Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan
selalu mendapat syafaatnya baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah PJOK SD.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak
mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
atas dukungannya sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ujung yang runcing agar tongkat yang dilemparkan menancap pada arena lemparan, lontar
martil menggunakan alat yang sering disebut martil yang dan cara melakukannya pada
waktu berputar martil dan pelontarnya berputar dengan sumbu yang melintasi bagian
tubuh atlet yang kontak dengan tanah, kemudian martil dilontarkan sejauh mungkin.
Sedangkan lempar cakram menggunakan alat yang terbuat dari karet berbentuk bundar
pipih seperti pesawat UFO.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lempar Lembing
Lempar lembing adalah nomor cabang olahraga atletik yang menggunakan tongkat berujung
runcing untuk dilempar sejauh-jauhnya. Lempar lembing termasuk salah satu olahraga cabang atletik
lempar.Istilah lempar lembing berasal dari dua kata, yakni lempar dan lembing. Kata lempar berarti
membuang sejauh mungkin, sedangkan lembing adalah nama tongkat berujung runcing. Olahraga
lempar lembing bertujuan memperoleh jarak lemparan sejauh mungkin dan mendarat dengan
sempurna. Agar mendapat lemparan yang sempurna, para atlet harus memiliki kekuatan otot tangan,
kaki, pinggul, serta memperhatikan kecepatan, teknik, dan kekuatan.
Lempar lembing merupakan salah satu bagian dari nomor-nomor lempar dalam cabang
olahraga atletik. Olahraga lempar lembing saat ini telah berkembang pesat diseluruh dunia,
hal ini ditandai dengan dilaksanakannya kejuaraan-kejuaraan dunia atletik, termasuk dalam
Olimpiade. Bahkan, dalam pelaksanaan pekan olahraga nasional (PON) lempar lembing
merupakan salah satu nomor lomba yang dipertandingkan. Dengan ini terbukti, bahwa lempar
lembing bukan hanya berbasis Nasional, bahkan sudah sampai pada tingkat Internasional.
Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan cara melemparkan benda
berbentuk lembing sejauh mungkin. Lempar lembing dilakukan dengan beberapa tahapan
gerakan, dimulai dari awalan, peralihan (cross steps), fase akhir, dan lemparan. Dalam
nomor-nomor lempar, lempar lembing dalam pelaksanaannya merupakan gerakan yang
paling mudah dari teknik lempar lainnya. Hal ini dikarenakan teknik lempar lembing
merupakan teknik lempar yang bersifat bawaan, dimana kita sering melakukan gerakan
lempar seperti melempar buah diatas pohon. Sehingga, secara tidak sengaja teknik melempar
dapat terbentuk.
Ada tiga teknik dasar dalam lempar lembing, yakni:
1. Teknik memegang lembing
Ada tiga gaya pegangan lempar lembing yang berbeda, yakni gaya Amerika, Finlandia,
dan gaya penjepit atau tang.
a. Gaya Amerika Merupakan teknik pegangan yang paling umum dan bisa kita lakukan.
Caranya, yakni memegang lembing dengan bagian tali di antara ibu jari dan jari
telunjuk. Telapak tangan dan sisa jari lainnya menggenggam seperti biasa.
3
b. Gaya Finlandia Hampir mirip seperti gaya Amerika, jari telunjuk diulur agak ke
belakang untuk kontrol. Sementara untuk mencengkeram bagian tali, dilakukan
dengan ibu jari dan jari tengah
c. Gaya penjepit Disebut sebagai gaya tang. Karena lembing akan dijepit di antara jari
telunjuk dan jari tengah. Sementara itu, ibu jari, jari manis, dan jari kelingking
memegang lembing.
2. Teknik membawa lembing
Dimulai dengan memegang lembing di atas bahu. Posisi siku harus mengarah ke depan.
Kemudian arahkan ujung lembing ke area lemparan dengan kemiringan 40º. Saat
melakukan langkah pertama, posisikan pinggul kita tegak lurus dengan area target.
