Skripsi Analisis DSN Syari'ah PDF
Skripsi Analisis DSN Syari'ah PDF
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)
Jurusan Mu’amalah
Oleh
SITI MUBAROKAH
2103109
FAKULTAS SYARI'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
DEKLARASI
SITI MUBAROKAH
NIM : 2103109
ii
MOTTO
iii
PERSEMBAHAN
iv
KATA PENGANTAR
ﺑــﺴـﻢ اﷲ اﻟﺮّﺣــﻤـﻦ اﻟﺮّﺣــﻴـﻢ
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang
telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis dalam menyelesaikan
semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, para keluarga, dan
pengikutnya.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam jurusan Mu’amalah di Fakultas Syari’ah
IAIN Walisongo Semarang Jawa Tengah. Skripsi ini diajukan guna memenuhi
tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam jurusan
Semarang Jawa Tengah. Pasang surut semangat antara yakin dan tidak terlewati.
Dukungan dari berbagai pihak telah menjadi cambuk tersendiri bagi penulis untuk
kepada semua pihak yang telah membantu, mengarahkan serta memotivasi penulis
hingga tersusunnya skripsi ini, maka dari itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk membahas dan
v
2. Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag., selaku dosen pembimbing I dan Drs. Wahab
Zaenuri, M.M., selaku pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan masukkan dalam materi
skripsi ini.
Walisongo Semarang.
maupun materiil.
Kost yang telah mewarnai perjalanan hidup penulis dalam kebersamaan suka
6. Rekan-rekan angkatan 2003 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah
kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya, akan tetapi penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Siti Mubarokah
NIM. 2103109
vi
ABSTRAKSI
Salah satu bentuk kegiatan jual beli yang sekarang terjadi adalah jual beli mata
uang. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan diperlukan jual beli
mata uang, baik mata uang sejenis maupun berlainan jenis. Yang dalam
transaksi jual beli mata uang yang sejenis maka nilainya harus sama dengan
secara tunai, bila transaksi tersebut berlainan jenis harus dilakukan nilai tukar
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan...................................................................... 8
viii
BAB III : FATWA DEWAN SYARI’AH NASIO0NAL MAJELIS
(AL-Sharf)................................................................................ 36
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................ 60
C. Penutup..................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
bumi dengan semua isinya merupakan amanat Allah kepada umat manusia
tersebut adalah al-Qur'an dan sunnah Nabi sebagai sumber ajaran Islam,
sebagai modal tatanan kehidupan. Hal ini tentunya dapat dipakai untuk
antara satu dengan yang lainnya tidak ada seorangpun yang dapat menguasai
seluruh apa yang diinginkan, tetapi manusia hanya dapat mencapai sebagian
yang diinginkan Dia pasti memerlukan apa yang menjadi kebutuhan orang
lain.3
1
Muhamad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah Teori dan Praktek, Jakarta: Gema Insani press,
2001, hlm. 23
2
Muhammad, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002, hlm. 7
3
Syaikh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Pandangan Islam,
Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2004, hlm. 384
1
2
menolong terhadap sesamanya dan bukan dalam kegiatan sepihak, Allah swt
ن وَا ﱠﺗﻘُﻮا
ِ ﻹ ْﺛ ِﻢ وَا ْﻟ ُﻌ ْﺪوَا
ِ ﻋﻠَﻰ ْا
َ ﻻ َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا
َ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ِﺒ ﱢﺮ وَاﻟ ﱠﺘ ْﻘﻮَى َو
َ َو َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا
(2 : ب )اﻟﻤﺎﺋﺪة ِ ﺷﺪِﻳ ُﺪ ا ْﻟ ِﻌﻘَﺎ
َ ن اﻟﱠﻠ َﻪ
اﻟﱠﻠ َﻪ ِإ ﱠ
Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. (Qs. Al-Maidah : 2)4
bermanfaat dengan cara jual beli dan semua cara berhubungan, sehingga hidup
manusia dapat berdiri dengan lurus dan mekanisme berjalan dengan baik dan
produktif.5
telah diatur dalam syari'at Islam. Al-Qur'an dan hadits telah memberikan
secara benar. Dan Allah melarang segala bentuk perdagangan yang tidak
4
Departemen Agama RI., al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan,
1986, hlm. 157
5
Syaikh Muhammad Yusuf Qardhawi, op. cit., hlm. 385
3
yang mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak (fasiq). Ini maksudnya agar
mu’amalah berjalan sah dan segala sikap dan tindakannya jauh dari kerusakan
apakah memakan harta (barang) haram atau tidak, meskipun semakin haru
membedakan mana yang boleh dan baik dan menjauhkan dari segala subhad
dan haram.6
jual beli, hal-hal yang menyangkut boleh atau tidak, boleh yang baik atau
tidak baik dilaksanakan. Jual beli yang berdasarkan norma itu dapat
dikerjakan sebagai jual beli yang sesuai dengan prinsip-prinsip etika jual beli.
