Draft
Risalah Tarbiyah
Kampus 1434 H
Bab 1
PENGANTAR UMUM TARBIYAH
A. Pengertian Tarbiyah
Secara bahasa tarbiyah berasal dari tiga kata:
1) َر ِب َي – َيرْ َبى yang artinya tumbuh dan semakin besar
2) َر َبا – َيرْ ب ُْو yang artinya berkembang atau bertambah
3) ُّ َربَّ – ي َُرب yang artinya memperhatikan atau memelihara
Dari arti bahasa saja tarbiyah sudah menunjukkan aktivitas yang seharusnya dilakukan dalam
tarbiyah. Laksana pohon, tarbiyah seharusnya mampu membuat fitrah manusia tumbuh dan
semakin besar, dan terus berkembang. Agar tarbiyah dapat mencapai hal yang demikian,
maka fitrah tersebut harus selalu dipelihara dan diperhatikan, terutama terhadap unsur‐
unsur perusak yang akan menghalangi pertumbuhan dan perkembangan fitrah tersebut.
Seorang Murobbi berarti adalah seorang yang memiliki perhatian yang tinggi terhadap
Mutarobbi untuk pertumbuhan dan perkembangan fitrah mereka.
Adapun tarbiyah secara istilah adalah
ِ ﺻ ٍﺔ ؛ ِِﻹ ْﺣ َﺪ
اث ﺗَـﻐَﻴﱡ ٍﺮ ﺎص َوَو َﺳﺎﺋِ َﻞ َﺧﺎ ﱠ َ ِوﻓ، ﱠﻌ ُﺎﻣ ِﻞ َﻣ َﻊ اﻟ ِْﻔﻄ َْﺮِة اﻟْﺒَ َﺸ ِﺮﻳﱠِﺔ ﺗَـ ْﻮ ِﺟ ْﻴـ ًﻬﺎ ُﻣﺒَﺎ َﺷﺮاً ﺑِﺎﻟْ َﻜﻠِ َﻤ ِﺔ َوﻏَْﻴـ َﺮ َﻣﺒَﺎ َﺷ َﺮٍة ﺑِﺎﻟْ ُﻘ ْﺪ َوِة
ْﻖ َﻣ ْﻨـ َﻬ ٍﺞ َﺧ ﱟ ِ
َ ب ْاﻷ َْﻣﺜَ ُﻞ ﻟﻠﺘـ
ُ ُﺳﻠُ ْﻮ
ْ اَْﻷ
ِ اﻹﻧْﺴ ِ
َﺣ َﺴ ِﻦْ ﺎن ﻧَ ْﺤ َﻮ ْاﻷ َ ِْ ﻓﻰ
Cara ideal berinteraksi dengan fitrah manusia, secara langsung dengan ucapan ataupun tidak
langsung dengan keteladanan, sesuai dengan manhaj khusus dan sarana‐sarana khusus
untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.
Pengertian tarbiyah secara istilah di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Cara: tarbiyah hanyalah salah satu cara dari cara‐cara yang lain untuk berinteraksi
dengan fitrah manusia
2) Ideal: tetapi tarbiyah adalah cara yang ideal, cara terbaik, dibandingkan dengan
cara‐cara lainnya
3) Berinteraksi: adanya hubungan yang intensif yang positif antara Murobbi dan
Mutarobbi
4) Fitrah manusia: yang akan ditumbuhkan dan dikembangkan adalah fitrah manusia
yang sejak manusia lahir dalam keadaan suci (Islam); bahan baku yang baik
5) Langsung: dengan ucapan (penjelasan) tentang ilmu‐ilmu yang seharusnya dikuasai
oleh Mutarobbi
6) Tidak langsung: melalui contoh keteladanan, sehingga Mutarobbi dapat mengikuti
perilaku Murobbi, baik perilaku sehari‐hari maupun dalam beramal jama’i
7) Sesuai: tidak boleh menyalahi atau mencari yang lainnya, selain yang sudah
ditetapkan
8) Manhaj khusus: manhaj tarbiyah
9) Sarana‐sarana khusus: sesuai dengan sasaran tarbiyahnya, seperti tarbiyah jasadiyah
melalui sarana mukhayyam askari, tarbiyah ruhiyah melalui sarana mabit, dll.
10) Proses: adanya tahapan (tadarruj) dalam mencapai sasaran‐sasaran yang diinginkan
11) Perubahan: tarbiyah harus menghasilkan perubahan pada diri Murobbi dan
Mutarobbi
12) Manusia: pelaku dan obyek perubahan
13) Lebih baik: sesuai dengan makna tarbiyah yang harus tumbuh dan berkembang ke
arah yang lebih baik
B. Tarbiyah Tsaqafiyah dan Amaliyah
Dari pengertian tarbiyah secara istilah, terutama dalam hal bahwa interaksi tarbiyah itu
dapat dikategorikan kedalam dua macam: langsung dan tidak langsung. Interaksi langsung
melalui penjelasan verbal, sedangkan interaksi tidak langsung melalui contoh keteladanan.
Dari dua hal ini dapat pula dikatakan bahwa tarbiyah ada yang berupa pemberian wawasan
keilmuan atau disebut tarbiyah tsaqafiyah dan ada berupa tarbiyah dengan amal perbuatan
atau tarbiyah amaliyah.
Tarbiyah tsaqafiyah mewujud dalam bentuk kurikulum tarbiyah yang harus diterapkan
dalam mentarbiyah seseorang. Sedangkan tarbiyah amaliyah adalah solusi‐solusi nyata yang
dilakukan ketika terjadi problematika yang terjadi pada diri seorang Mutarobbi atau
Murobbi. Ini yang bereaksi dalam jiwa mereka
1) Selama bergaul dan berperilaku
2) Cinta kasih di antara mereka
3) Tolong‐menolong secara tulus dalam urusan kehidupan mereka
4) Persiapan diri untuk itu semua
Di antara contoh tarbiyah amaliyah sebagaimana disebutkan oleh Imam Syahid dalam
Memoar‐nya adalah sebagai berikut:
1) Al‐akh As‐Sayyid Abus Su’ud (pedagang kelontong dan material) dan Al‐akh Mustafa
Yusuf (pembeli). Akh Yusuf membeli nako dengan membayar 10 qirsy. Akh Abus
Su’ud enggan menerima 10 qirsy, maunya 8 qirsy saja. Imam Syahid kagum; beliau
melihat kuitansi pembeliannya ternyata harganya 8 qirsy. Akhirnya mereka sepakat
dengan jalan keluar dari Sang Imam: harganya 9 qirsy
2) Beberapa ikhwah mengetahui bahwa salah seorang dari mereka menganggur. Lebih
dari 10 ikhwah mendatanginya secara bersama‐sama. Masing‐masing saling
membisikkan tawaran modal. Tapi ikhwah itu merasa cukup menerima dari sebagian
mereka saja. Yang lain pulang dengan sedih karena kehilangan kesempatan untuk
memberikan bantuan. Mereka meyakini bahwa itulah yang merupakan amalan
utama
Kita menginginkan kedua tarbiyah (tsaqafiyah dan amaliyah) ini mewujud di dalam kampus.
C. Tarbiyah Thullabiyah (Tarbiyah Kampus)
Tarbiyah Kampus adalah tarbiyah yang dilakukan di kampus terhadap civitas akademika
kampus tersebut. Sejarah Tarbiyah Kampus adalah sejarah Jama’ah ini karena Jama’ah ini
bermula dari kampus‐kampus baru kemudian ke masyarakat secara umum. Selama ini
Manhaj Tarbiyah yang diterapkan di kampus pun tidak berbeda dengan manhaj tarbiyah
yang diterapkan secara umum. Akan tetapi, perkembangan dakwah terutama di kampus
nampaknya mengharuskan untuk memiliki manhaj tarbiyah yang secara khusus dibuat untuk
tarbiyah kampus.
Alasannya di antaranya adalah
1) Di kampus pemuda yang dianggap paling potensial dari bangsa ini memperoleh
pendidikan tinggi sesuai dengan jalur keilmuan dan ketrampilan yang ada. Sampai
saat ini, kurang dari 2% saja dari pemuda pada satu generasi yang sama
berkesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Umumnya lulusan kampus akan
memasuki kelompok menengah di masyarakat, kemudian sebagian dari mereka akan
bergerak memasuki kelompok elit di negeri ini.
2) Dakwah kampus merupakan salah satu tonggak penting dalam perkembangan
dakwah di Indonesia. Peranannya dalam menyiapkan kader guna penyebaran
dakwah ke berbagai tempat dan segmen kehidupan tidaklah dapat dianggap kecil.
Bahkan diyakini sampai saat ini dakwah kampus masih merupakan sumber utama
qo’idah harokiyah bagi dakwah. Selain hal tersebut, sesuai dengan perkembangan
dakwah saat ini dan proyeksi dakwah di masa depan, kebutuhan dakwah atas
munculnya kader‐kader yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
terspesialisasi adalah hal yang tidak mungkin ditawar lagi, dan kembali kampus
merupakan sumber pasokan yang paling memungkinkan untuk itu
3) Durasi perkuliahan yang lebih pendek dari pada masa awal‐awal dakwah ini
berkembang. Sekarang durasi perkuliahan sekitar empat tahun, sedangkan dahulu
rata‐rata lima tahun. Masa perkuliahan yang lebih pendek memerlukan penyesuaian
manhaj tarbiyah agar seorang yang terrekrut di kampus dapat menjadi Kader Inti
pada masa‐masa aktif di kampus (semester 5 – 6). Meskipun belum ada penelitian
dalam masalah ini, akan tetapi saat ini seseorang yang terrekrut di kampus dapat
menjadi Kader Inti di kampus paling cepat pada semester 8 atau 9. Bahkan hal ini
juga menimpa ADK yang berasal dari ADS (ADS SMP maupun ADS SMA). Meskipun
prosesnya lebih pendek, tetapi harus dijamin bahwa kualitasnya tidak terdegrasi. Hal
ini memungkinkan karena kampus adalah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas
yang dapat menjadi tadribul ’amal (latihan kerja dakwah) bagi Mutarobbi kampus.
Banyaknya tadribat ini diharapkan lebih memantangkan tarbiyah seseorang.
D. Arah Tarbiyah Kampus
Setelah seorang peserta tarbiyah mengikuti proses tarbiyah sesuai dengan manhaj yang
dirumuskan, maka seorang peserta akan menaiki jenjang tarbawi satu demi satu untuk menuju
kondisi terbaik yang mungkin dicapai olehnya, sehingga pada akhirnya ia menjadi manusia
Rabbani sebagaimana yang dimaksud dalam Q.S. Ali Imran ayat 79.
1. Faq
qih, dalam arti memahaami agama Islam denga
an sangat bbaik.
m, dalam artti memiliki iilmu pengetahuan.
2. Alim
3. Bashir bis siyassah ('melek'' politik)
4. Bashir bit tadbir ('melek' m
manajemen
n)
5. Qaim bi syu‐un al‐ra’iyyah bima yuslihuhum m fi dun‐yaahum wa dinihim
(meelaksanakann segala uurusan rakyyat yang mendatang
m kan kemasslahatan
merreka, baik dalam urusaan dunia maaupun agam ma).
Visi Manhaj Taarbiyah men
ngharapkan aktivitas tarbawi mam mpu menghhasilkan kadder yang
RABBBANI. MISI M
Manhaj Tarbiyah diarahkkan untuk akttivitas kaderisasi dalam rrangka:
1. Memmbentuk syyakhshiyah islamiyah yyang memiliki kekokohhan iman, ilmu dan
amaal.
2. Memmbentuk syyakhshiyah daiyah yang mampu m
menjadi muurabbi dan beramal
jam
mai.
3. Mem
mbentuk syyakhshiyah ijtimaiyah yang memiliki keahliaan, kepedulian dan
men
njadi tokoh di masyaraakat.
4. Mem
mbentuk syakhshiyah
s h dauliyah yang me
emiliki waw
wasan glob
bal dan
men or perubahaan dan negarawan.
njadi pelopo
Sedangkan arah tarbiyah kampus secara khusus adalah tercukupinya civitas akademika dan
alumni yang Rabbani.
E. Kaidah
1) Menempatkan tarbiyah sebagai manhaj asasi untuk melakukan perubahan dan
َ ﺎﺳﻰ ﻟِﻠﺘﱠـﻐْﻴِْﻴ ِﺮ َوﺑِﻨَ ِﺎء اﻟﻨﱠـ ْﻬ
pembinaan kebangkitan ( ﻀ ِﺔ ِ ﺎد اﻟﺘﱠـﺮﺑِﻴﱠ ِﺔ َﻛﻤ ْﻨـﻬ ِﺞ أَﺳ ِِ
َ َ َ ْ ُ )ا ْﻋﺘ َﻤ
2) Bagi seorang al‐akh yang tulus mau tidak mau harus menjadi seorang murabbi ( َخ ِ ِﻷ
ِﺼ
ﺎد ِق ﻻَﺑُ ﱠﺪ أَ ْن ﻳَ ُﻜ ْﻮ ًن ُﻣ َﺮﺑﱢـﻴًﺎ )اﻟ ﱠ
3) Hakikat tarbiyah adalah mentarbiyah jiwa. Karena itu, seorang murabbi harus
memberikan jiwanya dalam mentarbiyah mutarabbi agar mutarabbi juga
memberikan jiwanya untuk Islam
4) Tarbiyah berbeda sekali dengan ta’lim. Tarbiyah lebih luas dari pada ta’lim. Tarbiyah
berorientasi pada perubahan jiwa ke arah yang lebih baik, sedang ta’lim lebih
berorientasi pada pembekalan ilmu
5) Tarbiyah kampus tidak boleh terjebak pada sekedar ta’lim, karena akan
menyebabkan kegagalan dalam membentuk insan Rabbani
F. Tantangan
1) Tidak ada LAWAN yang harus ditumbangkan setelah tumbangnya rezim militer
Suharto sehingga militansi mahasiswa menurun
2) Durasi kuliah yang lebih pendek sehingga mahasiswa lebih sibuk kuliah dari pada
aktivitas lainnya.
3) Biaya kuliah yang semakin mahal sehingga mahasiswa ingin segera lulus, bahkan
kalau memungkinkan kurang dari durasi normal
4) Tarikan menjadi selebriti kampus, sehingga mahasiswa yang memiliki posisi strategis
dapat terlena dengan tugas utamanya dalam dakwah dan tarbiyah kampus
5) Kematangan semu. Ini terjadi karena peluang untuk menjadi pimpinan di lembaga‐
lembaga kampus sangat terbuka. Sekali terbuka bagi dirinya maka terbuka juga
akses ke berbagai lembaga penting di luar kampus. Hal ini dapat menimbulkan
perasaan bahwa dirinya memang layak menduduki posisi itu dan lupa bahwa yang
belum dipelajari masih lebih banyak dari pada yang sudah diketahuinya. Ia menjadi
malas untuk lebih serius dalam tarbiyah karena sudah merasa cukup dengan
posisinya sekarang.
6) Informasi dari media yang sudah terkooptasi oleh partai politik tertentu, sehingga
beritanya tidak berimbang dan memihak. Dalam keadaan seperti ini, Jamaah dapat
diberitakan kurang baik yang berakibat kader minder jika diketahui berada di
Struktur. Akibat selanjutnya, mahasiswa secara umum bahkan kader secara khusus
pun memiliki resistensi terhadap Struktur
7) Amal Jama’i dengan Struktur. Kesibukan aktivitas di dalam kampus dapat
menyebabkan kurangnya interaksi dengan Jamaah di luar kampus. Ini dapat
menambah sikap resistensi terhadap Struktur pada diri ADK
8) Banyak competitor yang mulai melirik ke wilayah untuk juga melakukan rekrutmen
kader
G. Peluang
1) Kebebasan kampus
2) Penguasaan lembaga‐lembaga formal kampus
3) Akses ke Struktur lebih mudah
4) Perhatian Struktur lebih besar (terutama dengan diterbitkannya Manhaj Tarbiyah
1433 H Buku 2)
H. Optimalisasi
1) Rekrutmen sampai ke kader terbina harus lebih efektif
2) Pengelolaan halaqah yang efektif
3) ADKP yang makin banyak harus dikelola dengan baik agar bermanfaat untuk Dakwah
dan Tarbiyah Kampus
4) Pemberdayaan lembaga‐lembaga kampus untuk Dakwah dan Tarbiyah Kampus
5) Peningkatan kompetensi keilmuan
Bab 2
PENGELOLAAN AKTIVIS DAKWAH KAMPUS
Aktifis Dakwah Kampus (ADK) adalah seluruh kader terbina dan kader inti yang menjadi anggota
civitas akademika dan alumni kampus tersebut, atau yang mendapat tugas dakwah di kampus
tersebut.
Dari pengertian di atas, maka ADK dibagi menjadi tiga macam:
1) ADK Mahasiswa (ADK): seluruh mahasiswa di semua program
2) ADK Permanen (ADKP): Dosen dan Karyawan
3) ADK Kehormatan (ADKK): kader luar kampus yang ditugaskan di kampus
A. Kedudukan ADK dan ADKP
a. Untuk optimalisasi tarbiyah kampus, semua ADK dan ADKP harus ditarbiyah dan dikelola
oleh Unit Kampus
b. Dalam hal di suatu kampus belum ada Unit Kampusnya, maka ADK dan ADKP yang
berada di kampus tersebut harus diarahkan untuk melakukan kerja‐kerja dakwah dan
tarbiyah di kampus tersebut
c. Hubungan antara ADK dan ADKP adalah hubungan ukhuwwah yang kuat (orang tua yang
menyayangi anak muda dan anak muda yang menghormati orang tua)
B. Fungsi ADK
a. Fungsi ADKP Dosen
i. Nahnu du’at qabla kulli syai’in (ADKP harus menyadari bahwa dirinya adalah
du’at sebelum sebagai apapun)
ii. Agen da’wah ta’rifi; yakni senantiasa menyelipkan pesan‐pesan tarbiyah, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dalam kegiatan belajar mengajar.
iii. Inisiator dan fasilitator (murofaqoh ADK) dalam membuka peluang dan
mengelola tarbiyah
iv. Murabbi/naqib dan pelaku da’wah fardiyah.
v. Mediator dan fasilitator dalam evaluasi dan pemberdayaan kompetensi
akademik mahasiswa
vi. Membantu ADK yang memiliki masalah akademik sehingga tidak ada ADK yang
DO. Akan tetapi, hal ini tidak boleh dijadikan sebagai alasan bagi ADK untuk
mengandalkan kemudahan ini.
vii. Mediator untuk memperlancar proses pengambilan keputusan pemilihan
mahasiswa terbina yang memiliki potensi ketokohan dan akademik
b. Fungsi ADKP Karyawan
i. Inisiator dan fasilitator dalam membuka peluang tarbiyah.
ii. Murabbi/naqib dan pelaku da’wah fardiyah.
iii. Memberikan dukungan untuk optimalisasi tarbiyah kampus sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki
c. Fungsi ADK dan Alumni
i. Agen da’wah ta’rifi; yakni senantiasa menyelipkan pesan‐pesan tarbiyah, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dalam kegiatan belajar mengajar
ii. Inisiator dan fasilitator dalam membuka peluang tarbiyah.
iii. Murabbi/naqib dan pelaku da’wah fardiyah
iv. Memberikan donasi untuk membiayai aktivitas dakwah dan tarbiyah kampus
d. Fungsi ADKK
i. Inisiator dan fasilitator dalam membuka peluang tarbiyah
ii. Murabbi/naqib dan pelaku da’wah fardiyah.
iii. Mediator dan fasilitator dalam evaluasi dan pemberdayaan kompetensi
akademik mahasiswa
iv. Mediator untuk memperlancar proses pengambilan keputusan pemilihan
mahasiswa terbina yang memiliki potensi ketokohan dan akademik
v. Dinamisator dan stabilisator harakah kampus
C. Forum ADK
a. Forum ini bertujuan menjalin sinergi antara mas’ulin ADK dan mas’ulin ADKP
b. Pertemuan dilakukan secara rutin minimal dua bulan sekali
D. Optimalisasi ADK
SEMESTER
ASAL
NO
KADER 1 2 3 4 5 6 7 8
Mentor Murobbi
I’dad MR
Mentor/
Murobbi
2 KAMPUS Mentoring Tamhidi Muayyid Muayyid Muayyid Muayyid Muntasib Muntasib
dan
Tamhidi
I’dad MR
Mentor Murobbi
E. Pengelolaan APTB
a. Dakwah Sekolah (Pembinaan Tunas Bangsa, PTB) memiliki posisi yang sangat strategis
dalam dakwah dan tarbiyah secara umum, dan secara khusus dalam dakwah serta
tarbiyah kampus
b. Aktivitas dakwah dan tarbiyah kampus merupakan kelanjutan dari aktivitas dakwah dan
tarbiyah sekolah
c. ADK yang sebelumnya adalah APTB adalah penggerak utama dakwah dan tarbiyah
kampus
d. Akan tetapi, berasal dari mana pun, ketika seseorang menjadi ADK maka aktivitas
utamanya adalah di kampus
e. Dalam hal, seorang ADK juga masih sebagai APTB, maka
i. Pada tahun pertama di kampus, dimungkinkan aktivitasnya masih lebih banyak
di sekolah
ii. Setelah itu, maka aktivitasnya harus lebih banyak di kampus agar dirinya lebih
berkembang; karena itu, proses pewarisan di sekolah harus diperhatikan dengan
teliti
f. Dalam hal ADK yang dibina di luar kampus, maka
i. Unit Kampus dapat meminta mutasi yang bersangkutan ke kampus
ii. Unit Kampus dapat meminta kemajuan tarbiyah kepada murabbinya
Bab 3
TAHAPAN TARBIYAH KAMPUS
A. Tahapan Kampus
Sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Dakwah Kampus 1422 H, bahwa dakwah kampus
dibagi menjadi empat tahapan kampus, yaitu kampus tahap persiapan, kampus tahap satu,
kampus tahap dua, dan kampus tahap tiga. Kriteria masing‐masing tahapan kampus adalah
sebagai berikut:
a. Kampus Tahap Persiapan adalah kampus di mana dakwah kampus mulai ada, dengan ciri:
1) Telah ada ADK, tetapi belum berpengaruh signifikan atas lembaga kemahasiswaan.
2) Rekruitmen kader dilakukan melalui dakwah fardiyah.
3) Simpatisan yang loyal kepada personil ADK mulai ada.
