DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah dengan judul “Hadits
tentang silaturrahim” tepat pada waktunya.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
BAB 2 PEMBAHASAN
Pengertian Silaturrahmi
Hadits-Hadits yang berkaitan dengan Perintah Silaturrahmi
Keterangan-keterangan Hadits Perihal Larangan Memutus Tali Silaturrahmi
Bentuk dan Manfaat Silaturrahmi
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan bagi seluruh umat Islam di dunia.
Beliau pertama kali diutus Allah SWT untuk memperbaiki akhlak manusia di bumi.
Karena dengan akhlak yang baik akan tercipta kehidupan yang baik pula. Salah satu
akhlak yang baik yaitu silaturrahmi.
Silaturrahmi merupakan amalan yang sangat ditekankan Allah SWT. Karena
dengan menjaga silaturrahmi antar kerabat atau masyarakat, akan membawa banyak
manfaat.
Bentuk silaturrahmi sendiri, tidak hanya berarti bertamu kepada para kerabat
dekat. Tetapi silaturrahmi mempunyai arti yang sangat luas. Maka dalam makalah ini
akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian, bentuk-bentuk silaturrahmi, manfaat,
dan larangan ketika memutus silaturrahmi.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Silaturrahmi ?
2. Bagaimana Hadits yang Berkaitan dengan Perintah Silaturrahmi ?
3. Bagaimana Keterangan Hadits Perihal Larangan Memutus Tali Silaturrahmi ?
4. Apa Saja Bentuk dan Manfaat dari Silaturrahmi ?
Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa Pengertian dari Silaturrahmi.
2. Mengetahui bagaimana Hadits yang berkaitan dengan Perintah Silaturrahmi.
3. Mengetahui bagaimana Keterangan Hadits Perihal Larangan Memutus Tali
Silaturrahmi.
4. Mengetahui apa Saja Bentuk dan Manfaat dari Silaturrahmi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Silaturrahmi
Silaturrahmi adalah istilah yang cukup akrab dan populer didalam pergaulan umat
islam sehari-hari, namun pada hakekatnya istilah tersebut merupakan bentukan dari
Bahasa Arab dari kata Silaturrahim, dan istilah Silaturrahim ini berasal dari dua kata
yakni Shillah yang berarti “hubungan atau sambungan” dan rahim yang memiliki arti
“peranakan”.
Istilah-istilah tersebut merupakan sebuah simbol hubungan baik penuh kasih
sayang antar karib kerabat yang asal usulnya berasal dari satu rahim. Disini dikatakan
simbol karena rahim atau peranakan secara materi tidak bisa disambung atau tidak
bisa dihubungkan dengan rahim lain. Dengan kata lain, rahim yang dimaksud disini
adalah qarabah atau nasab yang disatukan oleh rahim ibu, dimana hubungan antara
satu dengan yang lain diikat dengan hubungan rahim.
Maka dari uraian tersebut dapat di pahami bahwa pemaknaan terhadap istilah
silaturrahim cenderung pada hubungan kasih sayang yang terbatas pada hubungan-
hubungan dalam sebuah keluarga besar atau qarabah.
Dengan demikian istilah silaturrahim dengan istilah silaturrahmi memiliki maksud
pengertian yang sama namun dalam penggunaan bahasa indonesia istilah silaturrahmi
memiliki pengertian yang lebih luas, karena penggunaan istilah ini tidak hanya
terbatas pada hubungan kasih sayang antara sesama karib kerabat akan tetapi juga
mencakup pengertian masyarakat yang lebih luas. Kemudian mengadakan
silaturrahmi dapat diaplikasikan dengan mendatangi famili atau teman dengan
memberikan kebaikan berupa ucapan maupun perbuatan.
Jadi silaturrahmi adalah menghubungkan tali kasih sayang antara sesama anggota
masyarakat. Sedangkan silaturrahim adalah hubungan kasih sayang yang terbatas
pada hubungan dalam sebuah keluarga besar.
Kasih sayang merupakan sifat Allah yang sangat banyak disebutkan dalam Al-
Qur’an. Dengan demikian maka kita sebagai manusia yang taat, percaya dan bertaqwa
kepada-Nya, tentu harus berupaya untuk meneladani sifat keutamaan Allah tersebut
dalam menjalani kehidupan, karena sesuai janji-Nya, Allah akan menjadikan kasih
sayang ada di dalam hati orang-orang beriman dan beramal sholeh.
