Anda di halaman 1dari 21

PENYUSUNAN DESAIN PEMBELAJARAN BERTEMA MAHABBAH PADA

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Studi Al-Qur’an
Dosen Pengampu:
Dr. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag

Disusun Oleh :
Izza Lutfiana
(18770074)

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2018
PENYUSUNAN DESAIN PEMBELAJARAN BERTEMA MAHABBAH PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR

A. Pendahuluan
Mahabbah diambil dari bahasa arab yang artinya cinta. Cinta merupakan rasa
terindah dalam diri setiap manusia. Kata dan perbuatan cinta yang diungkapkan mampu
memberikan energi yang luar biasa. Dalam Islam, mahabbah dibahas dalam kajian
tasawuf. Bahkan tasawuf menempatkan mahabbah pada kedudukan yang tinggi. Hal itu
terlihat dari bagaimana para ulama sufi, seperti al-Ghazali, menempatkan mahabbah
sebagai salah satu tingkatan puncak yang harus dilalui para sufi dan Robi’ah al Adawiyyah
dengan teorinya ”al Mahabbah”. Yang berpandangan bahwa beribadah hanyala murni
karena cinta kepada sang Kholiq, bukan karena takut akan siksaan neraka dan bukan
karena meraih janji kenikmatan surga.
Mahabbah atau cinta sangat diperlukan di dalam kehidupan manusia. Tanpa cinta
manusia tidak akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan, baik cinta kepada sesama, cinta
kepada sang khaliq bahkan cinta kepada makhluk Allah lain seperti tumbuhan dan hewan.
Tapi, cinta kepada sang khaliq harulah diatas segala kecintaan terhadap sesamanya atau
yang lainnya. Maka sepatutnya pendidikan mengenai cinta ditanamkan kepada anak-anak
sejak dini baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat atau sekolah.
Dalam pendidikan formal, mahabbah dapat dimasukkan dalam muatan pendidikan
agama Islam. Penuangan mahabbah dalam muatan pendidikan agama Islam tidak hanya
dengan menambahkan materi pembelajaran akan tetapi dengan mengintegrasikan nilai-
nilai mahabbah ke dalam proses pembelajaran. Untuk menambah dan mengintegrasikan
tema tersebut ke dalam pembelajaran, diperlukan perhatian khusus dalam penyusunan
desain pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan tindakan merancang dan merencanakan model atau
metode pembelajaran, tujuan serta penilaian terhadap peserta didik selepas pembelajaran
untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran seorang guru dituntut memliki kemampuan merancang desain pembelajaran
yang sesuai, efektif dan efisien supaya dapat tercipta suasana belajar yang kondusif
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan kebutuhan peserta didik dapat terpenuhi.

1
Selain itu, memilih metode yang tepat merupakan kunci dalam membantu peserta didik
mencapai keberhasilan pada proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, dalam makalah ini penulis berusaha menyusun desain
pembelajaran dengan tema mahabbah di sekolah dasar.
B. Landasan Empiris
Kenyataan dalam masyarakat, jika berbicara tentang Al-mahabbah (cinta) lebih
dipahami sebagaimana kisah Zalikha dengan Nabi Yusuf, cinta antara hamba dengan
hamba yang berbeda jenis. Hal ini terlihat pada topik utama beberapa novel dan sinetron
yang sangat laris dan disukai oleh sebahagian besar masyarakat saat ini, misalnya ayat-ayat
cinta, ketika cinta bertasbih, cinta Fitri, dan lain-lain. Jadi, dari aspek sosiologi, dengan
cinta yang kuat terhadap sesama manusia dapat menciptakan hubungan yang harmonis,
tolong menolong, dan kasih mengasihi di antara meraka, sehingga tidak terjadi konflik,
baik konflik antar pemeluk agama, maupun konflik akibat perbedaan strata sosial dan
konflik yang lain.
Anggapan masyarakat tersebut terjadi karena mereka salah dalam memahami makna
cinta. Mereka hanya menerima informasi tentang cinta dari lagu dan sinetrron.1 Akibatnya,
banyak kasus yang terjadi dengan alasan cinta, salah satunya adalah bunuh diri.
Berdasarkan catatan Komnas Perlindungan Anak (PA) sepanjang januari sampai juni 2012,
ada 20 kasus bunuh diri dengan korban 80 persen adalah remaja berusia 13-17 tahun.
Delapan di antaranya karena masalah cinta.2 Selain bunuh diri, reaksi yang diakibatkan
karena salah memahami cinta adalah agresi yang diarahkan kepada yang membuat
cintanya tertolak, bukan hanya melukai, melainkan juga berusaha membunuh. Seperti yang
terjadi pada Ella (21) yang ditusuk sebanyak empat kali pada payudaranya oleh Edinson
Leo Purba alias Ompong (26) yang kalap akibat diputus sepihak oleh pacarnya.3
Masyarakat modern saat ini hanya memberikan arti mahabbah secara sempit. Mereka
memberikan arti bahwa cinta merupakan hubungan antara sesama manusia semata.
Padahal jika kita mengkaji lebih dalam makna mahabbah kita akan mendapati pengertian
bahwa mahabbah bukan hanya diperuntukkan bagi sesama manusia tapi juga dengan tuhan
dan makhluk hidup lainnya. Bahkan dalam Islam, mahabbah yang haqiqi ialah hanya Allah
semata.