Umumnya, pemula akan mengambil 10 kali langkah lari sebelum melempar, sementara
atlet mampu melakukan 13 hingga 18 kali langkah. Selama berlari, pastikan untuk
merpertahankan posisi lembing seperti gerakan awal. Jika telah mencapai langkah
terakhir, putar kaki yang berlawanan dengan tangan pemegang lembing, dan arahkan
pinggul ke target. Lakukan gerakan kaki menyilang, sambil menarik lembing ke
belakang. Posisikan badan condong ke belakang sambil meluruskan lengan dan bahu
untuk bersiap melempar.
3. Teknik melempar lembing Setelah meluruskan kedua lengan dan tubuh condong ke
belakang, tetap pertahankan pandangan ke arah target. Kemudian, gunakan kaki yang
berada di depan sebagai tumpuan, lalu dorong dengan kaki lainnya. Pindahkan berat
badan ke depan sambil bersiap untuk melemparkan lembing. Pada saat bersamaan, lengan
yang memegang lembing ke atas dan ke depan didorong, lalu lepaskan lembing saat
tangan berada di depan kaki tumpuan atau di puncaknya. Lemparkan sekuat-kuatnya dan
jaga keseimbangan tubuh setelah melempar lembing.
Berikut beberapa peraturan lempar lembing:
Tidak diperbolehkan menggunakan tapping untuk merekatkan dua atau lebih jari yang
membantu atlet melempar lembing, termasuk sarung tangan
Tiap atlet hanya memiliki waktu 1 menit untuk melakukan lemparan. Jika sampai 15 detik
terakhir atlet belum melempar, wasit akan mengibarkan bendera kuning sebagai
peringatan. Jika melebihi batas waktu, poin atlet tidak akan dihitung
Selama melakukan ancang-ancang, atlet tetap berada dalam area landasan. Dilarang
menyentuh sela-sela atau tanah di luar landasan
Atlet harus melempar lembing ke bagian atas lengan lempar dan tidak boleh melewati
garis batas lengkungan lemparan
4
Pelanggaran terjadi jika pelempar berputar sepenuhnya sehingga bagian punggung
mengarah ke area pendaratan lembing
Atlet tidak boleh memutar badan pada tahap apa pun sampai lemparan dan pendaratan
selesai
Lembing harus mendarat dalam area pendaratan dan hanya perlu membuat tanda pada
permukaan tanah, tidak perlu sampai menempel atau melubangi rumput
Atlet umumnya melakukan tiga kali percobaan melempar lembing dalam sebuah
kompetisi. Pada beberapa kasus, atlet bisa melakukan hingga enam kali percobaan
Wasit akan menentukan pemenang berdasarkan kriteria lemparan yang sah dan
memperoleh jarak terjauh
Jika poinnya seri, kedua atlet akan melakukan percobaan sekali lagi. Atlet yang mendapat
lemparan terbaik pada percobaan ini keluar sebagai pemenang.
1. Lembing
Merupakan tombak kayu atau logam dengan ujung yang tajam, serta sebuah pegangan tali
padanya. Bobot lembing setidaknya 800 gram dengan panjang 2,6-2,7 meter untuk pria
dan bobot minimal 600 gram dengan panjang 2,2-2,3 m untuk wanita.
2. Landasan lempar lembing
Adalah tempat melakukan awalan, minimal berjarak 30 meter, tetapi pada beberapa
kondisi panjangnya mencapai 36,5 meter. Lebar landasan adalah 4 meter. Lengkungan
lemparan berupa garis dengan radius 8 meter sebagai batas akhir sebelum melemparkan
lembing.
3. Area pendaratan lembing
Sektor pendaratan ditandai dengan busur pada lapangan rumput dengan sudut 28,96º.
Secara harfiah, pengertian lempar cakram adalah cabang olahraga atletik di mana atlet
melempar sebuah kayu berbentuk piring bersabuk besi atau bahan lain yang bundar pipih.