4) Fungsi mahasiswa yang menonjol adalah fungsi da’i.
5) Amal dakwah yang utama adalah amal khidamy dan dakwiy.
6) Mutaba’ah dilakukan oleh halaqoh atau usar.
b. Kampus Tahap Satu adalah kampus di mana dakwah kampus mulai berkembang dan
berpengaruh signifikan atas sebuah lembaga kemahasiswaan yang umumnya adalah
lembaga dakwah kampus, dengan ciri:
1) Rekruitmen kader dilakukan melalui dakwah fardiyah dan lembaga.
2) Simpatisan yang loyal terhadap lembaga dan personil ADK mulai banyak.
3) Fungsi mahasiswa yang menonjol adalah fungsi da’i, fungsi sebagai cadangan masa
depan mendapat perhatian.
4) Amal dakwah yang utama adalah amal khidamiy dan dakwiy, sedangkan amal ilmiy,
fanni, ‘ilamiy dan tandzimi mendapat perhatian semestinya.
5) Ada upaya mengharmonisasi antar lembaga kemahasiswaan.
6) Mutaba’ah dilakukan oleh usroh atau unit kampus.
c. Kampus Tahap Dua adalah kampus di mana dakwah kampus telah berkembang secara baik
dan telah berpengaruh signifikan atas beberapa lembaga kemahasiswaan yang salah
satunya adalah lembaga dakwah kampus, dengan ciri:
1) Rekruitmen kader dilakukan melalui dakwah fardiyah dan lembaga.
2) Simpatisan yang loyal terhadap lembaga dan personil ADK berjumlah dominan bila
dibandingkan dengan kelompok lain.
3) Semua fungsi mahasiswa mendapat perhatian seimbang.
4) Semua amal dakwah mendapat perhatian seimbang.
5) Upaya harmonisasi antar lembaga kemahasiswaan telah berjalan baik.
6) Melakukan upaya mendorong berjalannya peran kampus.
7) Melakukan persiapan untuk memasuki dakwah paska kampus.
8) Memiliki ADK Permanen.
9) Melakukan persiapan untuk masuk ke Kampus Tahap Tiga.
10) Mutaba’ah dilakukan oleh unit kampus.
d. Kampus Tahap Tiga adalah kampus di mana dakwah kampus telah mapan dan memiliki
pengaruh signifikan atas institusi perguruan tinggi bersangkutan, dengan ciri:
1) ADK Permanen telah ada, terkoordinasi secara baik dan dirasakan pengaruhnya.
2) Dakwah yang terencana terhadap dosen, pejabat dan pegawai kampus telah
dilakukan.
3) Memiliki pengaruh signifikan atas kebijakan kampus.
4) Melakukan upaya mendorong optimalisasi peran kampus.
5) Mutaba’ah dilakukan oleh unit kampus
B. Paramater Tarbawi dalam Tahapan Kampus
Karena dalam tahapan kampus tersebut belum diatur parameter tarbawinya secara lebih rinci, maka
di dalam Risalah ini akan ditambahkan parameter‐parameter tersebut.
9 UK Muntasib
Jumlah kader terbina yang mencukupi di suatu kampus penting untuk dipenuhi sebagai basis
pengokohan dakwah kampus sebelum menguasai lembaga‐lembaga formal. Karena itu, kriteria
tahapan kampus secara tarbawi lebih ditekankan kepada aspek ketercukupan kader
1. Kampus Tahap Persiapan adalah ADK terbina minimal satu halaqoh
2. Kampus Tahap Satu adalah kampus di mana kader terbina 1% dari mahasiswa muslim
3. Kampus Tahap Dua adalah kampus yang kader terbinanya 5% dari seluruh jumlah
mahasiswa muslim dan memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini:
a) Anggota inti mahasiswa minimal 1% dari ADK mahasiswa
b) Anggota inti dosen minimal 1% dari jumlah dosen muslim
c) Minimal 1 SPU Muntasib (3 usar Muntasib)
4. Kampus Tahap Tiga adalah kampus yang kader terbinanya 15% dari seluruh jumlah
mahasiswa muslim dan memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini:
a) Anggota inti mahasiswa minimal 2% dari ADK mahasiswa
b) Anggota inti dosen minimal 2% dari jumlah dosen muslim
c) Minimal 1 SPU Muntazhim
C. Usrah Kampus
1. Usrah Kampus adalah usrah yang mengelola tarbiyah kampus
2. Usrah Kampus dibentuk oleh Struktur
3. Usrah Kampus berada di bawah struktur Unit Kampus
4. Komposisi usrah kampus melibatkan ADK Permanen
Tugas Umum Usrah Kampus
1. Menginventarisasi Sumber daya tarbiyah kampus yang meliputi: kafa’ah/potensi
murabbi, kafa’ah/potensi naqib, jumlah halaqah/peserta tarbiyah tamhidi/muayyid dan
jumlah usrah/muntasib yang dikelolanya.
2. Menyelenggarakan program‐program tarbiyah bagi tamhidi, muayyid dan muntasib
kampus.
3. Mengevaluasi penyelenggaraan dan pencapaian ahdaf tarbiyah kampus.
4. Memantau peningkatan mustawa tarbawi peserta tamhidi, muayyid dan muntasib
kampus.
5. Memantau perluasan manuver da’wah tamhidi, muayyid dan muntasib kampus.
6. Melakukan taqwim kader kampus.
7. Melaporkan kegiatan tarbiyah ke elemen struktur di atasnya.
Tugas Khusus Usrah Kampus
1. Membantu Unit Kampus dalam perencanaan dan pengelolaan dakwah dan tarbiyah di
kampus
2. Memberikan masukan tentang da’wah dan tarbiyah kepada elemen struktur terkait
dalam proses pengambilan kebijakan dan penanganan masalahnya
D. Perintisan Dakwah Kampus
1. Menunjuk kader atau usrah untuk membuka kampus tertentu
2. Melakukan pemetaan kader terbina di kampus yang akan diakses
3. Bila sudah ada kader terbina di kampus tersebut, maka kader tersebut diminta untuk
dimutasikan ke halaqah/usrah yang ditugaskan untuk menangani kampus tersebut.
Kemudian mengupayakan melakukan daurah rekrutmen di kampus tersebut
4. Bila tidak ada kader terbina di kampus tersebut, maka kader atau usrah yang ditugaskan
harus melakukan rekrutmen dengan berbagai sarana yang memungkinkan (informal
melalui dakwah fardiyah ataupun formal melalui acara terbuka)
Bab 4
ALUR
R MENJA
ADI KADDER TER
RBINA
A. Rekkrutmen
aa. Rekrutmmen terdiri attas dua benttuk:
1) Rekrutmen n fardi
2) Rekrutmen n jama’I
bb. Rekrutmmen fardi
1) Dilakukan melalui ber bagai saranaa (perteman
nan, komunittas, kelompok studi,
dll)
2) dilakukan ssetiap waktuu
3) Hasilnya langsung diha laqahkan
cc. Rekrutmmen Jama’i harus mempeerhatikan hal‐hal sebagaii berikut:
1) Menggunakan berbagaai pintu yangg paling potensial untuk rrekrutmen
2) Setiap ADKK wajib berpeeran sebagaii agen rekruttor yang han dal
3) Setiap wajiihah yang dikkelola oleh A
ADK wajib beerperan sebaagai agen rekkrutor
4) Untuk optimalisasi rekrutmen tersebut harus ada struktur yang mengelola
rekrutmen dari berbagai pintu tersebut
5) Hasil rekrutmen sebisa mungkin langsung dihalaqahkan
6) Jika belum ada kesiapan masuk halaqah, maka diproses terlebih dahulu di
mentoring
B. Tindak Lanjut Rekrutmen
a. Hasil rekrutmen yang sudah siap mengikuti halaqah, maka langsung dihalaqahkan tanpa
menunggu apapun
b. Dalam hal rekrutmen menggunakan sarana mentoring, maka pelaksanaan mentoring
paling lama 3 bulan, setelah itu dinilai kesiapannya untuk memasuki halaqah
c. Dalam hal satu kelompok mentoring memiliki kesiapan untuk halaqah, maka langsung
diubah ke halaqah
d. Dalam hal orang per orang dalam satu kelompong mentoring yang memiliki kesiapan
untuk halaqah, maka dikumpulkan orang per orang tersebut untuk dihalaqahkan
e. Peserta mentoring yang belum juga memiliki kesiapan untuk halaqah setelah 3 bulan,
maka dibentuk ta’lim tarbawi
C. Mentoring (halaqah I’dadiyah)
a. Mentoring adalah aktifitas pembinaan yang mengantarkan menuju halaqah tarbawiyah
(masa penyemaian ‐mu’ayasyah‐ bagi calon peserta halaqah)
b. Muatan utama (materi) mentoring adalah memberikan motivasi untuk mengikuti proses
tarbiyah (halaqah) secara berkesinambungan
c. Muatan mentoring tidak menggunakan muatan materi tamhidi
d. Mentoring kampus maksimal berlangsung selama tiga bulan atau 12 kali pertemuan
e. Mentor harus disiapkan secara serius agar dapat melakukan pengelolaan mentoring
secara optimal (minimal 50% masuk halaqah)
f. Mentor harus mendapatkan pembekalan ruhi‐maknawi, ilmi‐tsaqafi dan da’wi‐haraki
selama mengelola mentoring melalui Majlis Mentor
g. Majlis Mentor difungsikan juga untuk evaluasi pelaksanaan mentoring
h. Proses peralihan dari mentoring ke halaqah dapat melalui:
1) Pengkondisian yang baik dari mentor kepada mentee sehingga dapat langsung
berubah ke halaqah tanpa melalui kegiatan antara apapun
2) Kegiatan antara yang sesuai yang diakhiri dengan pembentukan halaqah; bagi
peserta mentoring yang tidak mengikuti kegiatan antara ini maka dapat
dimasukkan kedalam halaqah yang sudah terbentuk atau membentuk halaqah
yang baru jika memungkinkan
D. I’dad Murobbi
a. I’dad Murobbi adalah program penyiapan murobbi tarbiyah kampus
b. I’dad Murobbi yang paling utama adalah pembentukan murobbi secara alami melalui
halaqah atau usrah
c. I’dad Murobbi pendukung yang dapat dilakukan melalui:
1) Daurah I’dad Murobbi
2) Sekolah Murobbi
d. I’dad Murobbi sudah harus selesai sebelum mentoring dilaksanakan
e. Peserta I’dad Murobbi harus memiliki mustawa tarbawi minimal muayyid yang berasal
dari para mentor atau lainnya
f. Penanggung jawab I’dad Murobbi di Kampus
1) Jika sudah ada Unit Kampus, maka penanggung jawabnya adalah Unit Kampus
2) Jika belaum ada Unit Kampus, maka penanggung jawabnya adalah DPD/DPW
g. Kurikulum I’dad Murobbi
1) Qadhaya ummah
2) Ahammiyyatut tarbiyah
3) Sistem dan kurikulum tarbiyah
4) Micro‐teaching
5) Talaqqi maddah
a) Keutamaan Berkumpul Membaca dan Mengkaji Al‐Qur’an
b) Kisah Salman Al‐Farisi Memburu Hidayah
c) Urgensi Halaqah (Al‐Izzah)
d) Ahammiyyatusy syahadatain
E. Majlis Murobbi
a. Bertujuan untuk melakukan in’asy murobbi
b. Majlis Murobbi dilakukan sesuai dengan marhalah yang dibina
c. Baramij Majlis Murobbi
1) Mutaba’ah halaqah
2) Mutaba’ah taqwim
3) Peningkatan kemampuan mengelola halaqah
4) Talaqqi maddah
d. Majlis Murobbi dilaksanakan secara rutin setiap sebulan sekali
e. Majlis Murobbi memiliki kedudukan yang sangat penting karena menentukan kualitas
dan keberlangsungan tarbiyah di kampus
F. Mutasi
a. Untuk optimalisasi tarbiyah kampus, semua ADK dan ADKP harus ditarbiyah dan dikelola
oleh Unit Kampus
b. Dalam hal kader berpindah ke kampus maka harus melanjutkan tarbiyah di kampus
dengan membawa surat mutasi dan mulahazhah tarbiyah
c. Surat mutasi untuk kader terbina dapat berasal dari murabbinya
d. Surat mutasi untuk kader inti harus berasal dari struktur
e. Struktur dakwah kampus harus menta’limatkan nama pengelola kaderisasi kampus
kepada kaderisasi wilayah
f. Surat mutasi harus dipastikan diserahkan ke pengelola kaderisasi di kampus
g. Nama‐nama kader yang dimutasi diumumkan melalui ta’limat struktur
h. Surat mutasi harus menyertakan catatan tarbiyah (mulahazhah tarbiyah) yang
bersangkutan, yang meliputi:
1) Materi yang sudah diterima oleh kader yang bersangkutan
2) Pencapaian muwashafat
3) Catatan lainnya yang dianggap penting
Bab 5
MARAHIL TARBAWIYYAH
A. Tamhidi
Definisi
Adalah seseorang yang memiliki sifat‐sifat terpuji, perangai Islam asasi, tidak terkotori oleh syirik dan
tidak memiliki hubungan dengan instansi yang memusuhi Islam.
Karakter
Membangkitkan rasa kebutuhannya kepada Islam, juga kepada pelaksanaan adab‐adab dan hukum‐
hukumnya serta rasa cintanya untuk hidup di bawah naungan Islam.
Tujuan
1. Memperkenalkan kepada peserta prinsip‐prinsip umum Islam, baik aqidah,
syariah maupun akhlaq.
2. Memunculkan lingkungan yang sesuai untuk komitmen dengan prinsip‐prinsip
Islam.
3. Memperkokoh kecenderungan peserta untuk komitmen dengan prinsip‐prinsip
Islam.
4. Mengembangkan sifat‐sifat terpuji dan perangai Islam asasi yang ada pada
peserta melalui kajian terhadap ilmu‐ilmu marhalah (bidang studi).
5. Membentuk berbagai kecenderungan dan orientasi‐orientasi positif menuju
penyebarluasan fikrah Islam dan memberikan perhatian kepada berbagai
problematika dunia Islam.
6. Meneliti tingkat kredibilitas berbagai kecenderungan dan orientasi‐orientasi
positif yang dimiliki oleh peserta tersebut.
Kriteria Peserta
1. Memiliki pribadi hanif dan bersedia mendengarkan dakwah
2. Memiliki kecenderungan untuk mengubah diri dan mengubah orang lain
3. Memiliki potensi tertentu yang dapat bermanfaat bagi dakwah
4. Melaksanakan ibadah‐ibadah wajib.
5. Simpati pada persoalan Islam dan keislaman.
Muwashafat
Salimul Aqidah
1. Tidak berhubungan dengan jin
2. Tidak meminta tolong kepada orang yang berlindung kepada jin
3. Tidak meramal nasib dengan melihat telapak tangan
4. Tidak menghadiri majelis dukun dan peramal
5. Tidak meminta berkah dengan mengusap‐usap kuburan
6. Tidak meminta tolong kepada orang yang telah dikubur (mati)
7. Tidak bersumpah dengan selain Allah swt
8. Tidak tasya'um (merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu)
9. Mengikhlaskan amal untuk Allah swt
10. Mengimani rukun iman
11. Beriman kepada nikmat dan siksa kubur
12. Mensyukuri nikmat Allah swt saat mendapatkan nikmat
13. Menjadikan setan sebagai musuh
14. Tidak mengikuti langkah‐langkah setan
15. Menerima dan tunduk secara penuh kepada Allah swt dan tidak bertahkim
kepada selain yang diturunkan‐Nya
Shahihul Ibadah
1. Ihsan dalam Thaharah
2. Ihsan dalam shalat
3. Membayar zakat
4. Berpuasa fardhu
5. Niat melaksanakan haji
6. Komitmen dengan adab tilawah
7. Menjauhi dosa besar
8. Memenuhi nadzar
9. Menyebar luaskan salam
10. Menahan anggota tubuh dari segala yang haram
11. Tidak sungkan adzan
12. Bersemangat untuk shalat berjamaah
13. Qiyamul‐Lail minimal sekali sepekan
14. Berpuasa sunnah minimal sehari dalam sebulan
15. Khusyu dalam membaca Al‐Quran
16. Hafal satu juz Al‐Quran
17. Komitmen dengan wirid tilawah harian
18. Berdoa pada waktu‐waktu utama
19. Menutup hari‐harinya dengan bertobat dan beristighfar
20. Berniat pada setiap melakukan perbuatan
21. Merutinkan dzikir pagi hari
22. Merutinkan dzikir sore hari
23. Dzikir kepada Allah swt dalam setiap keadaan
24. Beri'tikaf pada bulan Ramadhan, jika mungkin
25. Mempergunakan siwak
26. Senantiasa menjaga kondisi Thaharah, jika mungkin
Matiinul Khuluq
1. Tidak takabur
2. Tidak Imma'ah (asal ikut, tidak punya prinsip)
3. Tidak dusta
4. Tidak mencaci maki
5. Tidak mengadu domba
6. Tidak ghibah
7. Tidak menjadikan orang buruk sebagai teman / sahabat
8. Memenuhi janji
9. Birrul walidain
10. Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada keluarganya
11. Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada agamanya
12. Tidak memotong pembicaraan orang lain
13. Tidak mencibir dengan isyarat apapun
14. Tidak menghina dan meremehkan orang lain
15. Menyayangi yang kecil
16. Menghormati yang besar
17. Menundukkan pandangan
18. Menyimpan rahasia
19. Menutupi dosa orang lain
Qadirun 'alal Kasbi
1. Menjauhi sumber penghasilan haram
2. Menjauhi riba
3. Menjauhi judi dengan segala macamnya
4. Menjauhi tindak penipuan
5. Membayar zakat
6. Tidak menunda dalam melaksanakan hak orang lain
7. Menabung, meskipun sedikit
8. Menjaga fasilitas umum
9. Menjaga fasilitas khusus
Mutsaqqaful Fikri
1. Baik dalam membaca dan menulis
2. Memperhatikan hukum‐hukum tilawah
3. Mengkaji marhalah Makkiyah dan menguasai karakteristiknya
4. Mengenal 10 sahabat yang dijamin masuk surga
5. Mengetahui hukum thaharah
6. Mengetahui hukum shalat
7. Mengetahui hukum puasa
8. Menyadari adanya peperangan Zionisme terhadap Islam
9. Mengetahui ghazwul fikri
10. Mengetahui organisasi‐organisasi terselubung
11. Mengetahui bahaya pembatasan kelahiran
12. Berpartisipasi dalam kerja‐kerja jama'i
13. Tidak menerima suara‐suara miring tentang kita
14. Membaca satu juz tafsir Al‐Quran (juz 30)
15. Menghafalkan separuh Arba'in (1‐20)
16. Menghafalkan 20 hadits pilihan dari Riyadhus‐Shalihin
17. Membaca sesuatu yang di luar spesialisasinya 4 jam setiap pekan
18. Memperluas wawasan diri dengan sarana‐sarana baru
19. Menjadi pendengar yang baik
20. Mengemukakan pendapatnya
Qawiyyul Jismi
1. Bersih badan
2. Bersih pakaian
3. Bersih tempat tinggal
4. Komitmen dengan olah raga 2 jam setiap pekan
5. Bangun sebelum fajar
6. Memperhatikan tata cara baca yang sehat
7. Mencabut diri dari merokok
8. Komitmen dengan adab makan dan minum sesuai dengan sunnah
9. Tidak berlebihan dalam begadang
10. Menghindari tempat‐tempat kotor dan polusi
11. Menghindari tempat‐tempat bencana (bila masih di luar area)
Mujahidun Linafsihi
1. Menjauhi segala yang haram
2. Menjauhi tempat‐tempat maksiat
3. Menjauhi tempat‐tempat bermain yang haram
Munazhzham fi Syu'unihi
1. Tidak menjalin hubungan dengan lembaga‐lembaga yang menentang Islam
2. Memperbaiki penampilannya
Harishun 'ala Waqtihi
1. Bangun pagi
2. Menghabiskan waktu untuk belajar
Nafi'un li Ghairihi
1. Melaksanakan hak kedua orang tua
2. Membantu yang membutuhkan
3. Memberi petunjuk orang tersesat
4. Ikut berpartisipasi dalam kegembiraan
Menikah dengan pasangan yang sesuai
B. Muayyid
Definisi
Adalah seorang tamhidi yang mendukung fikrah, memiliki perhatian untuk menyebarluaskannya,
memiliki perhatian terhadap problematika kaum muslimin secara umum, dan mempelajari sebagian
dari konsep‐konsep asasi dakwah.
Karakter
1. Merasakan urgensi amal jama’i.
2. Merasakan urgensi berkhidmah demi Islam.
3. Merasakan kemestian bergabung kepada sebuah gerakan dakwah untuk
menegakkan agama Allah di bumi.
4. Disertai terpenuhinya karakteristik‐karakteristik asasi sebagai seorang muslim.
Tujuan
1. Menguasai ilmu‐ilmu dan nilai‐nilai yang diambil dari Al‐Quran, Sunnah, dan sirah
salaf shalih sesuai dengan marhalahnya.
2. Mengenal sejumlah besar tokoh‐tokoh Islam, ulama dan mujahid yang
berkhidmat untuk Islam.
3. Mengetahui urgensi & keharusan beramal jama’i untuk berkhidmat demi Islam &
kaum muslimin.
4. Memiliki kemampuan untuk memilih jama’ah yang dapat mewujudkan
pemahaman Islam yang benar.
5. Menghiasi diri dengan akhlaq Islam dan bertata krama dengan adab‐adabnya
baik lahir maupun batin.
6. Menanamkan perhatian untuk menyebarluaskan fikrah Islam dan perhatian
kepada berbagai problematika kaum muslimin.