penjual yang dibohongi, penipuan yang terjadi dalam jual beli tersebut
dikarenakan antara penjual dan pembeli yang terlalu tamak akan keuntungan
yang sebanyak-banyaknya akan tetapi justru jual beli semacam itu akan
Khatijah merupakan prinsip yang harus dijaga oleh pelaku jual beli, di
6
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (terj.), alih bahasa H. Kamaluddin A. Marzuki, Jilid XII,
Bandung: Al-Ma’arif, t.th., hlm. 46
4
antaranya bersikap jujur adil dalam timbangan tidak menggunakan cara yang
batil, tidak mengandung unsur riba dan penipuan. Prinsip tersebut adalah
modal awal yang utama bagi seorang yang akan melakukan perdagangan
karena dengan prinsip itu bisnis akan mendapatkan kepercayaan bagi orang
yang berbunyi :
ن ِﺗﺠَﺎ َر ًة
َ ن َﺗﻜُﻮ
ْ ﻻ َأ
ﻞ ِإ ﱠ
ِﻃِ ﻻ َﺗ ْﺄ ُآﻠُﻮا َأ ْﻣﻮَاَﻟ ُﻜ ْﻢ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎ ْﻟﺒَﺎ َ ﻦ ءَا َﻣﻨُﻮا َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ
: ن ِﺑ ُﻜ ْﻢ َرﺣِﻴﻤًﺎ )اﻟﻨﺴﺎء َ ﷲ آَﺎ َ نا ﺴ ُﻜ ْﻢ ِإ ﱠ َ ﻻ َﺗ ْﻘ ُﺘﻠُﻮا َأ ْﻧ ُﻔ
َ ض ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َو
ٍ ﻦ َﺗﺮَا ْﻋ َ
(29
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu. (Qs. An-Nisa’ : 29).7
untuk menempuh jalan perniagaan dengan suka sama suka, maka setiap
transaksi kelembagaan ekonomi Islam harus dilandasi atas dasar sistem bagi
negara tidak hanya ditentukan oleh negara yang bersangkutan, akan tetapi
7
Departemen Agama RI., op. cit., hlm. 122
8
Widiyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,. 2005,
hlm. 18
5
Internasional.9
Salah satu bentuk jual beli yang sekarang terjadi adalah jual beli mata
beli mata uang, baik mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan
jenis. Bahwa dalam urf tijari (tradisi perdagangan) jual beli mata uang dikenal
Islam berbeda dalam suatu bentuk dengan bentuk lain, agar kegiatan transaksi
4. Apabila berlainan jenis, maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs)
Dalam hukum Islam fungsi uang sebagai alat tukar menukar diterima
sistem perdagangan,11 untuk itu setiap kegiatan dalam lalu lintas perdagangan
tidak bisa terlepas dari peredaran mata uang asing di dalam suatu negara lintas
perdagangan. Tidak bisa terlepas dari peredaran mata uang asing di suatu
9
Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar
Grafika, 1996, hlm. 45
10
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Edisi Revisi No. 28/DSN-
MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)
11
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Mu’amalah Kontekstual, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2002, hlm. 149
6
(nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain) dan nilai tukar ini
pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang antara
2x24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya haram, karena harga yang
Jual beli mata uang yaitu suatu proses di mana seseorang membeli 10
dollar ke bang dengan harga 1 dollarnya dijual 10.000 kepada pembeli setelah
12
Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, op. cit., hlm. 45
13
Fatwa DSN-MUI, op.cit
7
menggunakan dana IDR selama 30 hari dengan tingkat bunga yang berlaku di
pasar uang IDR dan selama itu tidak mempunyai kesempatan untuk
yang harus dihindari yaitu perdagangan tanpa penyerahan. Jual beli valas
harus dihindari yaitu perdagangan tanpa penyerahan. Jual beli valas bukan
Dari uraian di atas maka peneliti mengetahui bj banyak hal yang perlu
dikaji dalam jual beli mata uang. Apakah prinsip-prinsip jual beli yang sesuai
atas dalam skripsi dengan judul “Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No.
14
Muhammad Syafi'i Anthonio, op. cit., hlm. 197
8
B. Perumusan Masalah
berikut :
C. Tujuan Penelitian
Semarang.
D. Telaah Pustaka
kemukakan di antaranya :
9
Ghufron A. Masadi, M.Ag., dalam buku ini beliau menjelaskan apa yang
dimaksud jual beli. Jual beli adalah menukarkan harta dengan harta
dengan sesuatu yang lain melalui tata cara tertentu yang dapat dipahami
melalui ijab dan saling menyerahkan dan menjelaskan al-Sharf jual beli
mata uang sejenis atau barang tidak sejenis secara tunai seperti
menjualbelikan emas dengan emas atau emas dengan perak, baik berupa
perhiasan maupun berupa mat uang. Praktek jual beli mata uang asing
2. Buku yang berjudul “Mata Uang Islam” karangan Dr. Ahmad Hasan
dalam buku ini beliau membahas tentang sejarah perkembangan Islam dan
fungsi uang sebagai standar ukur harga keperluan yang banyak dan
masing, sebab itu uang sangat penting sebagai standar ukur harga, yakni
3. Skripsi atas nama Sopyan Fadlyl, (2107046) dengan judul skripsi “Studi
yang dibahas dalam skripsi tersebut adalah konsep mata uang menurut
15
Ghufron A. Mas’adi, op. cit., hlm. 119
16
Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 12
10
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data
langsung dengan objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah
tentang Jual Beli mata uang (al-Sharf). Serta literatur yang digunakan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumen dan
literatur yang berupa buku-buku, tulisan dan fatwa DSN-MUI tentang jual
Metode Dokumentasi
penulis gunakan adalah fatwa DSN tahun 2002 tentang jual beli mata uang
(al-Sharf)
(Al-Sharf).
Metode ini sangat berguna untuk menghasilkan kesimpulan yang valit dan
20
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Komunikasi, ekonomi & kebijakan
publik serta Ilmu sosial lainnya, Jakarta : Kencana prenada Media grup, hlm 144
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina
Aksara, 1987, hlm. 194
12
F. Sistematika Penulisan
yang berkaitan dapat pembahasan judul skripsi, landasan teori ini terdiri dari
pengertian jual beli mata uang (al-Sharf) dalam pandangan Islam, dasar
hukum jual beli mata uang (al-Sharf) serta macam-macam jual beli mata uang
(al-Sharf).
kedudukan fatwa, ruang lingkup kinerja, mekanisme kerja dan fungsi Dewan
Bab IV adalah analisis Fatwa DSN-MUI, mengenai jual beli mata uang
Dari kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan bahwa jual beli itu
kita dapat mengambil pengertian bahwa jual beli itu suatu proses tukar
menukar kebutuhan. Namun untuk memahami secara lebih jelas, kita harus
memberi batasan sehingga jelas bagi kita apa itu jual beli.1 Baik secara bahasa
yakni kata asy-Syira (beli). Dengan demikian maka kata a-Bai berarti :Jual”
sekaligus “beli”.2
Menurut Sayid Sabiq jual beli dalam pengertian lughawi adalah saling
menukar, kata al-bai (jual) dan al-syira (beli) digunakan biasanya dalam
pengertian yang sama. Dalam kata ini masing-masing mempunyai makna dua
1
Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Sunnah Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1994, hlm. 58
2
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Intermasa, 1997, cet. Ke-1, hlm.