1
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 345.
2
Lihat Laurel Benny Saron Silalahi, “Putus cinta, salah satu penyebab ABG Indonesia bunuh diri”,
Merdeka.com, 23 Juli 2012.
3
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, hlm. 346-346
2
Dalam arti lain, bahwa masyarakat modern saat ini telah kehilangan arti cinta yang
sesungguhnya. Tentunya kondisi seperti itu tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Artinya,
perlu dicarikan solusi untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat
modern sekarang ini. Maka, penting kirana pembelajaran tentang mahabbah diajarkan pada
sekolah dasar untuk meluruskan angapan masyarakat selama ini.
C. Landasan Teologis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Mahabah ialah perasaan kasih sayang, lupa
akan kepentingan diri sendiri karena mendahulukan cintanya kepada Allah.4
Cinta adalah salah satu pokok kehidupan dan dalam Al-Qur’an kata cinta juga
disebutkan dengan berbagai sinonim atau persamaan kata. Adapun ayat-ayat yang
menyebutkan perihal cinta adalah sebagai berikut :

َّ ‫ب َوالْ ِف‬
‫ض ِة‬ ِ َ‫ات ِمن النِّس ِاء والْبنِني والْ َقن‬
ِ ‫اط ِري الْم َقْنطَ ر ِة ِمن ال َّذ َه‬ ِ ‫الش هو‬ ِ ‫ُزيِّ َن لِلن‬
َ َ ُ ََ َ َ َ َ َ َ َّ ‫ب‬ ُّ ‫َّاس ُح‬
ِ ‫الد ْنيا ۖ واللَّهُ ِعْن َده حسن الْم‬ ِ ِ
‫آب‬ َ ُُْ ُ َ َ ُّ ‫ك َمتَاعُ احْلَيَاة‬ َ ‫َواخْلَْي ِل الْ ُم َس َّو َم ِة َواَأْلْن َع ِام َواحْلَْر ِث ۗ َٰذل‬
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali Imron : 14)

‫اجا لِتَ ْس ُكنُوا ِإلَْي َها َو َج َع َل َبْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرمْح َةً ۚ ِإ َّن‬ ِ ِ ِِ ِ
ً ‫َوم ْن آيَاته َأ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم م ْن َأْن ُفس ُك ْم َْأز َو‬
‫ات لَِق ْوٍم َيَت َف َّك ُرو َن‬
ٍ ‫ك آَل ي‬ِٰ
َ َ ‫يِف ذَل‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Rum : 21)
Abu Bakar Muhammad Ar-Razi (w. 923 M) mengatakan, ayat-ayat yang tersebar di
dalam al-Qur’an itu merliputi keterangan tentang tauhid, kenabian dan ajakan kepada Allah
swt. Dan al-Qur’an dalam menyebut kata “al-Hubb” (cinta) acapkali dikaitkan dengan
cinta Allah kepada manusia, dan juga sebaliknya. Di dalam al-Qur’an surah Ali Imran ayat
31 dijelaskan:

‫يم‬ ِ ‫قُل ِإ ْن ُكْنتُم حُتِ بُّو َن اللَّه فَاتَّبِعويِن حُي بِب ُكم اللَّه وي ْغ ِفر لَ ُكم ذُنُوب ُكم واللَّه َغ ُف‬
ٌ ‫ور َرح‬
ٌ ُ َ ْ َ ْ ْ ََ ُ ُ ْ ْ ُ َ ْ ْ
4
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: PT. Media Pustaka
Phoenix, 2012), hal. 549.
3
Artinya: “Wahai Muhammad, katakanlah, “Jika kalian semua mencintai Allah, maka
ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian semua, dan akan mengampuni dosa
kalian.” (QS. Ali Imran: 31)
Ibnu Abbas menafsirkan kata Ibadah dengan kata al-Makrifah (pengetahuan). Sedang
Makrifah sendiri merupakan barometer dari cintanya seseorang. Oleh karenanya, barang
siapa yang banyak mengetahui tentang Allah, maka cintanya juga sejauh pengetahuannya
itu. Dalam hal ini kaum sufi berpegang pada ayat, berikut :

