Anda di halaman 1dari 11

TAFSIR TARBAWI :

Pendidikan Remaja Dalam Al-Qur’an


FeniDjafar, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Email·(fenidjafar@gmail.com)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian al-qur’an tentang permasalahan karakter
remaja kaum milenial yang semakin memprihatinkan serta solusi al-qur’an dalam permasalahan
ini, adapun pendekatan penelitian ini ialah kualitatif yang mengedepankan data melalui pustaka
dan kajian tafsir dan adapun metode yang digunakan adalah metode tafsir maudui.
Kata kunci : pendidikan remaja, kaum milenial, al-qur’an

ABSTRACT

This study aims to determine the study of the quran about the problem of the character of
adolescent millennials who are increasingly concerned and the solution of the quran in this
problem, while the research approach is qualitative which puts data through libraries and
interpretive studies and the method used is the interpretation method maudui.
Keyword : adolescent millennials education, Al-qur’an

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu pilar yang ikut menopang terhadap berdirinya
peradaban. Eksistensi suatu bangsa sangat di tentukan oleh karakter yang dimilikinya. Bangsa
yang bermartabat dan dapat disegani oleh bangsa lain di seluruh dunia. Pendidikan adalah daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budipekerti (karakter) dan juga pola cara berfikir.
Pembentukan Pendidikan karakter saat ini menjadi isu utama dalam dunia pendidikan.
Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter juga di
harapkan mampu untuk menanamkan nilai-nilai budaya bangsa yang mulai terkikis oleh era
globalisasi ini.
Pendidikan karakter telah menjadi polemik di berbagai negara. Pandangan pro dan
kontra mewarnai dikursus pendidikan karakter sejak lama. Sejatinya, pendidikan karakter
merupakan bagain esensial yang menjadi tugas sekolah, tetapi selama ini kurang perhatian.
Capaian akademis dan pembentukan karakter yang baik merupakan dua misi integral yang harus
mendapat perhatian sekolah. Namun tuntutan ekonomi dan politik pendidikan menyebabkan
penekanan pada pencapaian akademis mengalahkan idealitas peran sekolah dalam pembentukan
karakter.1
Manusia mempunyai fase dalam kehidupan di dunia ini, dalam fase mempunyai
karakteristik yang berbeda, perubahan karakter ini sangatlah mempengaruhi berbagai masalah

1
Pitiadani Br Tarigan, “Pendidikan Karakter Dalam Al Qur’an Pada Kalangan Remaja Di Era Digital,” Journal of
Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2018): 1689–1699.
dan persoalan pada setiap individu manusia itu sendiri. Manusia beberapa hal dalam setiap
penilaian mengenainya. Salah satu sepotong dari masa kehidupan manusia ada yang disebut
dengan masa remaja, masa remaja mempunyai karakteristik yang unik dan sukar diidentifikasi
bahkan lebih cenderung sering terjadi ketidaksamaan persepsi para ahli, namun bukan berarti
masa remaja tidak dapat diidentifikasi oleh pengetahuan. Kenakalan remaja memang sering
membuat resah masyarakat, seperti narkoba, tawuran, pergaulan bebas dan hal yang cenderung
negatif yang melibatkan para remaja di indonesia.2
Prinsip dasar bagusnya pendidikan karakter yang telah terurai di atas, telah terbukti
bahwa keselamatan dan kekuatan masyarakat tergantung kepada individu dan kepada cara yang
digunakan untuk mempersiapkan anak-anak mereka. Dalam hal ini, islam sangat
memperhatinkan pendidikan anak, baik pendidikan sosial maupun karakternya atau perilakunya.
Sehingga mereka telah terdidik, terbentuk dan berkiprah di dalam kehidupan, mereka akan
memberikan gambaran yang benar tentang manusia yang cakap, seimbang, berakal dan bijaksana.
Problematika pelajar di era globalisasi ini termasuk masalah terpenting yang dihadapi
semua masyarakat di dunia, baik masyarakat muslim maupun non muslim. Hal ini dikarenakan
para pelajar remaja dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, mengalami gejolak dalam
pikiran maupun jiwa mereka, yang sering menyebabkan mereka mengalami kegunjancangan
dalam hidup dan tersebut.
Pendidikan karakter sangat penting bagi para pelajar khususnya dikalangan sebagai
generasi penerus bangsa, agar martabat bangsa terangkat, kualitas hidup meningkat, kehidupan
menjadi lebih baik, aman dan nyaman serta sejahtera. Pendidikan ini membentuk generasi
penerus yang berotak jerman dan berhati makkah yang mencerminkan keseimbangan antara ilmu
pengetahuan dan pengamalan nilai karakter.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang lebih menggunakan
pendekatan tafsir maudui (tematik) arti maudui yang dimaksud disini ialah yang dibicarakan atau
judul atau topik atau sektor, sehingga tafsir maudui berarti penjelasan ayat-ayat al-qur’an yang
mengenai satu pembicaraan tertentu. Dan bukan maudui yang berarti yang didustakan atau
dibuat-buat, seperti arti kata hadits maudui yang berarti hadits yang
didustakan/dipalsukan/dibuat-buat.
Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak hanya diterapkan dan diaplikasikan di sekolah
saja akan tetapi harus mampu juga diterapkan di berbagai lembaga pendidikan seperti pondok-
pondok pesantren dan ditengah-tengah lingkungan keluarga dan masyarakat, guna menghasilkan
calon pemimpin dan penerus bangsa yang tidak hanya mampu di bidang ilmu pengetahuannya
saja, namun juga menjadi karakter yang terpuji dan bermartabat.3

