Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2598-294X

Teknikom : Vol. 1 No. 1 (2017) E-ISSN : 2598-2958

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D


DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN
CONJUGATE GRADIENT

Dewi Erla Mahmudah1, Muhammad Zidny Naf’an2


1
STMIK Widya Utama, 2ST3 Telkom Purwokerto
1
mdewierla@gmail.com, 2zidny@st3telkom.ac.id

Abstract— In this paper we focus on solution of 2D 2. TINJAUAN PUSTAKA
Poisson equation numerically. 2D Poisson equation is a
partial differential equation of second order elliptical type.
This equation is a particular form or non-homogeneous
2.1 Persamaan Poisson 2D
form of the Laplace equation. The solution of 2D Poisson Metode penyelesaian numerik untuk persamaan
equation is performed numerically using Gauss Seidel diferensial eliptik pada penelitian ini adalah dengan
method and Conjugate Gradient method. The result is the menggunakan metode beda hingga (finite difference
value using Gauss Seidel method and Conjugate Gradient methods).
method is same. But, consider the iteration process, the Pendekatan beda hingga di dimensi dua dari
convergence of the value is reached faster using Conjugate
persamaan Poisson dua dimensi
Gradient method.

Keywords— 2D Poisson equation, Gauss-Seidel method,


and Conjugate Gradient method. yang ekivalen dengan

1. PENDAHULUAN
Persamaan Poisson adalah salah satu persamaan dan juga
diferensial parsial eliptik dua dimensi. Seperti kita
ketahui bahwa persamaan diferensial parsial
memegang peranan penting di dalam penggambaran (2.1)
fisis, dimana besaran-besaran didalamnya berubah Dimana adalah fungsi yang ditentukan,
terhadap ruang dan waktu. Penggunaan persamaan adalah sebagai berikut. Pendekatan beda hingga
diferensial parsial akan ditemukan pada penyelesaian menggunakan asumsi bahwa fungsi adalah
masalah-masalah fenomena alam. Penggunaan
kontinu sedemikian hingga nilai-nilai fungsi di sekitar
persamaan diferensial tidak terbatas pada masalah
beserta turunannya dapat didekati dengan
fisika saja, tetapi lebih luas lagi dalam bidang sains
dan teknologi. ekspansi deret Taylor. Pendekatan turunan kedua
Masalah-masalah tersebut dalam kenyataannya sulit dengan beda pusat dari adalah
untuk dipecahkan dengan cara analitik biasa, sehingga
metode numerik perlu diterapkan untuk
menyelesaikannya. Hal ini dapat memudahkan para
peneliti dalam melakukan simulasi dalam suatu
permasalahan. atau ekivalen dengan
Metode penyelesaian numerik untuk persamaan
diferensial eliptik diklasifikasikan dalam dua kategori,
yaitu metode beda hingga (finite difference methods)
dan elemen hingga (finite element methods).
Penyelesaian permasalahan persamaan Poisson secara [3].
numerik dapat dilakukan dengan metode apa saja
asalkan sistem persamaan linier yang bersesuaian 2.2 Penurunan Skema pada persamaan Poisson
dengan skema beda memenuhi syarat-syarat dalam Pandang persamaan Poisson (2.1) dan dengan
metode yang dipakai. syarat batas

Dalam permasalahan ini dipilih syarat batas tipe


Dirichlet
(2.2)

31
ISSN : 2598-294X
Teknikom : Vol. 1 No. 1 (2017) E-ISSN : 2598-2958

yaitu ketika dan , dan domain Gambar 1 Stensil untuk persamaan Poisson

(2.3) Persamaan (2.1) akan didekati dengan beda pusat,


dengan memisalkan dinotasikan sebagai
Stensil untuk solusi persamaan Poisson adalah:
pendekatan beda hingga dari .

(2.4)

(2.5)

Substitusi persamaan (2.4) dan (2.5) ke persamaan (2.1), sebagai berikut

(2.6)

dimana

(2.7)

32
ISSN : 2598-294X
Teknikom : Vol. 1 No. 1 (2017) E-ISSN : 2598-2958

Dengan menggunakan persamaan (2.6) dapat dicari


pendiskritan sebagai berikut:

Untuk pada (titik j, titik k)


(2.8)

Untuk pada (titik j, titik k)


(2.9)
(2.12)
(2.10) (2.13)
(2.11) (2.14)
(2.15)
(2.16)
Dari persamaan (2.8) sampai (2.11), dapat dibentuk (2.17)
suatu sistem persamaan linier yang bersesuaian (2.18)
sebagai berikut:
(2.19)
(2.20)

Dari persamaan (2.12) sampai dengan persamaan (2.20) dapat dibentuk suatu sistem persamaan linier
yang bersesuaian sebagai berikut:

Untuk pada (titik j, titik k)

