NIM: 23732011033
A. Konsep Silitarruhmi
Silaturrahmi berasal dari kata صلةyang artinya hubungan atau menghubungkan. Adapun
kata الرحيمatau الرحمjamaknya االرحامberarti rahim atau peranakan perempuan atau kerabat. Asal
katanya dari ar-rahmah (kasih sayang). Kata ini digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat
karena dengan adanya hubungan rahim atau kekerabatan itu, orang-orang berkasih sayang.
Kata al-rahim juga mempunyai arti sebagai peranakan (rahim) atau kekerabatan yang
masih ada pertalian darah jadi sederhananya “masih ada hubungan darah dengan kerabat. Lalu
kalua di artikan jamak atau tunggal kata al rahim juga digunakan untuk silaturrahim bertemu
dengan orang banyak, kalau hanya bertemu dengan orang satu disebut silaturrahmi, Sehingga
dengan begitu kata silaturrahmi dapat diartikan pula sebagai hubungan atau menghubungkan
kekerabatan atau persaudaraan. Dari sini, silaturrahmi secara bahasa adalah menjalin hubungan
kasih sayang dengan sudara dan kerabat yang masih ada hubungan darah (senasab) dengan kita
Inti atau pokok kata silaturrahmi adalah rahmat dan kasih sayang. Menyambung kasih
sayang dan menyambung persaudaraan, bisa juga diartikan sebagai menyambung tali
kekerabatan dan menyambung sanak. Hal ini sangat dianjurkan oleh agama untuk keamanan
dan ketentraman dalam pergaulan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Jadi kata silaturrahim sendiri kurang lebih berarti hubungan antar seseorang dengan
penuh kelembutan dan kasih sayang.Bukan hanya kepada sanak saudara dan kerabat, tetapi
silaturrahmi juga dapat dijalin dengan siapa saja di antara sesama manusia, baik mereka yang
seiman dengan kita maupun mereka yang tidak seiman selama mereka tidak memusuhi dan
memerangi kita.
B. Pentingnya Silaturrahmi
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, dan
tidak dipungkiri lagi bahwa manusia membutuhkan orang lain. . Walaupun seseorang bisa
melakukannya seorang diri, namun ada ketentuan berjamaah dengan orang lain yang membuat
nilai salatnya jauh lebih tinggi derajatnya. Begitupun dengan sadaqah, zakat, dan amalan-
amalan lainnya yang tak dapat dipisahkan dengan orang lain.
Karena pentingnya keberadaan orang lain bagi seseorang, Islam tidak mengecilkan pola
hubungan antar manusia. Hubungan itu diatur demikian indahnya sehingga satu sama lain
seperti mata rantai yang saling berkaitan.
Jalinan silaturrahmi bukanlah hal yang sepele dalam Islam. Banyak petunjuk-petunjuk
dalam Islam mengatur hubungan persaudaraan antar manusia, misalnya, jual beli tidak boleh
ada yang dirugikan, utang piutang tidak boleh ada unsur riba, dan banyak lagi bentuk hubungan
yag diatur dengan baik dalam Islam. Semuanya memiliki tujuan agar bentuk hubungaan antar
manusia tidak berakhir dengan putusnya hubungan silaturrahmi di antara sesama
Selanjutnya Rasululah Muhammad Saw. menjelaskan bahwa barang siapa yang suka
dilapangkan rebuah hadis reskinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia
mengadakan silaturrhmi. Kemudian Allah menjelaskan bahwa barang siapa yang
menyambungkanku, maka Allah pun akan menyambungkannya. Dan barangsiapa yang
memutuskanku, niscaya Allah pun akan memutuskannya pula.
Al-Qadhi Iyyadh mengatakan, tidak ada perbedaan dikalangan ulama mengenai hukum
silaturrahmi, mereka sepakat bahwa silaturrahmi secara umum adalah wajib dan
memutuskannya merupakan dosa. Namun menyambung silaturrahmi memiliki derajat yang
bertingkat-tingkat yang sebagiannya lebih tinggi dari yang lain.
C. Keutamaan Silaturrahmi
Selain ibadah yang diwajibkan oleh Allah swt. masih banyak ibadah lainnya yang
mendapat penilaian baik dari Allah swt. salah satunya adalah memperbanyak silaturrahmi
dengan siapa pun dan di mana pun. Dengan silaturrahmi maka keberkahan hidup akan didapat.
Sebab, silaturrahmi termasuk ibadah yang mulia, indah, dan merupakan amalan shalih yang
perlu kita tingkatkan di kalangan umat manusia.