B. PEMBAHASAN

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak
hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 13 hingga 17 tahun dan berakhir
pada usia 18 tahun hingga 21 tahun . masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang

2
Septian Arief Budiman, “Pendidikan Kaum Milenial Dalam Al-Qur ` An,” Prosiding Seminar Nasional, Harmonisasi
Keberagaman dan Kebangsaan bagi Generasi Milenial, Lembaga Kajian Keagamaan, Universitas Pamulang (2019):
10–16.
3
Tarigan, “Pendidikan Karakter Dalam Al Qur’an Pada Kalangan Remaja Di Era Digital.”
dan kumis dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandiarian dan
identitas sangat menonjol dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

[QS. AL-MAIDAH 27-31]

ٰ ْ َ‫َـق ۘ اِ ْذ قَ َّر َبا قُ ْربَا ًنا فَتُقُبِ َل ِم ْن اَ َح ِد ِه َما َولَ ْم يُتَقَبَّ ْل ِمن‬
‫اْل َخ ِر ۘ قَا َل َْلَ ْقتُلَـنَّكَ ۘ قَا َل اِنَّ َما يَتَقَبَّ ُل‬ ِ ‫علَي ِْه ْم نَ َبا َ ا ْبنَ ْي ٰا َد َم بِا ْلح‬َ ‫َوا تْ ُل‬
)27( ‫ّٰللاُ ِمنَ ا ْل ُمتَّ ِقين‬ ‫ه‬
)28( َ‫ب ا ْل ٰعلَ ِم ْين‬ َّ ‫ّٰللاَ َر‬
‫ف ه‬ َ ‫س ْطتَّ اِلَ َّي يَدَكَ ِلت َ ْقتُلَنِ ْي َم ۤا ا َ َن ۡا بِبَا سِطٍ يَّد‬
ُ ‫ِي اِ َل ْيكَ ِْلَ ْقتُلَكَ ۘ اِنِ ۤ ْي ا َ َخا‬ َ َ‫لَئِ ْۢ ْن ب‬
ۘ َ‫ظ ِل ِم ْين‬ ‫ب النَّا ِر ۘ َو ٰذ ِلكَ ج ٰ َْٓز ؤُا ال ه‬ ِ ‫(اِنِ ۤ ْي ا ُ ِر ْي ُد ا َ ْن تَبُ ْْٓو َء ِب ِا ثْ ِم ْي َو اِثْ ِمكَ فَتَك ُْونَ ِم ْن اَص ْٰح‬29)
)30( َ‫صبَ َح ِمنَ ا ْل ٰخس ِِر ْين‬ ْ َ ‫س ٗه قَـتْ َل ا َ ِخ ْي ِه فَقَتَلَ ٗه فَا‬
ُ ‫فَ َط َّوعَتْ لَ ٗه َن ْف‬
ۤ
‫ب فَا ُ َوا‬ِ ‫عج َْزتُ اَ ْن اَك ُْونَ ِمثْ َل ٰهذَا ا ْلغُ َرا‬ َ َ ‫او ْي َل ٰتى ا‬َ ‫س ْو َءةَ ا َ ِخ ْي ِه ۘ قَا َل َي‬
َ ‫ْف يُ َوا ِر ْي‬ َ ‫ض ِليُ ِريَ ٗه َكي‬ ِ ‫َث فِ ْي ْاْلَ ْر‬ ُ ‫غ َرا بًا َّي ْبح‬ ُ ُ‫ّٰللا‬
‫ث ه‬ َ َ‫فَبَـع‬
َ‫ن‬ ‫ه‬
)40( ‫صبَ َح ِم الند ِِم ْي‬ َ‫ن‬ َ َ
ْ ‫س ْو َءة ا ِخ ْي ۘ فا‬َ َ َ ‫ي‬ َ ‫ِر‬

