PARTIKEL IDENTIK
OLEH
SINGARAJA
2019
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Partikel
Identik”, tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat dukungan,
bimbingan, serta semangat dari banyak pihak. Untuk itulah dengan penuh rasa
hormat penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Pengantar Fisika Kuantum yang telah
memberikan bantuan yang berguna dalam penyusunan laporan ini.
2. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam merapungkan laporan ini.
Penulis sadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih memerlukan
pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat
penulis harapkan agar nantinya dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal. Dalam
kesempatan ini penulis juga mohon maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan
dalam makalah ini dan proses yang dilalui dalam penyusunannya. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir
kata penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFATR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Dua Partikel................................................................................
2.2 Sistem Banyak Partikel..........................................................................
2.3 Atom.......................................................................................................
2.4 Gas Elektron dalam Padatan..................................................................
2.5 Contoh Soal............................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulis makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang di maksud dengan sistem dua partikel?
1.2.2 Apa yang di maksud dengan sistem banyak partikel?
1.2.3 Bagaimana atom dalam partikel identik ?
1.2.4 Bagaimana gas electron dalam padatan ?
1.2.5 Bagaimana contoh-contoh soal penerapan dari partikel identik?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui sistem dua partikel.
1.3.2 Untuk mengetahui sistem banyak partikel.
1.3.3 Untuk mengetahui atom dalam partikel identik.
1.3.4 Untuk mengetahui gas elektron dalam padatan.
1.3.5 Untuk mengethui contoh soal dari partikel identik.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang di harapkan dari penulis makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.4.1 Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi
penulis. Disamping itu, penulis juga mendapat ilmu untuk memahami
dan menganalisis materi yang ditulis dalam makalah ini. Penulis juga
mendapatkan berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan
makalah, teknik pengutipan, dan teknik penggabungan materi dari
berbagai sumber.
xˆ mi
, xˆ nj 0
pˆ mi , pˆ mi 0 Lˆ
, Lˆ mi mn i ijk Lˆ nk (2.8)
xˆmi , pˆ mi mn i ij mi
(2.31b)
Jika ketiga partikel tersebut tidak berinteraksi satu dengan lainnya, maka dapat
dituliskan sebagai perkalian fungsi eigen individual
1,2,3 a 1b 2 c 3
2,1,3 a 2 b1c 3
(2.32)
3,2,1 a 3b 2 c 1
Determinan (2.34) ini disebut determinan Slater. Jelas, dari determinan ini jika
terdapat sedikitnya dua keadaan individual i j maka A lenyap. Artinya
tidak boleh ada dua partikel (atau lebih) yang menempati keadaan sama; hal inilah
yang dikenal sebagai prinsip larangan Pauli (exclusion principle of Pauli) untuk
fermion.
Seperti dalam kasus tiga partikel, fungsi gelombang simetri untuk boson
diperoleh dari ekspansi determinan Slater dengan mengganti semua tanda minus
dengan plus. Konsekwensi pergantian tanda ini adalah jika i j , s tidak nol.
Artinya, dua atau lebih partikel boson bisa menempati satu keadaan yang sama.
Berikut ini kita lihat konsekwensi penting dari prinsip (larangan) Pauli terhadap
tingkat energy sistem boson dan sistem fermion. Misalkan ada N partikel identic
di dalam kubus potensial berukuran L3. Menurut uraian pada subbab kotak
potensial tiga dimensi, didapatkan energi eigen untuk setiap partikel.
2 2 2
E=
2mL2
n1 n22 n32
dan fungsi eigennya
1
8 2
n n n
n1 , n2 , n3 sin 1 x sin 2 y sin 3 z
V L L L
Energi keadaan dasar bagi sistem partikel-partikel identik boson atau fermion
mempunyai perbedaan yang sangat menyolok.
Pertama, jika partikel-partikel tersebut adalah boso. Karena satu keadaan
boleh ditempati oleh lebih dari satu boson maka dalam keadaan dasar semua
boson menempati keadaan dengan energy terendah yaitu 1,1,1 .