Adapun manfaat silaturrahmi menurut al-Faqih Abu Lais\ Samarqandi adalah untuk
mendapatkan ridha dari Allah swt., membahagiakan orang yang kita kunjungi, menyenangkan
malaikat, karena malaikat juga sangat senang mengadakan silaturrahmi, disamping manfaat
yang lain yaitu disenangi oleh manusia, menambah banyak rezeki dan lain-lain. Lebih jauh
beliau mengemukakan bahwa silaturrahmi dapat memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama,
meningkatkan rasa kebersamaan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali
persaudaraan dan persahabatan, menambah pahala setelah kematiannya, dan yang tidak kalah
pentingnya adalah akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.
Rasulullah saw. juga memberikan tips kepada kita agar silaturrahmi tetap terjalin dan
menambah rasa cinta dan saling mencintai sesama muslim, yakni: Tebarkan salam,
Menghubungkan tali silaturrahmi, Memberi makan kepada orang yang membutuhkan,
Memenuhi undangan ketika diundang, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah orang yang
meninggal.
Adapun pemahaman ulama tentang ditambahnya umur karena silaturrahmi yaitu sebagai
berikut:
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, kita dapat menghayati bahwa silaturrahmi
merupakan perbuatan yang dapat mendatangkan suasana damai dan suka cita bagi yang
melakukannya. Dengan membangun hubungan kekeluargaan yang lebih erat, lebih harmonis
dan akrab, maka kita akan mudah menghilangkan benih-benih permusuhan yang dapat
menyebabkan rasa cemas, rasa takut, dan sebagainya.
Terkadang orang melupakan silaturrahmi dengan alasan sibuk mencari rezeki, padahal
dengan meninggalkan silaturrahmi malah menjadikan rezeki kita menjadi sempit. Berusaha
meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk melakukan silaturrahmi tentu tidaklah
merugikan. Terkadang orang mengira bahwa sumber rezeki tergatung pada pekerjaan kita pada
saat ini. Padahal rezeki yang Allah swt. berikan tidak bisa dihitung secara matematis.
َعن َي ْسأَلُونَك
َ سول َلِل ْاْل َ ْنفَا ُل قُل ۖ ْاْل َ ْنفَال َ َ كُ ْنت ُ ْم إ ْن َو َرسُولَهُ ّللاَ َ َوأَطيعُوا ۖ َبيْنكُ ْم ذَاتَ َوأَصْل ُحوا
َ ّللا فَاتَقُوا ۖ َو
ُ الر
َُمؤْ منين
Silaturahmi diperuntukkan terlebih dahulu terhadap keluarga yang masih ada hubungan
darah seperti ayah, ibu, adek, kakak, dan saudara yanga ada hubungannya.
Berikut ini dijelaskan dalam hadits Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Ayyûb al-
Anshârî, simak penjelasannya di bawah ini :
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai
Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga
dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau
katakan?” Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan
sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”.
Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan
apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Terdapat beberapa keuntungan yang di dapat jika mau dan selalu menjaga silaturahmi agar
tetap tersambung, hal itu meliputi :
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi]
2. Silaturahmi Bisa Memperlancar Rejeki
“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka
Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan
memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi].
“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?” Nabi bertanya,
“Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda,
“Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih
besar pahalanya”.
Kita sebagai makhuk sosial dan hamba Allah yang bertaqwa hendaknya selalu
menyambung tali silaturahmi walaupun sanak saudara kita ada yang berusaha
memutuskannya. Sebaiknya kita tetap mengusahakan untuk memperbaikinya. Karena
orang yang berjuang untuk menghubungkan tali silaturahmi akan mendapatkan balasan
yang baik dari Allah Swt atas mereka yang memutuskannya.
“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang
sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin
kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun ‘alaihi]
“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka,
akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka
berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar
terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau benar
demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa
tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat demikan.” [Muttafaq ‘alaihi]
Berdasarkan firman Allah juga sudah dijelaskan dalam Al Quran surat Ar-Rad ayat 25,
penjelasannya sebagai berikut :
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan
apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi,
orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk (Jahannam)”. [Ar-Ra’d : 25]
Kategori memutus silaturahmi yang tergolong dosa besar ialah memutuskan hubungan
terutama dengan kedua orang tua, sanak saudara terdekat atau pun kerabat yang masih
mempunyai hubungan darah.
”Maukah kalian aku beritahu tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa besar?” Beliau
mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Maka para sahabat menjawab: ”Mau, ya
Rasulullah,” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah
dan durhaka kepada kedua orang tua”.
Lebih parah lagi jika kita sudah memutuskan silaturahmi dengan orang tua, namun masih
bertindak durhaka kepada mereka. Tindakan tersebut merupakan dosa yang sangat besar.