7. Menanamkan kebiasaan untuk indhibath (disiplin) serta tidak menyia‐nyiakan
waktu
Kriteria Peserta
Lulus evaluasi calon anggota muayyid
Muwashafat
Salimul Aqidah
1. Tidak mengkafirkan seorang muslim
2. Tidak mendahulukan makhluk atas Khaliq
3. Mengingkari orang‐orang yang memperolok‐olokkan ayat‐ayat Allah swt dan
tidak bergabung dalam majelis mereka
4. Mengesakan Allah swt dalam Rububiyah dan Uluhiyah
5. Tidak menyekutukan Allah swt, tidak dalam Asma'‐Nya, sifat‐Nya dan Af'al‐Nya
6. Tidak meminta berkah dengan mengusap‐usap kuburan
7. Mempelajari madzhab‐madzhab Islam yang berkaitan dengan Asma dan Sifat dan
mengikuti madzhab salaf
8. Mengetahui batasan ber‐wala dan ber‐bara'
9. Bersemangat untuk berteman dengan orang‐orang shalih dari sisi‐sisi kedekatan
dan peneladanan
10. Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuha
11. Memprediksikan datangnya kematian kapan saja
12. Meyakini bahwa masa depan ada di tangan Islam
13. Berusaha meraih rasa manisnya iman
14. Berusaha meraih rasa manisnya ibadah
15. Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya
16. Merasakan adanya istighfar para malaikat dan doa mereka
Shahihul Ibadah
1. Melakukan qiyamulail minimal satu kali dalam satu pekan
2. Bersedekah
3. Berpuasa sunnah minimal dua hari dalam satu bulan
4. Haji jika mampu
5. Banyak bertobat
6. Memerintahkan yang ma'ruf
7. Mencegah yang Munkar
8. Ziarah kubur untuk mengambil Ibrah
9. Merutinkan ibadah‐ibadah sunnah Rawatib
10. Khusyu dalam shalat
11. Khusyu saat membaca Al‐Quran
12. Sekali Khatam Al‐Quran setiap dua bulan
13. Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya
14. Menjaga organ tubuh (dari dosa)
15. Banyak dzikir kepada Allah swt disertai hafalan terhadap yang mudah‐mudah
16. Banyak berdoa dengan memperhatikan syarat‐syarat dan tata kramanya
17. Senantiasa bertafakkur
18. Beri'tikaf satu malam pada setiap bulannya
Matiinul Khuluq
1. Tidak inad (membangkang)
2. Tidak banyak mengobrol
3. Sedikit bercanda
4. Tidak berbisik dengan sesuatu yang bathil
5. Tidak hiqd (menyimpan kemarahan)
6. Tidak hasad
7. Memiliki rasa malu berbuat kesalahan
8. Menjalin hubungan baik dengan tetangga
9. Tawadhu tanpa merendahkan diri
10. Pemberani
11. Menjenguk orang sakit
12. Komitmen dengan adab meminta izin
13. Mensyukuri orang yang berbuat baik kepadanya
14. Menyambung silaturahim (shilatur‐rahim)
15. Komitmen dengan tata krama sebagai pendengar
16. Komitmen dengan adab berbicara
17. Memuliakan tamu
18. Menjawab salam
19. Menebar senyum di depan orang lain
20. Berhati lembut
21. Merendahkan suara
Qadirun 'alal Kasbi
1. Bekerja dan berpenghasilan
2. Berusaha memiliki spesialisasi
3. Sedang dalam nafkah
4. Mengutamakan produk‐produk Islam
5. Menjaga kepemilikan khusus
6. Tidak berambisi menjadi pegawai negeri
7. Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis
8. Hartanya tidak pergi ke pihak non Muslim
9. Berusaha untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai
Mutsaqqaful Fikri
1. Mengaitkan antara Al‐Quran dengan realita
2. Mengkaji marhalah madaniyah dan menguasai karakteristiknya
3. Mengenal sirah 20 sahabat yang syahid
4. Mengetahui hukum zakat
5. Mengetahui fiqih haji
6. Mengetahui sisi‐sisi syumuliyatul Islam
7. Mengetahui problematika kaum muslimin internal dan eksternal
8. Mengetahui apa kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin
9. Mengetahui urgensi Khilafah dan kesatuan kaum muslimin
10. Mengetahui dan mengulas “tiga risalah”, yaitu: Da'watuna, Ila Ayyi Syai'in
Nad'un‐Naas dan Ilasy‐Syabab.
11. Mengetahui dan mengulas "Risalah Aqaid"
12. Memahami amal jama'i dan taat
13. Membantah suara‐suara miring yang dilontarkan kepada kita
14. Mengetahui bagaimana proses berdirinya negara Israel
15. Membaca tafsir dua juz Al‐Quran (28‐29)
16. Mengetahui arah‐arah pemikiran Islam kontemporer
17. Memiliki kemampuan mengulas apa yang ia baca
18. Hafal dan bertajwid tiga juz Al‐Quran (28‐30)
19. Menghafal seluruh hadits "Arbain Nawawi" (20 + 20)
20. Menghafal 50 hadits "Riyadhush‐Shalihin" (20 + 30)
21. Membaca tujuh jam setiap pekan di luar spesialisasinya
22. Menghadiri konferensi dan seminar kita
23. Mengenali hal‐hal baru dari problematika kekinian
24. Menyebar luaskan apa saja yang diterbitkan oleh koran dan terbitan kita
25. Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah
Qawiyyul Jismi
1. Membersihkan peralatan makan dan minumnya
2. Mampu mempersiapkan makanan
3. Mengikuti petunjuk‐petunjuk kesehatan dalam tidur dan bangun tidur
semampunya, seperti:
4. Mengobati diri sendiri
5. Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk
6. Menjauhi makanan‐makanan yang diawetkan dan mempergunakan minuman‐
minuman alami
7. Mengatur waktu‐waktu makan
8. Tidak berlebihan mengkonsumsi lemak
9. Tidak berlebihan mengkonsumsi garam
10. Tidak berlebihan mengkonsumsi gula
11. Memilih produsen‐produsen makanan
12. Tidur 6 ‐ 8 jam dan bangun sebelum fajar
13. Berlatih 10 ‐ 15 menit setiap hari
14. Berjalan 2 ‐ 3 jam setiap pekan
Mujahidun Linafsihi
1. Selalu menyertakan niat jihad
2. Menjadikan dirinya bersama orang baik
3. Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal islami
4. Sabar atas bencana
5. Menyesuaikan perbuatan dengan ucapan
6. Menerima dan memikul beban dakwah
7. Memerangi dorongan‐dorongan nafsu
8. Tidak berlebihan mengkonsumsi yang mubah
9. Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan
Munazhzham fi Syu'unihi
1. Shalat menjadi barometer manajemen waktunya
2. Teratur di dalam rumah dan kerjanya
3. Menertibkan ide‐ide dan pikiran‐pikirannya
4. Bersemangat memenuhi janji‐janji kerja
5. Memberitahukan gurunya problematika‐problematika yang muncul
Harishun 'ala Waqtihi
1. Menjaga janji‐janji umum dan khusus
2. Mengisi waktunya dengan hal‐hal yang berfaedah dan bermanfaat
3. Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan
hajatnya
Nafi'un li Ghairihi
1. Komitmen dengan adab Islam di rumah
2. Melaksanakan hak‐hak pasangannya (suami atau istri)
3. Melaksanakan hak‐hak anak
4. Memberi hadiah kepada tetangga
5. Membantu yang membutuhkan
6. Menolong yang terzhalimi
7. Bersemangat mendakwahi istrinya, anak‐anaknya, dan kerabatnya
8. Mendoakan yang bersin
9. Membantu istrinya
10. Memberikan pelayanan umum karena Allah swt
11. Memberikan sesuatu dari yang dimiliki
12. Mendekati orang lain
13. Mendorong orang lain berbuat baik
14. Membantu yang kesulitan
15. Membantu yang terkena musibah
16. Berusaha memenuhi hajat orang lain
17. Memberi makan orang lain
Bab 6
KURIKULUM TARBIYAH KAMPUS
Kurikulum tarbiyah kampus hanya mengatur proses tarbiyah marhalah tamhidi dan muayyid saja,
sedangkan marhalah selanjutnya mengikuti Manhaj Tarbiyah yang berlaku. Kurikulum tarbiyah
kampus merupakan adaptasi dari kurikulum Manhaj Tarbiyah yang berlaku. Adaptasinya dengan
memasukkan muatan lokal kedalam kurikulum yang sudah ada. Proses penguasaan kurikulum
dilakukan melalui:
Sosialisasi Risalah Tarbiyah Kampus
Talaqqi Maddah
Struktur harus memfasilitasi dan memantau efektivitas berjalannya kurikulum tarbiyah kampus.
Indikator efektivitas tersebut di antaranya:
Semua sarana tarbiyah berjalan dengan baik
Mawad tarbawiyah disampaikan sesuai dengan sarana‐sarana tarbiyah yang dicantumkan di
dalam Manhaj Tarbiyah
Proses tarbiyah berlangsung sesuai dengan umur marhalah, khususnya untuk tamhidi (9
bulan) dan muayyid (1,5 tahun)
A. Kurikulum Tarbiyah Tamhidi
1. Bidang Studi dan Sarana Tarbiyah
No Bidang Studi Men‐ Hala‐ Mabit/ Tatsqif Kalimat Kultum Daurah Penu‐ TOTAL
toring qah JR Murabbi gasan
1 Al‐Qur'an 1 ‐ ‐ ‐ 9 ‐ ‐ 32 40
2 Aqidah ‐ 20 ‐ 1 6 ‐ ‐ ‐ 32
3 Hadits ‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1
4 Fiqih ‐ ‐ ‐ 3 ‐ ‐ 4 ‐ 7
5 Sirah ‐ ‐ ‐ 2 ‐ ‐ ‐ ‐ 2
6 Kisah Sahabat 1 ‐ ‐ ‐ ‐ 5 ‐ ‐ 6
7 Tazkiyah ‐ ‐ 7 ‐ 6 10 ‐ ‐ 24
8 Kaifa Ihtadaitu ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 16 ‐ ‐ 16
9 Fikrul Islami 1 5 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 6
10 Keakhwatan ‐ 2 ‐ 2 2 ‐ ‐ ‐ 6
11 Futuhat Islam ‐ 4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 4
12 Dakwah Kampus ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 4 ‐ 4
TOTAL 3 32 7 8 23 31 8 32 148
2. Khuththah Kaderisasi
3. Materi Mentoring dan Halaqah
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9
NO Judul Pokok Bahasan Sesi Bidang Studi Sarana
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Keutamaan Berkumpul Mempelajari Al‐Qur'an 1 Al‐Qur'an Mentoring
2 Salman Al‐Farisi Memburu Hidayah 1 Kisah Sahabat Mentoring
3 Urgensi Halaqah 1 Fikrul Islami Mentoring
4 Ahammiyatusy Syahadatain 1 Aqidah Halaqah
5 Madlulusy Syahadah 1 Aqidah Halaqah
6 Maknal Ilah dan Larangan Berhubungan dengan Jin 1 Aqidah Halaqah
7 Marahilut Tafa’ul bisy Syahadatain 1 Aqidah Halaqah
8 Ath‐Thariq ila Ma’rifatillah 1 Aqidah Halaqah
9 Al‐Mawani‘ min Ma’rifatillah 1 Aqidah Halaqah
10 Tauhidullah 1 Aqidah Halaqah
11 Ma’iyyatullah 1 Aqidah Halaqah
12 Al‐Ihsan 1 Aqidah Halaqah
13 Hajatul Insan ilar Rasul 1 Aqidah Halaqah
14 Ta’rifur Rasul 1 Aqidah Halaqah
15 Khashaishu Risalati Muhammad SAW 1 Aqidah Halaqah
16 Wajibatuna nahwar Rasul 1 Aqidah Halaqah
17 Ma’nal Islam 1 Aqidah Halaqah
18 Syumuliyyatul Islam 1 Aqidah Halaqah
19 Thabi’atul Islam 1 Aqidah Halaqah
20 Amal Islam 1 Aqidah Halaqah
21 Haqiqatul Insan 1 Aqidah Halaqah
22 Nafsul Insan 1 Aqidah Halaqah
23 Syumuliyyatul Ibadah 1 Aqidah Halaqah
24 Birrul Walidain dan Sillaturahim 1 Hadits Halaqah
25 Ghazwul Fikri 1 Fikrul Islami Halaqah
26 Hizbusy Syaithan: Menjadikan Setan Sebagai Musuh 1 Fikrul Islami Halaqah
27 Zionisme Internasional 1 Fikrul Islami Halaqah
28 Ahwalul Musliminal Yaum 1 Fikrul Islami Halaqah
29 Berpartisipasi dalam Kerja‐Kerja Jama'i 1 Fikrul Islami Halaqah
30 Menutup Aurat 1 Keakhwatan Halaqah
31 Peran dan Tanggung Jawab Wanita Muslimah 1 Keakhwatan Halaqah
32 Penaklukan Khaibar 1 Futuhat Islam Halaqah
33 Penaklukan Ubullah (Selat Hindia) 1 Futuhat Islam Halaqah
34 Penaklukan Persia 1 Futuhat Islam Halaqah
35 Penaklukan Konstantinopel 1 Futuhat Islam Halaqah
4. Materi Penugasan, Mabit/JR, Daurah dan Kultum
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9
NO Judul Pokok Bahasan Sesi Bidang Studi Sarana
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
36 Hafal Al Qur'an Juz 30 16 Al‐Qur'an Penugasan
37 Tilawah Yaumiyah 16 Al‐Qur'an Penugasan
38 Beriman kepada Nikmat dan Siksa Kubur 1 Tazkiyah Mabit/JR
39 Keutamaan Berpuasa Sehari Setiap Bulan 1 Tazkiyah Mabit/JR
40 Dzikir & Keutamaannya 1 Tazkiyah Mabit/JR
41 Taubat 1 Tazkiyah Mabit/JR
42 Tidak Ima'ah 1 Tazkiyah Mabit/JR
43 Khusyu‘ dalam shalat 1 Tazkiyah Mabit/JR
44 Tabarruj & Ikhttilath 1 Tazkiyah Mabit/JR
45 Mukadimah Sirah 1 Sirah Tatsqif
Kelahiran, Pemeliharaan di Bani Sa'd (Umur 0 ‐ 4 Tahun) dan
46 Ibu, Kakek dan Abu Tholib (6 ‐ 12 Tahun) serta Aksi Sosial 1 Sirah Tatsqif
Muhammad SAW (13 ‐ 39 Tahun)
47 Ghirah Agama 1 Aqidah Tatsqif
48 Akhlak Terpuji 1 Fiqih Tatsqif
49 Hukum Air 1 Fiqih Tatsqif
50 Hukum Shalat 1 Fiqih Tatsqif
51 Urgensi Fiqh Nisa 2 Keakhwatan Tatsqif
52 Dakwah Ammah Harakah Zhahirah 1 Dakwah Kampus Daurah
53 Wazhifah Thullab 1 Dakwah Kampus Daurah
54 Sejarah Politik Islam di Indonesia 1 Dakwah Kampus Daurah
55 Perspektif Islam tentang Perubahan Sosial (Fiqh Taghyir) 1 Dakwah Kampus Daurah
56 Mukaddimah Fiqih 1 Fiqih Daurah
57 Urgensi Fiqih Bagi Da'i 1 Fiqih Daurah
58 Metode Belajar Fiqh 1 Fiqih Daurah
59 Beberapa Prinsip Fiqh 1 Fiqih Daurah
60 Mengenal 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Sorga 5 Kisah Sahabat Kultum
61 Syukur 2 Tazkiyah Kultum
62 Keutamaan Haji Mabrur 1 Tazkiyah Kultum
63 Keutamaan Salam 1 Tazkiyah Kultum
64 Menjauhi Tempat‐Tempat yg Haram 2 Tazkiyah Kultum
65 Keutamaan Adzan 1 Tazkiyah Kultum
66 Keutamaan Shalat Berjamaah 1 Tazkiyah Kultum
67 Keutamaan Shalat Sunnah 1 Tazkiyah Kultum
68 Keutamaan Tilawah dan Mengkhatamkan Al Qur'an 1 Tazkiyah Kultum
69 15 Kisah Taubat 15 Kaifa Ihtadaitu Kultum
70 Jalan Panjang Pengedar Narkoba Menemukan Tarbiyah 1 Kaifa Ihtadaitu Kultum
5. Materi Kalimat Murobbi
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9
NO Judul Pokok Bahasan Sesi Bidang Studi Sarana
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
71 Ta'riful Qur'an 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
72 An Nas 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
73 Al‐Falaq 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
74 Al‐Ikhlas 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
75 Al Kafirun 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
76 Al Maa'un 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
77 Al 'Ashr 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
78 Al Qur'an Mendahului Kemajuan Ilmu Pengetahuan 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
79 Fashahah dan Balaghah Qur'an 1 Al‐Qur'an Kalimat Murabbi
Sikap Terhadap Kitab‐kitab dan Kepalsuan Kitab Selain Al
80 1 Aqidah Kalimat Murabbi
Qur'an
81 Tafakkur Tentang Makanan dan Awan 1 Aqidah Kalimat Murabbi
82 Tafakkur Tentang Laut 1 Aqidah Kalimat Murabbi
83 Tafakkur Tentang Kecukupan Udara 1 Aqidah Kalimat Murabbi
Nikmat Perabot Rumah Tangga dan Rumah Sebagai Tempat
84 1 Aqidah Kalimat Murabbi
Ketenangan
85 Jumlah Semua Nabi dan Rasul yang Disebutkan Al‐Quran 1 Aqidah Kalimat Murabbi
86 Menundukkan Pandangan 1 Tazkiyah Kalimat Murabbi
87 Menjaga Harta Tetap Halal 1 Tazkiyah Kalimat Murabbi
88 Menjaga Rahasia 1 Tazkiyah Kalimat Murabbi
89 Menutupi Aib Sesama Muslim 1 Tazkiyah Kalimat Murabbi
90 Menjauhi Dosa Besar 1 Tazkiyah Kalimat Murabbi
91 Menjauhi yang Haram 1 Tazkiyah Kalimat Murabbi
92 Wanita‐Wanita Pengukir Sejarah 1 Keakhwatan Kalimat Murabbi
93 Urgensi Tarbiyah Wanita Muslimah 1 Keakhwatan Kalimat Murabbi
B. Kurikulum Tarbiyah Muayyid
1. Bidang Studi dan Sarana Tarbiyah
3 Tatsqif Dua Bulanan 7 4
6 Dauroh 4 Bulanan 3 2
4. Materi Halaqah
Bulan 1 – 7
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7
NO Judul Pokok Bahasan Sesi Bidang Studi Sarana
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Al‐Mustaqbal Li‐Hadzad‐Din 1 Aqidah Halaqah
2 Halawatul‐Iman 1 Aqidah Halaqah
3 Nataijul Ibadah 1 Aqidah Halaqah
4 Al‐Wala' Wal Bara' 1 Aqidah Halaqah
5 Risalatul Insan 1 Aqidah Halaqah
6 At Tawazun 1 Aqidah Halaqah
7 Bina al‐Izzah 1 Aqidah Halaqah
8 Al‐Indhibat (Disiplin) 1 Fiqih Dakwah Halaqah
9 Amradul Ummah Fid Da'wah 1 Fiqih Dakwah Halaqah
10 Qadhaya Asasiyah dalam Dakwah (Bab V Fiqh Dakwah Musthafa Masyhur) 1 Fiqih Dakwah Halaqah
11 Takwinus Syakhsiyah Islamiyah 1 Fiqih Dakwah Halaqah
12 Takwinul Ummah 1 Fiqih Dakwah Halaqah
13 Ahdafut Tarbiyah 1 Fiqih Dakwah Halaqah
14 Al‐Quwwah Wal‐Amanah 1 Fiqih Dakwah Halaqah
15 Al‐Qiyadah wal Jundiyah (Bab VII Buku Fiqh Dakwah Musthafa Masyhur) 1 Fiqih Dakwah Halaqah
16 Adamul 'Inad (Tidak Membangkang) 1 Fiqih Dakwah Halaqah
17 Prinsip dan Penyimpangan Gerakan Islam (Bab II Buku Fiqh Dakwah) 1 Fiqih Dakwah Halaqah
18 Fadhail Dakwah (Keutamaan Dakwah) 1 Fiqih Dakwah Halaqah
19 Ma'na Dakwah 2 Fiqih Dakwah Halaqah
20 Fiqh Dakwah 2 Fiqih Dakwah Halaqah
21 Karakteristik Dakwah 2 Fiqih Dakwah Halaqah
22 Rabbaniyyatud Dakwah 2 Fiqih Dakwah Halaqah
23 Iqamatud‐Dien 2 Fiqih Dakwah Halaqah
Bulan 8 – 15
Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 13 Bulan 14 Bulan 15
NO Judul Pokok Bahasan Sesi Bidang Studi Sarana
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
24 Diskusi Buku Kaidah‐kaidah Da'wah 2 Fiqih Dakwah Halaqah
25 Risalah Ila Ayyi Syai‐in Nad'un Nas 2 Fiqih Dakwah Halaqah
26 Risalah Dakwatuna 2 Fiqih Dakwah Halaqah
27 Risalah Al‐Ma'tsurat wa Ad'iyah 2 Fiqih Dakwah Halaqah
28 Risalah Ilasy Syabab 'Ammah wa ilath Thalabah Khashshah 2 Fiqih Dakwah Halaqah
29 Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak 1 Hadits Halaqah
30 Hak Ibu 1 Hadits Halaqah
31 Kewajiban Da'iyah Muslimah 1 Keakhwatan Halaqah
32 Uslub Tarbiyah Dzatiyah 1 Rumah Tangga Muslim Halaqah
33 Bi'tsah (Awal Kerasulan Muhammad) 1 Sirah Halaqah
34 Dakwah Sirriyah dan Jahriyah 1 Sirah Halaqah
35 Pemboikotan 1 Sirah Halaqah
36 Hijrah Ke Habsyah 1 Sirah Halaqah
37 Dakwah ke Thaif 1 Sirah Halaqah
38 Tahun Kesedihan (‘Am al‐Huzni) 1 Sirah Halaqah
39 Isra Mi'raj 1 Sirah Halaqah
40 Hijrah 1 Sirah Halaqah
41 Mu‐akhah (Mempersaudarakan Muhajirin dengan Anshar) 1 Sirah Halaqah
42 Marhalah Madaniyah 1 Sirah Halaqah
43 Pengantar Tarbiyah Siyasiyah 1 Tarbiyah Siyasiyah Halaqah
44 Definisi dan Karakter Tarbiyah Siyasiyah 1 Tarbiyah Siyasiyah Halaqah
45 Institusi Tarbiyah Siyasiyah 1 Tarbiyah Siyasiyah Halaqah
46 Fiqhul Waqi' 1 Tarbiyah Siyasiyah Halaqah
47 Diskusi Buku Petunjuk Jalan (Sayyid Quthb) 2 Fiqih Dakwah Halaqah
48 Diskusi Buku Menuju Jama'atil Muslimin 2 Fiqih Dakwah Halaqah
5. Materi Kultum
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 13 Bulan 14 Bulan 15
NO Judul Pokok Bahasan Sesi Bidang Studi Sarana
12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
49 Kisah Ibrahim A.S. 1 Kisah Nabi Kultum
50 Kisah Ismail A.S. 1 Kisah Nabi Kultum
51 Kisah Yusuf A.S. 1 Kisah Nabi Kultum
52 Kisah Syuaib A.S. 1 Kisah Nabi Kultum
53 Umar Bin Abd Aziz 1 Tokoh Islam Kultum
54 Said Bin Jubair 1 Tokoh Islam Kultum
55 Urwah Bin Zubair 1 Tokoh Islam Kultum
56 'Atha Bin Abi Rabah 1 Tokoh Islam Kultum
57 Al‐Hasan Al‐Bashri 1 Tokoh Islam Kultum
58 Said Bin Al‐Musayyib 1 Tokoh Islam Kultum
59 Abd Rahman Al‐Ghafiqi 1 Tokoh Islam Kultum
60 Muhammad Farghali 1 Tokoh Islam Kultum
61 Kedudukan Niat dalam Beramal 1 Tazkiyah Kultum
62 Adamul Hiqdi Wal Hasad 1 Tazkiyah Kultum
63 Muwaafaqatul Aqwaal Bil Af'al 1 Tazkiyah Kultum
64 Berbicara Jelas dan Mengulangi (2 Hadits) 1 Tazkiyah Kultum
65 Memberi Pelajaran (Mauizhah) (4 Hadits) 1 Tazkiyah Kultum
66 Lembut dan Tidak Tergesa‐Gesa(5 Ayat 1 Tazkiyah Kultum
67 Ishtishhabu Niyyatil Jihad 1 Fiqih Dakwah Kultum
68 Laa Yuqaddamul Makhluk 'Alal Al‐Khaliq 1 Aqidah Kultum
69 Tafakkur terhadap Diri Sendiri 1 Aqidah Kultum
70 Nikmat Berjalan dan Kendaraan 1 Aqidah Kultum
71 Tafakkur Tentang Makanan 1 Aqidah Kultum
72 Tafakkur Tentang Matahari 1 Aqidah Kultum
73 Menjaga dan Merawat Hubungan Bagian Dari Iman 1 Aqidah Kultum
74 Silaturahim Kepada Orang Tua dan Saudara Yang Musyrik 1 Aqidah Kultum
75 Keutamaan Membantu Janda dan Orang Miskin 1 Hadits Kultum
76 Rasul Bukanlah Orang Yang Buruk Perkataan dan Perbuatannya 1 Hadits Kultum
Pengertian Taqwim
Kapan TTaqwim Dilakkukan?