Energi masing-masing partikel boson adalah
3 N 2
E0 (2.35a)
2mL2
Karena itu, energy total sistem yang terdiri dari N boson identik tidak lain adalah
N kali energy partikel individual
3 N 2
E NEo (2.35b)
2mL2
dengan fungsi gelombang total
s 1,2,..., N 1 1 2 2 3 3...1 N
N /2
8
sin x1 sin sin x 2 ... sin x N
V L L L
(2.36c)
sin y1 sin y 2 ... sin y N
L L L
sin Z 1 sin Z 2 ... sin Z N
L L L
Kedua, bila N partikel tersebut adalah femion misalnya electron. Karena
electron mempunyai spin-up dan spin-down, maka setiap titik (n 1,n2,n3) diisi oleh
dua elektron. Dalam kondisi keadaan dasar, elektron mengisi keadaan-keadaan
dengan energi paling rendah yang mungkin dan akan dibahas tersendiri di
belakang.
2.3 Atom
Atom secara umum memunyai banyak electron, proton, dan neutron dengan
proton dan neutron membentuk inti atom dan electron bergerak mengitarinya.
Atom netral dengan nomor atom Z terdiri dari inti berat bermuatan positif Ze dan
dikitari oleh Z, electron masing-masing bermuatan –e. helmitonian system atom
tersebut adalah :
z
1 Ze 2 1 1 z e2
i2 (2.37a)
i 1 2m 4 0 ri 2 4 0 i j ri r j
Jelas, di sini inti atom yang jauh lebih berat dari electron dipandang sebagai
acuan yang diam. Dua suku pertama di dalam kurung merupakan energy electron
tanpa interaksi dengan sesamanya. Suku terakhir merupakan energy potensial
antara electron, faktor setengah di depan diberikah karena terjadi penghitungan
ganda, seperti :
1 e2 1 e2 1 e2
2 (2.38)
4 0 r 1 r 2 4 0 r 1 r 2 4 0 r 1 r 2
eigen r 1 ,..., Z . Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, mengingat
partikelnya adalh electron maka tidak semua fungsi eigen dapat diterima sebagai
solusi melainkan hanya fungsi yang antisimetri terhadap pertukaran electron yang
memenuhi.
Hal yang tidak menyenangkan adalah persamaan schrodinger dengan
Hamiltonian (2.37a) tidak dapat diselesaikan dengan analitik, kecuali untuk Z = 1
sehingga tanpa suku interaksi antar electron seperti atom hydrogen. Solusi hanya
dapat diperleh melalui pendekatan.
2.3.1 Atom Helium
Atom paling sederhana setelah hydrogen adalah helium dengan nomor atom
Z = 2. Hemiltoniannya :
1 2e 2 1 2e 2 1 e2
12
2
4 0 r2 4 0
2
2m 4 0 r1 2m r1 r2
(2.39)
Dengan dua suku pertama di dalam kurung adalah Hamiltonian mirip
hydrogen dengan muatan inti 2e, dan suku terakhir adalah suku interaksi antara
dua electron. Suku terakhir ini membuat persamaan schrodinger bagi atom helium
tidak dapat diselesaikan secara eksak analitik.
Jika suku terakhir (2.39) ini diabaikan maka solusi persamaan schrodinger
merupakan perkalian dua solusi atom mirip hydrogen:
r 1 , r 2 nlm r1 n 'l 'm ' r 2 (2.40a)
dengan nilai eigen:
E 4 E n E n' (2.40b)
13,6eV 13,6eV
yang mana E n 2 . Faktor 4 diperoleh dari persamaan E n
n n2
untuk besar muatan inti Z = 2. Untuk keadaan dasar:
r 1 , r 2 100 r1 100 r 2
8 2 ( r1 r2 ) / a0
a 03
e (2.41a)
Spin total elektron ditulis dengan huruf besar S. Selain itu, setiap elektron juga
mempunyai momentum sudut orbital. Momentum sudut orbital elektron total tidak
lain adalah jumlah momentum sudut ortbital setiap elektron.
L Li (2.45)
i
Bilangan kuantum momentum sudut orbital elektron total ditandai dengan huruf besar L.
