS PUSAT
BADAN MUSYAWARAH GURU AGAMA KRISTEN INDONESIA
PERIODE TAHUN 2021-2026

Ketua Umum :
Sekretaris Umum :
Bendahara Umum :
Wakil Ketua Umum I :
Wakil Ketua Umum II :
Wakil Ketua Umum III :
Wakil Sekretaris Jenderal I :
Wakil Sekretaris Jenderal II :
Wakil Sekretaris Jenderal III :
Wakil Bendahara Umum I :
Wakil Bendahara Umum II :
Wakil Bendahara Umum III :
Direktur Program Pelatihan BAMUSGAKI :
Direktur Program Regulasi dan Advokasi BAMUSGAKI :
Direktur Program Hubungan Internasional BAMUSGAKI :
Ketua Bidang Organisasi dan Kelembagaan : :
Ketua Bidang Pengembangan Daerah 3 T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal): :
Ketua Bidang Literasi :
Ketua Bidang Informasi dan Teknologi :
Ketua Bidang Media dan Publikasi :
Ketua Bidang Kewirausahaan :

Anda mungkin juga menyukai