Taqwim dapat dilakkukan di waktu yang beerbeda‐beda dilihat dari masa interaaksi dengan manhaj.
Dari sini taqwim dap pat kita bagi menjadi:
1. Taqwim Mabda‐‐i
2. Taqwim Takwini
3. Taqwim Khitami
4. Taqwim Tatabbu
u’i
Taqwim Mabda‐i
Dilakukan sebelum dimulainya penerapan manhaj atas mutarabbi. Taqwim ini membantu dalam hal:
Taqwim Takwini
Dilakukan dalam beberapa kesempatan selama penerapan manhaj dengan maksud memperoleh
informasi yang dapat membantu evaluasi proses tarbiyah, dan mengembalikan arah pengembangan
tarbiyah sehingga mempengaruhi hasil akhir seperti yang diinginkan. Ini amat penting untuk terus
menerus melakukan perbaikan dan pengembangan secara terencana.
Taqwim Khitami
Dilakukan di akhir proses interaksi dengan manhaj atau program dengan tujuan melakukan follow up
berupa taqwim tatabbu’i.
Taqwim Tatabbu’i
Peran manhaj tidak berhenti sebatas meluluskan mutarabbi saja (dari marhalah tertentu), tetapi
pengaruhnya akan terus berlangsung kepada proses tarbiyah selanjutnya, efektifitas amalnya, dan
interaksinya dalam berbagai aktivitas kehidupan dan problem solving secara umum. Taqwim yang
dilakukan dengan terus menerus memutabaah mutarabbi setelah ia menyelesaikan marhalah
tertentu akan memberikan informasi terhadap semua hal tersebut.
Karakteristik Taqwim yang Baik
1. Jujur (objektif)
a. Sesuai antara taqwim dengan ahdaf, dimana ahdaf menjadi titik awal program
taqwim dan menjadi pengarah langkah‐langkahnya.
b. Dapat dipastikan bahwa sarana dan alat ukurnya benar‐benar digunakan dan
tersedianya argumentasi ilmiah dalam pengukurannya.
2. Tawazun
Program taqwim harus diarahkan kepada mutarabbi di satu sisi dan juga kepada manhaj
dan proses tarbiyahnya di sisi lain secara seimbang.
3. Syumul
Adawatul Qiyas
Taqwim dilakukan menggunakan adawat al‐qiyas (alat ukur) berupa kumpulan pertanyaan
(dalam ziarah tahqiq—kunjungan investigative—, diskusi, bedah buku atau seminar ) atau
tugas yang berkaitan dengan keahlian tertentu di mana mutarabbi dituntut untuk menjawab
atau meresponnya. Dan dengan menganalisis jawaban/respon ini kita akan memperoleh
ukuran nilai berupa angka dari pemahaman atau kinerja mutarabbi dalam aspek tertentu.
Alat ukur ini mencakup ikhtibarat (ujian), form mulahazhah (pemantauan), form taqdir
(penilaian) hasil taqwim regular/irreguler.
Qiyas
Qiyas (pengukuran) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kadar kinerja mutarabbi
dalam aspek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang sesuai. Pengukuran ini diwakili oleh nilai
kuantitatif, tetapi nilai ini (misalnya 3 dari 4) belum menunjukkan keberhasilan atau tidaknya
seseorang, juga belum menunjukkan kemajuan atau kemundurannya.
Taqyim
Adalah kegiatan yang digunakan untuk menentukan tingkat yang diraih oleh mutarabbi melalui alat
ukur yang digunakan. Yaitu menentukan posisi tingkat pencapaian mutarabbi dibandingkan dengan
ahdaf yang ditetapkan, atau dibandingkan dengan rekan‐rekannya, atau melalui perbandingan
pencapaiannya sekarang dengan pencapaian sebelumnya, atau pencapaiannya dibanding
pencapaian rata‐rata di kelasnya (rata‐rata nilai dari mutarabbi yang lain). Semuanya diukur dalam
aspek tertentu. Artinya memberikan keputusan atas nilai mutarabbi berdasarkan ukuran‐ukuran
tersebut (ahdaf, pencapaian yang lalu, rata‐rata nilai mutarabbi yang lain di halaqah)
Daurah Istikmaliyah
Kadang terjadi seorang muqawwam sudah memenuhi muwashafat tetapi ulum marhalahnya belum
memenuhi. Oleh karena itu, perlu diadakan daurah untuk tujuan ini. Daurah seperti itu disebut
dengan Daurah Istikmaliyah atau Daurah Intensif.
Mu’ayasyah ADK dengan Struktur
Untuk menghilangkan resistensi ADK terhadap Struktur, maka harus diupayakan beberapa langkah:
1. Melalui materi tarbiyah
2. Menjadikan Kantor Sekretariat Struktur sebagai tempat melaksanakan salah satu sarana
tarbiyah, seperti halaqah, tatsqif atau mabit/JR
3. Melibatkan ADK minimal Muayyid dalam kegiatan‐kegiatan Struktur atau menjadi pengurus
di suatu Struktur. Sedangkan untuk ADK Tamhidi sedapat mungkin tidak dilibatkan dalam
kegiatan Struktur
Bab 7
PELAKSANA TARBIYAH
A. Strategi Pelaksanaan Program Tarbiyah
Elemen tarbiyah memberikan kebijakan global dalam strategi penerapan pelaksanaan manhaj.
Strategi dalam pelaksanaan manhaj yaitu:
Pelaksana dan Jenjang
Pelaksana tarbiyah untuk marhalah tamhidi dan muayyid adalah murabbi.
Tabel 7.1: Pelaksana tarbiyah
Jenjang Pelaksana
Tamhidi Murabbi
Muayyid Murabbi
Adab Pelaksana
Adab Untuk Diri Sendiri
1. Merasakan muraqabatullah.
2. Ikhlas.
3. Komitmen dengan ibadah‐ibadah sya’airiyah (ibadah‐ibadah ritual).
4. Bersemangat untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas ilmunya.
5. Tidak sungkan belajar dari siapa saja, termasuk dari yang lebih rendah
derajatnya.
6. Senantiasa berlatih untuk memberi yang terbaik.
Adab dalam Forum tarbiyah
1. Berusaha dalam keadaan suci.
2. Bersuara sesuai dengan kebutuhan.
3. Menjaga forum halaqah dari canda ria yang berlebihan, gaduh dan keributan.
Adab terhadap peserta tarbiyah
1. Memacu peserta tarbiyah untuk meningkatkan kualitas dirinya.
2. Mencintai peserta tarbiyah sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
3. Mengupayakan cara yang paling baik dan paling mudah dalam mengajar.
4. Bersikap adil dan obyektif kepada semua peserta tarbiyah.
5. Mencermati segala perkembangan peserta tarbiyah dan berusaha meluruskan
mereka jika terjadi penyimpangan.
6. Bersifat iffah
7. Memerankan secara bijak peran guru dalam hal‐hal ilmiah, komandan dalam
keprajuritan, syekh dalam tarbiyah ruhiyah dan orang tua dalam rabithah
qalbiyah (hubungan hati).
A. Murabbi
Murabbi adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah pada anggota tamhidi dan muayyid.
Kebutuhan murabbi akan semakin meningkat, jika terjadi peningkatan pada aktivitas dakwah (tajnid
jamahiri). Untuk mendapatkan kinerja yang optimal, maka para murabbi harus mendapatkan
sejumlah pelatihan. Kurikulum pelatihan murabbi ditetapkan oleh departemen kaderisasi. Level
murabbi minimal harus satu level di atasnya mutarabbi.
1. Murabbi Tamhidi
1. Persyaratan tsaqafi; Menguasai mawad marhalah tamhidi
2. Persyaratan kafa‐ah;
a) Mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf Arab, meskipun tingkat dasar.
1. Tidak terbata‐bata dalam membaca Al‐Qur’an.
2. Mempunyai kemampuan mengorganisir halaqah tamhidi.
3. Mempunyai kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah.
4. Mempunyai kemampuan menyampaikan ide dan pengetahuannya kepada orang lain.
3. Persyaratan suluki; Berusaha menghiasi dirinya dengan adab‐adab murabbi.
4. Persyaratan tanzhimi;
a) Lulus daurah murabbi tamhidi.
5. Minimal muayyid
2. Hak Murabbi
1. Didengar dan ditaati
2. Dimintai pendapat atau istisyarah
3. Dihargai dan dihormati
4. Mengajukan permintaan bantuan untuk melaksanakan tugas
5. Memutuskan kebijakan
6. Membentuk kepengurusan halaqah
7. Mendapat daurah‐daurah peningkatan, seperti Daurah Murabbi dan Daurah
Evaluasi
8. Mengajukan peserta tarbiyahnya untuk dinaikkan jenjang tarbiyahnya
3. Pesan Untuk pelaksana (Murabbi)
Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mencapai pelaksanaan tarbiyah ini dengan baik,
yaitu langsung memperbaiki kualitas proses belajar mengajar (PBM). Beberapa nasihat yang
diberikan oleh DR. Abdulah Qadiri dalam Thallu Ar‐Rabwah yaitu sebagai berikut:
1. Hendaknya murabbi jadi teladan yang baik bagi mad’u dalam mencapai
kemajuan dan prestasi.
2. Memahami materi tarbiyah sesuai dengan tahapan dengan teliti dan sempurna.
Kemudian menerapkan madah tersebut pada kehidupan mereka. Sebab aplikasi
pada amal perbuatan itu akan memantapkan ilmu, dan membiarkannya begitu
saja akan menyebabkan lupa.
3. Memilih kitab‐kitab tertentu untuk setiap cabang ilmu, dibaca dengan cermat
dari awal hingga akhir. Perlu disertai dengan upaya memahami dan
menghafalkan kaidah‐kaidah dan nash‐nash yang berkaitan, kemudian kitab
tersebut dapat dijadikan sebagai pegangan untuk ilmu itu.
4. Menyiapkan paket‐paket pelajaran dan diktat yang sesuai dengan tingkatan
bidang studi mereka atau bahasan madah mereka. Menugaskan kepada mereka
untuk ikut dalam mempersiapkan sebagian paket‐paket tersebut.
5. Menunjuk kitab‐kitab tertentu untuk dijadikan bacaan harian dan kitab lain untuk
diringkas.
6. Hendaknya para murabbi dan muwajjih senantiasa akrab dengan masalah‐
masalah yang hangat dibicarakan, baik yang dimuat di surat kabar, majalah,
media lain atau kejadian‐kejadian temporer.
7. Mengembangkan sikap tanggung jawab dan mandiri (ta’alum dzati), tidak ikut‐
ikutan dan taqlid. Disertai dengan penanaman sikap tawadhu’, menghargai dan
menghormati kelebihan orang lain.
8. Mengawasi mutarabbi dengan pemantauan yang cermat serta meletakkan
semua perkara pada tempatnya (tidak zhalim).
9. Menerima semua pertanyaan atau hal yang masih meragukan, salah paham,
kritik dan usulan dari mutarabbi. Kemudian mendiskusikannya dengan tenang,
proporsional dan memuaskan. Menerima siapa yang benar dan tidak lupa
mengucapkan terima kasih. Dengan catatan bahwa keinginan seseorang dalam
hal ini, bukan hanya ingin mengkritik atau menyalahkan, akan tetapi demi
maslahat dan mencari kebenaran.
10. Mendorong mutarabbi untuk mengadakan kunjungan‐kunjungan untuk praktek
latihan dakwah.
11. Hendaknya menerapkan pada dirinya dan mendorong mutarabbinya untuk
mengadakan muhasabatun nafs (koreksi diri) pada setiap malam sebelum tidur,
untuk melihat semua perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan Islam,
kemudian bertobat kepada Allah agar sesuai dengan sabda Rasulullah saw,
"Ihsan adalah engkau mengabdi kepada Allah seakan‐akan engkau melihat‐Nya,
jika engkau tidak melihat‐Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau." (HR.
Bukhari‐Muslim).
B. Mudarrib (Trainer)
Mudarrib adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah untuk madah‐madah yang telah ditetapkan
dalam bentuk daurah (pelatihan). Untuk implementasi program daurah, maka dibutuhkan
peningkatan mutu mudarrib dalam penerapan manhaj, maka dilakukan:
C. Muwajjih
Muwajjih adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah untuk madah‐madah tatsqifiyah. Untuk
peningkatan mutu muwajjih dalam penerapan manhaj, maka dilakukan pelatihan untuk para
muwajjih. Kegiatan penyiapan muwajjih tatsqif diatur dengan pedoman tersendiri.
D. Mu'allim
Mu'allim adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah untuk madah‐madah da'wah ammah dalam
bentuk majelis ta'lim. Untuk peningkatan mutu mu'allim dalam penerapan manhaj, akan dilakukan
upgrading dan pembekalan.
E. Musyrif
Musyrif adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah untuk pencapaian hafalan al‐Qur’an, baik
hafalan Al‐Qur’an sesuai marhalahnya maupun hafalan Al‐Qur’an 30 juz. Musyrif bertanggung jawab
dalam pelaksanaan Mukhayyam Al‐Qur’an (MQ): sebelum (seleksi peserta), saat pelaksanaan
(menerima setoran hafalan) dan pemantauan hafalan peserta pasca MQ.
Bab 8
PENGELOLA TARBIYAH
Pengelola adalah institusi yang berwenang dalam perencanaan, pengorganisasian, dan mutabaah
penyelenggaraan tarbiyah. Pengelola tarbiyah untuk setiap marhalah ditunjukkan oleh Tabel 9.1
Tabel 8.1 Pengelola tarbiyah
Jenjang Pengelola
Tamhidi ETC atau ETD
Muayyid ETC atau ETD
Muntasib ETC atau ETD atau SPU Muntasib
Muntazhim ETD atau ETW atau SPU Muntazhim
Amil ETD atau ETW atau SPU Amil
Takhashush ETP
SPU diklasifikasikan juga berdasarkan jumlah usrah yang ada di suatu elemen
tarbiyah. Ada elemen tarbiyah yang kurus (sedikit jumlah usrahnya) dan ada yang
gemuk (jumlah usrahnya besar). Sehingga klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi A (kurus) adalah usar yang dikelola secara langsung oleh Elemen
Tarbiyah, dengan jumlah usar yang dikelola 3 – 7 usar pada masing‐masing
marhalah. Pengelolaan usar pada tipe ini dilakukan jika seluruh elemen
struktur memiliki daya dukung untuk mengelola usar.
2. Klasifikasi B (gemuk) adalah usar yang dikelola oleh beberapa pengelola
(beberapa SPU) yang dibentuk oleh Elemen Tarbiyah, dengan jumlah usar
yang 3 – 7 usar pada masing‐masing marhalah. Pengelolaan usar pada tipe ini
dilakukan jika struktur di bawahnya belum memiliki daya dukung untuk
mengelola usar. Dalam pengelolaannya, struktur (SPU) ini bertanggung jawab
kepada Elemen Tarbiyah yang membentuknya.
Tujuan SPU
Hak SPU
1. Mendapatkan supervisi dari Elemen Tarbiyah yang membentuknya
2. Mendapatkan pelatihan tentang hal‐hal berkaitan dengan tugas dan
wewenangnya
3. Mendapatkan support dana untuk pelaksanaan tugas dan wewenangnya
Koordinator SPU
1. Berwibawa dikalangan nuqaba usar yang akan dikelola
2. Memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan.
3. Marhalah keanggotaan minimal satu tingkat diatas usar yang dikelolanya.
4. Pernah atau sedang menjadi naqib usrah pada marhalah yang dikelolanya
5. Diutamakan yang pernah memasukkan binaannya kedalam jamaah
6. Sehat secara tanzhimi, tarbawi (fikri, ruhi, jasadi), suluki dan ijtima’i
7. Menguasai buku Manhaj Tarbiyah 1433 H
8. Menguasai landasan operasional tarbiyah:
a) Pedoman atau surat keputusan yang terkait
b) Tupoksi Elemen Tarbiyah
c) Risalah ta’alim
d) 10 wasiat
e) Muktamar Khomis
f) Nizhamul usroh
g) P3UN
h) Juklak/juknis terkait
i) Visi Peradaban Ikhwan
Sekretaris SPU
1. Memiliki marhalah keanggotaan minimal sama dengan usar yang dikelolanya,
2. Sehat secara tandzimi, tarbawi (fikri, ruhi, jasadi), suluki dan ijtima’i,
3. Diutamakan pernah atau sedang menjadi naqib usrah pada marhalah yang
dikelolanya,
4. Diutamakan yang pernah memasukkan binaannya kedalam jamaah,
5. Mampu memformulasikan ide‐ide yang muncul dalam Liqo Nuqaba
6. Rapi dalam menulis, mengarsipkan data, dan membuat laporan.
7. Memiliki hissul amni dan wa’yu tandzimi
8. Menguasai program komputer yang dibutuhkan
Staf SPU (Sesuai Keperluan)
1. Memiliki marhalah keanggotaan minimal sama dengan usar yang dikelolanya,
2. Sehat secara tandzimi, tarbawi (fikri, ruhi, jasadi), suluki dan ijtima’i,
3. Diutamakan pernah atau sedang menjadi naqib usrah pada marhalah yang
dikelolanya,
4. Diutamakan yang pernah memasukkan binaannya kedalam jamaah,
5. Memiliki kafaah yang sesuai dan mendukung pelaksanaan amanahnya
Pola Hubungan SPU
1. SPU Muntasib, dengan stelsel struktur jamaah yang ketua, sekretaris, bendahara,
dan elemen tarbiyahnya berstatus muntazhim.
2. SPU Muntazhim, dengan stelsel struktur jamaah yang ketua, sekretaris,
bendahara, dan elemen tarbiyahnya berstatus amil.
3. SPU Amil, dengan stelsel struktur jamaah yang ketua, sekretaris, bendahara, dan
elemen tarbiyahnya berstatus amil.
4. Dalam keadaan stelsel struktur setempat sebagaimana dimaksud point (1)
sampai (3) tidak terpenuhi, maka pola hubungan tarbiyahnya dilakukan dengan
elemen tarbiyah yang membentuknya.
5. Jika usar dikelola oleh stelsel struktur yang lebih tinggi, maka setiap anggota
usrah tetap harus memiliki keterikatan, keterlibatan dan peran partisipatif
terhadap struktur di bawahnya, di mana ia berdomisili
C. Pembentukan Struktur Pengelola Tarbiyah Kampus
• Pengelola tarbiyah kampus (tarbiyah thullabiyah) adalah Struktur di bawah bidang
kaderisasi
• Bidang kaderisasi membentuk usrah kampus sebagai pengelola tarbiyah untuk
kampus tertentu
• Usrah kampus mengelola tarbiyah kampus sesuai tahapan kampus tersebut
Bab 9
METODE TARBIYAH
A. Metode Belajar Dalam Tarbiyah
Sebagaimana penjelasan pada terdahulu, bahwa untuk mencapai sasaran tarbiyah secara baik dan
optimal diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan objek tarbiyah, jenis materi, kondisi
lingkungan dan faktor lainnya. keberhasilan tercapainya tujuan tarbiyah juga ditentukan oleh
penguasaan cara‐cara atau teknik menyampaikan materi.
Secara umum fungsi metode adalah untuk mengikat, mengurai yang tersekat, membuka yang
tersumbat. Ada beberapa metode pembelajaran yang diperlukan dalam proses tarbiyah, semuanya
dapat dipergunakan sesuai obyek tarbiyah, jenis materi, lingkungan dan faktor lainnya. Metode itu
antara lain:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah disebut juga metode kuliah merupakan bentuk penyampaian yang paling umum
dipakai dalam menyampaikan suatu materi. Seorang murabbi dapat memberikan materi melalui
taujih dan akan sangat baik bila ditunjang dengan pengetahuan terhadap tingkat pencapaian tujuan
saat mengajar. Sehingga murabbi dalam mentarbiyah tidak hanya mentransfer informasi untuk
sekadar tahu saja.