L 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Huruf S P D F G H I K L
Nilai J dari L+S sampai LS . Terkait dengan tiga besaran L dan J ini terdapat
cara penulisan hieroglyphic.
2 S 1
Lj
dengan S dan J dalam angka, sedangkan L huruf. Karena untuk L dan S tertentu J
dapat mempunyai nilai yang belum tentu tunggal penulisan memenuhi kaidah
Hund yang menyatakan:
a. Setiap keadaan mempunyai peluang yang sama untuk ditempati, keadaan
dengan spin total tertinggi mempunyai energy terendah.
b. Jika subkulit ( n, ) terisi tidak lebih dari separuh maka tingkat energi
terendah mempunyai J LS , sedangkan jika terisi lebih dari separuh
maka J=L+S mempunyai energi terendah.
Secara lebih spesifik kaidah pertama menyatakn untuk 1 mempunyai 2 1
keadaan serta yang mempunyai peluang yang sama untuk diisi. Jika terdapat
elektron kurang atau sama dengan 2 1 maka elektron-elektron tersebut akan
mengisi keadaan satu elektron dengan spin sama. Sebagai contoh, elektron terluar
Boron dapat berada pada keadaan (2,1,1), (2,1,0) atau (2,1,-1) dengan peluang
yang sama. Sedangkan dua elektron karbon akan menempati dua dari keadaan
(2,1,1), (2,1,0) atau (2,1,-1) dengan spin sejajar, tidak bertumpuk dengan spin
berlawanan di satu keadaan.
2.4 Gas Elektron dalam Padatan
Dalam keadaan padat, atom – atom tersusun sebagai kisi – kisi yang teratur.
Elektron valensi terluar setiap atom lepas dari ikatan atom dan bergerak di dalam
keseluruhan badan. Elektron tidak lagi terikat oleh gaya Coulomb inti atom induk
melainkan dikendalikan oleh potensial keseluruhan kisi Kristal. Pada subbab ini
hanya ditinjau model sommerfeld tentang gas elektron. Dalam model ini elektron
dipandang bergerak bebas di dalam bahan tanpa gaya apapun kecuali gaya yang
mengikatnya agar tidak keluar permukaan bahan.
Kita andaikan terdapat bahan padat berukuran L x xL y xL z dan kita
bayangkan elektrn – elektron bergerak bebas tanpa gayab di dalamnya kecuali
dinding yang tidak dapat ditembus
L L Lz
0, 0 x x , 0 y y , 0 Z
V ( x, y , z ) { (2.46)
,Lainnya
Persamaan Schrodinger partikel di dalam kotak
2
2 = E (2.47)
2m
Solusi eigennya
n x sin n
x sin n z z
n n n ( x, y , z ) = 8
Lx Ly Lz
sin
x
Ly
y
L
Lx Z
x y z
(2.48a)
dan
n y
2
n z
2
2
n
2
2
2 k
E nxn ynz ( x, y, z ) 2m xL
x L y L 2m
z
(2.48b)
dengan vektor gelombang k ( k x k y k z ) dan
N 1 4
3 3
3
2 8 3 k
s
F
2 V
atau
k F
3 2 1/ 3
(2.52)
disebut vector gelombang Fermi. Energi maksimum atau energy tertinggi elektron
bebas dalam padatan.
EF 2 k F2
2m
2
2m
3 2 2/3
(2.53)
Elemen volume ini sekian kali volume satuan 3 / V , jika dikalikan dua akan
menyatakan jumlah elektron pada elemen volume (2.54a)
1
4k dk V
2
28 (2.54b)
2
3
/ V 2 k dk
Karena setiap elektron pada elemen volume ini mempunyai energi ( 2 k 2 / 2m)
maka elemen energi pada elemen volume (2.54a) diberikan oleh
2k 2 V 2
dE 2 k dk (2.55)
2m
Karena itu, energi total gas Ns elektron
EF 2 V k F 4 2 5
E dE 2 k dk Vk F2 (2.56)
0 2m 0 10m
Yang berperan seperti energi dalam gas biasa
Sekarang andaikan gas dimamfaatkan maka elektron – elektron saling
mendekat, panjang gelombang de Broglie berkurang dan energi kinetik
bertambah. Dengan demikian pemampaatan akan dilawan dan tekanan yang
melawan pemempaatan disebut tekanan degenarasi yang diberikan oleh
3
5/3
E 2 2
P (2.57)
V 15m
Dari tekanan ini didefinisikan juga modulus bulk B dari bahan sebagai
3
5/ 3
P 2 2
B V (2.58)
V 9m
2
sehingga B 6,4 x1010 N / m, sedangkan dari eksperimen
2
B 14 x1010 N / m .