‫ف يَْأيِت اهللُ بَِق ْوٍم حُيِ ُّب ُه ْم َوحُيِ بُّونَهُ َِأذلٍَّة‬


َ ‫ين ءَ َامنُ وا َمن َي ْرتَ َّد ِمن ُك ْم َع ْن ِدينِ ِه فَ َس ْو‬ ِ َّ
َ ‫يَاَأيُّ َه ا الذ‬
ِ ِ ‫َأع َّز ٍة علَى الْ َك افِ ِرين جُي‬
‫ك‬َ ‫اهلل َوالَ خَيَ افُو َن لَ ْو َم ةَ آلَِئ ٍم َذل‬ ِ ‫اه ُدو َن يِف س بِ ِيل‬
َ َ َ َ
ِ ‫علَى الْم ْؤ ِمنِني‬
َ ُ َ
‫يم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ْ َ‫ف‬
ٌ ‫ض ُل اهلل يُْؤ تيه َمن يَ َشآءُ َواهللُ َواس ٌع َعل‬
“Wahai orang-orang yang beriman, barang siapa yang salah seorang dari kalian
murtad maka Allah akan mendatangkan suatu kaum, di mana Allah akan mencintai mereka
dan mereka akan mencintai-Nya.” (Q.S. Al-Maidah: 54)
Perlu diketahui, bahwasannya terhadap hambahNya yang murtad, Allah tidak
menakut-nakuti dengan mengancam memasukkannya ke dalam neraka yang penuh dengan
siksaan pedih. Melainkan menakut-nakuti mereka dengan cinta. Yakni, akan mengganti
mereka yang murtad itu dengan orang-orang lain, di mana mereka mencintai Allah dan
Allah mencintai mereka. Sesungguhnya murtad merupakan perbuatan syirik yang merusak
akal. Padahal akal merupakan sesuatu yang paling mulia dalam diri mahusia.5
Dari sekian ayat tersebut, pada hakekatnya mahabbah merupakan kecintaan
mendalam secara ruhiyah-qalbiyah kepada Allah, dan sebaliknya kecintaan Allah terhadap
hambanya yaitu dengan memberikan hambanya rasa cinta dan kasih saying terhadap
sesama dan bahkan kepada sang pencipta.
D. Landasan Teoritis
Kata mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang secara harfiah
berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan, cinta, yang mendalam. Dalam Mu’jam
al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan, mahabbah adalah lawan dari al-bughd, yakni cinta
adalah lawan dari benci. Al mahabbah dapat pula berarti al-wudd, al-mawaddah, yakni
kasih atau sayang. Selain itu, al mahabbah dapat pula berarti kecenderungan pada sesuatu
yang sedang berjalandengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan baik yang bersifat
material maupun spiritual, seperti cintanya seseorang yang kasmaran (termabuk cinta) pada
5
Ahmad Bahjat, Bihar Al-Hubb: Pledoi Kaum Sufi, (Malang: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 49-51
4
sesuatu yang dicintainya, orang tua kepada anaknya, sesorang kepada sahabat-sahabatnya,
suatu bangsa terhadap tanah airnya, atau seorang pekerja kepada pekerjaannya.6
Menurut Said Ramadhan Al-Buthy dalam bukunya yang berjudul “Qur’an Kitab
Cinta”, bahwa cinta adalah ketergantungan hati kepada sesuatu sehingga menyebabkan
kenyamanan dihati saat berada didekatnya atau perasaan gelisah saat berada jauh darinya7
Ulama-ulama ma’ani menjelaskan sebagai berikut: “Mahabbah” ialah
kecenderungan hati kepada sesuatu karena indahnya dan lezatnya bagi orang yang
mencintainya8
Salah seorang filosof, Ibn Miskawaih (w. 1030 M.) mengatakan bahwa almahabbah
merupakan fitrah untuk bersekutu sengan yang lain, sehinggah menjadi sumber alami
persatuan. Mahbbah mempunyai dua obyek, yaitu; a) hewani berupa kesenangan dan ini
haram, b) spiritual berupa kebijakan atu kebaikan. Sedang tujuan akhir kebaikan adalh
kebahagiaan ilahi yang hanya dapat dimiliki oleh orang suci.9
Inti al-mahabbah dalam pandangan Ibn Miskawaih adalah penyatuan antara pencinta
dengan kekasihnya, antara manusia dengan Tuhannya, tetapi peryataan yang dimaksud
bukan antara zat dengan zat, melainkan perasaan hambah yang mencapai tingkat al-al-
mahabbah tidak ada batas antara dia dengan Tuhan, karena kemampuannya menghilangkan
sifat nasutnya (kemanusiaan).
Imam al-Ghazali mendefinisikan mahabbah sebagai: “Cinta adalah suatu
kecondongan naluri terhadap suatu hal yang menyenangkan”. Menurut Imam Al-Ghazali,
kadar cinta itu ditentukan oleh tiga faktor, yakni:
1. Cinta tidak akan terjadi tanpa proses pengenalan (ma’rifah) dan pengetahuan.
2. Cinta terwujud sesuai dengan tingkat pengenalan dan pengetahuan.
3. Manusia tentu mencintai dirinya10
Cinta di dalam Islam pertama kali dibahas dan diperkenalkan oleh Rabi‟ah Al-
Adawiyah (w. 185 M)11 dengan konsep mahabbahnya atau cinta Ilahi.
Sedangkan al-Razi menjelaskan bahwa jumhur Mutakallimin mengatakan bahwa al-
mahabbah merupakan salah satu bahagian dari iradah. Iradah itu tidak berkaitan kecuali

6
Hamzah Tualeka dkk, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011), hal. 317.
7
Said Ramadhan Al-Buthy, Quran Kitab Cinta, (Jakarta: Hikmah), hal. 13
8
Mahmud bin Asy-Syarif, Nilai Cinta dalam Al-Qur’an, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1993), hal. 51.
9
M.M. Sharif, History of Philosophy, vol. I (Wiesbaden: Otto Harrassuwitz, 1963), h. 447
10
Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin Ma’a Muqaddimah Fi at-Tasawwuf al-Islami wa Dirasah
Takhliliyyah Lisyakhsiyyah al-Ghazali wa Falsafah fi al-Ihya‟, Jilid IV, (Kediri: Dar al-Ummah, t.th), hal.
228.
11
Totok Jumantoro & Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 131.
5
apa yang dapat dijangkau, sehingga al-mahabbah tidak mungkin berhubungan dengan Zat
Tuhan dan sifat-sifat-Nya, melainkan ketaatan kepada-Nya.12 Begitu pula pendapat al-
Zamakhsyari sebagai salah seorang tokoh Mu’tazilah bahwa al-mahabbah adalah iradah
jiwa manusia yang ditentukan dengan ibadah kepada yang dicintai-Nya bukan kepada
selain-Nya.13
Pandangan tersebut, menggambakan mahabbah kepada Tuhan adalah mematuhi
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak melakukan sesuatu yang
dapat menimbulkan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Apa yang dilakukan adlah
yang mendatangkan kebaikan.
Dari pemaparan di atas, cinta secara definitif atau terminologi sulit didefinisikan
karena cinta berhubungan dengan emosi yang tidak nampak secara lahir. Cinta hanya dapat
dijelaskan dengan kaitan-kaitannya dengan hal selainnya seperti Tuhan, manusia, dan alam
semesta.

E. Desain Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual,
dan terukur. Tujuan pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang hendak harus
dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, tujuan pembelajaran dijadikan acuan dalam
pemilihan jenis materi, strategi, metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran. Terdapat empat unsur pokok dalam perumusan tujuan
pembelajaran, yaitu :
1. Audience : siswa
2. Behavior : aktivitas siswa dalam pembelajaran
3. Condition : keadaan siswa sebelum dan sesudah aktivitas pembelajaran
4. Degree : tingkat penampilan yang dapat dilakukan oleh siswa
Adapun tujuan setelah pembelajaran mahabbah ialah :
1. Siswa dapat memahami dan mengerti mahabbah dengan baik dan benar.
2. Setelah menyaksikan video tentang kekuasaan Allah, siswa dapat menyebutkan
bukti-bukti Allah cinta hambanya.