2. Metode Tanya Jawab
Berupa lontaran pertanyaan untuk dijawab oleh peserta tarbiyah agar diketahui tingkat penguasaan
dan pemahamannya terhadap hal‐hal yang telah tersampaikan atau fakta‐fakta yang telah dipelajari,
didengar atau dibacanya. Metode ini juga berguna untuk meningkatkan keakraban dan ukhuwah.
Misalnya, murabbi mengajukan pertanyaan kepada peserta hal‐hal yang terkait dengan materi
pembahasan, pribadi, keadaan lingkungan, permasalahan yang sedang populer atau pertanyaan
lainnya.
3. Metode Diskusi
Adalah suatu cara penyajian bahan materi dalam bentuk percakapan atau pembahasan terhadap
suatu permasalahan atau pengalaman yang baru diperoleh. Dalam diskusi diharapkan dilakukan
pengendapan dan peningkatan interaksi terhadap data dan informasi yang diperolehnya. Dengan
diskusi seorang peserta akan secara otomatis terdorong melakukan penguasaan yang lebih baik
terhadap suatu materi. Diantara kelemahan diskusi adalah menyita waktu yang lebih banyak. Apalagi
bila murabbi tidak dapat menarik kesimpulan, lalu diikuti terjadinya bias terhadap nilai yang harus
disampaikan.
4. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara pembelajaran dalam bentuk menunjukkan, memperlihatkan atau
mendemonstrasikan suatu pembahasan materi dimana pelaksana tarbiyah mempraktekkan sesuatu
secara tepat. Misalnya mendemonstrasikan cara membaca Al‐Quran sesuai dengan kaidah tajwid.
5. Metode Eksperimen
Merupakan metode pengajaran dalam bentuk mempraktekkan atau mencoba suatu pembahasan.
Setelah murabbi menunjukkan cara melakukan sesuatu maka selanjutnya peserta mempraktekkan
sendiri sebagaimana yang telah dicontohkan. Metode Ddemonstrasi dan Eksperimen saling terkait
sebab dengan eksperimen berarti mendemonstrasikan sesuatu. Perbedaan teoritisnya adalah
metode demonstrasi lebih dititikberatkan pada murabbi sedangkan metode eksperimen lebih
menitikberatkan pada peserta yang harus melakukan sesuatu.
6. Metode Simulasi
Yakni metode pengajaran untuk membangkitkan atau mendorong peserta dalam suatu permainan.
Misalnya dalam masalah pentingnya menjaga kesehatan dan mendeteksi kekuatan tubuh serta
manfaat olah raga bagi stamina tubuh.
7. Metode Partisipasi
Merupakan metode pengajaran dengan cara mendorong langsung peserta untuk terlibat aktif
dengan sebuah proses kegiatan. Misalnya murabbi ingin mengajarkan urgensi quwwatul maal dan
beratnya beramal, maka murabbi dapat mewajibkan infaq majelis dan semua peserta wajib mengisi
kotak infaq setiap datang. Kemudian setelah beberapa saat baru dibahas tentang bagaimana kesan
sulitnya berinfaq serta kendalanya dalam mobilisasi dana.
8. Metode Penggunaan Alat
Metode ini sering digunakan dalam pelatihan, yaitu metode pengajaran melalui pendekatan
penggunaan alat bantu. Misalnya peserta dapat diberikan sebuah instrumen yang dikerjakan sendiri
untuk melihat atau mengungkapkan kepribadiannya.
9. Metode Latihan
Metode pengajaran dalam bentuk peserta melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh
keterampilan tertentu. Dengan berlatih secara praktis keterampilan yang dimiliki oleh peserta dapat
ditingkatkan dan disempurnakan
10. Metode Penugasan
Adalah cara pengajaran dengan memberikan tugas dalam bentuk tugas baca, menghadiri acara
tertentu, atau tugas‐tugas lainnya yang kemudian dipertanggungjawabkan kepada
murabbi/naqib/pelaksana tarbiyah yang memberikan tugas tersebut. Tujuannya agar pemahaman
peserta lebih mantap, pengalamannya lebih terintegrasi dan terdorong untuk berusaha lebih giat
lagi.
11. Metode Sosiodrama
Metode pengajaran dengan pendekatan menyaksikan tayangan aktivitas kehidupan sekitar manusia.
Bisa melalui laboratorium, film, planetarium, teater, dan lain sebagainya. Misalnya materi aneka
ragam ciptaan Allah Taala di alam semesta dapat bersama‐sama pergi ke planetarium menyaksikan
penayangannya
12. Metode Pengalaman Terstruktur
yakni murabbi dapat melakukan sebuah intervensi tindakan yang tidak diketahui maksudnya oleh
peserta. Kemudian setelah selesai peserta disuruh untuk mengemukakan pelajaran apa yang telah
diperolehnya. Pada tahap akhir murabbi menjelaskan pelajaran apa yang baru disampaikannya.
13. Metode Pengembangan Kelompok
Pada umumnya murabbi dalam menyampaikan bahan dan dengan menggunakan beberapa metode
sering memandang peserta tarbiyah sebagai individu. Namun demikian pada suatu saat peserta
tarbiyah dihadapi bukan sebagai individu melainkan sebagai kelompok dalam melaksanakan suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya murabbi mengajak peserta untuk rihlah
atau mukhayyam. Dalam acara tersebut, akan dapat dipahami dan dipraktekkan materi ukhuwwah
secara lebih cepat dan efektif daripada memberikan ceramah tentang ukhuwah dan ta’awun.
Masih banyak lagi metode yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Karena banyaknya
metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran maka murabbi harus memilih dengan tepat
metode mana yang paling sesuai. Sebab setiap metode hanya cocok digunakan dalam situasi dan
tujuan tertentu. Dalam situasi dan tujuan berbeda diperlukan metode yang berbeda. Masing‐masing
metode mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Selayaknya murabbi dapat mengatasi kelemahan‐
kelemahannya.
B. Model Belajar Dalam Tarbiyah
Dilihat dari kelompok metode belajar ada beberapa klasifikasi model belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Apabila dilihat dari pusat aktivitas, model belajar dapat dibagi dua: murabbi
sebagai pusat aktivitas (teacher centre) dan mutarabbi sebagai pusat aktivitas
(student centre). Untuk materi‐materi aqidah, maka model teacher centre lebih
sesuai. Sedangkan untuk materi yang bersifat pengembangan operasional dan
pengembangan pemikiran (kreativitas), maka model student centre sangat
dianjurkan.
2. Apabila dilihat dari usia pembelajar, model belajar dapat dibagi dua pendidikan
untuk usia anak (paedagogi) dan pendidikan untuk usia orang Muntazhim
(andragogi).Tarbiyah dianjurkan menggunakan model belajar andragogi, karena
peserta tarbiyah pada umumnya orang Muntazhim, kecuali pada peserta
tarbiyah usia SD atau SLTP, maka paedagogi dan pendidikan usia remaja adalah
tepat untuk mereka. Pada model andragogi kita mengasumsikan, bahwa
umumnya orang Muntazhim lebih dapat berfikir, mempunyai pengalaman
sebelumnya, tidak suka didoktrin yang bertele‐tele, lebih suka “to the point” dari
pada narasi yang berbelit‐belit, dan menyukai hal‐hal yang praktis.
3. Apabila dilihat dari strateginya, ada ceramah, membaca buku sampai pemecahan
masalah. Untuk bahasan tentang dasar‐dasar keislaman, maka akan banyak
menggunakan model ceramah karena murabbi (muwajjih) akan memberikan
informasi yang umumnya belum diketahui oleh mutarabbi. Untuk bahasan
tentang pengembangan diri dan keterampilan dasar, sebaiknya banyak
melakukan simulasi, workshop dan role play dalam pelatihan. Untuk bahasan
tentang dakwah dan pemikiran Islam, dianjurkan mengghunakan model diskusi
dan pemecahan masalah. Dan untuk bahasan tentang sosial kemasyarakatan
diharapkan menggunakan penggunaan pemecahan masalah yang riil di
masyarakat dan yang berhubungan langsung dengan kehidupan mutarabbi.
4. Apabila dilihat dari penggunaan indra, ada model belajar mendengar (calk and
talk‐model belajar spidol (kapur) dan berbicara) sampai model multimedia
(dengar pandang). Model belajar yang makin banyak mengaktifkan indera akan
semakin baik. Khusus untuk media pembelajaran akan dibahas pada bab
selanjutnya.
5. Apabila dilihat dari tempat belajar, ada yang menggunakan ruangan kelas (in
door class) ada pula belajar dalam ruang terbuka (out door class). Model out
door yang paling populer disebut dengan model out bound.
Seluruh model belajar dari nomor 1 sampai 5 di atas bersifat spektrum (rentang), perubahan
spektrum dapat divariasi prosentasenya sesuai dengan kebutuhan belajar yang sedang berlangsung.
Bab 10
SARANA TARBIYAH
Sarana adalah program atau bentuk acara yang dijadikan media untuk merealisasikan kurikulum
tarbiyah.
Sarana terbagi menjadi dua yaitu:
1. Sarana Utama Penerapan Manhaj.
2. Sarana Pendukung Penerapan Manhaj.
Sarana Utama Penerapan Manhaj
Dalam Manhaj 1433, sarana utama penerapan manhaj adalah:
1. Halaqah untuk tamhidi dan muayyid, usrah untuk muntasib dan seterusnya.
Untuk marhalah tamhidi juga dimungkinkan melakukan tarbiyah melalui sarana:
a. Tarbiyah Fardiyah
b. Ta’lim Tarbawi
2. Penugasan
3. Mabit, Jalsah Ruhiyah & Lailatul Katibah (lailatul katibah hanya untuk muntasib
dan marhalah di atasnya)
4. Tarbiyah Tsaqafiyah
5. Daurah
6. Nadwah
7. Kalimat Murabbi/Naqib
8. Kultum
Sarana Pendukung Penerapan Manhaj
1. Ta’lim, dilaksanakan dalam bentuk Talim Rutin, Ta’lim fil masajid, Majelis Ta’lim,
Program TV dan Program Siaran Radio.
2. Rihlah.
3. Mukhayyam. Dll.
A. HALAQAH
Halaqah adalah proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika kelompok. Jumlah normal satu halaqah
maksimal 12 orang. Murabbi diperkenankan mentarbiyah paling banyak 3 (tiga) halaqah.
Dalil Halaqah
ٍ اﳊﺎ ِر ِث ﺑ ِﻦ ﻋﻮ ٍِ
ف رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ أَ ﱠن َر ُﺳ ْﻮَل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑَـْﻴـﻨَ َﻤﺎ ْ َ ْ َْ َو َﻋ ْﻦ أَِﰉ َواﻗﺪ .1
ﺧﺮج ﻣﻌﺎوﻳﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻠﻰ َﺣ ْﻠ َﻘ ٍﺔ ﰱ:اﳋُ ْﺪرى رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ْ َو َﻋ ْﻦ أَِﰉ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ .2
Waktu dan Tempat
1. Menjaga dan memperhatikan amniyah setempat.
2. Memperhatikan kelaikan tempat liqa.
3. Cakap dalam menyesuaikan antara waktu dan baramij.
4. Lama pertemuan 2 hingga 5 jam.
5. Liqa yang dilaksanakan malam hari tidak lebih dari jam 23.00.
6. Liqa akhwat dilaksanakan siang hari.
7. Dalam kondisi ZAS (zhuruf amniyah sha’bah/ darurat) waktu dapat berubah.
Baramij
Yang dimaksud dengan baramij adalah acara yang mesti diikuti dalam melaksanakan halaqah dengan
tertib, sehingga terealisir ahdaf halaqah. Baramij dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan.
Adab (Tata Krama) dalam halaqah
1. Tata krama di dalam majelis
a) Memulai dengan tilawah.
b) Membawa peralatan tulis menulis.
c) Berinfak.
d) Diakhiri dengan doa penutup majelis.
2. Tata krama peserta terhadap diri sendiri.
a) Membersihkan hati dari aqidah dan akhlaq yang busuk.
b) Memperbaiki niat.
c) Qanaah dalam makanan, pakaian dan tempat.
d) Bersemangat dalam menuntut ilmu.
e) Berusaha menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia.
3. Tata krama peserta terhadap murabbi.
a) Tunduk dan taat kepada murabbi selama tidak maksiat.
b) Mengkomunikasikan urusan dirinya pada murabbi.
c) Berusaha memenuhi hak‐hak murabbi dan tidak melupakan jasanya.
d) Sabar atas perlakuannya.
e) Meminta izinnya.
f) Bertutur kata yang sopan dan santun padanya.
4. Tata krama terhadap sesama peserta halaqah.
a) Mendorong peserta lain untuk bersungguh‐sungguh dalam tarbiyah.
b) Tidak memotong pembicaraan orang lain.
5. Tata krama terhadap masyarakat lingkungan halaqah.
a) Hadir dengan wajah berseri.
b) Memberi salam.
c) Tidak menyakiti perasaan mereka.
d) Bertegur sapa sewajarnya.
e) Bermohon diri pada orang‐orang yang ada di sekitar halaqah
Ta'lim Tarbawi
Ta’lim tarbawi adalah
1. pengembangan sarana tarbiyah
2. dalam rangka mencapai muwashafat tarbiyah
3. melalui berbagai program dan ketentuannya
4. dengan jumlah peserta yang banyak
5. dibina oleh murabbi minimal muntasib yang telah mengikuti daurah i’dad murabbi
ta’lim tarbawi
6. disahkan oleh SPU Muntasib yang ada di atasnya
Ta'lim tarbawi bukanlah majlis ta'lim.
Ta’lim Tarbawi Kampus
• Ta’lim tarbawi kampus adalah tarbiyah massal bagi hasil mentoring yang belum memiliki
kesiapan untuk halaqah
• Murabbi ta’lim tarbawi harus memiliki kapasitas seorang syaikh
• Murabbi ta’lim tarbawi dibantu oleh asisten
• Setelah berlangsung 3 bulan, maka peserta ta’lim tarbawi dikenali sebagai tamhidi
Pelaksana
Pelaksana ta’lim tarbawi disebut murabbi. Murabbi pada ta’lim tarbawi ini adalah kader yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Minimal muntasib.
2. Telah mengikuti daurah i'dad murabbi ta'lim tarbawi.
3. Menguasai manhaj tarbiyah marhalah tamhidi.
4. Memiliki loyalitas dan kesetiaan pada gerakan dakwah.
5. Memiliki kemampuan dalam menyampaikan dan mengembangkan materi dalam
kelompok besar.
6. Mendapat rekomendasi dari murabbinya, atau usrahnya atau ditugaskan oleh
struktur gerakan dakwah.
Murabbi bertugas untuk mengelola ta’lim tarbawi, dan secara tetap menyampaikan mawad tarbiyah
marhalah tamhidi kepada peserta. Dalam melaksanakan tugasnya murabbi dibantu oleh seorang
asisten.
Asisten
Asisten adalah seseorang yang diamanahkan untuk membantu murabbi dalam mengelola ta’lim
tarbawi. Asisten pada ta’lim tarbawi ini adalah kader yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Minimal muayyid.
2. Telah mengikuti daurah idari ta’lim tarbawi
3. Menguasai mawad tarbiyah marhalah tamhidi.
4. Memiliki loyalitas dan kesetiaan pada gerakan dakwah.
5. Mendapat rekomendasi dari murabbi atau naqibnya atau ditugaskan oleh
struktur gerakan dakwah.
Tugas pokok asisten ta’lim tarbawi adalah:
1. Menyiapkan sarana penyelenggaraan ta’lim tarbawi
2. Bertanggung jawab mengelola administrasi ta’lim tarbawi.
3. Menggantikan tugas atau mencari pengganti ketika murabbi tidak dapat
menyampaikan madah tarbiyah.
4. Menjadi fasilitator saat berlangsungnya proses ta’lim tarbawi.
Muatan
Muatan ta’lim tarbawi sepenuhnya mengacu pada kurikulum tarbiyah marhalah tamhidi.
Dimungkinkan untuk melakukan pengembangan dan modifikasi pada muatan ta’lim tarbawi dalam
rangka mengefektifkan proses pencapaian muwashafat marhalah tamhidi.
Mekanisme
Kegiatan ta’lim tarbawi dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Ta’lim tarbawi dilaksanakan dengan frekuensi sepekan sekali.
2. Bila tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sebagaimana point 1, kegiatan
ta’lim tarbawi dapat dilaksanakan dua pekan sekali, dengan konsekuensi proses
pencapaian muwashafat dan masa tarbiyah relatif menjadi lebih lama.
3. Peserta dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis kelamin. Jika tidak
memungkinkan, maka dapat dilakukan penggabungan antara peserta laki‐laki
dan perempuan dengan tetap memperhatikan adab islami dalam
pelaksanaannya.
4. Ta’lim tarbawi dapat dibentuk melalui:
a) Hasil rekruting baru.
b) Pengalihan dari majelis ta’lim yang ada.
c) Diversifisikasi majelis ta’lim yang ada dari sisi mawad.
d) Penggabungan beberapa halaqah tamhidi yang tidak efektif.
5. Pengelolaan dan mutabaah Ta’lim Tarbawi dilakukan oleh usrah di mana murabbi
berada.
6. Pembentukan, perubahan dan penataan ta’lim tarbawi menjadi tanggung jawab
usrah murabbi di bawah supervisi struktur elemen tarbiyah di atasnya.
Tarbiyah Fardiyah
Salah satu sarana tarbiyah dalam marhalah tamhidi adalah tarbiyah Fardiyah.
Tarbiyah Fardiyah adalah peran dan tugas individu dalam konteks amal islami, dengan keharusan
melakukan interaksi sosial yang bersifat personal untuk memperoleh satu tujuan dan sasaran
dengan unsur‐unsur pendekatan yang baru, di luar kelaziman pelaksanaan tarbiyah jama’iyah pada
umumnya seperti halnya dalam bentuk halaqah. Unsur‐unsur pendekatan dalam tarbiyah fardiyah
diusahakan agar seseorang pada awalnya tertarik dengan fikrah Islam melalui proses tarbiyah dan
takwin, baru setelah itu mengajaknya terlibat dan berpartisipasi lebih jauh lagi dalam amal da’wah.
Dalam hal ini diberikan kebebasan bagi siapa saja yang hendak menjalankan misi Tarbiyah Fardiyah
untuk memanfaatkan seoptimal mungkin seluruh akses (relasi) dan pra‐kondisi untuk melakukan
penetrasi fikrah dan mengupayakan kepuasan objek dakwah (mutarabbi fardi) dengan fikrah‐fikrah
yang ditawarkan kepadanya.
Minimal ada enam prinsip untuk melancarkan efisiensi dan efektivitas tarbiyah fardiyah:
1. Al‐Manhaj As‐salim, yaitu konsep yang benar, yang mampu mencetak pribadi
dan generasi islami, konsep yang terpadu dan menyeluruh meliputi aspek‐aspek
tarbiyah fikriyah, ruhiyah dan akhlaqiyah.
2. Al‐qudwah al‐hasanah, yaitu dalam hal ketaqwaan, ke‐wara’‐an dan
pengamalan ilmunya.
3. Al‐bi’ah As‐shalihah, yaitu dengan menyediakan nuansa dan iklim yang cocok
untuk setiap individu, khususnya pada masa‐masa memasuki tahapan
pembentukan pertama.
4. At‐Tajarrud, yaitu totalitas seorang Murabbi yang mengemban misi dakwah
dalam rangka membentuk kepribadian individu muslim dan memfokuskan hal
itu.
5. Tadarruj, yaitu seorang Murabbi dalam konteks Tarbiyah fardiyah hendaknya
memperhatikan tahapan‐tahapan logis, seperti dengan stressing masalah‐
masalah aqidah sebelum masalah Ibadah, masalah ibadah sebelum konsep
kehidupan yang lebih luas, ringkasnya adalah “Kulliyat Qabla Juz‐iyat” .
6. Ar‐Rifq wal‐lin, sikap lembut dan halus adalah sarana dalam mentarbiyah, oleh
karenanya hendaklah bersabar atas segala kegagalan dan kesalahan sampai
datangnya satu masa dimana buah dari kesabaran itu akan tampak membuahkan
hasilnya.
Sarana dan keistimewaannya
Adapun sarana tarbiyah fardiyah banyak macamnya yang dapat digunakan secara bertahap sesuai
dengan tahapan pendekatan murabbi terhadap individu mad’unya. Dalam bentuk tatap muka
misalnya (liqa’), seorang murabbi tarbiyah fardiyah bisa memanfaatkan pertemuan dengan
membaca Al‐Qur’an, mengkaji hadits atau sirah, pertemuan tersebut sedapat mungkin dicarikan
waktu dan tempatnya yang cocok, bisa juga memanfaatkan pertemuan ta’lim di masjid, seminar
Ilmiah, atau dengan mengajaknya ke rumah makan, dalam bentuk yang lebih sederhana sarana
tarbiyah fardiyah bisa dengan menghadiahkan sebuah buku yang bermuatan fikrah Islam, sehingga
pada pertemuan berikutnya bisa didiskusikan hasil dari bacaan buku tersebut. Semua hal tersebut di
atas adalah sebagian dari sarana‐sarana tarbiyah fardiyah. Adapun selebihnya seorang murabbi
dengan kecerdasannya dapat mengeksplorasi dan mengembangkan sarana‐sarana lainnya lebih
banyak lagi.
Karakteristik Dai Murabbi
Adapun beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang dai murabbi antara lain adalah:
1. Al‐fahmu as‐syamil al‐kamil (pemahaman yang lengkap dan menyeluruh)
2. Ma’rifatu al‐waaqi’ al‐‘amali (mengenal realita lapangan)
3. Al‐khibrah bin‐nufus (memiliki ilmu dan pengalaman berinteraksi dengan
berbagai karakter mutarabbi).
Langkah pertama yang harus dimulai dalam menjalankan misi tarbiyah fardiyah ini adalah menjalin
hubungan dengan seseorang yang hendak diproses, dan berusaha semaksimal mungkin mengenali
orang tersebut, mengenali pikirannya, pemahamannya, persepsinya dan mencermati sela‐sela
kelemahannya. Dengan begitu akan dapat dipastikan dan diketahui bentuk‐bentuk pendekatan
aplikatif apa yang mungkin bisa diimplementasikan terhadap orang tersebut.