27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut
yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah
seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata
(Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa”
28. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku,
aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”
29. “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang
demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”
30. “Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang
merugi
31. “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya.
Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak
ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang
diantara orang-orang yang menyesal.

Ayat di atas mengisahkantentang karakter berbeda yang dimiliki oleh kedua anak
remaja laki-laki dari Nabi Adam AS, yang intinya ialah Habil bekerja giat, optimistis dan tak
setengah dalam berjuang, maka Allah mencintai remaja tipe yang terbaik akan dicintai
lingkungannya, dihormati orang-orang di sekelilingnya dan diberi penghargaan dari Allah atas
jerih payahnya. Habil, beliaulah inspirasi remaja yang tak setengah berkontribusi. Sedangkan
qabil pendengki, pemalas, enggan pula berkarya. Habil yang seorang peternak, bersemangat
mencari hewan diternak terbaik, abai dan tak mau bersusah-susah, maka ia yang bekerja
sebagai petani, memilih hasil panen yang sudah jelek, busuk, yang aromanya sudah
memuakkan seakan tak punya harga. Remaja dengan tipe seperti, jangankan cinta Tuhan,
cinta wanitapun sepertinya tak bisa diraihnya.
Kisah di atas Allah SWT memberikan inspirasi kepada para remaja untuk senantiasa
berkarya dengan gigih dan rajin agar hasil yang didapat serta melarang untuk bermalas-
malasan dan berpangku tangan dalam menjalani kehidupan

[QS. HUD 42-43]

‫َب َّمعَنَا َو َْل تَك ُْن َّم َع‬ ُ ‫َو ِه َي تَجْ ِر ْي بِ ِه ْم فِ ْي َم ْوجٍ كَا ْل ِج َبا ِل ۘ َونَا ٰدى نُ ْو‬
ْ ‫ح ٱِ ْبنَ ٗه َوكَا نَ فِ ْي َم ْع ِز ٍل يهبُنَ َّي‬
ْ ‫ارك‬
)42( َ‫ا ْل ٰك ِف ِر ْين‬

‫س ٰا ِو ۤ ْي ا ِٰلى َجبَ ٍل يَّ ْع ِص ُمنِ ْي ِمنَ ا ْل َما ِْٓء ۘ قَا َل َْل عَا ِص َم ا ْليَ ْو َم ِم ْن اَ ْم ِر ه‬
‫ّٰللاِ ا َِّْل َم ْن َّر ِح َم ۘ َوحَا َل بَ ْينَ ُه َما‬ َ ‫قَا َل‬
)43( َ‫ج فَكَا نَ ِمنَ ا ْل ُم ْغ َرقِ ْين‬ ُ ‫ا ْل َم ْو‬

42. “Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung.
Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai
anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang
yang kafir”
43. “Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab
Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara
keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