Sebagaimana firman-Nya dalam surat Maryam ayat 96 sebagai berikut :
َّالرحْ َماُنُ ُود
َّ سيَجْ ع ُل لَ ُهم ِ َ صل َحا
َ ت َ ا َِّن ال ِذيْن ا َمنُو َو
َّ ع ِم ُل ال
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, yang Maha
Rahman (Allah SWT) akan menanamkan perasaan kasih sayang bagi
sesamanya”.
Dimana dari ayat tersebut dapat kita fahami secara logika bahwa setiap mukmin
seharusnya hidup berdampingan dengun penuh kasih, karena Allah SWT telah
memberi masing-masing manusia sifat kasih saying, namun di dalam realitanya pada
masa sekarang adalah penuh dengan permusuhan, pertikaian, perselisihan, dan sifat-
sifat tidak terpuji lainnya, hal itu mencerminkan betapa minimnya sifat kasih sayang
pada masa sekarang ini.
Sedangkan Islam dalam berbagai ayat Al-Qur’an maupun Hadits Nabi sebagai
sumber ajaran Islam juga telah banyak menganjurkan akan pentingnya kasih sayang
terhadap sesama, serta melarang sifat yang berbau permusuhan dan pertikaian.
Oleh karena itu Allah sangat menjunjung tinggi orang yang memiliki sifat kasih
sayang terhadap sesama, karena jika seseorang telah memiliki sifat kasih sayang
terhadap sesamanya, maka Allah akan mengasihinya dan kasih sayang Allah SWT
tersebut akan diletakkan dihati para Malaikat dan semua anak Adam, sehingga para
Malaikat dan semua anak manusia akan mengasihi orang yang memberikan kasihnya
kepada orang lain dan begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian maka menyambung tali silaturrahmi akan dapat menjadi sarana
kelapangan rizki dan panjangnya umur. Hal itu sebagaimana Hadits Nabi :
سط لَهُ في ِ ِر ْزقِ^ ِه َوىُيْنس^ا َ َء
َ ِم ْن ا َ َحبَّ ا َ ْن يُ ْب: سول هلل ص م قا َ َل ِ ّ ا َ ْخبَ َرنِي ا: ب قَا َل
ُ نس بْن ما َ ِل ْك اَ َّن َر ٍ َع ْن اِب ِْن ِش َها
Artinya : "Dari Aisyah r.a dari Nabi saw bersabda : Rahim atau kekeluargaan itu
tergantung di Arsy. Rahim itu berkata : barang siapa menyambungku
Allah akan menyambungnya, dan barang siapa memutusku maka Allah
akan memutuskan hubungan dengan dia. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ketika seorang umat mengupayakan dirinya untuk memutuskan tali silaturrahmi
maka akan hilanglah keharmonisan sebuah persahabatan atau persaudaraan, sehingga
yang tinggal hanyalah kegalauan dalam hidup karena ketika dia putuskan hubungan
dengan keluarga maka Allah pun akan memutuskan hubungan dengannya.
Ketika Allah sudah memutuskan hubungan dengan hamba-Nya maka tidak ada
yang terjadi dalam diri hamba tersebut kecuali penderitaan, namun jika seorang
hamba memiliki hubungan yang harmonis dengan Allah sebagi pencipta dan
pemiliknya maka hanya kebahagiaan dan ketentraman yang dia rasakan, oleh karena
itu maka tidak heran jika suatu ketika seorang sahabat meminta kepada Nabi untuk
ditunjukkan terhadap amalan yang dapat memasukkan kesurga, dan Nabi pun
mengatakan bahwa salah satunya adalah menyambung tali persaudaraan. Adapun
bunyi Haditsnya adalah sebagai berikut :
اخ ِبر ِني بَ ْعم ُل ي^^د ِْخ ْل ِني ُ يَار: ََان َر ُجاًل قَا ل
ْ سو لَ هلل َّ : ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َ ض ِ صا ِري َر َ ب خا َ ِل ِد اب ِْن زَ ْي ٍد االَ ْن ُ َ َع ْن ا َ ِبي ا
َ يو
)الر ِح ِم (متفق عليه َّ َص َل َّ صاَل ة َ َوتُْؤ تِي
ِ الزكاَة َ َوت َ ت َعبُدُهللاَ^ َواَل ت ُ ْش ِركُ بِ ِه: اْلجنَّةَ فَقَا َل النَّبِي ص م
َّ شيْا ًء َوت ُ ِقي ُم ال
Artinya : “Dari Ayyub Khalid bin Zaid Al- Anshariy ra. Ia berkata : Ada seseorang
bertanya kepada Rasulullah :“Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku
amal yang dapat memasukkanku kedalam surga. “ Nabi saw menjawab : “
sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya, dirikanlah salat,
bayarlah zakat, dan sambunglah tali kekerabatan”.1 (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Maka dari kutipan hadits riwayat Bukhari dan Muslim diatas dengan jelas dapat
kita fahami bahwa secara tegas Nabi menyampaikan bahwa silaturrahmi termasuk
amalan yang dapat memasukkan seseorang kedalam surga Allah, apabila orang
tersebut beriman, mendirikan shalat, dan memberikan hak fakir miskin dengan
mengeluarkan zakat.