12
Lihat Fakhr al-Din Muhammad bin ‘Umar bin al-Husain bin al-Hasan ibn ‘Ali al-Tamimi alBakri
al-Razi, Tafsir al-Kabir, jilid XVI (Beirut: Dar al-Fikr, 1990), h. 229.
13
Lihat Abi al-Qasim Jarallah Mahmud bin ‘Umar al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf ‘an Haqaiq alTanzil
wa ‘Uyun al-Aqawil Wujuh al-Ta’wil, juz I (Beirut: Dar al-Fikr, t. Tht.), h. 423.
6
3. Siswa dapat menyebutkan pengertian mahabbah dengan menggunakan bahasanya
sendiri.
4. Siswa dapat menyebutkan dalil tentang cinta di Al-Qur’an dengan benar.
5. Siswa dapat menyebutkan bentuk-bentuk cinta dengan benar.
6. Siswa dapat memberikan contoh dari cinta terhadap Allah minimal dua.
7. Siswa dapat memberikan contoh dari cinta terhadap sesama minimal dua.
8. Siswa dapat memberikan contoh dari cinta terhadap hewan dan tumbuhan
minimal dua.
9. Siswa dapat mengamati bukti cinta Allah disekitar mereka dengan baik.
10. Siswa dapat melaporkan hasil pengamatan dengan baik.
11. Siswa dapat membiasakan diri mengucapkan kalimat toyyibah dikehidupan
sehari-hari.
b. Materi Pokok Pembelajaran
Siapa yang tidak mengenal kata cinta? Cinta telah hadir sejak zaman nabi Adam
diciptakan, dan kemudian diciptakanlah Hawa sebagai pasangan hidupnya. Cinta juga
merupakan fitrah alami manusia dan tanpa keberadaan cinta, orang menyebutnya
sebagai perasaan hampa.cinta juga banyak memberikan inspirasi dan pengorbanan akan
tetapi cinta jugalah yang kadang membawa kesengsaraan bagi mereka yang
merasakannya. Dalam kehidupan manusia cinta muncul dalam berbagai hal termasuk
cinta kepada istri, anak, harta dan tahta dan sebagainya. Islam sebagai agama dan
membawa rahmat Allah SWT juga mengenal dan menghargai adanya cinta. Untuk
mengetahui bagaimana islam memandang cinta, maka simaklah uraian berikut ini:
1. Pengertian Mahabbah
Secara bahasa Cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab Mahabbah berasal dari
kata ahabbah-yuhibbu-mahabbatan, yang secara bahasa berarti mencintai secara
mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam.14
Secara istilah, cinta dapat dimaknai sebagai suatu perasaan yang dialami manusia
dan perasaan tersebut menimbulkan kasih sayang bagi yang merasakannya. Cinta dalam
pandangan Islam sendiri adalah limpahan kasih sayang Allah kepada seluruh
makhluknya sehingga Allah menciptakan manusia dan isinya dengan segala
kesempurnaan.

14
Kamus Yunus, Kamus Arab Indonesia,(Hidakarya Agung, Jakarta1990), hal.96.
7
Adapun cinta yang sebenarnya atau cinta yang hakiki adalah hanya milik Allah
SWT karena hanya Allah lah yang maha sempurna dan maha pemilik cinta. Dalam
pengertian lain, Islam juga memandang cinta sebagai dasar persaudaraan antar manusia
dan perasaan yang melandasi hubungannya dengan makhluk lain seperti pada hewan
dan tumbuhan. Ibnu Hazm sendiri menyebutkan bahwa cinta adalah suatu naluri atau
insting yang menggelayuti perasaan seseorang terhadap orang yang dicintainya.
Pada hakekatnya mahabbah merupakan kecintaan mendalam secara ruhiyah-
qalbiyah kepada Allah, dan sebaliknya kecintaan Allah terhadap hambanya yaitu
dengan memberikan hambanya rasa cinta dan kasih saying terhadap sesama dan bahkan
kepada sang pencipta.
Uraian tersebut menggambakan mahabbah kepada Tuhan adalah mematuhi segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak melakukan sesuatu yang dapat
menimbulkan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Apa yang dilakukan adlah yang
mendatangkan kebaikan.
2. Dalil tentang mahabbah

‫يم‬ ِ ‫قُل ِإ ْن ُكْنتُم حُتِ بُّو َن اللَّه فَاتَّبِعويِن حُي بِب ُكم اللَّه وي ْغ ِفر لَ ُكم ذُنُوب ُكم واللَّه َغ ُف‬
ٌ ‫ور َرح‬
ٌ ُ َ ْ َ ْ ْ ََ ُ ُ ْ ْ ُ َ ْ ْ
Artinya: “Wahai Muhammad, katakanlah, “Jika kalian semua mencintai Allah,
maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian semua, dan akan mengampuni
dosa kalian.” (QS. Ali Imran: 31)

‫اج ا لِتَ ْس ُكنُوا ِإلَْي َه ا َو َج َع َل َبْينَ ُك ْم َم َو َّد ًة‬ ِ ِ ِِ ِ


ً ‫َوم ْن آيَات ه َأ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم م ْن َأْن ُفس ُك ْم َْأز َو‬
‫ات لَِق ْوٍم َيَت َف َّك ُرو َن‬
ٍ ‫ك آَل ي‬ِٰ ‫ِإ‬
َ َ ‫َو َرمْح َةً ۚ َّن يِف َذل‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Rum : 21)
3. Bentuk-bentuk Mahabbah
Mahabbah memang suatu perasaan yang tidak mungkin manusia untuk tidak
merasakannya. Ada berbagai bentuk cinta dalam kehidupan manusia dan setiap bentuk
cinta tersebut memiliki perbedaan meskipun pada dasarnya semua bentuk cinta adalah
sama. Berikut ini adalah bentuk-bentuk cinta menurut pandangan Islam dan para ulama