Dalam lintasan sejarah, Nabi Nuh adalah Nabi yang begitu sabar, rentang waktu 900
tahun untuk berdakwah beliau lalui dengan berbagai intimidasi dan celaan. Dari awal
dakwahnya hingga bahteranya berlayar melewati bumi yang tertutup air bah, hanya 70 orang
yang menyambut seruannya untuk menyembah Allah. Naasnya lagi, keluarga beliau menjadi
salah satu penentang kerasnya. Sang anak yang bernama kan’an, sudah diingatkan berkali-kali
masih saja ia tak gunakan nurani. Sudah dinasehati berulang-ulang tetap saja pikirannya
berkabut kelam penuh dendam. Inilah karakter remaja nakal dan pembangkang. Kan’an
adalah ibrah yang mesti kita ambil, bahwa ayah yang shahih tidak menjamin anaknya kelak
menjadi shahih pula. Kan’an terpengaruh lingkungan yang buruk, ia didik masyarakatnya
untuk membenci ayahnya sendiri, mengutamakan egoisme dan nafsu belaka, sehingga
puncaknya, kebenaran waktu terlihat jelas di hadapan mata, tak ada baginya selain harus
menjauh dan mencela.
Maka selesaikan kisah hidup kan’an, bukannya berakhir baik, ia malah membantah
nasihat ayahnya untuk naik bahtera, berbekal keangkuhan ia bertekad menaiki puncak
gunung yang dia kira akan menyelematkannya dari air bah, naas, seribu naas, wajah bumi
tertutup semua dengan birunya samudera, bukan sehari dua hari, namun bertahun-tahun
lamanya. Itulah nasib keangkuhan, merasa menang, akhirnya jadi pecundang di akhir scenario
kehidupannya.

[QS. ASH-SHAFAT 102-107]

ْ ‫اما َ ِن ۤ ْيا َ ْذ َب ُح َكفَا ْن ُظ ْر َماذَاتَ ٰرى ۘ َقالَ ٰۤيا َ َب ِت‬


ۘ ‫اف َع ْل َمات ُؤْ َم ُر‬ ِ َ‫س ْع َي َقا َل ٰيبُنَ َّيا ِِن ۤ ْيا َ ٰرى ِفىا ْل َمن‬
َّ ‫فَلَ َّما َبلَغَ َم َع ُهال‬
)102( َ‫صبِ ِر ْين‬ ‫ه‬
‫شا ْٓ َءالل ُه ِمنَال ه‬ َ ‫ست َ ِج ُدنِ ۤ ْي ِا ْن‬َ
)103( ‫اوت َ َّلهٗ ِل ْل َج ِبي ِْن‬ َ َ ْ َّ َ‫فَل‬
‫م‬ َ ‫ل‬ ‫س‬ َ ‫ا‬ ۤ
‫ا‬ ‫م‬
)104( ‫َونَا َدي ْٰن ُها َ ْن ۤيه ِاب ْٰر ِه ْي ُم‬
)105( َ‫سنِ ْين‬ ِ ْ‫الر ْءيَا ۘ اِنَّاك َٰذ ِل َكنَجْ ِزىا ْل ُمح‬ ُّ َ ‫ص َّد ْقت‬ َ ‫قَ ْد‬
)106( ُ‫اِنَّ ٰهذَالَ ُه َوا ْلبَ ٰ ْٓلؤُاا ْل ُم ِب ْين‬
)107(‫َوفَ َدي ْٰن ُه ِب ِذبْحٍ َع ِظي ٍْم‬

102. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar”
103. “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)”
104. “Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim”
105. “sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”
106. “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata”
107. “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”

Ayat ini mengisahkan tentang ismail putera Ibrahim AS yang mempunyai karakter
keimanan kepada Allah yang begitu kuat, sejak dalam kandungan ismail mendapatkan
pendidikan yang sangat baik sehingga ketika beranjak remaja ismail tumbuh dengan sangat
baik bukan hanya badannya, jiwanya dan akhlaqnya.4

C. ANALISIS
a. Pendidikan dengan keteladanan
Internalisasi dengan keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang
berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek
moral, spiritual dan karakter baik terhadap anak didik terlebih pada pelajar remaja di era ini.
Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan pelajar, yang tindak-
tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk
perkataan, perbuataan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian
pelajar.
Pendidikan dengan keteladanan utama menjadi faktor utama dan terpenting dalam
menentukan baik buruknya karakter para pelajar khususnya dikalangan remaja. Jika pada diri
seorang pendidik terdapat sifat jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia dan dapat menjauhkan
diri dari sifat-sifat yang bertentangan dengan agama, maka diri para pelajar otomatis akam
tumbuh dalam kejujuran, terbentuknya akhlak yang mulia dan dapat menjauhkan diri dari
sifat yang bertentangan dengan agama.
Tentunya seorang pendidik yang bijaksana, akan terus mencari metode alternatif yang
lebih efektif dengan menerapkan dasar-dasar pendidikan yang berpengaruh dalam
mempersiapkan anak pelajar secara mental dan moral, saintikal, spiritual dan etos sosial,
sehingga anak dapat mencapai mencapai kematangan yang sempurna, memiliki wawasan
yang luas dan berkepribadian integral. Sebagaimana Allah mengutus muhammad sebagai
rasul untuk menyampaikan risalah samawi kepada umat manusia, adalah seorang pendidik
yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral maupun intelektual. Sehingga umat