Tujuan olahraga lempar cakram adalah untuk melempar cakram dengan jarak sejauh-jauhnya.
Pemenang pertandingan lempar cakram adalah atlet yang mampu melakukan lemparan
terjauh. Untuk mendapatkan lemparan yang sejauh-jauhnya, seorang atlet harus melempar
5
cakram dengan kecepatan maksimal. Selain itu, ia juga harus mengerahkan tenaga sebesar
mungkin dan mengambil sudut lemparan yang baik dan benar yaitu sekitar 45 derajat.
Lempar cakram tidak bisa dipisahkan dengan sejarah atletik. Karena lempar cakram
adalah nomor atau bagian dari atletik. Di Indonesia, atletik termasuk lempar cakram dikenal
lewat bangsa Belanda yang setengah abad lamanya menjajah negeri Indonesia. Namun
demikian, atletik termasuk lempar cakram ini tidak dikenal secara luas.
Pada zaman pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942 – 1945, kegiatan
keolahragawan mengalami perkembangan terutama kategori olahraga atletik guna melatih
kekuatan fisik.Tetapi, semua aktivitas jasmani yang dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia
itu hanya untuk kepentingan orang-orang Jepang sendiri, dalam usaha memenangkan perang.
Perkembangan olahraga atletik tidak berhenti pada zaman pendudukan Jepang saja, namun
berkembang hingga saat ini. Setelah Indonesia merdeka perkembangan olahraga atletik
termasuk lempar cakram semakin meluas bahkan setiap orang diberikan kesempatan untuk
melakukan latihan-latihan atletik termasuk lempar cakram (Basuki dalam Sanjaya, 2011: 09).
Hal ini dapat dilihat di setiap jenjang pendidikan atau tingkat sekolah, dimana olahraga
dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran pada program pembelajaran di sekolah termasuk
di dalamnya materi pelajaran atletik itu sendiri.
Dikutip dari buku Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (2018) terbitan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada empat teknik dasar lempar cakram yaitu
teknik memegang cakram, teknik awalan, teknik melempar cakram, dan teknik akhiran.
Peganglah cakram dengan disangga oleh jari-jari tangan dan menekuk ruas pertama
atau paling ujung tiap-tiap jari (kecuali ibu jari).
Posisikanlah jarak antara jari yang satu dengan jari lainnya agak renggang.
Letakkanlah badan cakram menempel pada telapak tangan tepat pada titik berat
cakram atau sedikit agak ke belakang.
2. Teknik awalan
6
Renggangkanlah kedua kaki selebar badan, lutut sedikit ditekuk, dan letakkanlah
berat badan di kedua kaki.
Cakram diayun-ayunkan ke kanan belakang kemudian ke kiri berulang-ulang dengan
tujuan untuk mengatur konsentrasi.
Posisi awal berdiri, kaki direnggangkan selebar bahu, dan membelakangi arah
lemparan.
Peganglah cakram dengan tangan kanan dan letakkan di bahu kiri.
Gerakan melempar diawali dengan meliukkan badan ke kiri dan ke kanan dua kali.
Pada liukan ketiga, putar badan hingga menghadap arah lemparan sambil
melepaskan cakram dari tangan.
Rangkaian gerak melempar diakhiri dengan menjaga keseimbangan badan.
4. Teknik akhiran
Selepas melempar cakram, posisi tubuh harus mengikuti gerakan memutar. Hal ini
dilakukan untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tidak ikut terlempar.
Berikut adalah peraturan dasar lempar cakram sesuai regulasi Asosiasi Federasi Atletik
Internasional (IAAF).
1. Berat cakram untuk atlet putra adalah 2 kg dengan garis tengah 219-221 mm.
Sementara berat cakram yang digunakan oleh atlet putri nomor lempar cakram cabang
olahraga atletik adalah 1 kg dengan garis tengah 180-182 mm.