Oleh karena itu banyak – banyaknya mendekatkan diri kepada Allah agar kita tidak
termasuk orang – orang yang berbuat demikian.
”Termasuk perbuatan dosa besar, yaitu seseorang yang menghina orang tuanya,” maka
para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah orang yang menghina kedua orang
tuanya sendiri?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Ya, seseorang menghina
bapak orang lain, lalu orang lain ini membalas menghina bapaknya. Dan seseorang
menghina ibu orang lain, lalu orang lain ini membalas dengan menghina ibunya”.
Wahai kalian – kalian yang mengaku dirinya mempunyai keimanan kepada Allah
Swt serta Rasulullah Saw. Hanya bertakwalah kalian kepada Allah Swt. Selanjutnya segeralah
melihat kepada diri kita masing-masing, yang dimaksud kepada sanak keluarga kita! Apakah
kita sudah melaksanakan kewajiban terhadap mereka perihal kondisi mengenai menyambung
tali silaturahmi?
Apakah kita sudah berperilaku lemah lembut kepada mereka? Apakah kita sudah
tersenyum ketika berpapasan atau pun bertatap muka dengan mereka? Apakah kita sudah
berkunjung ke tempa tinggal mereka? Apakah kita sudah memuliakan, mencintai, saling
menunjungi saat sehat, saling menghormati, saling menjenguk pada saat jatuh sakit? Apakah
kita sudah ikut meringankan beban atau pun memberikan bantuan kepada mereka sesuai
dengan yang dibutuhkan?
Di lingkungan kita seringkali ditemukan orang yang tidak suka ketika melihat kehadiran
kedua orang tuanya, padahal semasa kecil dulu mereka pernah merawatnya. Justru ia lebih
mendamba – dambakan dan memuliakan istrinya, namun disisi lain ia melecehkan ibunya
sendiri. Ia selalu berusaha keras untuk mendekati dan mengerti keinginan teman-temannya,
akan tetapi ia malah semakin menjauhi bapaknya.
Pada saat duduk bersama kedua orang tuanya, maka ia akan merasa seperti sedang duduk
di dekat bara api karena memang tidak betah. Hati terasa berat pada saat ia harus menghabiskan
waktu bersama dengan kedua orang tuanya.
Walaupun hanya sebentar saja ia bersama dengan orang tua, namun waktu akan terasa
sangat lama. Ia akan merasa malas dan berat hati pada saat berbicara dengan keduanya.
Perbuatan seperti itu mencerminkan bahwa ia telah menanamkan keharaman bagi dirinya
sendiri mengenai kenikmatan yang bisa ia raih dengan berbakti kepada kedua orang tua dan
tentunya balasan baik yang akan ia peroleh.
Selain itu ada juga manusia yang tidak ingin, bahkan ada yang tidak mau untuk
memandang, menganggap, serta mengakui sanak saudara sebagai keluarga mereka. Ia tidak
ingin berbaur dengan kerabatnya dengan sikap yang seharusnya wajib diberikan kepadanya
sebagai keluarga. Ia tidak mau melakukan tegur sapa ketika berpapasan bahkan pura – pura
tidak tau dan tidak mau melakukan suatu tindakan yang bisa membuat hubungan silaturahmi
menjadi terjaga dengan baik. Begitu pula dengan harta yang ia miliki, ia tidak akan memakai
hartanya untuk membantu kerabatnya.
Sudah bisa kita lihat bahwa ia berada dalam kondisi serba kecukupan, sedangkan mereka
sanak keluarganya berada dalam kondisi serba kekurangan. Ia tidak ingin berhubungan dengan
keluarganya tersebut. Padahal, seharusnya keluarga tersebut bisa dikatakan termasuk salah satu
kewajiban untuk ia nafkahi dengan alasan karena kondisi ketidakmampuannya dalam
melakukan berusaha, sedangkan ia sudah masuk dalam kategori mampu untuk memberikan
nafkah kepadanya. walaupun demikian, ia tetap kukuh untuk menolak menafkahinya.
Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untu selalu menjaga tali silaturahmi agar tidak terputus.
Semua hamba-Nya termasuk kita akan mendapat jatah untuk menghadap Allah Swt dengan
hanya membawa bekal pahala bagi mereka yang mau menjaga dan selalu berusaha untuk
menyambung tali silaturahmi. Atau kita akan menghadap-Nya hanya dengan membawa dosa –
dosa saja bagi kita yang berusaha untuk memutus tali silaturahmi. Yuk kita menengadahkan
tangan seraya memohon ampun kepada Allah Swt, karena sesungguhnya Allah Swt adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.