4
Budiman, “Pendidikan Kaum Milenial Dalam Al-Qur ` An.”
manusia meneladaninya, belajar darinya, memenuhi panggilannya, menggunakan metodenya,
dalam hal kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang terpuji. Oleh karena itu, kenabian adalah
penugasan (taklifi) bukan hasil usaha (iktisabi). Allah swt., lebih mengetahui di mana Ia
menempatkan tugas kerasulan dan tentang manusia pilihan-Nya untuk dijadikan rasul yang
membawa kabar baik dan peringatan. Dia mengutus muhammad saw., Sebagai teladan yang
baik bagi umat muslimin di sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan
tempat, sebagaimana firman Allah di dalam Alquran, surat [Al-Ahzab ayat 21]

‫اْل ِخ َر َوذَك ََر ه‬


)21( ‫ّٰللاَ َكثِي ًْرا‬ ‫سنَةٌ ِل َم ْن كَا نَ يَ ْر ُجوا ه‬
ٰ ْ ‫ّٰللاَ َوا ْل َي ْو َم‬ َ ‫س َوةٌ َح‬
ْ ُ ‫ّٰللاِ ا‬ ُ ‫لَقَ ْد كَا نَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬
‫س ْو ِل ه‬

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” ( QS. Al-Ahzab: 21)

Ayat ini, walau berbicara dalam konteks Perang Khandaq, namun juga mencakup
kewajiban atau anjuran meneladani beliau walau di luar konteks ayat tersebut Ini. karena
Allah swt. Telah mempersiapkan tokoh agung ini untuk menjadi teladan bagi semua manusia.
Yang Maha kuasa itu sendiri yang mendidik beliau. ‚Addabani Rabbi, Fa ahsana ta`dibi‛
(Tuhanku mendidikku, maka sungguh baik hasil pendidikanku). Demikian sabda Rasul saw.
Pakar tafsir dan hukum, al-Qurthubi, mengemukakan bahwa dalam soal-soal agama,
keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal keduniaan maka keteladanan itu
merupakan anjuran.

Kesimpulan dari apa yang telah dikemukakan di atas tentang pendidikan dengan
keteladanan dalam menyikapi karakter pelajar. Metode pendidikan yang paling membekas
pada para pelajar, terlebih kepada kedua orag tua yang memang mempunyai peranan besar
dalam mendidik karakter pelajar dikalangan remaja, diantaranya, menyediakan sekolah atau
lembaga pendidikan yang cocok, teman pergaulan yang baik, kelompok yang sesuai, agar
anak pelajar dikalangan remaja memperoleh pendidikan keimanan, moral, fisik, spiritual, dan
pendidikan mental.

b. Pendidikan dengan Nasehat


Termasuk konsep dalam pendidikan karakter yang cukup berhasil dalam
pembentukan perilaku yang positif pada kalangan pelajar remaja baik secara moral,
emosional maupun sosial, adalah pendidikan dengan petuah dan memberikan kepadanya
nasehat-nasehat.
Nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata para
pelajar di kalangan remaja kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju
harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlaq yang mulia, serta
membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya, tidak heran kalau kita tahu bahwa
Alquran menggunakan metode ini, menyerukan kepada manusia untuk melakukannya, dan
mengulang-ngulang dalam beberapa ayat-Nya, dan sejumlah tempat dimana Alquran terus
memberikan arahan dan nasehat-Nya. Seperti yang telah diceritakan di dalam Alquran
tentang nasehat Luqman Al-hakim kepada putranya.