2. Untuk mengukur lemparan, cakram harus mendarat di dalam sektor yang telah
ditandai dan atlet tidak boleh meninggalkan lingkaran sebelum cakram mendarat.
3. Pada perlombaan lempar cakram, lemparan dinyatakan sah jika dalam keadaan
berikut ini, kecuali cakram jatuh di luar sektor, menggelinding masuk sektor.
4. Atlet biasanya akan melakukan empat atau enam kali lemparan per kompetisi.
5. Jika hasil seri, pemenangnya adalah atlet dengan upaya terbaik berikutnya.
Olahraga shot put kali pertama kali dimainkan pada masa masyarakat Yunani Kuno.
Pada saat itu, masyarakat Yunani Kuno memanfaatkan batu sebagai salah satu alat untuk
7
berolahraga, yakni dengan cara melemparkannya. Dalam perkembangannya atau lebih
tepatnya pada abad pertengahan, sekelompok tentara perang memiliki kebiasaan untuk
melemparkan bola meriam. Kebiasaan itu yang pada akhirnya disebut sebagai cikal bakal
kelahiran olahraga tolak peluru sampai populer sekarang ini.
Tolak peluru mulai dimainkan dengan bentuk yang modern pada sekitar abad ke-19.
Pada saat itu, Highlands Games Skotlandia menyelenggarakan lomba lempar batu atau logam
berat. Para peserta akan saling melemparkan bola untuk mendapatkan jarak terjauh.
Selanjutnya, pemenang akan ditentukan berdasarkan seberapa jauh jarak lemparan dengan
posisi asli pelempar atau di belakang garis.
Tolak peluru menjadi semakin populer setelah ditetapkan sebagai salah satu cabang
olahraga pada perhelatan olahraga terbesar di dunia, yakni Olimpiade modern. Dalam
kompetisi tersebut, cabang olahraga shot put sudah menggunakan bola dengan berat atau
massa yang sudah ditentukan dan termasuk cabang atletik.
Bahan yang digunakan untuk bola shot put sendiri menggunakan material besi atau
kuningan. Cabang olahraga tolak peluru mulai dipertandingkan untuk putra pada tahun 1896.
Sementara itu, shot put untuk putri baru dipertandingkan pada tahun 1948.
Cabang olahraga tolak peluru berhasil menyumbangkan medali emas untuk
Indonesia di ajang Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippine East ASEAN Growth Area (BIMP-
EAGA) tahun 2016 dan ASEAN Schools Games VII di Bandar Seri Begawan Brunei.3,4 Hal
ini merupakan tanda bahwa cabang olahraga tolak peluru semakin perlu diperhatikan dan
dibina dengan baik. Salah satu cara pengelolaan yang baik adalah dengan pengembangan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dan menggali potensi yang ada pada siswa sehingga dapat
dikembangkan secara maksimal.
Keberhasilan tolak peluru dipengaruhi oleh ketinggian, kecepatan, dan posisi sudut
tangan saat menolak peluru. Ketinggian tolakan peluru dipengaruhi oleh tinggi badan,
sedangkan kecepatan gerak dipengaruhi oleh kekuatan otot. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, struktur tubuh berpengaruh terhadap ketiga hal tersebut, salah satunya adalah
panjang lengan. Lengan yang panjang akan memiliki rotasi gerakan yang lebih luas sehingga
akan menghasilkan kecepatan yang lebih. Kelenturan gerak berkaitan dengan gerak maksimal
yang dapat dilakukan suatu sendi. Ruang lingkup gerak sendi yang dapat dilakukan oleh
suatu sendi disebut range of motion (ROM) dimana nilai terbaik dari ROM dimiliki oleh
Articulatio humeri. Pada tolak peluru, Articulatio humeri juga memiliki peran penting dalam
gerakan menolak
8
A. Gaya dalam tolak peluru.
Dalam sebuah perlombaan resmi, cabang olahraga tolak peluru dikenal dua macam
gaya yang paling banyak digunakan oleh para peserta, yakni gaya O’brien dan gaya spin.