827
3
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, terj., alih bahasa H. Kamaludin A. Marzuki, Kilid XII,
Bandung: al-Ma;arif, hlm. 47
13
14
pertukaran harta di mana semua harta dapat dimiliki dan dapat dimanfaatkan
pembayaran suatu negara, alat pembayaran tertentu dari logam atau kertas.6
barang sejenis atau barang tidak sejenis.9 Al-Sharf juga dapat diartikan
perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta asing.10 Valuta asing berarti
4
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup dalam
Perekonomian), Bandung: Diponegoro, 1992, hlm. 18
5
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 47
6
Sava M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Cetakan ke-5, 2006, hlm. 626
7
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Mu'amalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002, hlm. 149
8
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari'ah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, cet. Ke-3, 2005, hlm. 78
9
Ghufron A. Mas’adi, op. cit.
10
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Persada Media, 2005, hlm.
98
15
nilai uang, alat pembayaran yang terjamin oleh persediaan emas atau perak.
Jadi valuta asing maksudnya mata uang luar negeri, seperti Yen Jepang, Dolar
jual beli mata uang (al-Sharf) adalah suatu proses dimana seseorang penjual
Dengan demikian secara otomatis pada proses dimana transaksi jual beli mata
uang (al-Sharf) berlangsung, telah melibatkan dua pihak, di mana pihak yang
dan pihak yang lain menyerahkan barangnya sebagai ganti dari uang yang
diterimanya dan proses tersebut dilakukan atas dasar rela sama rela antara
kedua pihak, artinya tidak ada unsur keterpaksaan atau pemaksaan pada
ن ِﺗﺠَﺎ َر ًة
َ ن َﺗﻜُﻮ
ْ ﻻ َأ
ﻞ ِإ ﱠ
ِﻃِ ﻻ َﺗ ْﺄ ُآﻠُﻮا َأ ْﻣﻮَاَﻟ ُﻜ ْﻢ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎ ْﻟﺒَﺎ
َ ﻦ ءَا َﻣﻨُﻮا
َ ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ
(29 : )اﻟﻨﺴﺎء.... ض ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ٍ ﻦ َﺗﺮَا ْﻋ َ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu…”. (Qs. An-Nisa’ : 29).12
11
M. Ali Hasan, Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II),
Jakarta: raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 155
12
Departemen Agama RI., al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah al-Qur'an, 1986, hlm. 122
16
mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur'an dan sunnah Rasulullah saw,
1. Landasan al-Qur'an
jual beli pada hamba-Nya dan merupakan jalan baik dalam bermu’amalah.
Islam melarang jual beli yang mengandung unsur riba serta merugikan
orang lain.
2. Landasan Sunnahnya
13
Ibid
14
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid juz II, Bairut : Darul Al-Fikr, hlm 200
15
Al-San’any, Sulubus Salam, Juz III, Beirut: Dar al-Fikr, t.th. hlm. 67
17
Emas dan perak sebagai mata uang tidak boleh ditukarkan dengan
sejenisnya (rupiah dengan rupiah atau dollar dengan dollar) kecuali sama
jumlahnya dan tidak boleh ada penambahan pada salah satu jenisnya,
saw pekerjaan yang paling baik adalah berusaha dengan tangannya sendiri
dan jual beli yang jujur tanpa diiringi kecurangan sehingga mendapat
3. Landasan Ijma
16
Gemala Dewi, op. cit., hlm. 99
17
Ibnu Rusyd, op. cit hlm. 143
18
Jual beli dalam Islam dianggap sah apabila memenuhi rukun dan
syarat-syaratnya. Adapun rukun jual beli mata uang pada umumnya sama
Syarat sah jual beli mata uang (al-Sharf) pada umumnya sama
dengan jual beli, tetapi ada syarat-syarat tertentu yang dipenuhi dalam
(akad) adalah :
1.) Berakal atau tidak hilang ingatan, karena hanya orang yang sadar
sempurna. Oleh karena itu, anak kecil yang belum tahu apa-apa
dan orang gila tidak dibenarkan melakukan transaksi jual beli tanpa
salah satu pihak tidak melakukan tekanan atau paksaan atas pihak
beli yang dilakukan bukan atas dasar “kehendak sendiri” tidak sah.
Adapun yang menjadi dasar bahwa jual beli harus dilakukan atas
dasar kehendak sendiri, yaitu firman Allah swt dalam (Qs. An-
dapat membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh
atau dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dengan demikian tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak
benda yang dijadikan sebagai obyek jual beli ini harus memenuhi
diharamkan. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang artinya
19
Surahwari K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hlm. 130
20
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hlm. 397
20
21
Suhrawardi K. Lubis, op. cit., hlm. 132
22
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 52
23
Chaeruman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm.