8
a. Mahabbah kepada Allah SWT
Mahabbah yang paling tinggi dalam kehidupan manusia terutama umat Islam
adalah cinta kepada Allah SWT sang pencipta segala isi bumi dan semesta dan yang
maha memiliki cinta. Umat muslim yang mencintai Allah akan merasa bahwa sebagai
hamba Nya kita tidak dapat hidup tanpa adanya kasih sayang dan cinta dari Allah SWT.
Maka dari itu, mencintai allah SWT adalah mutlak bagi setiap umat muslim.
Orang yang mencintai tentunya akan melakukan segala sesuatu untuk yang
dicintainya, termasuk jika seorang mukmin mencintai Allah SWT. Ia akan selalu
berusaha untuk mengikuti segala perintahnya dan menjauhi larangannya.
Salah satu wujud cinta kepada Allah ialah dengan meyakini bahwa Allah Maha
Pencipta. Indikator awal cinta ialah mengenal, mengenal kebesaran dan kekuasaan
ciptaan Allah merupaka langkah Allah untuk mencintainya.
Selain itu, mengucapkan kalimat toyyibah disela-sela kehidupan kita juga merupaka
wujud cinta kepada Allah.
b. Mahabbah sesama manusia
Cinta adalah fitrah dan mencintai sesama manusia juga merupakan suatu fitrah
yang diberikan Allah SWT. Dalam ajaran atau syariat Islam, cinta kepada manusia
adalah seharusnya merupakan perwujudan dari cinta kepada Allah SWT. Dapat
dikatakan jika seseorang mencintai Allah SWT maka ia pun akan mencintai manusia
lainnya dan hal inilah yang mendorong manusia untuk berbuat baik kepada sesamanya
atau yang dikenal dengan akhlak.
Salah satu perbuatan baik antar sesama manusia ialah sikap peduli sesama, saling
menghormati dan menghargai, saling menolong satu sama lain.
c. Mahabbah terhadap alam sekitar
Setelah mencintai Allah yang merupakan pencipta dari seluruh isi alam semesta
maka seorang hamba yang memiliki rasa cinta pada Allah SWT juga akan mencintai
segala yang diciptakannya dan berusaha menjaganya (baca tujuan penciptaan manusia).
Sebagaimana kita tahu bahwa Allah SWT memerintahkan umatnya untuk
senantiasa menhaga lingkungan sekitar dari kerusakan karena sesungguhnya Allah
menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi yang akan melindungi alam dan
memanfaatkannya dengan baik (baca hakikat penciptaan manusia). Rasa cinta pada
alam sekitar dapat diwududkan dengan menjaga kebersihan lingkungan, menyayangi
tumbuhan serta menyayangi hewan. Perbuatan manusia menyakiti hewan atau
9
tumbuhan serta merusak alam adalah hal yang dibenci Allah SWT dan bukan
merupakan rasa cinta yang ada dan ditanam dalam hati manusia.
c. Metode Pembelajaran Mahabbah
1. Sebagai Mutan pelajaran
Pembelajaran mahabbah dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran PAI. Yaitu
pengertian mahabbah, macam-macam mahabbah, cara menumbuhkan mahabbah dan lain
sebagainya. Adapun metode pembelajarannya dapat menggunakan metode ceramah, Tanya
jawab, diskusi, observasi lingkungan dengan menyajikan hasil pengamatan sederhana.
Selanjutnya, dapat juga menggunakan learning style, yaitu pembelajaran berdasarkan pada
minat peserta didik dengan membagi mereka kedalam kelompok belajar sesuai dengan
minat dan karakteristik belajarnya, yaitu dengan memberikan rangsangan berfikir berupa
gambar atau video kemudian peserta didik diminta mengajukan pertanyaan, setelah itu
guru menjawab pertanyaan secara interaktif dengan peserta didik.
2. Integrasi kedalam proses pembelajaran
Menumbuhkan mahabbah pada diri peserta didik dapat dilakukan dengan:
a) Mahabbah Kepada Allah
Cara supaya mencintai Allah, Pertama adalah Ma'rifat (mengenal) kepada Allah,
namun manusia dengan segala keterbasannya tidak akan mampu mengenal kepada Allah,
maka Allah lah yang memperkenalkan diri-Nya, salah satunya adalah adanya Al-Asmaul
Husna. Langkah kedua adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala
larangannya. Ketika amalan tersebut terus dilakukan secara istiqamah maka Allah akan
membalas cinta hamba tersebut.
b) Cinta terhadap sesama manusia
Islam mengajarkan bahwa antara sesama manusia harus ada rasa cinta-kasih, dengan
berbuat baik, saling tolong menolong, saling menasehati dan mengingatkan dalam
kebaikan dan kesabaran, saling tolong-menolong dalam kesusahan, saling menjaga dan
tidak menyakiti satu sama lian. Adapun cara menumbuhkan cinta terhadap sesama antara
lain, mengajarkan anak untuk peduli terhadap sesame dan ini bias dimulai dari gurunya
terlebih dahulu dengan memberikan penghargaan kepada anak yg berprestasi, berperilaku
yang santun dan lembut kepada sesama, memberikan perhatian kecil pada peserta didik.
Dalam hal ini seorang guru sangat berperan sekali yaitu sebagai qudwah khasanah bagi
para muridnya.
c) Cinta terhadap alam sekitar
10
Termasuk macam Alam sekitar ialah tumbuhan dan hewan, seorang muslim
mempunyai etika dan adab bermualamah dengan tumbuhan dan hewan. Cara mencintai
tumbuhan ialah dengan tidak merusaknya akan tetapi melestarikannya, mengajak peserta
didik untuk mencontai alam dengan mentadabburi ciptaan-Nya dan mengajak peserta didik
berkunjung ketempat yang tidak biasa. Adapun cara mencintai hewan ialah mengajarkan
anak menyangi hewan dengan memberinya makan ketika lapas, dan tidak menyiksanya
dengan cara penyiksaan apapun.
d. Evaluasi Pembelajaran
1. Kognitif
Tujuan belajar kognitif dapat dinilai melalui tes lisan maupun tertulis. Tes
tertulis bisa benbentuk tes objektif (benar-salah, menjodohkan, pilihan berganda,dan
jawaban singkat) dan tes esai yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam mengukur, meghubungkan, mengintegrasikan dan menilai suatu ide.
Adapun evaluasi dalam pembelajaran mahabbah ranah kognitif ini sebagai berikut :
1. Menyebutkan pengertian mahabbah secara bahasa
2. Menjelaskan pengertian mahabbah secara istilah
3. Menyebutkan bentuk-bentuk cinta
4. Menyebutkan dalil tentang cinta
5. Menyebutkan bukti cinta kepada Allah.
6. Ketepatan siswa dalam membaca dalil-dalil tentang mahabbah
2. Afektif
Ada dua hal yang harus dinilai. Pertama kompetensi afektif yang ingin dicapai
dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan
internalisasi. Kedua, sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses
pembelajaran.
Adapun evaluasi dalam pembelajaran mahabbah ranah afektif sebagai berikut :
1. Pembiasaan mngucapkan kalimat toyyibah dalam kehidupan sehari-hari
2. Sikap saling menghargai dan menghormati dengan sesama
3. Sikap peduli dan suka tolong menolong dengan sesama
3. Psikomotorik
Penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat, motivasi, ketekunan
belajar, dan sikap peserta didik terhadap mata pelajaran beserta proses pembelajaran
penilaiannya dapat dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran.
11
Adapun evaluasi dalam pembelajaran mahabbah ranah psikomotorik ini sebagai
berikut :
1. Kinerja siswa dalam pengamatan alam sekitar secara kelompok
2. Ketepatn siswa dalam melaporkan hasil pengamatannya
3. Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan tugas tentang mahabbah
4. Ketepatan dan kecepatan dalam menjawab tes lisan dan tertulis tentang mahabbah
e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bertema Mahabbah