Namun, ada satu jenis gaya yang sangat cocok bagi para pemula, yaitu gaya ortodoks. Gaya
ortodoks biasanya digunakan pada pelatihan atau tujuan pendidikan seperti di sekolah.
Berikut adalah tiga gaya dalam olahraga shot put yang perlu Grameds ketahui, antara lain
yaitu:
1. Gaya Ortodoks
Gaya melempar dalam cabang olahraga shot put yang biasa digunakan untuk seorang
pemula adalah gaya ortodoks. Hal ini dikarenakan gaya ortodoks tidak terlalu
membutuhkan banyak gerakan. Sebagai gaya yang paling sederhana dan paling mudah,
gaya ortodoks sangat cocok untuk seseorang yang ingin belajar atau berkenalan dengan
olahraga tolak peluru.
Oleh sebab itu, tak heran apabila para atlet profesional jarang menggunakan gaya
ortodoks. Pelempar dapat melakukan tolakan peluru dengan cara memosisikan tubuh
menyamping dari area pendaratan. Selanjutnya, pelempar dapat meletakkan bola logam
antara kepala dan bahu untuk kemudian dilakukan tolakan.
2. Gaya O’brien
Apabila gaya ortodoks biasa digunakan pemula, maka gaya O’brien merupakan gaya
melempar shot put yang paling sering digunakan atlet profesional. Gaya O’brien sendiri
digunakan pertama kali oleh seorang atlet yang berasal dari negara Amerika Serikat
bernama Parry O’brien.
Gaya ini sendiri biasa dikenal juga dengan gaya glide atau meluncur, tetapi sekarang lebih
populer sebagai gaya O’brien. Dalam cabang olahraga shot put, gaya O’Brien dilakukan
dengan cara membelakangi arah tolakan
Pada saat menggunakan gaya O’brien, seorang atlet atau pelempar harus memiliki posisi
membelakangi area pendaratan. Kemudian, atlet tersebut akan melakukan gerakan
setengah putaran atau 180 derajat terlebih dahulu sebelum melakukan tolakan terhadap
bola logam. Hal ini menjadikan pada saat persiapan, pelempar akan menghadap ke
belakang sebelum kemudian berbalik ke depan.
Setelah Grameds sudah terbiasa dengan gaya ortodoks, gaya O’brien sangat cocok untuk
menunjang keterampilan melakukan tolakan peluru. Berikut ini adalah beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk menciptakan tolakan peluru dengan gaya o’brien:
9
1. Posisi tubuh berdiri membelakangi arah tolakan dengan badan membungkuk dan
bertumpu pada kaki kanan sekaligus lutut ditekuk. Sementara itu, kaki kiri diangkat
lurus menuju arah tolakan.
2. Peluru atau bola diletakkan di bagian antara leher, dekat dengan dagu.
3. Peluru dipegang pada bagian pangkal jari, bukan telapak tangan. Kemudian, posisikan
ibu jari di bawah peluru.
4. Selanjutnya, siku mengarah keluar sehingga membentuk sudut 45 derajat.
5. Pada saat meluncur, kaki kiri dapat diluruskan sembari memutarkan pinggul.
6. Kaki kanan diangkat pendek ke depan dengan kaki kiri diayun ke belakang untuk
tetap menjaga keseimbangan.
3. Gaya Spin
Selain gaya ortodoks dan gaya O’brien, gaya yang juga sering digunakan dalam cabang
olahraga tolak peluru adalah gaya spin atau gaya berputar. Gaya ini kali pertama
diperkenalkan oleh Aleksandr Baryshnikov, seorang atlet shot put yang berasal dari
Rusia.