39
21
menangkapnya.
tidak diketahui atau salah satu dari keduanya tidak diketahui, maka
membatalkannya.25
Ijab dan qabul artinya ikatan kata antara penjual dan pembeli.
qabul.27
keluar terlebih dahulu dari salah satu pihak sedangkan qabul yang
kedua. Dan tidak ada perbedaan antara yang mengijab dan menjual
25
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 61
26
Suhrwardi K. Lubis, op. cit., hlm. 135
27
Mustofa Bilbulbigha, Fiqh Syafi'i (terj. At-Tahdzib), alih bahasa : Ny. Adizhiyah Sunarto,
M. Multazam, Bintang Pelajar, hlm. 289
28
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 112
23
jual beli dengan adanya ijab qabul. Tiap-tiap yang dipandang urf
penjualan.30
kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak pemilikan (bai’ al-
Fudhuli).31
Dari sekian syarat jual beli dan jual beli mata uang, baik dari
dijadikan obyek akad , harus terpenuhi sebagai transaksi jual beli itu
29
Ibnu Rusyd, op.cit., hlm. 95
30
Hasby ash-Shiddiqie, hukum-Hukum Fiqh Islam, Jakarta: BulanBintang, 1978, hlm,. 352
31
Ibnu Rusyd, op. cit., hlm. 148
24
Di dalam Islam tidak selamanya jual beli bisa dibenarkan. jual beli
dapat dianggap sah (valid) apabila jual beli itu sudah sesuai dengan perintah
halal. Namun ada juga bentuk jual beli yang dilarang Islam, yang biasa disebut
dengan istilah jual beli fasid (yang tidak sesuai dengan syari'at) dan juga jual
Adapun mengenai bentuk jual beli mata uang yang dilarang dalam
a. Transaksi Forward
ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan
datang, antara 2x24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya haram,
harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang
disepakati.
b. Transaksi swap
32
Ghufron A. Mas’adi, op. cit., hlm. 131
25
(spekulasi).33
c. Transaksi option
hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta
asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Karena
33
Keputusan fatwaa DSN-MUI
BAB III
NO. 28/DSN-MUI/III/2002
berkembang pulalah jumlah Dewan Pengawas Syari’ah yang berada dan mengawasi
harus disyukuri. Tetapi juga diwaspadai. Kewaspadaan ini berkaitan dengan adanya
Pengawas Syari’ah dan hal itu tidak mustahil akan membingungkan umat dan
nasabah. Oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai payung dari
dewan syari'ah yang bersifat nasional dan memahami seluruh lembaga keuangan,
Dewan Syari’ah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil
rekomendasi lokakarya reksadana syari'ah pada bulan Juli tahun 1997. Lembaga ini
1
Muhamad Syakir Sula, AAIJ, FIIS., Asuransi Syari'ah : Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta:
Gema Insani, 2004, hlm. 543.
26
27
program kerjanya sesuai dengan tugas dan wewenang, program tersebut sbb :
1. Mengeluarkan Fatwa
masing Lembaga Keuangan Syari’ah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak
terkait.3
a. Surat Keputusan tentang Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PG-
c. Surat Keputusan tentang Kepesertaan dan iuran bulanan bagi perbankan dan
2
Mohammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah dan Teori dan Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
2003, hlm. 32
3
Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional, Untuk Lembaga Keuangan Syari'ah, Edisi I, Jakarta:
Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia Bank Indonesia, 2001, hlm. 126
28
rekomendasi nama-nama yang duduk sebagai dean pengawas syari'ah pada suatu
Keuangan Syari’ah di luar BPR syari'ah, yaitu kepada 6 (enam) bank syari'ah, 2
4
Ibid.
5
Hinpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional : Untuk Lembaga Keuangan syari'ah, Edisi Revisi,
Jakarta: Kepengurusan DSN-MUI
29
8. Drs. H. Amidhan
Bendahara : H. M. Syureich
c. Anggota Dewan Syari’ah Nasional terdiri dari para ulama, praktisi, dan para
Ulama Indonesia dengan masa bakti sama dengan periode masa bakti
Indonesia No. 10 tahun 2000 tentang Pedoman Dasar Dewan Syari’ah Nasional
mempunyai wewenang :8
pihak terkait.
6
Muhamad Syakir Sula, AAIJ, FIIS., op. cit. hlm. 543
7
Abdulah Amrin, Asuransi Syari'ah, Jakarta: Gramedia, 2006, hlm. 231
8
DSN-MUI, www.mui.or.id/mui
33
Keuangan Syari’ah.
Syari’ah Nasional.
1.) Dewan Syari’ah Nasional melakukan rapat pleno paling tidak satu kali
3.) Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam laporan
9
Ibid.
34
2.) Ketua badan pelaksanaan harian bersama anggota dan staf ahli selambat-
3.) Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris paling lambat satu kali kerja
kepada ketua.
mendapat pengesahan.
Islam. Dalam hal ini lembaga yang diawasi adalah perbankan syari'ah,
Dalam hal ini untuk lebih mengefektifkan peran Dewan Syari’ah Nasional
10
Muhammad Syafi'i Antonio, op. cit., hlm. 32
36
Syari’ah yang bersangkutan. Secara umum fungsi Dewan Pengawas Syari’ah adalah
Syari’ah Nasional.
D. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia tentang Jual Beli
Berkaitan dengan permasalahan tentang jual beli khususnya jual beli mata
uang, maka komisi fatwa Dewan Syari’ah Nasional menimbang dan memperhatikan
dari berbagai sudut pandang, Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
menfatwakan tentang kebolehan jual beli mata uang (al-Sharf) No. 28/DSN-
11
Abdulah Amrin, op. cit., hlm. 228
12
Himpunan Fatwa Dewan syari'ah Nasional, Edisi Revisi
37
Menimbang :
diperlukan transaksi jual beli mata uang (al-Sharf), baik antar mata uang sejenis
b. Bahwa dalam ‘urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi jual beli mata uang
dikenal beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandang ajaran
c. Bahwa agar kegiatan transaksi tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam.
Mengingat :
- Firman Allah Qs. Al-Baqarah (2):275: “…Dan Allah telah menghalalkan jual
- Hadits nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khurdi :
Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas
dasar kerelaan (antara kedua belah pihak) (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan
- Hadits Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah,
dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi saw bersabda :
“(juallah) emas dengan emas, perak dengan peran, gandum dengan gandum,
sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan
syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah
- Hadits Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan
Ahmad, dari Umar bin Khattab, Nabi saw bersabda : “(Jual-beli) emas dengan
- Hadits Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khurdi, Nabi saw bersabda :
“Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan
sebagian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak
- Hadits Nabi riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib dan Zaid bin Arqam :
Rasulullah saw melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak
tunai).
- Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf : “Perjanjian dapat dilakukan di
antara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau
mereka syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”
- Ijma’, Ulama sepakat (ijma’) bahwa akad al-Sharf disyari’atkan dengan syarat-
syarat tertentu.
Memperhatikan :
2. Pendapat peserta rapat pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari Kamis tanggal
Memutuskan :
UANG (AL-SHARF).
Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai
berikut :
c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus
d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar yang berlaku
a. Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk
penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat
dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai,
sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian y tidak bisa
yaitu harus dua hari dan waktu dua hari itu dianggap sebagai transaksi yang
tunai. Dalam dunia perdagangan transaksi tersebut tidak bisa dihindari dan
selang waktu dua hari dianggap sebagai transaksi hari ini (tunai). Dikarenakan
40
dalam hadits maupun fiqh harus yadan bi yadin (langsung saat itu juga). Dalam
prakteknya dua hari masih dalam konteks yadan bi yadin, yakni perluasan dari
nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan
datang, antara 2x24 jam sampai dengan satu tahun.. Hukumnya adalah haram,
karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan
penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali
dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat
c. Transaksi SWAP yaitu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga
sport yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama
(spekulasi).
d. Transaksi OPTION yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli
atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta
asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya hara,
13
Wawancara dengan Bpk. Hasanudin, Wakil Sekretaris DSN.
41
Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di
sebagaimana mestinya.
Lembaga fatwa merupakan lembaga independen yang terdiri dari para ahli
ilmu dan merupakan kelompok yang berkompeten dan memiliki otoritas yang
dengan seluruh anggotanya selalu berpegang pada dasar-dasar yang sudah baku dan
1. Setiap keputusan fatwa harus mempunyai dasar atas kitabullah dan sunnah Rasul
yang mu’tabarrah,
Landasan sunnahnya
، إﻧﻤﺎ اﻟﺒﻴﻊ ﻋﻦ ﺗﺮاض: أن رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠىﺎﷲ ﻋﻠﻴﻪ واﻟﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل
()رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﺲ واﺑﻦ ﻣﺎﺣﺔ وﺻﺤﺤﻪ اﺑﻦ ﺣﺒﺎن
Artinya : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh
dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)”. (HR.
al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).15
14
Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemah, Jakarta: Toha Putra, 1986,
15
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, terj. Alih bahasa, H. Kamaludin A. Marzuki, Jilid XII, Bandung: Al-
Ma’arif, hlm. 71
42
b. Hadits Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah,
dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi saw bersabda:
c. Hadits Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan
d. Hadits Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi saw bersabda :
e. Hadits Nabi riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib dan Zaid bin Arqam
f. Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani Nabi saw
bersabda :
Dan tidak bertentangan dengan kemaslahatan umat, ijma’ qiyas yang mu’tabar,
dan didasarkan pada dalil-dalil hukum yang lain, seperti istihsan, maslahah
a. Aktifitas penetapan fatwa dilakukan secara kolektif oleh suatu lembaga yang
nashnya dari al-Qur'an dan sunnah. Jika tidak ditemukan pendapat hukum
19
Himpunan Fatwa DSN-MUI, op. cit.
20
Prof. Dr. A. Rochman Syafe’i, MA., Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 49
44
c. Pandangan tenaga ahli dalam bidang masalah yang akan diambil keputusan
prosedur penetapan fatwa yang telah ditetapkan. Penetapan fatwa tentang jual
beli mata uang (al-Sharf) DSN-MUI mengacu pada prosedur penetapan fatwa di
atas. Hal ini semata-mata untuk menjaga bahwa fatwa yang dikeluarkan DSN
secara jelas dapat diketahui sumber atau dalil-dalil yang digunakan serta melalui
manifestasi paling konkrit dari Islam sebagai sebuah agama. Jika dilihat dari
dan kreatif. Karakteristik hukum Islam yang sedemikian ini disebabkan oleh
melarang terhadap jual beli yang mengandung unsur riba. Larangan ini sangat
Dalam hal ini fatwa sangat diperlukan, fatwa merupakan salah satu
institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap
problem yang dihadapi umat. Bahkan umat Islam pada umumnya menjadikan
fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab posisi
45
46
artinya kedudukan fatwa bagi orang kebanyakan seperti dalil bagi mujtahid.1
sangatlah kuat, hal ini terlihat pada hasil ijtihad para imam madzhab.
Pengaruh adat dalam kehidupan hukum adalah sesuatu hal yang tidak perlu
mengandung proses dinamis penolakan bagi yang buruk dan penerimaan bagi
Qur'an dan sunnah. Dalam menghadapi kasus yang baru, yang ditemukan
hukum yang baru tersebut. Ulama ahli fiqh dalam menggali hukum atau
Qur'an kalau ketetapannya sudah ada nashnya, maka yang dilakukan adalah
meneliti al-sunnah dan apabila al-sunnah tidak ada nashnya, maka ulama ahli
1
Republika, 27 Pebruari 2004
2
Said Agil Husein al-Munawar, MA., Hukum Islam dan Pluralitas sosial, Jakarta:
Permadani, 2004, hlm. 41
47
yang dicari ketetapan hukum nya. Apabila terdapat dalam ijma, maka harus
Maka DSN-MUI mengeluarkan fatwa tentang jual beli mata uang (al-
Sharf) yang isi keputusannya bahwa jual beli mata uang diperbolehkan
yang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (al-taqabudh), apabila
berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku
pada saat transaksi dan secara tunai. Sedangkan dalam transaksi valuta asing
seperti spot, forward, swap, option, hanya transaksi spot yang diperbolehkan
transaksi jual beli mata uang, baik antar mata uang sejenis maupun antar mata
uang berlainan jenis, transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh.