Setelah mengenali dan meyakini bahwa orang tersebut memang laik (memiliki maslahat) untuk
didakwahi, maka mulailah sang dai bersama orang tersebut melakukan rekreasi spiritual (rihlatul
iman), dalam rihlah inilah sang mad’u digiring untuk melalui tiga tahap perkembangan yang
terbangun di atasnya nilai‐nilai kepribadian Islam dan atribut‐atribut keimanan.
Ketiga tahap periode perkembangan tersebut hendaknya secara tertib dan runtut harus dilalui oleh
sang mad’u, karena hal itu merupakan faktor yang sangat mendasar bagi terbangunnya kepribadian
islami yang menyeluruh dan terhindarnya kesalahan fatal dalam menyampaikan pesan‐pesan
dakwah.
Tiga Tahap Perkembangan
Adapun ketiga periode perkembangan tersebut adalah:
Pertama: Periode pembinaan aqidah
Kedua: Periode aplikasi
Ketiga: Periode pemetaan amal islami
Kaidah Asasiyah
Terakhir, yang menjadi catatan penting dalam mentarbiyah adalah kaidah‐kaidah asasiyah yang
harus di perhatikan oleh sang Murabbi, dan menerapkan kaidah‐kaidah tersebut disela‐sela
aktivitasnya dalam menjalankan tarbiyah fardiyah. Kaidah‐kaidah tersebut di antaranya adalah:
4. Ar‐rifq (lembut).
5. Al‐ibti’adu anidz‐dzammi wal‐‘itab (menghindari sedapat mungkin mencela dan
memaki).
6. At‐tarbiyah tamhid wat‐tasywiq at‐tasyji’ (Tarbiyah adalah mengantar, membuat
rindu, dan mendorong semangat).
B. USRAH
Usrah adalah unit terkecil gerakan dakwah sebagai wadah aktivitas tarbawi, jama’i dan ijtima’i bagi
anggotanya. Menurut marhalahnya usrah dibagi menjadi usrah muntasibin, usrah muntazhimin,
usrah ‘amilin dan usrah mutakhashishin. Usrah merupakan stelsel terkecil gerakan dakwah dan
berada dalam posisi paling depan dalam mengemban amanah dakwah. Liqa’ Usrah (LU) di semua
marhalah dilakukan secara rutin setiap pekan.
a. Tujuan Khusus Untuk Anggota:
1) Tercapainya peningkatan kepribadian muslim yang istiqamah, meliputi aspek
aqidah, ibadah, pemikiran, tsaqafah, akhlaq, harakah, manajemen, tanzhim dan
siyasah.
2) Tercapainya peningkatan kualitas ukhuwah dengan menjalankan kewajiban, adab,
serta hak ukhuwah dan menjauhkan hal‐hal yang merusaknya.
3) Terbina kebiasaan untuk mendengar pendapat orang lain, dan memberikan
pendapatnya sendiri dengan benar leluasa dan bertanggung jawab.
4) Termotivasinya semangat anggota mentarbiyah diri sendiri.
5) Terbinanya amal jama’i anggota sehingga dapat saling mendayagunakan potensi
yang ada.
6) Terlaksananya musyawarah dengan anggota yang lainnya dalam menyelesaikan
qadhaya yang muncul baik fitri, nafsi, ruhi, fikri, haraki dan tanzhimi.
7) Terbentuknya SDM yang berkualitas Muntazhim.
b. Tujuan Khusus Untuk Keluarga
1) Tepat dalam memilih pasangan hidup sesuai dengan kaidah syar’iyah dan adab
tanzhimi.
2) Terbinanya keluarga sesuai dengan nilai Islam.
3) Terlaksananya adab‐adab Islam di dalam rumah tangga.
c. Tujuan Khusus Untuk Masyarakat
1) Terwujudnya peran serta para anggota bersama dengan binaan dan simpatisan
dalam aktivitas Islami di masyarakat.
2) Terwujudnya pemahaman anggota terhadap masalah‐masalah sosial dan terlibat
aktif dalam mencari solusinya.
3) Itqan dalam bekerja dan selalu berusaha meraih prestasi yang tertinggi dalam
bidangnya.
4) Terpengaruhinya secara khusus masjid di lingkungan tempat tinggal anggota
usrah
5) Terpengaruhinya tempat‐tempat perkumpulan di masyarakat, seperti club‐club
olah‐raga dan sosial.
d. Tujuan Khusus Untuk Gerakan Dakwah
1) Terpenuhinya kualifikasi SDM yang berpotensi di bidangnya.
2) Terwujudnya perluasan wilayah kerja usrah
3) Termotivasinya SDM untuk menjalin kerja sama dakwah dengan gerakan Islam
pada khususnya dan berbagai lapisan masyarakat pada umumnya.
4) Termotivasinya SDM yang mampu mewariskan program kerja dakwah kepada
generasi berikutnya.
5) Terpenuhinya SDM yang mampu menjalankan program‐program dakwah yang
dibebankan padanya
Komposisi
1. Usrah terdiri dari naqib, amin dan anggotanya.
2. Jumlah anggota usrah minimal 5 orang maksimal 8 orang, termasuk di dalamnya
naqib dan amin.
3. Pembentukan usrah didasarkan prioritas berikut
a) Adanya kedekatan usia tanzhim.
b) Adanya kedekatan mustawa tsaqafi.
c) Adanya kedekatan usia.
d) Adanya kedekatan wilayah geografis.
e) Adanya kedekatan dalam suasana kejiwaan.
f) Anggota usrah terdiri dari berbagai latar belakang tsaqafah yang saling menunjang.
Rukun Usrah
1. Ta’aruf: mengenali dan mencintai saudaranya karena Allah mencakup ta’aruf
zhahiri, nafsi dan fikri. Menjaga agar tidak membuat suasana keruh dan kering
dengan mengamalkan perintah Al‐Quran dan seruan hadits tentang ukhuwah.
2. Tafahum: menjauhkan diri dari hal‐hal yang menyebabkan kerenggangan dan
melaksanakan sesuatu yang dapat melahirkan mawaddah dan rahmah.
3. Takaful: saling mencari peluang untuk dapat memikul beban saudaranya, di
mana satu sama lainnya saling membantu dengan penuh keikhlasan dan
persaudaraan.
Adab Liqa
1. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap kesuksesan usrah.
2. Mempersiapkan diri secara matang baik ruhi, fikri, jasadi dan bahan‐bahan yang
akan dibicarakan dalam liqa
3. Memberikan waktu yang asasi untuk liqa‐at usariyah
4. Mengikuti acara dengan baik dan penuh perhatian.
5. Disiplin dengan seluruh program‐program usrah.
6. Arif dalam bertukar pendapat dan pikiran.
7. Aktif dalam menyegarkan suasana liqa dengan info baru, materi, penampilan,
hadiah dan apa saja yang berguna sehingga suasana liqa usari menjadi hal yang
dirindukan.
Waktu dan Tempat
1. Mentaati ketentuan waktu yang telah disepakati.
2. Memperhatikan kelayakan tempat liqa.
3. Memperhatikan kondisi shahibul bait (pemilik rumah).
4. Cakap dalam menyesuaikan antara waktu dan baramij (program).
5. Tempat liqa hendaknya bergilir.
6. Lama pertemuan 2 hingga 5 jam .
7. Liqa yang dilaksanakan malam hari tidak lebih dari jam 23.00.
8. Liqa akhwat dilaksanakan siang hari.
Naqib
Setiap usrah dipimpin oleh seorang naqib. Naqib adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah pada
anggota muntasib, muntazhim, amil dan takhashush.
Baramij Usrah
Yang dimaksud dengan baramij liqa usari tanzhimi adalah acara yang wajib diikuti dalam
melaksanakan liqa usari tanzhimi dengan tertib, sehingga terealisir ahdaf usrah. Baramij ini dapat
ditambah sesuai dengan kebutuhan masing‐masing usrah. Adapun tertib acaranya adalah sebagai
berikut:
C. PENUGASAN
Penugasan adalah upaya pelaksana dalam pencapaian tujuan tarbiyah dengan melibatkan atau
memerintahkan peserta tarbiyah untuk melaksanakan, mengikuti suatu sarana di luar sarana
tarbiyah yang lain. Atau dapat dikatakan bahwa penugasan adalah cara pengajaran dengan
memberikan tugas dalam bentuk tugas baca, menghadiri acara tertentu, atau tugas‐tugas lainnya
yang kemudian dipertanggungjawabkan kepada murabbi/naqib/pelaksana tarbiyah yang
memberikan tugas tersebut. Tujuannya agar pemahaman peserta lebih mantap, pengalamannya
lebih terintegrasi dan terdorong untuk berusaha lebih giat lagi.
Sasaran
12. Meningkatkan interaksi fikriyah dan amaliyah dakwah peserta tarbiyah
13. Menumbuhkan mas‐uliyah peserta tarbiyah dalam melaksanakan tugas‐tugas
dakwah .
14. Menumbuhkan semangat menuntut ilmu peserta tarbiyah.
15. Memperluas hubungan peserta tarbiyah dengan lingkungan tarbiyah.
Bentuk Kegiatan
1. Kultum
2. Telaah/bedah buku
3. Ziarah masyayikh
4. Tugas kepanitiaan
5. Kliping media
6. Menjadi pembicara
7. Menulis Makalah. Dll.
D. MABIT dan JALASAH RUHIYAH
Sasaran
1. Menguatnya hubungan dengan Allah Taala dan kecintaan kepada Rasulullah Saw
baik secara ruhi, fikri maupun ’amali.
2. Terteladaninya pola hidup Rasulullah saw dan salafus shalih.
3. Menguatnya ukhuwah dan bi’ah islamiyah.
4. Meningkatnya ruhul jihad dalam beramal jama’i.
5. Terlaksananya salah satu ’ilaj tarbawi.
Adab persiapan fardi
1. Menyiapkan jiwa sebaik‐baiknya dengan memperbanyak dzikrullah dan menjauhi
maksiat di siang harinya serta berazam untuk menepati waktu dan baramij yang
telah disepakati bersama.
2. Menyiapkan raga sebaik‐baiknya seperti melakukan qailulah atau tidak
memforsir tenaga di siang harinya.
3. Menghadirkan hati dan menghidupkan suasana ruhi. Misalnya, mandi terlebih
dahulu sebelum mendatangi mabit, memakai wangi‐wangian, dan lain‐lain sesuai
dengan situasi yang dihadapi.
Adab persiapan jama’i
1. Menyiapkan perlengkapan untuk mabit.
2. Menyiapkan ha‐hal yang menunjang acara, seperti penjemputan, buat cover dan
lain‐lain.
3. Melakukan pengkondisian agar mabit dapat terlaksana secara maksimal.
Adab pelaksanaan
1. Tidak makan pada saat taujih berlangsung
2. Senantiasa merasakan muraqabatullah.
3. Tidak banyak bercanda.
4. Segera berwudhu jika dirasakan mengantuk ketika mendengarkan taujih dan
dzikir.
5. Berwudhu sebelum tidur dan memperhatikan adab serta adzkar menjelang dan
bangun tidur.
6. Saling mengingatkan terutama dari mas’ul atau murabbi terhadap saudaranya
saat lalai atau kurang disiplin dalam melaksanakan agenda mabit.
7. Shahibul bait ikut tidur bersama dengan saudaranya yang lain.
8. Memaafkan saudara‐saudaranya dalam hati sebelum tidur.
Adab Penutupan
1. Membaca doa‐doa khitam majelis secara lengkap.
2. Menjaga kebersihan tempat.
3. Keluar dari tempat acara dengan tertib dan memperhatikan amniyah.
Mabit
A. Ta’rif Mabit
Mabit adalah kata dalam bahasa Arab yang artinya bermalam. Dalam pemahaman
dakwah “Mabit” adalah salah satu sarana tarbiyah untuk membina ruhiyah, melembutkan
hati, membersihkan jiwa, membiasakan fisik untuk beribadah, khususnya tahajjud, dzikr,
tadabbur dan tafakkur.
Dalam aktifitas dakwah di Indonesia kalimat “Mabit” dipilih untuk menggantikan
kalimat “Katibah” yang berarti: batalyon pasukan.
B. Tujuan Mabit
1. Terpeliharanya sisi ruhiyah kader dengan ibadah dan dzikir
2. Menjaga hubungan dekat dengan Allah SWT sebagai syarat perlindungan dan
pemeliharaan dakwah ini dari para musuhnya. seperti yang telah Rasulullah sampaikan
dalam hadita Qudsiy:
: - ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ﺎل َر ُﺳﻮل اﷲ َ َ ﻗ: ﺎل َ َ ﻗ، - رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ- ﻋﻦ أﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮة
ٍ ﺸ
ﻲء َ ب إِﻟَ ﱠﻲ َﻋ ْﺒﺪي ﺑ ِ ﺑﺎﻟﺤ ْﺮ ِ َ َ)) إ ﱠن اﷲ ﺗَـ َﻌﺎﻟَﻰ ﻗ
َ َوَﻣﺎ ﺗَـ َﻘ ﱠﺮ، ب َ ُ َﻣ ْﻦ ﻋﺎدى ﻟﻲ َوﻟﻴّﺎً ﻓَـ َﻘ ْﺪ آذَﻧْـﺘُﻪ: ﺎل
ِ ال ﻋﺒ ِﺪي ﻳـﺘﻘ ﱠﺮب إﻟَﻲ ﺑﺎﻟﻨﱠﻮاﻓِ ِﻞ ﺣﺘﱠﻰ ْ ﺐ إﻟَ ﱠﻲ ِﻣ ﱠﻤﺎ اﻓْـﺘَـ َﺮ
ﻓَﺈذَا، ُأﺣﺒﱠﻪ َ َوَﻣﺎ ﻳَـ َﺰ ُ َ ْ َ َ ُ ﱠ، ﺖ َﻋﻠَ ِﻴﻪ ُ ﺿ َﺣ ﱠَأ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َوِر ْﺟﻠَﻪ، ﺶ ﺑِ َﻬﺎ
ُ وﻳَ َﺪﻩُ اﻟﱠﺘﻲ ﻳَـ ْﺒﻄ، ﺼ َﺮﻩُ اﻟﱠﺬي ﻳُـ ْﺒﺼ ُﺮ ﺑِﻪ َ َ َوﺑ، ﻤﻌﻪُ اﻟﱠﺬي ﻳَ ْﺴ َﻤ ُﻊ ﺑِﻪ َ ﺖ َﺳ ُ أَﺣﺒَﺒﺘُﻪُ ُﻛ ْﻨ
اﺳﺘَـ َﻌﺎ َذﻧِﻲ ﻷ ُِﻋﻴ َﺬﻧﱠﻪُ (( رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ْ َوﻟَﺌِ ِﻦ، ُ َوإ ْن َﺳﺄَﻟَﻨﻲ أ ْﻋﻄَْﻴﺘُﻪ، اﻟﱠﺘِﻲ ﻳَ ْﻤﺸﻲ ﺑِ َﻬﺎ
Barang siapa yang memusuhi kekasihku maka Saya nyatakan perang dengannya. Dan
tidak ada amalan untuk mendekatkan diri kepada‐Ku yang lebih Aku cintai dibandingkan
apa saja yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan tidak hentinya hamba‐Ku
mendekatkan diri kepada‐Ku dengan ibadah‐ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya.
Maka jika Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran yang digunakannya
mendengar, mata yang digunakannya melihat, tangan yang digunakannya memegang,
kaki yang digunakannya berjalan. Jika ia meminta pasti akan Aku berikan, dan jika ia
berlindung pasti Aku lindungi. (HR. Al Bukhariy)
3. Mempererat hubungan antara sesama kader untuk semakin menguatkan mahabbah
fillah
4. Membiasakan kader melakukan muhasabah diri
5. Membiasakan kader untuk taat dan disiplin
C. Syiar Mabit
Syiar: 1
Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. QS. Ali Imran: 101
Syiar: 2
syiar: 3, Taat dan patuh
ٌ ﺖ ُﻣ ْﺴﺘَـ ْﻴ ِﻘ
ﻆ َ ْﺖ َﺷ ْﺒـ َﻌﺎ ُن َوﻧُ ْﻢ َوأﻧ
َ ُْﻛ ْﻞ َوأﻧ
Makanlah meskipun kamu kenyang, tidurlah meskipun kamu berjaga
Syiar: 4
ُﻚ ﻟَ ْﻔﻈُﻪ
َ ﻚ َﳊْﻈُﻪُ َﱂْ ﻳـَُﺮﺑﱢ
َ َﻣ ْﻦ َﱂْ ﻳـَُﺮﺑﱢ
Barang siapa yang sikapnya tidak bisa mentarbiyahmu, maka kata‐katanya tidak akan pula
membinamu
D. Waktu dan Tempat Mabit
1. Mabit dilaksanakan setiap bulan sekali
2. Mabit dimulai dari ifthar jama’i sampai waktu syuruq
3. Mabit dilaksanakan di masjid yang dapat menampung jumlah kader, mudah dijangkau,
dan terjaga sisi amniyyahnya
4. Mabit Usroh dilaksanakan di rumah salah seorang anggota atau tempat lain yang
disepakati yang memadai dan pantas.
E. Adab‐Adab Mabit
1. Menghadirkan niat yang ikhlas, dan anggota badan yang khusyu agar mendapatkan
ridha Allah SWT dari setiap ucapan dan perbuatan
2. Senantiasa merasakan Muraqabah (pengawasan) Allah dalam seluruh aktifitasnya, dan
menyadari bahwa para Malaikat memenuhi majlis itu, sebagai majlis dzikir
3. Senantiasa tafakkur, tadabbur dalam setiap doa yang dibaca selama mabit, baik doa
sendiri maupun berjamaah.
4. Mendengarkan dan menyimak bacaan Al Qur’an yang dibaca atau didengar
5. Menyimak dengan seksama taujih yang disampaikan dalam kesempatan itu
6. Bersungguh‐sungguh dalam melaksanakan kegiatan mabit
7. Bersungguh‐sungguh dalam membersihkan jiwa raga
8. Menerima semua nasehat, arahan, dan perintah dengan baik dan mengharapkan
balasan dari Allah SWT
9. Disiplin dalam seluruh agenda mabit, sejak waktu berkumpul sampai berakhir
10. Melaksanakan semua perintah dan aturan mabit, seperti: tidur, jaga, makan, minm, dan
tugas‐tugas lain
11. Tidak banyak makan dan minum, dan mendisiplinkan diri mengendalikan nafsu
12. Tidak berlebihan dalam fasilitas. Ingat bahwa mabit pertama dilakukan dengan
hamparan tanah dan berbantul sepatu.
13. Tidak bercanda dan bergurau untuk menjaga suasana ruhiyah yang dipenuhi dengan
ibadah, dzikr, dan doa
F. Agenda Mabit
1. Wazhifah Kubra
2. iftor jama’iy
3. shalat maghrib berjamaah, dzikir, doa sampai isya
4. shalat isya’ berjamaah
5. Kalimat iftitah dari amirul katibah, atau yang ditunjuk
6. Tilawah Al Qur’an, tasmi, atau membagi AL Qur’an untuk dibaca khatam oleh peserta
7. Tausiyah qur’aniyyah, sirah nabawiyah dan da’wah
8. Istirahat (hirasah bergantian)
9. Qiyamullail (hirasah bergantian)
10. Istighfar dan doa
11. Sahur (jika hari puasa)
12. Shalat subuh berjamaah
13. Wazhifah Kubra
14. Shalat syuruq
15. Evaluasi dan penutupan
G. Indikator Keberhasilan
1. Mabit dianggap berhasil jika dihadiri oleh minimal 90% jumlah peserta yang harus hadir,
2. Peserta dianggap hadir jika datang paling lambat Isya berjamaah serta mengikuti seluruh
agenda mabit hingga selesai. Jika kurang dari waktu tersebut dianggap tidak hadir.