RPP KURIKULUM 2013

Sekolah : SD Isalm Abi Kota Batu


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : II/1 (Gasal)
Tema : Mahabbah
Sub Tema : Aku Cinta Allah dengan meyakini Allah Maha Pencipta
Alokasi Waktu : 1 x 4 Jam Pelajaran
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan di sekolah.
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
N INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI DASAR
O KOMPETENSI
1.4Mecintai Allah dengan meyakini 1.4.1. Menjalankan perintah-Nya
1.
bahwa Allah Pencipta dan menjauhi larangan-Nya
2. 2.1 Mengetahui kebesaran Allah Swt. 3.2.1 Menjelaskan bukti kebesaran
12
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, ciptaan Allah Swt dengan benar.
dan Maha Suci berdasarkan pengamatan
terhadap dirinya dan makhluk ciptaan-
Nya yang dijumpai di sekitar rumah dan
sekolah
1.3 Melakukan pengamatan terhadap 4.2.1 Bersyukur atas makhluk
diri dan makhluk ciptaan Allah yang ciptaan Allah Swt yang Maha
dijumpai di sekitar rumah dan sekolah Pencipta dengan benar.
3.
sebagai implementasi iman kepada 4.2.2Membiasakan bersyukur atas
Allah Swt. Yang Maha Pengasih, Maha pemberian Allah Swt dengan benar.
Penyayang, dan Maha Suci.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui tanya jawab, latihan, dan diskusi, peserta didik dapat:
a. Menyebutkan bukti kebesaran ciptaan Allah Swt. dengan benar.
b. Menyebutkan cara memanfaatkan ciptaan Allah Swt. dengan benar.
c. Menjelaskan bukti kebesaran ciptaan Allah Swt. dengan benar.
d. Bersyukur atas makhluk ciptaan Allah Swt. yang Maha Pencipta dengan benar.
e. Membiasakan bersyukur atas pemberian Allah Swt. dengan benar.
D. Materi Pembelajaran (Sub Bab Mahabbah)

Aku Cinta Allah dengan meyakini Allah Maha Pencipta

Kebesaran Allah dalam Keluarga


Allah menciptakan dunia ini dengan sifat harmoni alam yang selalu terjaga.
Lihatlah kehidupan anak-anak kecil di keramaian, anak-anak itu mempunyai keluarga
tempat mereka pulang dan berkumpul bersama. Ayah dan ibu mereka menunggu
dengan rasa cinta dan sayang. Mereka siap membesarkan anak-anak hingga besar dan
dewasa. Rasa cinta dan sayang ayah ibu kepada anak adalah pemberian Allah Swt.
Bayangkan seandainya orangtua tidak diberikan rasa cinta dan kasih sayang. Pasti anak
itu akan terlantar, entah kemana. Semua itu bukti bahwa Allah tidak membiarkan alam
ini setelah diciptakan. Namun juga selalu dijaga oleh-Nya.

