Anda di halaman 1dari 2

Saat ini kita semua berada di zaman milenial, dimana pada zaman ini semuanya

serba modern. Dari teknologi, peradaban, bahkan akhlak manusia pun ikut terkena
imbas kemajuan zaman. Nampak jelas di era milenial ini para remaja lebih asyik
berselancar di sosial media dan internet.

Sebagai akibat dari ketergantungan yang tinggi terhadap internet dan media sosial
tersebut, mereka menjadi pribadi yang malas, tidak bersosialisasi, cenderung lemah
dalam nilai-nilai kebersamaan; kegotong royongan, kehangatan lingkungan,
kepedulian sosial, senang akan kebebasan, kebarat-baratan; dan tidak
memperhatikan etika, aturan formal, adat istiadat serta tata krama dan akhlak.

Seperti yang telah diketahui, saat ini akhlak sudah menjadi hal yang jarang kita
temui terutama dikalangan remaja. Salah satu indikator yang mempengaruhi
menurunnya sikap dan perilaku moral para remaja generasi milenial ini ditandai
dengan meningkatnya keterlibatan mereka dalam berbagai tindak kriminal; seperti,
bertutur kata yang kasar, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, hubungan seks
pranikah, tawuran masal, serta yang kerap kali terjadi yaitu penindasan terhadap
teman atau sering disebut bullying.

Dalam membentuk karakter generasi milenial yang berakhlakul karimah (mulia)


harus adanya penanaman akhlak yang baik sejak dini, baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat. Dan lebih utama adalah orang tua, karena orang tua
merupakan pilar dan penanggung jawab utama seorang anak khususnya ibu. Ibu
adalah Al Madrasah Uula (pendidikan pertama dan utama) seorang anak di dalam
sebuah keluarga.

Dalam mendidik anak, orang tua harus halus dan sabar serta mengutamakan
mendidik akhlak terlebih dahulu daripada ilmu. Karena sudah jelas jika kedudukan
akhlak lebih utama daripada ilmu. Sebagaimana hadits riwayat Abu Dawud :

‫ازحً ا‬ َ ‫ك ْال َكذ‬


َ ‫ِب َوِإنْ َك‬
ِ ‫ان َم‬ ٍ ‫ان ُمح ًِّقا َو ِب َب ْي‬
َ ‫ت فِي َوسَطِ ْال َج َّن ِة لِ َمنْ َت َر‬ َ ‫ك ْالم َِرا َء َوِإنْ َك‬
َ ‫ض ْال َج َّن ِة لِ َمنْ َت َر‬ِ ‫ت فِي َر َب‬ ٍ ‫َأ َنا َزعِ ي ٌم ِب َب ْي‬
‫ت فِي َأعْ لَى ْال َج َّن ِة لِ َمنْ َحس ََّن ُخلُ َق ُه‬ ٍ ‫َو ِب َب ْي‬

“Aku adalah penjamin sebuah rumah di sekitar taman (Surga) bagi seseorang yang
meninggalkan perdebatan walaupun ia benar, penjamin rumah ditengah Surga bagi
orang yang meninggalkan dusta walaupun ia bercanda, juga menjadi penjamin
sebuah rumah di Surga paling atas bagi orang yang memiliki akhlak yang baik.”

Selain memiliki akhlak yang mulia, generasi muda juga harus memiliki kesehatan
dan kecerdasan yang mumpuni, mengingat peran pemuda adalah sebagai generasi
penerus suatu bangsa.
Maka dari itu, pendidikan karakter penting bagi generasi muda untuk mengingatkan
mereka bahwa pada hakikatnya mereka adalah makhluk sosial yang akan selalu
membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya. Nilai-nilai dalam pendidikan
karakter akan dapat membantu generasi muda untuk bisa membuat dirinya menjadi
lebih baik. Misalnya, nilai toleransi dan gotong royong. Jika generasi muda mampu
menerapkan nilai ini di dalam kehidupan sosialnya, maka akan menciptakan tatanan
dalam kehidupan masyarakat yang lebih harmonis. Selain itu, ada pula nilai
integritas. Jika generasi muda memiliki integritas yang tinggi, maka akan
menumbuhkan rasa kepercayaan dari orang lain. Integritas yang tinggi juga akan
membuat generasi muda untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai warga negara yang baik, seperti aktif terlibat dalam kehidupan sosial di
masyarakat. Nilai religius, nilai nasionalis, dan nilai mandiri juga merupakan nilai
utama yang wajib ada untuk membentuk karakter generasi muda yang sesuai
dengan karakter bangsa.
Jika nilai-nilai utama tersebut dapat diterapkan secara baik dan tepat kepada
generasi muda dalam satuan pendidikan di Indonesia, bukan tidak mungkin 10
sampai dengan 20 tahun kedepan Indonesia bisa berstatus sebagai negara maju
sekaligus sebagai bangsa yang cerdas berkarakter.

Anda mungkin juga menyukai