[QS. LUQMAN:13]
)13(‫اّللِ ۘ اِنَّالش ِْر َكلَـ ُظ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬ ُ ‫َواِ ْذقَا َللُ ْقمٰ نُ ِِل ْبنِ ٖه َوه َُويَ ِع‬
‫ظهٗ ٰيبُنَيَّ َِلتُش ِْر ْك ِب ه‬

“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"”.
(Q.S. Luqman: 13)

Ayat di atas, Allah swt., berfirman mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada
puteranya. Yaitu Luqman bin ‘Anqa’ bin Sadun, sedangakan nama puteranya adalah
Tsaran, menurut satu pendapat yang diceritakan oleh as-Suhaili . Allah SWT., telah
menyebutkannya dengan sebaik-baik sebutan dan diberikannya dia hikmah. Luqman
memberikan wasiat kepada puteranya yang merupakan orang yang paling dikasihi dan
dicintainya, dan ini hakikat dianugerahkannya ia dengan sesuatu yang paling utama.
Untuk itu, pertama-tama dia memberikan wasiat kepada puteranya untuk beribadah
kepada Allah Yang Mahaesa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Diantara metode yang dipraktekkan Rasulullah SAW, beliau tidak monoton
dalam memakai metode memberi petunjuk kepada umat manusia, melainkan beliau selalu
beralih, misalnya dari metode kisah kepada dialog, dari suasana serius kepada yang
disertai humor yang mengena, dari nasehat dengan kata-kata kepada tuntunan dengan
perbuatan, dari memberi peringatan dengan Alquran kepada menampakkan
perumpamaan dan dengan mempertimbangkan keadaan, dari persoalan yang penting
kepada persoalan yang lebih penting, dan dari larangan yang berupa ucapan kepada
larangan yang berupa penglihatan.
Tak diragukan lagi, bahwa variasi dalam menggunakan metode tersebut
memberikan pengaruh yang besar dalam mengokohkan pengetahuan, membangkitkan
pemahaman, meningkatkan kecerdasan dan mudah dalam menerima nasehat, serta
membangkitkan perhatian orang yang mendengar.
Berbagai metode terpenting yang dipakai oleh pengajar manusia pertama,
Muhammad saw., dalam memberikan pengarahan kepada orang dewasa, remaja, anak
kecil, bahkan orang awam, dalam rangka mengokohkan keutamaan dan meluruskan yang
menyimpang. Metode-metode itu adalah ciptaan Allah., yang senantiasa berada dalam
pengawasan dan perbuatan-Nya. Jika demikian, setiap apa yang keluar dari Rasulullah
saw., ucapan, perbuatan, dan keputusannya, adalah undang-undang bagi umat manusia.
Kesimpulan dari beberapa uraian di atas, hendaknya seorang pendidik dan
pembimbing, jika tidak mengerjakan apa yang diucapkan, tidak mengamalkan apa yang
telah dinasehatkan, maka tak ada seorang pun yang terpengaruh dengan nasehatnya, tak
ada seorang pun yang mau memenuhi seruannya. Bahkan, ia akan menjadi obyek kritik
dan bahan gunjingan orang banyak.

c. Pendidikan dengan perhatian/pengawasan


Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh
dan mengikuti perkembangan aspek akidah, dan moral pelajar, mengawasi dan
memperhatikan pendidikan yang berhubungan dengan mental dan sosialnya, dan juga
selalu merperhatikan situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.
Sudah pastinya, pendidikan semacam ini merupakan modal yang dianggap paling
kokoh dalam pembentukan karakter pelajar yang sempurna, dan menjadi motivasi untuk
menunaikan tanggung jawab dan kewajiban secara sempurna. Memperhatikan dan
mengawasi palajar masa kini yang dilakukan oleh seorang pendidik, adalah asas
pendidikan yang paling utama,. Mengingat para pelajar senantiasa terletak di bawah
perhatian dan pengawasan pendidikan jika pendidik selalu memperhatikan terhadap
gerak-gerik, ucapan, perbuatan dan orientasinya.
Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain
yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari proses interaksi sosial yang
terjalin antara individu dalam lingkungan sosialnya. Kuat lemahnya suatu interaksi sosial
mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang terjalin. Salah satu ulama’ berkata pergaulan
merupakan peringkat kedua yang sangat berpengaruh terhadap berubahnya karakter dan
moral seseorang setelah guru pendidik dan pembimbingnya. Sebagaimana disebutkan
dalam hadist nabi:

“Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: ‚Seseorang itu bisa
terpengaruh oleh agama kawan karibnya, oleh sebab itu, hendaklah salah seorang di
antara kamu sekalian memperhatikan dengan siapakah dia bergaul”. (Riwayat Abu Daud
dan At-Turmudzi)

Hal yang sama juga harus dilakukan para pendidik baik di sekolah, di pesantren,
di perguruan tinggi, serta lembaga pendidikan yang lain, yang merupakan orang tua kedua
bagi anak. Budaya yang baik di lingkungan tempat belajar harus dibangun dan
diaplikasikan oleh semua pihak, agar tercipta manusia-manusia yang berkarakter di masa
mendatang.
d. Pendidikan di era digital
Masa depan umat manusia di abad ke 21 atau melenium ketiga sangat ditentukan
oleh seberapa jauh ia mampu eksistensi secara fungsional ditengah-tengah global yang
amat kompetitif. Dalam situasi tersebut manusia yang akan survive adalah yang dapat
merubah tantangan menjadi peluang, dan dapat mengisi peluang tersebut secara
produktif.
Era digital adalah istilah yang digunakan dalam kemunculan digital, jaringan
internet khususnya teknologi informasi. Media baru era digital ini sering di gunakan
untuk menggambarkan teknologi digital. Media ini memiliki karakteristik dapat
dimanipulasi, bersifat jaringan atau internet. selain internet seperti media cetak, televisi,
majalah, koran, dan lain sebagainya bukanlah termasuk dalam kategori media baru. Media
massa beralih ke media baru atau internet karena ada pergeseran budaya dalam sebuah
penyampaian informasi. Kemampuan media era digital ini lebih memudahkan masyarakat
atau para pelajar dalam menerima informasi lebih cepat.
Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar
terhadap dunia, lahirnya berbagai teknologi digital yang semakin maju telah banyak
bermunculan. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi
melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas
dan terkendali. Tetapi disayangkan semakin berkembangnya teknologi justru semakin
banyaknya kejahatan yang terdeteksi. Maka dari itu segala sesuatunya harus memiliki
perlindungan hak cipta dan para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan seperti
sekolah, pesantren, perguruan tinggi dan lain-lain selalu mengontrol dan mengawasi anak
didiknya terlebih pada kalangan pelajar remaja.
Berbagai macam hal nigatif yang harus disikapi kita sebagai manusia yang hidup
dimana tekhnologi informasi masuk terlalu jauh kedalam kehidupan remaja saat ini
a) Fitnah dan juga pencemaran nama baik secara luas semakin merajalela.
b) Dapat mengabaikan tugas dan juga pekerjaan.
c) Membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
d) Individu menjadi malas untuk bersosialisasi secara fisik
e) Konten negatif yang berkembang pesat.
f) Menurunnya prestasi belajar dan juga kemampuan bekerja seseorang.

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu segi peradaban dan kebudayaan
manusia, dimana perkembanganya yang lebih cepat meenjalar kejantung masyarakat
suatu bangsa, merupakan salah satu ciri khas daro zaman modern dewasa ini.
Teknolodgi sebagai ilmu pengatahuan terapan adalah hasil kemajuan budaya manusia
yang banyak bergantug kepada manusia yang menggunakannya. Dengan kata lain,
teknologi dapat diartikan sebagai salah suatu kekuatan kebudayaan yang bersifat
netral dalam tugas dan fungsinya. Suatu contoh adalah uranium yang dapat di olah
menjadi bom atom yang dahsyat, tetapi uranium dapat juga dijadikan bahan yang
dapat melipat gandakan hasil pertanian. Inilah tantangan mutakhir manusia abad ini
yang perlu diberi jawaban oleh lembaga kependidikan kita, terutama lembaga
kependidikan islam di mana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber
pegangan.
Namun demikian, sistem tersebut bukannya tidak dapat mengalami
perubahan-perubahan, terutama diakibatkan oleh oleh kemajuan berpikir manusia itu
sendiri maupun oleh desakan sistem lain yang dianggap lebih baik. Hal inilah yang
menjadi titik sentral problem yang melahirkan tantangan terhadap lembaga
pendidikan, yang salah satu fungsinya adalah mengawetkan sistem nilai pendidikan
islam yang berkembang di dalam masyarakat dan di dunia akademik. Oleh sebab itu,
lembaga pendidikan perlu memberikan jawaban yang tepat sehingga pola berfiikir
pelajar remaja zaman sekarang tidak terombang-ambing ke arah yang tidak jelas dan
tidak mudah dipengaruhi.
Semua usaha perubahan yang dilakukan itu harus dipertanggung jawabkan
dihadapan Tuhan, apakah bermanfaat bagi manusia, masyarakat, dan agama. Itulah
sebabnya semua usaha untuk menciptakan perubahan itu perlu dilandasi nilai-nilai
yang tetap dan yang konstruktif yaitu nilai agama.5