13
Dalam Q.S. at-Tahrīm ayat 6, artinya: “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”. Dari ayat tersebut dapat dimaknai bahwa Allah menugasi orangtua untuk
menyayangi dan mendidik keluarga.
Melihat Kebesaran Allah dari Ciptaan-Nya.
Ajarilah anak merenungkan seekor sapi, indahnya matahari, dan luasnya lautan.
Sapi diciptakan untuk menjadi salah satu hidangan lezat bagi manusia. Makanannya
berupa rumput-rumput halus menjadikan daging sapi lebih sehat. Susunya berlimpah
agar dikonsumsi untuk kesehatan anak, kaum muda, dan orangtua. Dagingnya juga bisa
dimasak dalam aneka macam masakan yang lezat. Allah tidak kekurangan cara dalam
memberi rezeki kepada manusia.
Renungkan pula matahari yang seperti bola api, mengapa diciptakan demikian?
Ada berjuta manfaat matahari. Amati juga cara kerja matahari ketika mengitari
tatasurya. Andaikata dunia ini tanpa matahari, pasti manusia kedinginan selamanya,
gelap gulita, dan bahkan akan membeku. Dengan adanya matahari, badan menjadi
sehat. Dan yang paling penting, jarak matahari dengan bumi tidak terlalu dekat juga
tidak terlalu jauh. Sehingga manusia tidak terbakar oleh matahari atau membeku.
Lautan yang sangat luas juga demikian. Allah menciptakan lautan yang sangat
luas. Semata-mata untuk kepentingan manusia. Di dalamnya, terdapat sumber makanan
yang sangat besar nilai gizinya. Semua itu menunjukkan bahwa Allah Maha pencipta,
dan sungguh luar biasa dalam merencanakan kehidupan ini.
Dengan melihat kebesaran ciptaan Allah tersebut, anak akan semakin yakin
bahwa memang Allah Maha Pencipta segalanya. Dengan begitu rasa cinta akan Allah
semakin terpupuk dan keimanan anak juga akan semakin meningkat. Sehingga mereka
akan semakin beriman dengan menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-
Nya.
E. Metode Pembelajaran
Model/strategi/metode pembelajaran yang digunakan di antaranya (1)ceramah
interaktif (menceritakan dan menjelaskan kisah melalui gambar atau tayangan
visual/film yang bersifat kontekstual kekinian), (2)diskusi dalam bentuk the
educational-diagnose meeting artinya peserta didik berbincang mengenai pelajaran di
kelas dengan maksud saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran/materi yang
diterimanya agar masing-masing memperoleh pemahaman yang benar, dan dilengkapi
dengan lembar pengamatan dalam pelaksanaan diskusi, (3) Observasi sederhana dengan
14
melihat dan mengamati alam sekitar, kemudian peserta didik diminta memberikan
laporan sederhana atas penelitiannya tersebut, (4) Tanya jawab yang dilakukan oleh
guru dan murid untuk lebih menguatkan pemahamannya. (5) Learning style yaitu
memeberikan rangsangan berfikir kepada anak didik baik berupa gambar atau video
sebelum memulai pembelajaran.
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media:
Multimedia interaktif : gambar/poster, video, dan alam sekitar
2. Alat:
Papan tulis, CD, proyektor, dan laptop
3. Sumber Pembelajaran:
a. Buku Guru dan Buku Siswa Pendidikan Agama Islam Untuk SD/MI Kelas II.
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama 20
dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat. menit
b. Memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur’an surah
pendek pilihan dengan lancar dan benar (nama surat sesuai
dengan program pembiasaan yang ditentukan sebelumnya).
c. Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran
dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
d. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan
materi pelajaran.
e. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
f. Menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
mencermati, menirukan, dan menyebutkan materi pelajaran
dengan benar.
g. Mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan
di papan tulis/white board, gambar, atau slide (media LCD
projector).
2. Kegiatan Inti
15
No Kegiatan Waktu
1) Peserta didik mengamati gambar/ilustrasi tentang kebesaran 100
ciptaan Allah Swt di dalam buku teks atau gambar yang menit
disediakan guru dipapan tulis dan guru memberikan petunjuk
secara teknis proses observasi.
2) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang hal yang telah
diamatinya, apabila mengalami kesulitan guru memberikan
bimbingan dan panduan (stimulus) agar peserta didik mencari
tahu dengan cara menanya.
3) Pertanyaan peserta didik yang diharapkan tidak saja apa atau
siapa, tetapi mengapa dan bagaimana.
4) Pertanyaan peserta didik diinventarisir guru.
5) Selanjutnya secara individu maupun berkelompok diadakan
diskusi untuk menanggapi dan menjawab beberapa pertanyaan.
6) Proses mendapatkan tanggapan dan jawaban atau pelaksanaan
diskusi difasilitasi oleh guru sehingga berjalan dengan baik.
7) Peserta didik mengemukakan isi gambar tersebut, baik secara
individu maupun hasil kerja kelompok.
8) Peserta didik atau kelompok lain menanggapi beberapa
pendapatnya.
9) Salah satu peserta didik atau perwakilan kelompok diminta
menyimpulkan maksud isi gambar tersebut.
10) Peserta didik diberi penjelasan tambahan dan penguatan tentang
maksud gambar tersebut.
11) Selanjutnya peserta didik menyimak penjelasan guru tentang
beberapa bukti ciptaan Allah Swt. sesuai konteks masalah yang
telah dikemukakan.
12) Dari hasil menyimak paparan tersebut, peserta didik diberikan
kesempatan untuk bertanya baik secara individu maupun secara
berkelompok.
13) Peserta didik membuat rumusan yaitu mengaitkan makna
ciptaan Allah dengan persoalan kehidupan nyata sehari-hari
(kontekstual).
16
No Kegiatan Waktu
14) Menyampaikan hasil diskusi baik secara individu maupun
perwakilan kelompok dan menyampaikan kesimpulannya.
15) Pada rubrik “Sikapku”, guru meminta peserta didik bersama-
sama mengagumi ciptaan Allah dengan mengucapkan
“Subhānallāh walhamdulillāh walāilaha illallāh wallāhu
akbar”.
16) Pada rubrik “Ayo Kerjakan”
a. Peserta didik secara bergiliran menyebutkan sebanyak-
banyaknya ciptaan Allah.
b. Lakukan secara bergantian dengan teman sebangku atau
teman lainnya.
17) Pada rubrik “Insya Allah Aku Bisa” guru membimbing peserta
didik untuk memberikan tanda (√) pada rubrik ‘ya’ atau ‘tidak’.
3. Penutup
a. Membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru. 20
b. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan menit
pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah
dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah
selanjutnya.
c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas,
baik secara individu maupun kelompok.
d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Pengayaan
Dalam kegiatan pembelajaran, bagi peserta didik yang sudah
menguasai materi, diminta mengerjakan materi pengayaan yang
sudah disiapkan berupa gambar yang menceritakan Allah
Mahapencipta. Misalkan guru meminta mengamati gambar di
samping selanjutnya memberikan komentar.
Remedial
Bagi peserta didik yang belum menguasai materi (belum mencapai
KKM), guru menjelaskan kembali materi kebesaran Allah yang
17
No Kegiatan Waktu
Maha menciptakan alam ini (lihat di rubrik pengembangan materi).
Selanjutnya melakukan penilaian kembali (lihat poin 6) dalam
kegiatan mengamati gambar yang sejenis. Pelaksanaan remedial
dilakukan pada hari dan waktu tertentu yang disesuaikan, misalnya
30 menit setelah jam pulang.
Interaksi Guru dan Orang tua
Guru meminta peserta didik memperlihatkan rubrik “Insya Allah
Aku Bisa” dalam buku teks kepada orang tuanya dengan
memberikan komentar dan paraf (halaman terakhir Pelajaran 3).
Dapat juga dilakukan dengan menggunakan buku penghubung guru
dan orang tua atau komunikasi langsung dengan orang tua untuk
mengamati yang berkaitan dengan keyakinan kepada Allah Swt
sebagai Tuhan Maha Pencipta di dalam keluarganya. Misalnya
orang tua diminta mengamati perilaku dan kegiatan ibadah dalam
kehidupan sehari-hari di rumah.
H. Penilaian
1. Sikap spiritual (observasi)
a. Jenis Penilaian : Non Tes
b. Teknik Penilaian : Penilaian diri
c. Bentuk Instrumen : Lembar penilaian diri
d. Kisi-kisi :
No. Sikap/nilai Butir Instrumen
Pembiasaan mengucapkan
1
kalimat toyyibah
2. Sikap sosial (observasi)
a. Jenis Penilaian : Non Tes
b. Teknik Penilaian : Penilaian Antar Teman
c. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian
d. Kisi-kisi:
No. Sikap/nilai Butir Instrumen
1. Kerjasama Kerja kelompok dalam mengamati