3. Tersampaikannya materi mabit.
4. Terlaksananya qiyamullail.
5. Terlaksananya wazhifah kubra.
Bagi yang tidak hadir harus mengqadha pada mabit di grup lain pada bulan yg sama
Jalsah Ruhiyah untuk Akhwat
A. Ta’rif Jalsah Ruhiyah
Jalsah Ruhiyah adalah salah satu sarana tarbiyah bagi kader akhwat untuk membina
ruhiyah, membersihkan jiwa,dan melembutkan hati
B. Landasan Syar’iy
)) إ ﱠن: - ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ﺎل َر ُﺳﻮل اﷲ َ َ ﻗ: ﺎلَ َ ﻗ، - رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ- ﻋﻦ أﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮة
ٍ َ وﻣﺎ ﺗَـ َﻘ ﱠﺮب إِﻟَﻲ ﻋﺒﺪي ﺑ، ب ِ
ﺐ إﻟَ ﱠﻲ
َﺣ ﱠ
َ ﺸﻲء أ َْ َ ﱠ َ َ ِ ﺑﺎﻟﺤ ْﺮ
َ ُ َﻣ ْﻦ ﻋﺎدى ﻟﻲ َوﻟﻴّﺎً ﻓَـ َﻘ ْﺪ آذَﻧْـﺘُﻪ: ﺎل
َ َاﷲ ﺗَـ َﻌﺎﻟَﻰ ﻗ
ِ ال ﻋﺒ ِﺪي ﻳـﺘﻘ ﱠﺮب إﻟَﻲ ﺑﺎﻟﻨﱠﻮاﻓِ ِﻞ ﺣﺘﱠﻰ ْ ِﻣ ﱠﻤﺎ اﻓْـﺘَـ َﺮ
ُﻤﻌﻪ
َ ﺖ َﺳ ُ ﻓَﺈ َذا أَﺣﺒَﺒﺘُﻪُ ُﻛ ْﻨ، ُأﺣﺒﱠﻪ َ َوَﻣﺎ ﻳَـ َﺰ ُ َ ْ َ َ ُ ﱠ، ﺖ َﻋﻠَ ِﻴﻪ ُ ﺿ
َوإ ْن، َوِر ْﺟﻠَﻪُ اﻟﱠﺘِﻲ ﻳَ ْﻤﺸﻲ ﺑِ َﻬﺎ، ﺶ ﺑِ َﻬﺎ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ وﻳَ َﺪﻩُ اﻟﱠﺘﻲ ﻳَـ ْﺒﻄ، ﺼ َﺮﻩُ اﻟﱠﺬي ﻳُـ ْﺒﺼ ُﺮ ﺑِﻪ
َ َ َوﺑ، اﻟﱠﺬي ﻳَ ْﺴ َﻤ ُﻊ ﺑِﻪ
اﺳﺘَـ َﻌﺎذَﻧِﻲ ﻷ ُِﻋﻴ َﺬﻧﱠﻪُ (( رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ْ َوﻟَﺌِ ِﻦ، َُﺳﺄَﻟَﻨﻲ أ ْﻋﻄَْﻴﺘُﻪ
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu‐ berkata: Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam‐
bersabada: Sesungguhnya Allah –subhanahu wata’ala‐ berfirman: Barang siapa yang
memusuhi kekasihku maka Saya nyatakan perang dengannya. Dan tidak ada amalan
untuk mendekatkan diri kepada‐Ku yang lebih Aku cintai dibandingkan apa saja yang
telah Aku wajibkan kepadanya, dan tidak hentinya hamba‐Ku mendekatkan diri kepada‐
Ku dengan ibadah‐ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah
mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran yang digunakannya mendengar, mata
yang digunakannya melihat, tangan yang digunakannya memegang, kaki yang
digunakannya berjalan. Jika ia meminta pasti akan Aku berikan, dan jika ia berlindung
pasti Aku lindungi. (HR. Al Bukhariy)
C. Tujuan Jalsah Ruhiyah
6. Terpeliharanya sisi ruhiyah kader dengan ibadah dan dzikir
7. Menjaga hubungan dekat dengan Allah SWT sebagai syarat perlindungan dan
pemeliharaan dakwah ini dari para musuhnya
8. Mempererat hubungan antara sesama kader untuk semakin menguatkan mahabbah
fillah
9. Membiasakan kader melakukan muhasabah diri
10. Membiasakan kader untuk taat dan disiplin
D. Syiar Jalsah Ruhiyah
Syiar: 1
Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. QS. Ali Imran: 101
Syiar: 2
syiar: 3, Taat dan patuh
ٌ ﺖ ُﻣ ْﺴﺘَـ ْﻴ ِﻘ
ﻆ َ ْﺖ َﺷ ْﺒـ َﻌﺎ ُن َوﻧِ ْﻢ َوأﻧ
َ ُْﻛ ْﻞ َوأﻧ
Makanlah meskipun kamu kenyang, tidurlah meskipun kamu berjaga
Syiar: 4
ُﻚ ﻟَ ْﻔﻈُﻪ
َ ﻚ َﳊْﻈُﻪُ َﱂْ ﻳـَُﺮﺑﱢ
َ َﻣ ْﻦ َﱂْ ﻳـَُﺮﺑﱢ
Barang siapa yang sikapnya tidak bisa mentarbiyahmu, maka kata‐katanya tidak akan pula
membinamu
E. Waktu dan Tempat Jalsah Ruhiyah
1. Jalsah Ruhiyah dilaksanakan setiap bulan sekali
2. Jalsah Ruhiyah dilaksanakan minimal selama empat jam, sebelum waktu maghrib
3. Jalsah Ruhiyah dilaksanakan di masjid atau tempat yang dapat menampung jumlah
kader, mudah dijangkau, dan terjaga sisi amniyyahnya
F. Adab‐Adab Jalsah Ruhiyah
1. Menghadirkan niat yang ikhlas, dan anggota badan yang khusyu agar mendapatkan
ridha Allah SWT dari setiap ucapan dan perbuatan
2. Senantiasa merasakan Muraqabah (pengawasan) Allah dalam seluruh aktifitasnya, dan
menyadari bahwa para Malaikat memenuhi majlis itu, sebagai majlis dzikir
3. Senantiasa tafakkur, tadabbur dalam setiap doa yang dibaca selama mabit, baik doa
sendiri maupun berjamaah.
4. Mendengarkan dan menyimak bacaan Al Qur’an yang dibaca atau didengar
5. Menyimak dengan seksama taujih yang disampaikan dalam kesempatan itu
6. Bersungguh‐sungguh dalam melaksanakan kegiatan mabit
7. Bersungguh‐sungguh dalam membersihkan jiwa raga
8. Menerima semua nasehat, arahan, dan perintah dengan baik dan mengharapkan
balasan dari Allah SWT
9. Disiplin dalam seluruh agenda mabit, sejak waktu berkumpul sampai berakhir
10. Melaksanakan semua perintah dan aturan mabit, seperti: tidur, jaga, makan, minm, dan
tugas‐tugas lain
11. Tidak banyak makan dan minum, dan mendisiplinkan diri mengendalikan nafsu
12. Tidak berlebihan dalam fasilitas. Ingat bahwa mabit pertama dilakukan dengan
hamparan tanah dan berbantul sepatu.
13. Tidak bercanda dan bergurau untuk menjaga suasana ruhiyah yang dipenuhi dengan
ibadah, dzikr, dan doa
G. Agenda Jalsah Ruhiyah
1. Iftitah (pembukaan)
2. Tasmi’
3. Sambutan struktur
4. Arahan Kaderisasi
5. Taujih Rabbaniyah
6. Wazhifah Kubra
7. Waqfah Tarbawiyah (diam sejenak merenungkan akhwat yang dikenalnya dan qiyadah
dalam dakwah)
8. Ifthor Jama’i
9. Shalat maghrib berjamaah
10. Evaluasi dan penutupan
H. Indikator Keberhasilan
6. Jalsah Ruhiyah dianggap berhasil jika dihadiri oleh minimal 90% jumlah peserta yang
harus hadir,
7. Peserta dianggap hadir jika datang paling lambat sebelum acara tasmi’ Al Qur’an serta
mengikuti seluruh agenda hingga selesai. Jika kurang dari waktu tersebut dianggap tidak
hadir.
8. Tersampaikannya materi Jalsah Ruhiyah
9. Terlaksananya wazhifah kubra.
Bagi yang tidak hadir harus mengqadha pada Jalsah Ruhiyah di wilayah/daerah lain pada bulan yg
sama..
Lailatul katibah dilakukan dengan suasana taqasyuf (sederhana dalam makan, pakaian dan penuh
kekhusyu'an)
E. TARBIYAH TSAQAFIYAH (TATSQIF)
Tarbiyah Tsaqafiyah (selanjutnya disebut tatsqif) adalah salah satu sarana utama penerapan manhaj
yang bersifat ilzami (wajib) melalui pembekalan tsaqafah dan penguasaan keilmuan kepada seluruh
peserta tarbiyah marhalah tamhidi dan muayyid.
Sasaran
1. Terpeliharanya penyampaian mawad tatsqif sesuai dengan manhaj ‘alami.
2. Tercapainya peningkatan kualitas dan isti’ab tarbawi.
3. Terpenuhinya sasaran‐sasaran tarbiyah pada semua marhalah.
Model pelaksanaan
Tarbiyah tsaqafiyah dilakukan secara reguler dengan memungkinkan penggunaan teknologi
komunikasi seperti teleconference untuk jarak yang jauh. Pelaksanaannya didasarkan pada
ketersediaan sumber daya, sarana, dan prasarana masing‐masing struktur daerah.
Program Tarbiyah Tsaqafiyah
Program tarbiyah tsaqafiyah dilaksanakan dengan sistem paket, dimana dalam sistem ini struktur
pengelola membuat tatsqif secara paket dan kemudian memberikan sertifikat kepada peserta yang
dinyatakan lulus dalam ujian tatsqif. Sebaiknya struktur pengelola tatsqif mengadakan kerjasama
dengan wajihah profesional di dalam mengelola tatsqif, agar tarbiyah tsaqafiyah bisa
diselenggarakan dengan profesional, berbobot dan bisa dipertanggungjawabkan.
Langkah Pelaksanaan Tarbiyah Tsaqafiyah
i. Langkah Persiapan
1. Pengelola menyiapkan paket rencana tarbiyah tsaqafiyah selama 1 tahun (buat
bahan paket tahunan)
2. Dalam mempersiapkan paket tarbiyah tsaqafiyah hendaknya mengikuti
ketentuan berikut: Seluruh madah tarbawiyah dalam setiap jenjang harus dibuat
dalam bentuk paket; Satu paket madah tarbawiyah terdiri dari 5 – 8 kali
pertemuan, setiap pertemuan minimal 120 menit.
3. Dimungkinkan dalam satu madah tarbawiyah, untuk dibuat lebih dari satu paket,
apabila madah tersebut terlalu panjang untuk dijadikan satu paket.
4. Pengelola dapat bekerjasama dengan wajihah yang profesional, sebagai
pelaksana tarbiyah tsaqafiyah.
5. Pengelola mendata peserta tarbiyah tsaqafiyah dan mengklasifikasikan sesuai
levelnya.
6. Pengelola mengumumkan daftar peserta, susunan kelas, dan jadwal tarbiyah
tsaqafiyah
7. Pengelola dan atau pelaksana menginventarisir nama‐nama calon muwajjih
8. Pelaksana memastikan susunan kelas, jadwal kuliah, kapasitas kelas, muwajjih,
modul madah tarbawiyah dan lainl‐lain. Dan mensosialisasikannya kepada
peserta
9. Pengelola membuat multaqa muwajjihin yang dihadiri pelaksana untuk
menyatukan visi dalam penyelenggaraan tarbiyah tsaqafiyah, pembekalan, dan
membuat MOU dengan para muwajjih
10. Pelaksana memberikan jadwal tarbiyah tsaqafiyah kepada setiap muwajjih sesuai
dengan bidang studi yang ditentukan.
Langkah Pelaksanaan
1. Pelaksana telah memastikan peserta tarbiyah tsaqafiyah, muwajjih, susunan
kelas, kehadiran, lembar evaluasi muwajjih, modul madah yang akan
disampaikan, dan tata tertib tarbiyah tsaqafiyah.
2. Pelaksana menunjuk pengurus kelas tarbiyah tsaqafiyah
3. Pelaksana menyerahkan daftar hadir peserta kepada muwajjih
4. Pelaksana membuat daftar hadir kehadiran muwajjih dan peserta
5. Pelaksana memutabaah kehadiran muwajjih dan peserta dengan ketat dan
menyiapkan muwajjih pengganti
6. Muwajjih menyampaikan materi dengan efektif
Langkah Evaluasi
1. Pelaksana menentukan waktu ujian akhir tahun
2. Pelaksana melaksanakan ujian akhir
3. Pelaksana menyerahkan hasil ujian kepada muwajjih untuk dikoreksi
4. Pengelola mengumumkan hasil ujian akhir kepada setiap peserta melalui struktur
5. Pelaksana membuat rapot kepada peserta tarbiyah tsaqafiyah yang lulus ujian
akhir
6. Pelaksana membuat ujian ulang bagi peserta yang nilainya di bawah standar
7. Pelaksana mendokumentasikan hasil ujian, baik yang lulus atau yang tidak lulus,
dan selanjutnya menyerahkan dokumentasi tersebut kepada pengelola/struktur
setempat
8. Pelaksana dan pengelola membuat evaluasi perjalanan proses belajar mengajar.
F. DAURAH
Daurah adalah forum intensif untuk mendalami suatu tema atau keterampilan/keahlian tertentu.
Diikuti oleh peserta dengan persyaratan tertentu dan dilaksanakan dalam waktu relatif lebih lama.
Mudarrib acara daurah dipilih berdasarkan kepakaran/spesialisasi dalam bidang‐bidang tertentu
yang didaurahkan/dikursuskan.
1. Daurah (Kursus Khusus)
Adalah daurah/kursus yang dilaksanakan oleh gerakan dakwah dengan peserta khusus lingkungan
gerakan dakwah atau oleh dan untuk gerakan dakwah. Biasanya untuk mawad‐mawad tertentu
terkait kebijakan, strategi gerakan dakwah dan keahlian tertentu yang khas.
2. Daurah (kursus Umum)
Adalah daurah/kursus yang bisa saja diselenggarakan oleh gerakan dakwah atau pihak eksternal
dimana pesertanya‐pun bisa internal atau eksternal. Gerakan dakwah bisa memanfaatkan pelatihan‐
pelatihan yang diselenggarakan oleh institusi eksternal (wajihah ‘amah) dengan rekomendasinya,
dan setelah peserta mengikuti pelatihan ini maka oleh pengelola/pelaksana.
H. TA’LIM
Ta’lim adalah bentuk penyampaian mawad tarbiyah tsaqafiyah sekaligus tarbiyah jamahiriyah yang
diselenggarakan melalui sarana‐sarana umum seperti masjid atau majelis ta’lim dengan penamaan
ta’lim fil masjid, ta’lim rutin, majelis ta’lim, ta’lim melalui televisi, atau ta’lim melalui radio. Muwajjih
ta’lim ini bisa dari kalangan muntasib/muntazhimin atau bahkan dari kalangan non‐
muntasibin/muntazhim.
Untuk itu para pengelola tarbiyah perlu menginventarisir kegiatan‐kegiatan yang bersifat ta’lim
tersebut yang kemudian diinformasikan kepada para peserta tarbiyah untuk mengikutinya.
Kemudian murabbi/naqib memutabaah sejauh mana pencapaian muwashafat atas madah‐madah
yang disampaikan melalui ta’lim
Tujuan
1. Nasyrul fikrah Islamiyah shahihah, syamilah dan ashilah di masyarakat demi
terwujudnya ra‐yul ’am, wa’yul ’am dan ta‐yid ’am Islami.
2. Meningkatkan kecintaan pada masjid dan dukungan terhadap risalahnya sebagai
pusat kegiatan dan pembinaan umat.
I. RIHLAH
Rihlah adalah suatu perjalanan rekreasi yang bersifat tarbawi, manhaji dan tanzhimi dengan kegiatan
yang disiapkan untuk mencapai sasaran pemulihan dan penyegaran potensi ruhi, fikri dan jasadi
serta penguatan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Pelaksanaan rihlah minimal sehari
dan maksimal 3 hari. Rihlah diikuti keluarga masing‐masing anggota; Dilaksanakan minimal setahun
sekali; Mengutamakan kesempatan rekreasi bagi ummahat (para ibu).
Sasaran
1. Meningkatkan kesegaran dan kebugaran tubuh.
2. Menghilangkan kejenuhan dan kepenatan dalam bekerja.
3. Meningkatkan kualitas hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan.
4. Meningkatkan ta'aruf, mahabbah dan itsar.
Adab persiapan
Menyiapkan diri untuk rihlah; Rihlah sesuai dengan kemampuan; Memperhatikan peran masing‐
masing dalam mensukseskan acara.
Adab pelaksanaan
Membaca doa safar ketika hendak berangkat; Menghidupkan sunnah dzikrullah sesuai dengan
situasi dan kondisi; Menjauhi afaatul lisan; Menjaga suasana syura dan ta’awun; Meningkatkan nilai
tafakkur dan i’tibar; Menjaga adab safar; Memperhatikan peraturan setempat.
Baramij
Ditentukan oleh usrah atau halaqah yang direncanakan terlebih dahulu dengan berpedoman pada
tujuan dan sasaran rihlah yang kemudian dievaluasi di usrah/halaqah.
J. MUKHAYYAM
Mukhayyam adalah perkemahan yang dilaksanakan dengan waktu, lokasi dan peraturan tertentu.
Sasaran
1. Terwujudnya kebugaran, kekuatan dan keterampilan fisik kader
2. Tumbuhnya kedisiplinan, ketaatan dan kesiap‐siagaan.
3. Terlatihnya sifat‐sifat keprajuritan, kepemimpinan dan kemampuan bersabar
dalam kesulitan.
4. Tertingkatkannya dan terpeliharanya semangat perjuangan dan pengorbanan.
5. Terpeliharanya dan tertingkatkannya ruhul ukhuwah dan ‘amal jama’i.
6. Terbentuknya personil dan regu Kepanduan
Sifat
1. Edukatif: memberikan pendidikan ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah.
2. Relijius: seluruh kegiatan yang ada terbingkai dalam nuansa Islami.
3. Heroik: meningkatkan semangat perjuangan dan pengorbanan yang tinggi.
4. Rekreatif: memberikan nuansa rihlah, penyegaran dan hiburan.
5. Ukhuwah: meningkatkan jiwa persaudaraan dan ‘amal jama’i.
Baramij:
Kegiatan‐kegiatan dalam Mukhayyam terdiri dari beberapa aspek:
Aspek Ruhiyyah:
1. Ruhiyah i’tiqadiyah‐khuluqiyah, yang merupakan rangkaian nilai‐nilai keikhlasan,
keyakinan, keridhoan, kesederhanaan, ta’abbudiyah, kepedulian lingkungan dan
tawakkal.
2. Ruhiyah ukhawiyah, yang merupakan rangkaian nilai‐nilai ta’aruf, ta’awun,
takaful, salamatush‐shadr, itsar, dan kepedulian sosial.
3. Ruhiyah tanzhimiyah, yang merupakan rangkaian nilai‐nilai indhibath
(kedisiplinan), tha’ah (ketaatan), amanah, jundiyah – qiyadiyyah, dan ’amal
jama’i
4. Ruhiyah jihadiyah, yang merupakan rangkaian dari nilia‐nilai i’dad wal isti’dad
(kesiapsiagaan), tadh‐hiyah (pengorbanan), tsabat (keteguhan) dan wa’yul‐amni
(sense of security).
Aspek Fikriyah
1. Wawasan Kepanduan
2. Manajemen Kepemimpinan
3. Sirah Nabawiyah dan Sirah Sahabat
4. Ashalah Dakwah
5. Pengetahuan Life‐skill
Aspek Jasadiyah/Fanniyah
1. Senam
2. Jogging
3. Bela diri praktis
4. Life‐skill
5. Long March
K. NADWAH
Nadwah adalah pertemuan ilmiah kader dalam satu jenjang struktur atau mustawa tarbiyah untuk
melakukan kajian dan analisa permasalahan dengan masing‐masing berkontribusi pemikiran dan
pandangan yang didukung dengan argumentasi ilmiah
Sasaran
1. Membangun tradisi ilmiah dan kontestasi gagasan
2. Membangun tradisi dialog
3. Menemukan cara yang mudah dalam memecahkan masalah dari banyak gagasan
4. Mempromosikan kader‐kader yang memiliki spesialisasi dalam bidang keilmuan
5. Memudahkan bertemunya kader dari berbagai wilayah di sebuah acara, sehingga
mereka bisa meningkatkan ta’aruf, tafahum, tarabuth (ikatan) untuk maslahat
dakwah
Waktu dan Frekwensi
1. Nadwah dilaksanakan tiga bulan sekali
2. Nadwah dilaksanakan selama satu hari dari jam 09.00 sampai jam 17.00
3. Nadwah dilaksanakan dalam dua sesi
Peserta dan Pengelola
1. Nadwah Kader
a. Peserta adalah kader inti sesuai jenjang keanggotaan
b. Jumlah minimal 25 orang maksimal 50 orang (jika jumlah kader di suatu daerah tidak
memenuhi jumlah minimal perjenjang maka digabung dengan daerah/wilayah
terdekat, atau ke jenjang di bawahnya)
c. Nadwah kader Ahli dilaksanakan oleh Kaderisasi Tingkat Wilayah
d. Nadwah Kader Muntazhim dilaksanakan oleh Kaderasasi Tingkat Daerah
e. Nadwah Kader Muntasib dilaksanakan oleh Kaderisasi Tingkat Daerah/Kecamatan
2. Nadwah Struktur
a. Nadwah fraksi dan pejabat publik
b. Nadwah DPTP dan pengurus sampai bidang
c. Nadwah Departeman (Kluster)
d. Nadwah DPTW, pengurus dan fraksi, pejabat publik tingkat daerah dan propinsi
e. Nadwah struktur dapat menghadirkan nara sumber eksternal
Agenda Acara
1. Pembukaan
2. Tasmi’/tilawah (bisa menunjuk salah satu peserta)
3. Sambutan struktur
4. Nadwah tema 1
a. Moderator nadwah
b. Pemakalah 1,2,3 (masing‐masing 5 menit)
c. Diskusi peserta
d. Kesimpulan / rekomendasi
5. Istirahat/sholat zhuhur
6. Nadwah tema 2
a. Moderator nadwah
b. Pemakalah 1,2,3 (masing‐masing 5 menit)
c. Diskusi peserta
d. Kesimpulan / rekomnedasi
7. Istirahat/sholat Ashar
8. Ma’tsurat Kubra
9. Penutupan
Tata Tertib Peserta
1. Sebelum Acara Nadwah Berlangsung
a. Ikhlas niat untuk mengikuti acara
b. Hadir sebelum acara dimulai
c. Mengisi absen/regestrasi
d. Sudah mengkaji tema yang sudah ditetapkan sebelumnya
e. Membawa alat tulis
2. Ketika Acara Berlangsung
a. Bersemangat mengikuti acara nadwah
b. Memperhatikan adab hiwar/berdialog
c. Memperhatikan adab majlis
d. Menjaga ketertiban majlis (menonaktifkan hp)
Indikator Keberhasilan
1. Nadwah dianggap berhasil jika dihadiri oleh 80% dari jumlah yang harus hadir
2. Peserta dianggap hadir jika datang paling lambat sebelum sesi pertama dimulai
dan mengikuti sampai selesai
3. Berlangsung suasana diskusi yang dinamis dan melibatkan minimal 50% peserta
yang hadir
4. Ada kesimpulan dan follow up dari nadwah
Bab 11
MEDIA TARBIYAH
Bab ini menggambarkan pengertian daya ingat dan media, tujuan penggunaan media, jenis media,
dan prinsip penggunaan media.
Definisi
Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Batasan mengenai
pengertian media sangat luas, namun kita membatasinya pada media tarbiyah saja, yakni media
yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan tarbiyah.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
peserta sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Arief Sadiman, 1986)
A. Daya Ingat Dan Media
Hasil tarbiyah yang sifatnya kognitif—dalam manhaj ini disebut dengan ulum marhalah—ditentukan
oleh sejauh mana peserta tarbiyah mengetahui, mengingat, memahami, menganalisis, mensintesis,
bahkan mengevaluasi dari informasi yang diterima. Mengingat merupakan ranah yang pertama
dalam tingkatan kognitif, artinya bila mengingat materi tarbiyah lebih banyak akan memudahkan
bagi peserta untuk mencapai ranah‐ranah berikutnya.
Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran (tarbiyah) sudah
mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu tarbiyah sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini
bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan media cetak,
menjadi penyediaan‐permintaan dan pemberian layanan secara multi‐sensori dari beragamnya
kemampuan individu untuk menyerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib
bervariatif dan secara luas. Selain itu, dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi
dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan tarbiyah
semakin menuntut dan memperoleh media tarbiyah yang bervariasi secara luas pula.