Meskipun tidak sepopuler gaya O’brien, tetapi teknik ini juga sering digunakan atlet
profesional pada saat berlomba resmi olahraga shot put. Perlu diketahui, gaya spin
membutuhkan keterampilan tinggi.
Hal ini dikarenakan seorang atlet harus melakukan putaran hingga 360 derajat dalam
kecepatan tinggi terlebih dahulu sebelum melempar bola logam ke depan. Maka dari itu,
gerakan ini memiliki tujuan untuk menghasilkan momentum sehingga dapat membuahkan
jarak tolakan terjauh.
Dalam suatu olahraga tidak pernah bisa dilepaskan dari yang namanya peran pelatih.
Dengan pelatih, maka atlet mendapatkan arahan dan bimbingan, sehingga bisa
memenangkan perlombaan olahraga. Buku Kepelatihan Olahraga membahas tentang
pentingnya peran pelatih bagi seorang atlet. Buku ini sangat cocok untuk dibaca bagi
seseorang yang ingin menjadi pelatih atau menjadi atlet.
10
2. Kedua kaki dibuka dengan kaki kiri lurus ke depan dan kaki kanan ditekuk agak ke
depan hingga serong ke samping kanan
3. Posisikan berat badan di bagian kaki kanan dan bentuk badan supaya lebih condong ke
samping kanan
4. Tangan kanan memegang dan menyangga peluru pada bahu atau pundak
5. Siku pada tangan kiri dengan ditekuk taruh di depan hingga membentuk posisi sedikit
serong ke atas dan melemas
6. Tangan kiri sendiri memiliki fungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan
7. Pandangan pelempar dapat diarahkan ke area tolakan sebelum melakukan lemparan
8. Dorong tangan kiri ke depan kekuatan penuh sehingga memunculkan tolakan pada
peluru yang dipegang
9. Pada saat melakukan tolakkan peluru, kaki kanan yang berposisi di belakang dapat
diangkat untuk memperbesar kekuatan tolakan
11
D. Peralatan Olahraga Tolak Peluru
Beberapa peralatan maupun aturan olahraga tolak peluru yang perlu diketahui, antara
lain:
1. Bola logam
IAAF telah memutuskan bahwa berat bola logam yang digunakan dalam cabang olahraga
tolak peluru yakni 7,26 kg untuk putra dan 4 kg untuk putri. Bahan atau material yang
harus digunakan pada bola logam biasanya terdiri dari unsur besi padat atau kuningan.
Namun, tidak menutup kemungkinan juga beberapa jenis logam lain yang tidak lebih
lembut dari kuningan bisa digunakan.
2. Bentuk lapangan
Untuk ukuran lapangan yang digunakan dalam cabang olahraga tolak peluru harus
berbentuk lingkaran, dengan diameter 2,135 meter pada lapangan beton dan sektor
pendaratan yang ditandai busur pada lapangan rumput dengan sudut 34,92 derajat. Selain
itu, lingkaran yang terdapat dalam lapangan tolak peluru memiliki papan penghenti
setinggi 10 cm pada bagian depan sebelum memasuki sektor pendaratan.
E. Peraturan Tolak Peluru
Penentuan pemenang dalam cabang olahraga tolak peluru ditentukan berdasarkan
jarak tolakan yang mampu dicapai. Seorang atlet yang berhasil mendapatkan jarak tolakan
peluru terjauh berhak menjadi pemenang pertandingan atau perlombaan. Dalam sebuah
kompetisi resmi tolak peluru, atlet umumnya akan mendapatkan kesempatan melakukan
tolakan sebanyak empat hingga enam kali. Apabila terdapat hasil imbang atau seri, maka para
atlet akan diberikan kesempatan sekali lagi untuk menentukan pemenangnya. Selain
peraturan permainan dalam menentukan pemenang cabang olahraga tolak peluru, ada juga
beberapa peraturan lain yang perlu diperhatikan pada saat mengikuti kompetisi tolak peluru,
antara lain:
1. Seorang atlet atau pelempar harus bersiap setelah namanya diumumkan. Para atlet hanya
diberikan waktu 60 detik untuk memulai gerakan.