18
2. Kekompakkan
3. Tanggungjawab bersama
benda disekitar
4. Inisiatif
5. Disiplin
3. Pengetahuan
a. Jenis Penilaian : Tes
b. Teknik Penilaian : Tes Lisan dan tertulis
c. Bentuk Instrumen: Lembar penilaian tes lisan
d. Kisi-kisi :
No. Indikator Butir Instrumen
1. Sebutkan kebesaran Allah di
1. Menyebutkan kebesaran Allah
sekitar sekolahmu?
4. Keterampilan
a. Jenis Penilaian : Tes
b. Teknik Penilaian : Kinerja
c. Bentuk Instrumen: Lembar penilaian kinerja
d. Kisi-kisi :
No. Indikator Butir Instrumen
1. Amatilah benda-benda yang ada
1 Kecermatan disekitarmu, kemudian buktikan
bahwa Allah Maha pencipta!
5. Tugas
 Mengisi rubrik tugas kelompok tentang mencari bukti kebesaran Allah di
lingkungan keluarga.
6. Portofolio
 Membuat paparan tentang kegiatan mengobservasi dan mengamati benda-benda
disekitar.
C. Kesimpulan
Cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab Mahabbah berasal dari kata ahabbah-
yuhibbu-mahabbatan, yang secara bahasa berarti mencintai secara mendalam, kecintaan,
atau cinta yang mendalam. Dalam tasawuf cinta yang tertinggi adalah cinta kepada Allah
yaitu dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

19
Penanaman cinta kepada Allah pada diri peserta didik dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu materi dimasukkan ke muatan mata pelajaran PAI dan yang kedua
mengintegrasikan nilai-nilai cinta kekehidupan sehari-hari peserta didik baik di sekolah
atau di rumah.
Bentuk cinta dalam kehidupan manusia dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, cinta
kepada Allah, cinta kepada sesama, dn cinta kepada alam sekitar.
Selanjutnya, memupuk rasa cinta kepada Allah dapat dilakukan dengan meyakini
bahwa Allah Maha Pencipta. Dengan mengetahui kebesaran Allah, peserta didik akan
semakin cinta kepada tuhannya dan keimanannya semakin meningkat, sehingga akan
senantiasa mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
D. Daftar Pustaka
Soyomukti, Nurani, 2016, Pengantar Filsafat Umum, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Lihat Laurel Benny Saron Silalahi, “Putus cinta, salah satu penyebab ABG Indonesia
bunuh diri”, Merdeka.com, 23 Juli 2012.
Abi al-Qasim Jarallah Mahmud bin ‘Umar al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf ‘an Haqaiq
alTanzil wa ‘Uyun al-Aqawil Wujuh al-Ta’wil, juz I, Beirut: Dar al-Fikr, t. Tht
Al-Buthy, Said Ramadhan, Quran Kitab Cinta, Jakarta: Hikmah
al-Ghazali, Imam, Ihya’ ‘Ulumuddin Ma’a Muqaddimah Fi at-Tasawwuf al-Islami wa
Dirasah Takhliliyyah Lisyakhsiyyah al-Ghazali wa Falsafah fi al-Ihya, Jilid IV,
Kediri: Dar al-Ummah, t.th
Bahjat, Ahmad, 1997, Bihar Al-Hubb: Pledoi Kaum Sufi, Malang: Pustaka Progresif
Fakhr al-Din Muhammad bin ‘Umar bin al-Husain bin al-Hasan ibn ‘Ali al-Tamimi
alBakri al-Razi, Tafsir al-Kabir, jilid XVI, Beirut: Dar al-Fikr, 1990
Jumantoro, Totok & Samsul Munir Amin, 2012, Kamus Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah
Kamus Yunus, 1990, Kamus Arab Indonesia, Hidakarya Agung: Jakarta
Mahmud bin Asy-Syarif, 1993, Nilai Cinta dalam Al-Qur’an, Solo: CV. Pustaka Mantiq
Sharif, M.M, 1963, History of Philosophy, vol. I, Wiesbaden: Otto Harrassuwitz
Tim Pustaka Phoenix, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta: PT.
Media Pustaka Phoenix
Tualeka, Hamzah dkk, 2011, Akhlak Tasawuf, Surabaya: IAIN SA Press

20

Anda mungkin juga menyukai