(2.21)
(2.22)
(2.29)
(2.23)
(2.30)
(2.24)
(2.31)
(2.25)
(2.32)
(2.26)
(2.33)
(2.27)
(2.34)
(2.28)
(2.35)
(2.36)

33
ISSN : 2598-294X
Teknikom : Vol. 1 No. 1 (2017) E-ISSN : 2598-2958

Dari persamaan (2.21) sampai dengan persamaan (2.36) dapat dibentuk suatu sistem persamaan linier yang
bersesuaian sebagai berikut:

Dengan memisalkan

dan

maka bentuk sistem persamaan linier secara umum dan


adalah:

Matriks adalah matriks tridiagonal dan


dengan adalah matriks diagonal [1].

2.3 Kesalahan Pemotongan


Skema beda:

(2.37)

Cara untuk mencari kesalahan pemotongan adalah dengan ekspansi deret Taylor.
Ekspansi deret Taylor untuk :

(2.38)

Ekspansi deret Taylor untuk :

(2.39)

Ekspansi deret Taylor untuk :

(2.40)

34
ISSN : 2598-294X
Teknikom : Vol. 1 No. 1 (2017) E-ISSN : 2598-2958

Ekspansi deret Taylor untuk :

(2.41)

Substitusikan persamaan (2.39) sampai (2.41) ke persamaan (2.37), sebagai berikut:

Terdapat suku-suku yang dapat dikanselasi, sehingga menjadi

atau

Setiap ruas dikalikan dengan , sehingga

atau

Jadi, kesalahan pemotongan ada pada .

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyelesaian persamaan poisson kasus 1

dengan domain Dengan nilai

dan syarat batas


batas kiri:
batas kanan:
batas bawah:
batas atas:
dan dipilih

35
ISSN : 2598-294X
Teknikom : Vol. 1 No. 1 (2017) E-ISSN : 2598-2958

Dari skema umum pada persamaan (2.6), dengan , , untuk , pada (titik j,
titik k)

(3.1)

(3.2)

(3.3)

(3.4)

(3.5)

(3.6)

36
ISSN : 2598-294X
Teknikom : Vol. 1 No. 1 (2017) E-ISSN : 2598-2958

(3.7)

(3.8)

(3.9)

Dari persamaan (3.1) sampai dengan (3.9) diatas dapat dibentuk suatu sistem persamaan linier sebagai berikut:

Dengan menggunakan metode Gauss-Seidel dan Conjugate-Gradient, didapatkan nilai sebagai berikut:

37
ISSN : 2598-294X
Teknikom : Vol. 1 No. 1 (2017) E-ISSN : 2598-2958

Hasil plot solusi dengan menggunakan metode Gauss-


Seidel terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 sebagai Hasil plot solusi dengan menggunakan metode
berikut: Conjugate Gradient terlihat pada Gambar 4 dan
Plot 2D Kasus 1 Gambar 5 sebagai berikut:
0.08
Plot 2D kasus 1
0.08
0.07

0.07
0.06
solusi metode Gauss Seidel

solusi metode Conjugate Gradient


0.06
0.05
0.05
0.04
0.04
0.03
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0
0 5 10 15
iterasi 0
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
iterasi
Gambar 2 Plot 2D solusi metode Gauss-Seidel
Gambar 4 Plot 2D solusi metode Conjugate Gradient

Plot 3D nilai U (conj-grad)


Plot 3D nilai U Kasus 1

0.08
0.08

0.06
0.06

0.04
0.04
u
u

0.02 0.02

0 0
1 1
1 1
0.8 0.8
0.5 0.5 0.6
0.6
0.4 0.4
0.2 0.2
y 0 0 y 0 0
x x

Gambar 3 Plot 3D solusi metode Gauss-Seidel


Gambar 5 Plot 3D solusi metode Conjugate Gradient

4. KESIMPULAN
Dari hasil plot menggunakan Software MATLAB DAFTAR PUSTAKA
seperti terlihat pada Gambar 2, Gambar 3, Gambar 4, [1] Flaherty, Joseph E., Tanpa tahun, Course-Notes: Partial
dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa nilai yang Differential Equations.
dihasilkan metode Gauss-Seidel dan Conjugate [2] Nakamura, Shoichiro., 1991, Applied Numerical
Methods with Software, Prentice Hall, New Jersey.
Gradient adalah sama. Namun, pada proses iterasinya,
[3] Suryanto, Agus., Tanpa tahun, Penyelesaian Numerik
dengan menggunakan metode Conjugate Gradient nilai Persamaan Diferensial Parsial pada Sains dan Teknik.
konvergen setelah iterasi ke-5. Sedangkan dengan
metode Gauss-Seidel nilai konvergen setelah iterasi
ke-14.

38

Anda mungkin juga menyukai