12
2. Agar memenuhi tujuan keamanan, atlet harus memakai taping pada jari tangan tetapi
tidak diperbolehkan mengenakan sarung tangan.
3. Bola logam dapat diletakan di dekat leher sepanjang gerakan. Apabila bola logam
terlepas dan tidak menempel dekat leher selama melakukan gerakan, maka hasil tolakan
dapat dianggap tidak sah.
4. Gerakan tolak peluru hanya boleh menggunakan satu tangan dan tembakan harus berada
di atas ketinggian bahu.
5. Seorang atlet bisa memakai seluruh lingkaran, tetapi bagian kaki tidak diperbolehkan
melakukan gerakan keluar lingkaran atau menapak pada papan penghenti di daerah
depan lingkaran.
6. Tolakan dianggap sah apabila bola logam mendarat pada sektor pendaratan dengan sudut
34,92 derajat. Wasit atau juri akan melakukan penghitungan titik pendaratan pertama
bola logam.
7. Seorang atlet tidak bolehkan meninggalkan lingkaran sebelum bola logam atau lemparan
mendarat di sektor pendaratan, serta hanya boleh meninggalkan lingkaran dari belakang.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lempar lembing termasuk salah satu olahraga cabang atletik lempar. Istilah lempar lembing
berasal dari dua kata, yakni lempar dan lembing. Kata lempar berarti membuang sejauh mungkin,
sedangkan lembing adalah nama tongkat berujung runcing. Olahraga lempar lembing bertujuan
memperoleh jarak lemparan sejauh mungkin dan mendarat dengan sempurna. Agar mendapat
lemparan yang sempurna, para atlet harus memiliki kekuatan otot tangan, kaki, pinggul, serta
memperhatikan kecepatan, teknik, dan kekuatan.
Secara harfiah, pengertian lempar cakram adalah cabang olahraga atletik di mana atlet
melempar sebuah kayu berbentuk piring bersabuk besi atau bahan lain yang bundar pipih.
Tujuan olahraga lempar cakram adalah untuk melempar cakram dengan jarak sejauh-jauhnya.
Pemenang pertandingan lempar cakram adalah atlet yang mampu melakukan lemparan
terjauh. Untuk mendapatkan lemparan yang sejauh-jauhnya, seorang atlet harus melempar
cakram dengan kecepatan maksimal. Selain itu, ia juga harus mengerahkan tenaga sebesar
mungkin dan mengambil sudut lemparan yang baik dan benar yaitu sekitar 45 derajat.
Tolak peluru mulai dimainkan dengan bentuk yang modern pada sekitar abad ke-19.
Pada saat itu, Highlands Games Skotlandia menyelenggarakan lomba lempar batu atau logam
berat. Para peserta akan saling melemparkan bola untuk mendapatkan jarak terjauh.
Selanjutnya, pemenang akan ditentukan berdasarkan seberapa jauh jarak lemparan dengan
posisi asli pelempar atau di belakang garis. Tolak peluru menjadi semakin populer setelah
ditetapkan sebagai salah satu cabang olahraga pada perhelatan olahraga terbesar di dunia,
yakni Olimpiade modern. Dalam kompetisi tersebut, cabang olahraga shot put sudah
menggunakan bola dengan berat atau massa yang sudah ditentukan dan termasuk cabang
atletik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Surono Nasution. (Juni 2018). Pengembangan model pembelajaran lempar lembing
Muhibbin Syah, 2009. Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(paikem). Bandung : UIN Sunan Gunung Djati
Candra Cahyono, Yarmani, Arwin. (2018). Meningkatkan teknik dasar lempar cakram.
Bengkulu: Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani,2 (1)
Nuryati, Arwin, dan Bogy Restu Ilahi (2017). Upaya peningkatan proses belajar atletik tolak
peluru. Bengkulu
15