3
H. A. Djazuli, dkk., Ushul Fiqh, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 109
48
Kegiatan ekonomi dewasa ini, perdagangan antar negara tidak dapat dihindari
membutuhkan valuta asing sebagai alat pembayar luar negeri. Seperti tersebut
di atas, dalam jual beli mata uang transaksinya dilakukan terhadap mata uang
sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai, jika berlainan jenis maka
harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan
secara tunai atau kontan. Jual beli mata uang hanya untuk kebutuhan transaksi
Dalam hal ini, jual beli mata uang para ulama berbeda pendapat di
antaranya Imam Syafi'i berpendapat bahwa menjual emas dan perak (lain
jenis) dengan berbeda lebih banyak adalah boleh, tetapi jika sejenis (emas
dengan emas) tidak diperbolehkan dengan kata lain riba. sedangkan Imam
sepakat bahwa jual beli mata uang harus dengan syarat tunai, tetapi mereka
berbeda pendapat tentang waktu yang membatasi. Imam Hambali dan Syafi'i
berpendapat bahwa jual beli mata uang terjadi secara tunai selama kedua belah
pada majelis terlambat, maka jual beli tersebut batal, meski kedua belah pihak
belum berpisah.
Ulama fiqh seperti Yusuf Qardawi berpendapat bahwa jual beli mata
uang harus memenuhi dua syarat yaitu mata uang yang berbeda jenis
49
(misalnya rupiah dengan dollar) yang dilakukan secara tunai. Meskipun tidak
sama persis, dalam istilah finansial seperti transaksi spot, yang karena teknis
pembayarannya dapat dilakukan dalam dua hari, sedangkan waktu dua hari
transaksi forward, swap, dan option karena dalam transaksi forward yaitu jual
option, karena dalam transaksi forward karena jual beli rupiah dengan uang
dollar hanya dapat dilakukan secara tunai. Menurut penulis transaksi tersebut
tidak dapat dianggap sebagai transaksi jual beli, tetapi dapat dianggap sebagai
janji yang melakukan transaksi jual beli. Sedangkan transaksi swap gabungan
valas. Menurut penulis kedua transaksi tersebut terkait dan merupakan satu
kesatuan, bila yang satu dipisahkan dari yang lain, namanya bukan lagi swaps.
Dan juga dalam transaksi option pertama karena ada kompensasi uang, yang
kedua karena jual beli yang pertama dikaitkan dengan option untuk menjual
kembali, dalam kaidah fiqh disebut jual beli bersyarat yang tidak lazim.
mata valuta asing yang tidak dilakukan secara tunai tidak diperbolehkan
karena tidak sah jual beli uang dengan sistem penangguhan bahkan harus
dilakukan secara tunai di tempat transaksi, hanya saja yang menjadi kriteria
50
tunainya sesuatu itu menurut ukurannya sendiri. Dan transaksi swap, forward,
dan option merupakan transaksi bersyarat yang tidak sesuai dengan ketentuan
hukum. Sedangkan menurut istilah kamus ushul fiqh adalah istinbath suatu
kaidah dalam kaidah ushul fiqh yaitu menetapkan hukum dengan cara ijtihad
atau mengeluarkan hukum dari dalil-dalil yang telah ditetapkan oleh syara’
mukallaf.4
yang mu’tabarah, pendapat ulama dan kaidah ushul fiqh yang tidak
hukum pada al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 275, juga hadits, ijma. Dalam hal
tentang jual beli mata uang dasar-dasarnya mengacu dengan apa yang telah
4
Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pusaka Firdaus, 1994, hlm. 129
51
digariskan DSN-MUI yakni didasarkan pada al-Qur'an dan hadits, dalam al-
نُ ﺸ ْﻴﻄَﺎ ﻄ ُﻪ اﻟ ﱠ
ُ ﺨ ﱠﺒ
َ ﻻ َآﻤَﺎ َﻳﻘُﻮ ُم اﱠﻟﺬِي َﻳ َﺘ ن ِإ ﱠ
َ ﻻ َﻳﻘُﻮﻣُﻮ َ ن اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ َ ﻦ َﻳ ْﺄ ُآﻠُﻮ
َ اﱠﻟﺬِﻳ
ﷲ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ َﻊُ ﻞ ا ﺣﱠَ ﻞ اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ َوَأ ُ ﻚ ِﺑَﺄ ﱠﻧ ُﻬ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا ِإ ﱠﻧﻤَﺎ ا ْﻟ َﺒ ْﻴ ُﻊ ِﻣ ْﺜَ ﺲ َذِﻟ ﻦ ا ْﻟ َﻤ ﱢ َ ِﻣ
ﻒ َوَأ ْﻣ ُﺮ ُﻩ َ ﺳَﻠَ ﻦ َر ﱢﺑ ِﻪ ﻓَﺎ ْﻧ َﺘﻬَﻰ َﻓَﻠ ُﻪ ﻣَﺎ ْ ﻈ ٌﺔ ِﻣَﻋ ِ ﻦ ﺟَﺎ َء ُﻩ َﻣ ْﻮ ْ ﺣ ﱠﺮ َم اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ َﻓ َﻤ
َ َو
: ن )اﻟﺒﻘﺮة َ ب اﻟﻨﱠﺎ ِر ُه ْﻢ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺧَﺎِﻟﺪُو ُ ﺻﺤَﺎ ْ ﻚ َأَ ﻦ ﻋَﺎ َد َﻓﺄُوَﻟ ِﺌ ْ ﷲ َو َﻣ ِ ِإﻟَﻰ ا
(275
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Qs. Al-
Baqarah : 275).5
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah
riba). Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
5
Departemen Agama RI., al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta. Toha Putra, 1986
52
dalamnya. 6
ﺳﻮَأ
َ ﺧ ُﺬ وَا ْﻟ ُﻤ ْﻌﻄِﻴﻰ ِﻓ ْﻴ ِﻪ
ِ ﺳ َﺘﺰًا َد َﻓ َﻘ ْﺪ َأ ْرﺑَﻰ اﻻ
ْ ﻦ َراُوَأ ِو
ْ َﻓ َﻤ
Artinya : Barang siapa memberi tambahan atau meminta tambahan
sesungguhnya ia telah berusaha dengan riba penerimaan dan
pemberian sama-sama bersalah. 7
syari'ah adalah tambahan dalam hal modal, tekaran, tempo dan jumlah, baik
sedikit maupun banyak atau pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual
jual beli yang tidak dapat dihindari, terutama dalam zaman sekarang, jual beli
dapat dilakukan atas dasar kerelaan antar kedua belah pihak dan tidak ada
unsur riba, rukun dan syaratnya harus sesuai dengan ketentuan syari'at Islam.