Karena memang tarbiyah adalah proses internal dalam diri manusia maka murabbi bukanlah
merupakan satu‐satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber
belajar yang disebut orang. AECT (Association for Educational Communication and Technology)
membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:
1. Pesan; di dalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran.
2. Orang; di dalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.
3. Bahan; merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan
pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT
(over head transparency), program slide, alat peraga, dan sebagainya (biasa
disebut software).
4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti atau hardware) untuk
menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP,
slide, film tape recorder, dan sebagainya.
5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam
memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya
mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay),
dan sebagainya.
6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk di dalamnya pengaturan ruang,
pencahayaan, dan sebagainya.
Bahan dan alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pendidikan.
B. Tujuan Penggunaan Media
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan media, sehingga keberadaannya sangat diperlukan
dalam proses tarbiyah. Adapun fungsi dan tujuan media adalah:
1. Membantu menyampaikan pesan dalam proses komunikasi.
2. Menyederhanakan hal‐hal yang rumit, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
3. Menunjukkan hal‐hal yang abstrak menjadi sesuatu yang lebih nyata, sehingga
informasi dapat dipahami dengan baik.
4. Memberikan persepsi yang seragam (uniformity) kepada setiap peserta tarbiyah,
walaupun jumlah peserta banyak dan mengajar secara berulang‐ulang.
5. Menimbulkan minat belajar, apalagi menggunakan media jenis multi media
6. Mencapai sasaran lebih banyak, karena ada pepatah: satu gambar bermakna
1000 kata.
7. Mengatasi hambatan bahasa, karena dengan media yang baik tanpa dikomentari
oleh fasilitator sudah dapat bercerita sendiri.
8. Merangsang dalam menyampaikan pesan.
9. Membuat belajar lebih banyak dan lebih cepat.
10. Meneruskan pesan‐pesan.
11. Mempermudah penyampaian.
C. Jenis Media
Mengapa perlu media dalam tarbiyah? Pertanyaan yang sering muncul, mempertanyakan
pentingnya media dalam tarbiyah. Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan kongkret
dalam tarbiyah, karena proses tarbiyah rabbani (belajar mengajar) hakikatnya adalah proses
komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang
dituangkkan ke dalam
m simbol‐sim
mbol komunikkasi baik verbal (kata‐katta & tulisan) maupun non‐verbal,
proses ini dinamakkan encoding. Penafsiraan simbol‐simbol komunikasi terse but oleh mutarabbi
m
dinamakkan decoding g.
Dalam ggambar ini pada beberrapa bagiann sudah mencantumkan n jenis meddianya. Padaa masing
media/p pengalaman tersebut terlihat seberaapa besar tingkat ke‐kon
ngkret‐an daan ke‐abstra
ak‐annya.
Sehinggaa hal ini meemudahkan bagi
b murabbbi dalam memilih dan menggunakan
m n media/pen ngalaman
belajar. Media tarbiyyah yang dap pat digunakaan ditunjukkaan oleh Tabe el di bawah inni (Anderson
n, 1976):
Kelo
ompok Media
a Media Instruksional
1. Aud
dio pitaa audio (rol attau kaset)
pir ingan audio
raddio (rekaman ssiaran)
2. Cettak bukku teks terpro ogram
bukku pegangan//manual
bukku tugas
3. Aud
dio – Cetak bukku latihan dileengkapi kaset
gam mbar/poster ((dilengkapi auudio)
4. Pro
oyek Visual Diam film
m bingkai (slid
de)
film
m rangkai (berrisi pesan verb
bal)
5. oyek Visual Diam
Pro film
m bingkai (slid
de) suara
den
ngan Audio film
m rangkai suarra
6. Visual Gerak film
m bisu dengan n judul (captio
on)
7. Visual Gerak den
ngan film
m suara
Auddio viddeo/vcd/dvd
8. Ben
nda bennda nyata, mo odel tiruan (m
mock up)
9. Komputer media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted
Instructional) & CMI (Computer Managed Instructional)
Di samping media yang disebutkan di atas, media mutakhir yang sangat berguna adalah telepon, HP
(mobile‐learning), VoIP (Voice over Internet Protocol, teknologi yang mampu melewatkan trafik suara,
video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP), VC (Video Conference) dan internet (e‐
learning). Media ini digunakan terutama untuk tarbiyah jarak jauh dan dengan kelas yang lebih dari
satu (distributed class). Bertambahnya kader menuntut untuk menerapkan metode tarbiyah yang
cocok untuk jumlah kader yang besar dan tersebar luas di dalam maupun luar negeri.
D. Prinsip Penggunaan Media
Prinsip dalam pengguna media adalah:
1. Tidak ada satu metode dan media yang harus dipakai dengan meniadakan media
yang lain.
2. Media tertentu cenderung lebih tepat untuk dipakai dalam menyajikan sesuatu
materi tarbiyah daripada media lain.
3. Tidak ada satu media pun yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan
tarbiyah.
4. Penggunaan media yang terlalu banyak secara sekaligus justru akan
membingungkan dan tidak memperjelas materi tarbiyah.
5. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang matang untuk menggunakan media
tarbiyah, terutama yang menggunakan teknologi. Jika tidak, maka media akan
menjadi penghambat proses tarbiyah karena disibukkan dengan gangguan yang
terjadi pada saat menggunakan media tersebut.
6. Media harus menjadi bagian integral dari proses tarbiyah.
7. Mutarabbi harus dipersiapkan dan diperlakukan sebagai peserta yang aktif,
sehingga terdorong untuk melakukan tarbiyah dzatiyah lebih baik.
8. Peserta harus ikut serta bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi selama
proses tarbiyah.
9. Secara umum perlu diusahakan penampilan yang positif daripada yang negatif,
atau meniadakan yang negatif.
10. Hendaknya tidak menggunakan media pendidikan sekadar sebagai selingan atau
hiburan, pengisi waktu, kecuali memang tujuannya demikian.
11. Pergunakan kesempatan menggunakan media yang interaktif.
Bab 12
PRASARANA TARBIYAH
Berjalannya proses tarbiyah tidak hanya semata‐mata mengandalkan efektivitas halaqah ataupun
usrah. Kedua sarana tersebut memang merupakan institusi pokok yang harus ada dalam tarbiyah
nukhbawiyah. Namun untuk mencapai sasaran tarbiyah dengan baik juga diperlukan prasarana
penunjang.
Prasarana yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan
proses tarbiyah, tetapi keberadaannya dapat membantu proses tarbiyah, seperti peningkatan
kemampuan membaca Al‐Quran dapat lebih ditajamkan di lembaga yang khusus mengelola aktivitas
tersebut. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan tertentu dalam materi tarbiyah dengan
metode pelatihan, maka lembaga pelatihan menjadi lembaga penunjang bagi proses tarbiyah seperti
ini. Prasarana dibagi menjadi dua jenis:
A. Infrastruktur
Beberapa lembaga infrastruktur manhaj tarbiyah dapat berfungsi sebagai prasarana. Peranan
lembaga infrastruktur beberapa lembaga di bawah ini sangat penting dalam perjalanan proses
tarbiyah.
1. Ma’had
Salah satu misi tarbiyah adalah membentuk seorang dai yang memiliki wawasan keislaman yang luas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak mungkin hanya melalui pertemuan halaqah/usrah saja. Maka
diperlukan sebuah lembaga infrastruktur yang dapat menyiapkan seorang dai dari aspek wawasan
keislaman.
Keberadaan ma’had sebagai pusat kajian Islam sangat diperlukan, baik untuk pendalaman materi
yang bersifat umum juga untuk menjembatani murabbi yang tidak sempat dan atau tidak mampu
menyampaikan materi dalam jumlah yang besar, khususnya materi yang terkait dengan dasar‐dasar
keislaman. Mawad tarbiyah yang disampaikan melalui halaqah/usrah umumnya berbentuk rasmul
bayan, lebih bersifat global, rangkuman umum, stimulan dan pendorong. Salah satu kelemahannya
adalah tidak mencapai kedalaman ilmiah yang memadai. Karenanya, untuk mendalami pengetahuan
Islam dan tema‐tema tertentu harus didapatkan melalui ma’had atau lembaga studi Islam.
Keberadaan ma’had jelas sangat mendukung proses tarbiyah.
2. Lembaga (Markas) Tahsin Atau Tahfizh Al‐Quran
Dalam bidang studi Al‐Quran, salah satu tujuan instruksionalnya adalah seorang mutarabbi memiliki
kemampuan yang baik dalam membaca Al‐Quran, mengerti hukum‐hukum tajwid dan mampu
menghafal beberapa juz Al‐Quran. Untuk itu, markas atau lembaga tahfizh‐tahsin Quran dapat
menjadi tempat pencapaian tujuan tersebut secara tidak langsung, tanpa menghilangkan peran
murabbi/naqib dalam mengontrol perkembangannya. Pendirian lembaga/markaz Al‐Quran
diharapkan akan dapat mendongkrak kinerja aktivis dakwah
3. Masjid, Majelis Ta’lim
Madah tarbiyah yang bersifat ammah dapat disampaikan di masjid atau majelis ta’lim. Karena itulah
keberadaan infrastruktur masjid dan majelis ta’lim sangat diperlukan sebagai salah satu alternatif
pelaksanaan proses tarbiyah. Umumnya penyelenggara ta’lim adalah masjid yang sudah memiliki
SDM tertentu, sehingga bisa mengadakan program ta’lim. Pelaksanaan tarbiyah di majelis ta'lim dan
masjid harus berkoordinasi dengan ta’mir masjid.
4. Radio, Program Televisi
Radio atau sejenisnya adalah prasarana infrastruktur yang strategis dalam proses tarbiyah islamiyah
yang bersifat ammah, sehingga pembentukan fikrah akan dapat berjalan dengan baik. Materi‐materi
untuk kelompok dasar‐dasar keislaman dan pengembangan individu hendaknya mempunyai bobot
cair, sehingga proses penyelenggaraannya dapat dilaksanakan melalui tarbiyah massal melalui radio
atau TV.
5. Lembaga Pelatihan
Lembaga pelatihan sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi tarbiyah tadribiyah, yaitu materi
yang memerlukan pelatihan motorik dan keterampilan lainnya. Lembaga pelatihan harus mampu
mengubah cara belajar dari hanya sekadar mengetahui (how to know) yang cenderung bersifat teori
atau normatif menjadi bagaimana melakukan atau menjalankan sesuatunya (how to do) yang
bersifat praktis dan implementatif.
Sasaran tarbiyah nukhbawiyah adalah membentuk kepribadian muslim dan kepribadian dai. Salah
satu sifat yang melekat dalam kepribadiannya adalah keterampilan‐keterampilan tertentu yang
pencapainnya hanya melalui pelatihan, seperti penguasaan bahasa, penguasaan keterampilan
manajerial/organisasi. Proses pencapaian tujuan tarbiyah yang bersifat keterampilan (skill)
memerlukan lembaga pelatihan atau kursus. Pelaksana tarbiyah harus melakukan inventarisasi
lembaga‐lembaga pelatihan di sekitarnya untuk dijadikan salah satu sarana tarbiyah.
6. Lembaga Kajian Keislaman
Beberapa madah tarbiyah akan lebih baik jika dilaksanakan dan disiapkan oleh lembaga kajian
keislaman. Pada lembaga tersebut madah tarbiyah dapat disajikan secara ilmiah dan mendalam.
Dampak dari lancarnya proses Tarbiyah Tsaqafiyah pada lembaga kajian Islam akan menguatkan sisi‐
sisi pemahaman peserta tarbiyah.
7. Lembaga Kajian Issu Kontemporer
Beberapa madah tarbiyah memerlukan kajian kontemporer yang selalu mengangkat kasus terkini.
Berjalannya prasarana ini dapat membentuk kemampuan berfikir lebih luas. Untuk itu diperlukan
infrastruktur berupa lembaga‐lembaga yang mengkaji masalah‐masalah kontemporer. Lembaga ini
dapat dijadikan think tank untuk memunculkan pemikiran‐pemikiran yang bersifat operasional dan
untuk memecahkan masalah sosial masyarakat yang sedang dihadapi. Lembaga kajian ini juga
berfungsi memback‐up ikhwah yang duduk di lembaga legislatif dan eksekutif untuk
mengembangkan gagasan secara lebih luas.
8. Yayasan Keislaman, LSM, Lembaga Keuangan, Dan Usaha Dagang
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu
kebaikan. Jika ada semboyan, bahwa dalam dakwah, kami bukanlah ulama. Kami adalah para
pelaksana (nahnu fi dakwah lasna ulamauha, walakin amiluha), maka seyogianya dapat
menyadarkan kita perlunya membuat sarana‐sarana yang dapat membuat amal islami yang lebih
banyak. Untuk itu prasarana infrastruktur lembaga keislaman yang dapat berbentuk yayasan, LSM,
NGO, lembaga keuangan, dan lain sebagainya merupakan sarana real training setelah mendapatkan
ilmu. Apalagi jika lembaga keislaman tersebut dapat melakukan aktivitas yang dapat membantu
hajat masyarakat secara luas, maka dakwah sya’biyah akan lebih baik lagi.
9. Perpustakaan
Perpustakaan adalah paru‐paru sebuah lembaga pendidikan. Apabila proses tarbiyah tidak difasilitasi
perpustakaan sebagai sarana infra‐struktur, maka bagai manusia yang tidak memiliki paru‐paru.
Dinamikanya akan tidak segar bahkan mati.
Buku adalah salah satu sumber ilmu yang berperan memberikan kedalaman pengetahuan terhadap
sesuatu hal. Apa yang didapatkan dalam usrah/halaqah barulah bersifat pokok‐pokok penting dari
suatu tema. Karena itu setiap peserta tarbiyah juga harus melengkapi dirinya dengan perpustakaan
pribadi. Jika tidak mungkin, peserta dan pengelola tarbiyah bisa membuat perpustakaan umum
untuk skala kabupaten/kotaMuntasib. Minimal di setiap kabupaten/kotaMuntasib harus ada satu
perpustakaan yang menyediakan buku‐buku maraji’ Tarbiyah Tsaqafiyah. Perpustakaan tersebut
tidak harus dimiliki oleh peserta tarbiyah, yang penting mereka bisa mengakses dan membaca buku‐
buku maraji’ tersebut. Para penerbit Islam juga didorong untuk memprioritaskan menerjemahkan
buku‐buku maraji’ yang belum diterjemahkan atau perlu diterbitkan ulang.
10. Klub Olah Raga, Bela Diri, Pecinta Alam Dan Kepanduan
Fikrah dakwah kita adalah jama’ah riyadhiyah (klub olah raga). Sasaran tarbiyah fardiyah kita adalah
menyiapkan ikhwah agar memiliki badan yang sehat, kuat, dan memiliki keterampilan bela diri.
Dalam beberapa muwashafat mengharuskan kita untuk sehat, cek kesehatan dengan teratur dan
olahraga dengan rutin. Sehingga untuk dapat merealisasikan seluruh tujuan tarbiyah tersebut sangat
diperlukan prasarana yang mengarahkan tentang penyiapan kekuatan fisik, yaitu seperti kelompok
olah raga, bela diri, pecinta alam, kepanduan, penyedia layanan kesehatan (health provider).
Agar tarbiyah jasadiyah lebih terarah, maka setiap wilayah hendaknya menyiapkan dengan berbagai
lembaga infrastruktur yang mungkin atau memanfaatkan potensi di luar gerakan dakwah dengan
optimal. Agar SDM kesehatan dan SDM yang memiliki keterampilan kesehatan dapat bekerja sama
secara sinergis untuk mengelola tujuan tarbiyah jasadiyah ini.
B. Prasarana Proses Tarbiyah
Peralatan yang disiapkan oleh tempat ta’lim rutin. Adapun sarana yang harus disiapkan oleh tuan
rumah atau yang bertanggung jawab dengan tempat yaitu:
1. Peralatan tulis menulis (spidol, penghapus, papan tulis dan lain‐lain)
2. Ruangan, sebaiknya tempat memperhatikan aspek kebersihan, suci, rapi,
terbebas dari polusi suara, polusi bau tidak sedap, polusi pandangan yang tidak
islami, ventilasi, pencahayaan, daya tampung peserta dan lain‐lain.
3. Tikar dan sejenisnya, sajadah, kotak infaq dan lain‐lain
4. Minuman seadanya
5. Kalender (untuk menyusun agenda kegiatan dan program)
6. Tempat sampah, kamar kecil, tempat wudhu, dan lain‐lain.
7. Jika dimungkinkan dengan peralatan media, tape recorder, OHP, LCD, video dan
lain‐lain.
Prasarana yang disiapkan oleh murabbi
1. Mushaf Al‐Quran, dan catatan terakhir giliran tilawah.
2. Kitab hadits.
3. Buku catatan materi dan sejenisnya.
4. Buku referensi pokok.
5. Buku catatan perkembangan mutarabbi dan lain‐lain.
Prasarana Untuk Peserta
Persiapan secara umum.
1. Mushaf Al‐Quran dan catatan terakhir giliran tilawah.
2. Buku catatan dan perlengkapannya.
3. Uang infaq
4. Buku agenda harian dan lain‐lain
Persiapan untuk peserta akhwat (yang membawa anak kecil)
1. Pakaian ganti bayi dan perlengkapannya
2. Makanan, minuman dan perlengkapannya
3. Obat‐obatan jika diperlukan
4. Alas tidur bayi
5. Permainan dan sejenisnya, yaitu untuk mengalihkan perhatian agar tidak
mengganggu proses belajar.
Bab 13
LINGKUNGAN SOSIAL TARBIYAH
Lingkungan adalah kondisi‐kondisi di luar diri peserta tarbiyah yang ikut mempengaruhi keberhasilan
tarbiyah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Macam‐macam lingkungan:
Lingkungan keluarga
Faktor ini membentuk sifat dan karakter dasar setiap orang sejak masa kecilnya dan mempengaruhi
proses perubahan sikap setiap peserta tarbiyah. Faktor ini mencakup: Pola pendidikan dalam
keluarga, hubungan antar anggota keluarga dan pandangan keluarga terhadap Islam dan dakwah.
Lingkungan Masyarakat
Sejak manusia memasuki usia mumayyiz (usia sekolah) faktor lingkungan sosial mulai memberikan
pengaruh yang besar dalam pembentukan identitas dan konsep diri. Lingkungan ini meliputi:
Pergaulan teman sebaya, preferensi gaya hidup yang lebih Muntazhim, keterbukaan informasi dan
media massa serta nilai dan norma di masyarakat.
Lingkungan Pendidikan
Institusi pendidikan adalah faktor berikutnya yang secara langsung mempengaruhi perkembangan
peserta tarbiyah dalam proses internalisasi dengan nilai‐nilai Islam. Maka hadirnya institusi
pendidikan yang islami selaras dan sejalan dengan proses tarbiyah menjadi sangat relevan. Faktor ini
meliputi: pembentukan pola pikir, penguasaan teknologi, keorganisasian, dan gaya hidup.
Lingkungan Pekerjaan
Bagi peserta tarbiyah, bekerja adalah bagian dari kewajiban yang dituntut dalam Islam. Di samping
keyakinan ini, peserta tarbiyah pun dituntut untuk mengimplementasikan nilai‐nilai Islam dalam
ruang lingkup pekerjaannya. Faktor‐faktor yang mempengaruhi mencakup: tuntutan profesionalisme,
etos kerja, budaya perusahaan, politik kantor dan life style.
Lingkungan Profesi
Keberadaan lembaga profesi sekarang ini relevansinya sudah semakin kuat di tengah masyarakat.
Maka kehadiran peserta tarbiyah pun tak bisa disangkal. Interaksi pada lingkungan ini menuntut
banyak peserta tarbiyah untuk menunjukkan sisi‐sisi unggul dirinya dalam konteks kerja‐kerja
profesional. Faktor‐faktor ideologi, budaya, dan profesionalitas menjadi hal yang penting
diperhatikan.
Lingkungan LSM atau NGO
LSM adalah organisasi khas yang dipenuhi para aktivis dengan latar belakang ideologi yang beragam.
Interaksi pada lingkungan ini menuntut adanya kedisiplinan fikrah dan kekokohan ma'nawiyah para
peserta tarbiyah. Faktor‐faktor yang melingkupi adalah: landasan ideologi, strategi, segmentasi, dan
sumber dana.
Lingkungan Sospolhankam
Perubahan‐perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik, baik dalam skala lokal, nasional dan
internasional. Dinamika, lokal, nasional dan internasional seringkali melahirkan perubahan‐
perubahan besar dan mendasar terhadap masyarakat. Hal ini mempengaruhi individu, termasuk
peserta tarbiyah. Faktor ini mencakup: Globalisasi, dinamika dunia Islam, dinamika sosial politik dan
ekonomi, serta dinamika umat dalam skala lokal.
Beragam lingkungan di atas memiliki arus nilai dan pemikiran yang berkembang. Tidak bisa dihindari
interaksinya dengan peserta tarbiyah dengan segala implikasi pengaruhnya. Hal ini meliputi:
Gerakan‐gerakan dakwah yang beragam, aliran pemikiran Islam dan ideologi serta gerakan‐gerakan
non‐Islam.
Kesemua lingkungan di atas bisa berwujud sebagai lingkungan shalihah yang mendukung proses
tarbiyah, atau sebagai lingkungan buruk yang kontra produktif bahkan mengganggu proses tarbiyah.
Dalam kaitan ini, proses tarbiyah menuntut upaya serius untuk mengembangkan lingkungan
shalihah dan mengantisipasi lingkungan sayyi’ah dengan jalan:
1. Membangun fahmul waqi’.
2. Meminimalkan interaksi dengan lingkungan sayyi’ah.
3. Membiasakan interaksi dengan lingkungan shalihah.
4. Membangun imunitas dan kemampuan sikap dalam berinteraksi dengan
lingkungan sayyi’ah.
5. Menumbuhkan ruh amar ma’ruf dan nahi mungkar.
6. Mutabaah personal.
7. Memanfaatkan kondisi dan kejadian‐kejadian untuk optimalisasi pencapaian
sasaran tarbiyah.
8. Menanamkan kepekaan lingkungan.
9. Memanfaatkan kejadian‐kejadian dan peristiwa aktual untuk mencapai tujuan
tarbiyah