Karena keadaan spin kedua electron sama maka keadaan dasar yang mungkin
adalah satu electron di keadaan dasar 1 dan electron lainnya dikeadaan
tereksitasi pertama 2 , dengan:
2
1 1 sin x1
L L
2
1 2 sin x 2
L L
2 2
2 1 sin x1
L L
2 2
2 2 sin x2
L L
Fungsi gelombang keadaan dasar anti simetri system dua electron:
1
A 1,2 1 1 2 2 2 11 2
2
2 2 2
A 1,2 sin x1 sin x 2 sin x1 sin x 2
L L L L L
Spin kita abaikan karena sama.
2. Jika dua electron (dianggap) tidak berinteraksi berada dalam kotak potensial
satu dimensi sepanjang L serta jika kedua spin electron tersebut sama maka
energy keadaan dasar system dua electron tersebut adalah ..
Pembahasan :
Energy keadaan dasarnya:
2 2
E E1 E 2 5E1 5
2mL2
3. Dua partikel boson (dianggap) tidak berinteraksi berada dalam kotak
potensial satu dimensi sepanjang L. Jika kedua spin electron tersebut sama
maka fungsi gelombang keadaan dasar, adalah ..
Penyelesaian:
Keadaan dasar ini adalah keadaan dengan kedua partikel boson berada di
tingkat paling bawah 1 ,
2
1 x1 sin x1
L L
2
1 x 2 sin x 2
L L
Secara umum posisi kedua boson berbeda, x1 x 2 . Jadi,
2
1,2 1 x1 1 x 2 sin x1 sin x 2
L L L
5. Tiga partikel identik diikat ke ujung – ujung sebuah segitiga siku – siku sama
kaki oleh batang – batang penghubung tak bermassa. Kedua sisi yang sama
memiliki panjang. Momen inersia benda tegar ini untuk sumbu rotasi
berimpit dengan hipotenusa (sisi miring) segitiga adalah
Pembahasan:
Momen inersia benda tegar dinyatakan dengan
I total I 1 I 2 ..... I n
Keterangan:
M = Massa Partikel
6. Dua buah partikel identik terpisah pada jarak 3 m. gaya coulomb yang bekerja
pada keduanya 2x10 4 Hitunglah muatan masing – masing partikel.
Pembahasan:
q q1 2
q
Fr 2
F
k
F
qr
k
2 x104 N
q 3m
9 x109 Nm 2 / C 2
2
= 3m x10 5 c 2 / m 2
9
2
= 3m 3 x10 C / m
2 ,5
= 2 x10 2 , 5 C
J=L-S=1/2, nomenklatur 2 P1 / 2 .
d. Elektron terluar nitrogen (2p)3 menempati semua keadaan (2,1,1), (2,1,0)
dan (2,1,-1) sehingga spin S =3/2 dan 2S+1=4, kerapatan probabilitasnya
2 2 2 2
211 211 210 r2 seperti L=)=S dan J=L+S=3/2,
nomenklatur 4 S 3 / 2 .
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Sistem dua partikel, dua partikel ideentik dikatakan identik jika
tidak ada efek kedua partikel tersebut dipertukarkan.
3.1.2. Sistem banyak partikel dengan fungsi gelombang simetri
1
s 1,2 a 1b 2 a 2b 1
2
yang berarti kita tidak dapat membedakaan apakah partikel yang
menempati keadaan a dan b adalah partikel pertama atau kedua.
Keduanya identik, tidak dapat dibedakan dan mempunyai
kemungkinan yang sama untuk menempati masing-masing
keadaan.
DAFTAR PUSTAKA