6
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, Jakarta:
Lentera Hati, 2002, hlm. 588
7
Imam Abi Husain Muslim al-Khajaj, Shohih Muslim, juz I, Beirut: Dar al-Kutub, tt., hlm.
692
8
M. Quraisy Shihab, op. cit.
9
Himpunan Fatwa DSN-MUI, op. cit.
53
yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal. Jika kedua
pihak sudah membuat syarat atau perjanjian, maka keduanya menjadi terikat
untuk memenuhinya.
Artinya : “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam
dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara
tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan
secara tunai.”.
emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum syair (sejenis gandum)
dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam merupakan
menjual emas dengan perak (lain jenis) dengan berbeda (lebih banyak) adalah
10
Imam Abi Husain Muslim al-Khajaj, op. cit.
11
Ibid.
54
boleh, tetapi mereka berpendapat bahwa menjual emas dengan perak (lain
jenis) dengan berbeda (lebih banyak) adalah boleh, tetapi jika sejenis (emas
dengan emas) tidak boleh dengan kata lain riba. Agar tidak riba, yaitu sepadan
tersebut di dalamnya ada praktek riba, yaitu menukar emas dan perak dengan
cara saling melebihkan, siapa yang melebihkan sesuatu atau meminta untuk
melebihkan, maka ia telah melakukan praktek riba, baik yang mengambil atau
Melarang menjual peran dengan emas secara piutang. Emas dan perak
sebagai mata uang tidak boleh ditukarkan dengan sejenisnya (rupiah dengan
rupiah atau dollar dengan dollar) kecuali sama jumlahnya dan tidak boleh ada
penambahan pada salah satu jenisnya, harus dilakukan secara tunai. Obyek
yang dipertukarkan atau yang diperjualbelikan ada di tempat jual beli itu
dilakukan
12
Ibid.
13
Abu Surai Hadi, ar-Riba wal Qarudl, terj. Thalibi, Bunga Bank dalam Islam, Surabaya: al-
Ikhlas, 1993, hlm. 162
55
Pound Sterling dengan Dollar, Rupiah dengan Dollar maka dilakukan dengan
nilai ukur (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.
Menurut Ismail Hasyim uang adalah sesuatu yang diterima secara luas
nilai harga dan media penyimpan nilai. Juga digunakan sebagai alat
sedangkan pertukaran mata uang yang berbeda jenis seperti pertukaran Pound
sterling dengan Dollar, rupiah dengan dollar maka dilakukan dengan nilai
tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.
Mata uang yang dikenal dalam Islam adalah Dinar (emas) dan
dirham (perak). Uang berfungsi sebagai alat tukar barang bukan sebagai alat
spekulasi apalagi riba misalnya 100 Dinar emas ditukar dengan 110 dinas
emas.
atau penjualan mata uang dengan mata uang asing adalah mubah. Sharf adalah
pertukaran harta dengan harta lain, yang berupa emas dan perak, baik yang
sejenis maupun yang tidak sejenis dengan berat dan ukuran yang sama.
14
Ahmad Hasan, Mata Uang Islam Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami, Jakarta:
Raja Grafindo Persada,. 2004, hlm. 11
56
tersebut menjadi jelas karena ada pernyataan dalam suatu transaksi, sehingga
pemilikan atas bendanya bisa ditetapkan. Dan harus dengan tunai, juga
Menurut penulis dalam jual beli mata uang harus memenuhi syarat
khusus, yaitu tiada penundaan yang berarti harus tunai dan tiada perlebihan
yang berarti dengan syarat seimbang. Ulama sepakat bahwa dalam jual beli
mata uang harus dengan syarat tunai, tetapi mereka berbeda tentang waktu
yang membatasi pengertian tunai, bahwa jual beli mata uang terjadi secara
tunai selama kedua belah pihak belum berpisah, baik penerimaannya itu
segera atau lambat, dan jika penerimaan pada majelis terlambat, maka jual beli
beli mata uang (al-sharf) menggunakan dasar hukum al-Qur'an, hadits, dan
ijma, Seperti dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 275 dan hadits riwayat
Muslim. Ijma yang dijadikan dasar fatwa DSN adalah ijma ulama tentang
menolak yang mudharat, yaitu yang tidak berguna bagi kehidupan dan juga
membahayakan kehidupan.
Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia,
baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Abu Ishaq al-Shatibi
merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni memelihara agama, jiwa, akal,
57
keturunan, dan harta. Kelima tujuan hukum Islam ini biasanya disebut al-
sesuai dengan tujuan hukum Islam, dimana jual beli mata uang tersebut harus
kemadharatan.
15
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 61
58
hanya er4batas pada perbuatan yang telah disebutkan secara khusus dalam
diharamkan karena faktor darurat dan berlaku untuk semua perbuatan yang
batas kemampuan.
16
Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti, Asbahu wa Nadhoir, Jakarta: t.th., hlm. 62
17
Ibid.