5
Tarigan, “Pendidikan Karakter Dalam Al Qur’an Pada Kalangan Remaja Di Era Digital.”
D. KESIMPULAN
Pada kesimpulan penelitian ini ternyata ditemukan ayat-ayat Al-Quran yang mengajarkan
bagaiman seorang remaja untuk bertindak dalam menghadapi masalah dan mengantisipasi faktor
serta pengahambat bagi perkembangan remaja.
Remaja masa kini adalah penerus masa depan bangsa Indonesia yang diharapkan mampu
mewarnai kehidupan dan identitas bangsa. Para remaja di era digital ini mempunyai karakter dan
moral yang baik dan bagus, langkah terbaik para pendidik harus memiliki jiwa mawaddah dan
rahmah kepada anak didik yang sedang berada pada proses perkembangan itu, wajib memandang
anak didiknya bukan sebagai individu yang dewasa dalam bentuk kecil, atau bahkan
tidakmenyadari sebagai ‚penentu‛ dari proses transformasi nilai-nilai islami yang diinternalisasikan
ke dalam jiwa anak didik, bahkan lebih fatal lagi bila para pendidik tidak berfungsi sebagai
pembawa norma-norma islami yang dimanifestasikan ke dalam perilaku yang uswatun hasanah di
depan anak didiknya, maka proses perkembangan anak didik atau para pelajar akan tidak dapat
dipengaruhi atau diarahkan ke arah tujuan yang optimal.
Pentingnya sikap idealistis para pendidik yang misional dalam proses kependidikan yang
ditangani perlu dimaksimalkan dan ditingkatkan. Tahap awalnya adalah keyakinan akan
kebenaran misi kependidikan yang dibawanya sepanjang kegiatan profesionalnya. Ia menjadi
pendukung norma dari misi Islam yang dibawakannya. Ia adalah determinan bagi pencapaian
tujuan pendidikan Islam yang menjadi intinya proses kependidikan.6

6
Aas Siti Sholichah, “Teori-Teori Pendidikan Dalam Al-Qur’an,” Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01
(2018): 23.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Septian Arief. “Pendidikan Kaum Milenial Dalam Al-Qur ` An.” Prosiding Seminar Nasional,
Harmonisasi Keberagaman dan Kebangsaan bagi Generasi Milenial, Lembaga Kajian Keagamaan,
Universitas Pamulang (2019): 10–16.
Sholichah, Aas Siti. “Teori-Teori Pendidikan Dalam Al-Qur’an.” Edukasi Islami  : Jurnal Pendidikan
Islam 7, no. 01 (2018): 23.
Tarigan, Pitiadani Br. “Pendidikan Karakter Dalam Al Qur’an Pada Kalangan Remaja Di Era
Digital.” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2018): 1689–1699.
Nashih, Abdullah. Pendidikan Anak Dalam Islam, terj. Jamaluddin Miri (Jakarta: PUSTAKA
AMANI), 2007.
Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2005.
Sadr at, Muhammad Baqir, “Pendekaian Temalik Terhadap Tafsir AI-Qur’an “, dalam Ulumul Quran, Vol
I, No. 4, 1990
Syukur, Abdu Rahmat, Konsep Islam Tentang Pendidikan Pranatal, Jakarta: Diadit Media, 2006
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2007. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-qur‟an, Jakarta: Rineka
Cipta. hlm. 21.

Anda mungkin juga menyukai