1
Imam Abu Zakariya, Riyadhu Asshalihin, Terj. Ahmad Sunarto, juz 1, (Jakarta : Pustaka Amani,
1999 ), hlm 338.
Artinya: "Jabir bin Muth’im berkata : Rasulullah saw. bersabda :“tidak masuk
syurga siapa yang memutuskan tali kasih sayangnya dengan orang lain.”
فَِإاَّن نُِريْ ُد َأ ْن,الر ِح ِم ِإ َّما قَ َام َعنَّا ِ َ "َأنْ ُش ُد هللا ق: َف َق َال, الصب ِح يِف ح ْل َق ٍة
َّ اط َع ِ ٍ ِ اَأْلع َم
َ َ ْ ُّ َكا َن ابْ ُن َم ْسعُود َجال ًسا َب ْع َد: قَ َال,ش ْ َع ْن
Artinya: Dari A’mas, berkata: bahwasanya Ibnu Mas’ud duduk setelah subuh dalam
sebuah lingkaran, dan dia berkata:“Allah akan mencari orang yang
memutuskan tali silaturrahmi ketika dia dibangkitkan, dia di azab. Kami
ingin berdo’a kepada Tuhan kami. Dan sesungguhnya pintu-pintu langit
tertutup untuk menghinakan orang yang memutuskan tali silaturrahmi.”
(Dikeluarkan oleh Baihaqi)2
Adapun yang dimaksud dengan “ tidak masuk ” dalam kutipan hadits diatas
adalah tidak langsung masuk karena umat manusia akan masuk syurga dengan syafaat
Rasulullah SAW. Dan orang yang sekali saja mengucapkan Syahadatain selama
hidupnya dan matinya tidak kafir. Hadits diatas bersifat tahdiidan atau ancaman berat
bagi siapa saja yang memutuskan tali silaturrahminya.
Dari uraian hadits diatas jelas bahwa orang yang memutuskan hubungan
persaudaraan berarti dia telah berbuat maksiat karena telah melanggar perintah Allah
SWT dan Rasul-Nya tentang kewajiban umat Islam untuk menyambung tali
persaudaraan. Bahkan sekedar menjauhi dan meninggalkan saudaranya lebih dari tiga
malam dengan niat memutuskan hubungan persaudaraan pun tidak dibenarkan oleh
agama.
Artinya : "Dari Ibnu Mas’ud r.a berkata : Nabi Muhammad saw bersabda :
sesungguhnya pintu langit itu tertutup untuk orang yang memutuskan
hubungan persaudaraan. (H.R. Thabrani)
2
Imam Shihab Ad-din Abi al-Abbas Ahmad bin Muhammad As-syafi’I al-Qisthilani, Syarah Shahih
Bukhari, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 2003), hlm. 20.
Dan Rasulullah SAW dalam berbagai haditsnya pun telah mengutuk perbuatan
dari orang-orang yang memutuskan tali silaturrahmi atau hubungan persaudaraan,
yang dimana secara tegas diperintah oleh Allah SWT untuk senantiasa menjaganya,
sebab yang demikian dapat difahami karena kecintaan seseorang terhadap saudaranya
merupakan bukti dari keimanan seseorang sehingga ketika seseorang telah
memutuskan hubungan kasih sayang terhadap sesama sebagai bentuk persaudaraan
maka dia telah kehilangan sebagian dari keimanannya, karena keimanan yang
sempurna menuntut kecintaan terhadap sesama muslim.
ْعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَاَل مٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ عَلَيْهِ فَكُنْتُ فِيمَن
َانْجَفَلَ فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ فَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ يَقُولُ أَفْشُوا السَّاَل م
)وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا اأْل َرْحَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَاَل مٍ ( احمد و الدرمى
Artinya:Dari Abdillah bin Salam ra berkata : Ketika Nabi saw tiba di Madinah,
orang berebut mendekat kepadanya, aku termasuk yang berebut. Tatkala
nampak jelas kepadaku wajahnya, saya tahu bahwa wajahnya bukan wajah
pendusta. Dan yang pertama saya dengar darinya, beliau bersabda:“
Sebarluaskan salam, bersedekahlah dengan makanan, bersilaturahmilah, dan
shalatlah di malam hari saat orang lain lelap tidur, kamu akan masuk surga
dengan selamat.” (HR. Ahmad dan Ad-Darimi)
a. Berbuat baik atau ihsan terutama dengan memberikan bantuan materil untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, adapun yang harus diprioritaskan untuk dibantu
adalah karib kerabat dibanding dengan pihak-pihak lain yakni diantaranya ada anak
yatim, orang miskin, ibnu sabil, dan lain-lain. Karena jika karib kerabat tersebut
seorang yang miskin maka bersedekah kepada kerabat tersebut bermakna ganda,
yakni sedekah sekaligus silaturrahmi. Dengan demikian jelas bahwa dari ukhuwah
antar karib kerabat adalah lebih utama.
b. Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesama kerabat maupun sesama
muslim maupun orang lain dapat diaplikasikan dengan sikap saling kenal-mengenal,
hormat-menghormati, bertukar salam, kunjung-mengunjungi, surat-menyurat,
bertukar hadiah, jenguk-menjenguk, bantu-membantu, dan berkerja sama
menyelenggarakan walimahan, dan lain-lain.
Dan itu semua bisa dikatakan silaturrahmi dengan catatan hal-hal tersebut
diorientasikan untuk meningkatkan persaudaraan.
Secara khusus disebut oleh Rasulullah saw bahwa sesudah amalan pokok,
silaturrahmi dapat mengantarkan seseorang ke surga dan menjauhkan dari neraka
sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Abu
Ayyub ibn Zaid al-Ansari diatas.
3
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2011), Cet. 1, hlm. 291.
Sedangkan maksud dari pengertian dipanjangkan umur disini hanya sebatas
dalam pengertian simbolis, yang menunjukkan bahwa umur yang mendapat taufiq
dari Allah SWT sehingga berkah dan bermanfaat bagi umat manusia sehingga
namanya akan abadi dan akan senantiasa dikenang dalam waktu yang lama.4
4
4Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset: 2007), Cet. IX, Hal. 183.
5
Al-Faqih Abu Laits Samarqandi, Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa Moral Umat) Penerjemah Abu
Imam Taqiyyuddin, (Malang: Dar. Al-Ihya: 1986), hlm. 134-135.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut maka dapat kita ketahui bahwa silaturrahim
dengan silaturrahmi memiliki maksud pengertian yang sama namun dalam
penggunaan bahasa Indonesia istilah silaturrahmi memiliki pengertian yang lebih luas,
karena penggunaan istilah ini tidak hanya terbatas pada hubungan kasih sayang antara
sesama karib kerabat, akan tetapi juga mencakup pengertian masyarakat yang lebih
luas.
Islam dalam berbagai ayat Al-Qur’an maupun Hadits Nabi sebagai sumber
ajaran Islam juga telah banyak menganjurkan akan pentingnya kasih sayang terhadap
sesama, serta melarang sifat yang berbau permusuhan dan pertikaian. sehingga Allah
SWT pun sangat menjunjung tinggi orang yang memiliki sifat kasih sayang terhadap
sesama, karena jika seseorang telah memiliki sifat kasih sayang terhadap sesamanya,
maka Allah SWT akan mengasihinya.
Adapun dengan senantiasa menyambung silaturrahmi maka kita kan
memperoleh banyak manfaat diantaranya yaitu :
a. Mendapat rahmat, nikmat, dan ihsan dari Allah SWT.
b. Masuk surga dan jauh dari neraka.
c. Lapangk rizki dan panjang umur.
DAFTAR PUSTAKA
Zakariya, Imam Abu, Riyadhu Asshalihin. 1999. Terj. Ahmad Sunarto. juz 1. Jakarta: Pustaka
Amani.
Ahmad bin Muhammad As-syafi’I Al-Qisthilani, Imam Shihab Ad-din Abi Al-abbas. 2003.
Syarah Shahih Bukhari. Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah.
Fauqi Hajjaj, Muhammad. 2011. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta: Amzah. Cet. I.
Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Cet. IX.
Samarqandi, Al-Faqih Abu Laits. 1986. Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa Moral Umat)
Penerjemah Abu Imam Taqiyyuddin. Malang: Dar. Al-Ihya.
Prof. DR. H. Rachmat Syafe’i, M. A., 2000 Al-Hadits, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum.
Bandung: Pustaka Setia.
Lailatul Mahmuda, Hadits Tentang Silaturrahim, 19 Februari 2022,
www.academia.edu/21872345/Makalah_Hubungan_Tali_Silaturahmi