59
Hal ini tidak dapat kita terapkan kapan saja dan dimana saja secara
luas, tetapi dilakukan dalam kondisi sangat terbatas. Misalkan karena terpaksa,
Menurut penulis jelas bahwa transaksi jual beli mata uang yang
transaksi valas dibolehkan karena adanya unsur darurat. Dibalik ketegasan dan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Fatwa DSN-MUI, yang mengatakan bahwa pada dasarnya jual beli mata
oleh syari'at Islam. Yaitu jual beli mata uang harus dilakukan secara tunai
atau menyerahkan mata uang pada saat yang bersamaan. Apabila berlainan
jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar pada saat transaksi dan
secara tunai. Transaksi ini akan berubah menjadi haram apabila transaksi
pembelian dan penjualan valuta asing yang nilainya ditetapkan pada saat
sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, karena harga
belum tentu sama dengan nilai yang disepakati. Dan dictum fatwa relevan
nilainya sama dan transaksi dilakukan secara tunai sesuai dengan akad
yang dilakukan.
2. Dalam menetapkan fatwa DSN-MUI tentang jual beli mata uang (al-sharf)
59
60
hukum Islam.
dijadikan acuan bagi tegaknya hukum Islam. Apalagi dalam jual beli mata
B. SARAN-SARAN
2. Setiap transaksi jual beli mata uang hendaknya tidak untuk untung-
3. Dalam transaksi jual beli mata uang harus menghindari jual beli bersyarat,
misalkan A setuju membeli barang dari B hari ini dengan syarat B harus
4. Apabila mata uang berlainan jenis, maka harus dilakukan dengan nilai
tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan dilakukan secara tunai.
C. PENUTUP
atas segala petunjuk-Nya dan pertolongan dari Allah swt penulis dapat
yang dimiliki.
61
sana-sini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang positif dari
pembaca dami kesempurnaan skripsi ini, dan atas itikat baik tersebut, penulis
skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan dan memberikan manfaat bagi
Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
al-Khajaj, Imam Abi Husain Muslim, Shokeh Muslim, juz I, Beirut: Dar al-Fiker,
t,th.
al-Munawar, Said Agil Husein, Hukum Islam dan Pluralitas sosial, Jakarta:
Permadani, 2004
Al-Sam’any, Sulubus Salam, Juz. III. Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
Amrin, Abdulah, Asuransi Syari'ah, Jakarta: Gramedia, 2006
Antonio, Mohammad Syafi'i, Bank Syari'ah dan Teori dan Praktek, Jakarta:
Gema Insani Press, 2003
_____, Bank Syari'ah Teori dan Praktek, Jakarta: Gema Insani press, 2001
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta
ash-Shiddiqie, Hasby, hukum-Hukum Fiqh Islam, Jakarta: BulanBintang, 1978
Bakry, Nazar, Problematika Pelaksanaan Fiqh Sunnah Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994
Bilbulbigha, Mustofa, Fiqh Syafi'i (terj. At-Tahdzib), alih bahasa : Ny. Adizhiyah
Sunarto, M. Multazam, Bintang Pelajar
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Komunikasi, ekonomi &
kebijakan publik serta Ilmu sosial lainnya, Jakarta : Kencana prenada
Media grup
Dagun, Sava M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Cetakan ke-5, 2006
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Intermasa, 1997, cet. 1
Departemen Agama RI., al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah al-Qur'an, 1986
_____., Al-Qur'an dan Terjemah, Jakarta: Toha Putra, 1986,
Dewi, Gemala, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Persada Media,
2005
Djazuli, A., dkk., Ushul Fiqh, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Edisi Revisi No.
28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)
Hadi, Abu Surai, ar-Riba wal Qarudl, terj. Thalibi, Bunga Bank dalam Islam,
Surabaya: al-Ikhlas, 1993
Hasan, Ahmad, Mata Uang Islam Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami,
Jakarta: Raja Grafindo Persada,. 2004
_____, Mata Uang Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005
Hasan, M. Ali, Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah
II), Jakarta: raja Grafindo Persada, 2003
Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional : Untuk Lembaga Keuangan syari'ah,
Edisi Revisi, Jakarta: Kepengurusan DSN-MUI
Himpunan Fatwa Dewan syari'ah Nasional, Edisi Revisi
Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional, Untuk Lembaga Keuangan Syari'ah,
Edisi I, Jakarta: Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia Bank
Indonesia, 2001
Kartono, Kartini, Metodologi Sosial, Bandung : Mandar Maju, 1991
Karun, Adiwarman Aswar, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta :
Gema Isnani Press, 2001
Keputusan fatwa DSN-MUI
Lubis, Surahwari K., Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000
Mas’adi, Ghufron A., Fiqh Mu'amalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002
Muhammad, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002
Pasaribu, Chairuman, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam,
Jakarta: Sinar Grafika, 1996
Prasetyo, Bambang, Metodologi Kualitatif , Jakarta : Raja grafindo persada
Qardhawi, Syaikh Muhammad Yusuf, Halal dan Haram dalam Pandangan Islam,
Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2004
Republika, 27 Pebruari 2004
Rusyd, Ibn, Bidayatuk Mujtahid (terj), Semarang: Asy-Syifa, 1980
_____., Bidayatul Mujtahid, juz II, Beirut : Dar al-Fikr. T.th.,
_____, Bidayatul Mujtahid. Juz II, Beirut : Darul Al-Fikr,
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, (terj.), alih bahasa H. Kamaluddin A. Marzuki, Jilid
XII, Bandung: Al-Ma’arif, t.th
Shihab, M. Quraisy, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002
skripsi Sopyan Fadyl
skripsi Sutaryadi
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari'ah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, cet. Ke-3, 2005
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Sula, Muhamad Syakir, Asuransi Syari'ah : Konsep dan Sistem Operasional,
Jakarta: Gema Insani, 2004
Syafi’i, Rahmat, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung : Pustaka Setia
Syamsuddin, Din., et. al, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama
Indonesia, Jakarta: MUI Pusat
Widiyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,.
2005
Ya’qub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup
dalam Perekonomian), Bandung: Diponegoro, 1992
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pendidikan :