Anda di halaman 1dari 27

BAB 7.

Interferensi dan Difraksi

Pendahuluan
Dalam keseharian, Anda sering mengamati garis-garis berwarna yang tampak pada
lapisan tipis bensin atau oli yang tumpah di permukaan air saat matahari menyoroti
permukaan oli tersebut. Di samping itu, Anda tentu pernah main air sabun yang ditiup
sehingga terjadi gelembung. Kemudian saat terkena sinar matahari akan terlihat warna-warni.
Cahaya warna-warni inilah bukti adanya peristiwa interferensi. Adanya gejala interferensi ini
bukti yang paling menyakinkan bahwa cahaya itu adalah gelombang dan interferensi
merupakan salah satu sifat dari gelombang cahaya.
Optika fisis merupakan optika yang membahas proses-proses yang berhubungan
dengan sifat-sifat gelombang cahaya. Banyak gejala optika yang dapat dijelaskan melalui
optika fisis ini, diantaranya interferensi dan difraksi. Gejala optika lain yang dapat dijelaskan
melalui optika fisis ini seperti polarisasi cahaya, dispersi, absorpsi, hamburan (scattering)
klasik, dan efek elektromagnetik cahaya. Bagian optika lain yaitu optika geometri membahas
gejala optika yang berdasarkan sifat-sifat lintasan cahaya dalam medium transparan, yang
sebenarnya merupakan pendekatan optika fisis untuk ukuran bukaan (aperture) yang jauh
lebih besar dari panjang gelombang cahaya yang melaluinya.

Setelah mempelajari bab ini diharapkan memiliki kemampuan untuk:


1. Menjelasakan syarat terjadinya interferensi
2. Menjelasakan perbedaan interferometer pembelah muka gelombang dan pembelah
amplitudo beserta contohnya.
3. Menentukan persamaan intensitas pada interfeometer Young.
4. Menentukan jarak antara dua maksimum berdekatan pada interfeometer Young.
5. Menjelasakan cara menentukan panjang gelombang sumber menggunakan
interferometer Young.
6. Menentukan jarak antara dua maksimum berdekatan pada interfeometer Biprisma
Fresnell.
7. Menjelasakan cara menentukan panjang gelombang sumber menggunakan
interferometer Biprisma Fresnell.
8. Menentukan persamaan intensitas pada interfeometer banyak celah.
9. Menggunakan persamaan intensitas pada interferometer banyak celah untuk
membuktikan bahwa interferometer Young merupakan bentuk khusus dari
interferometer banyak celah.
10. Menjelasakan prinsip kerja interferometer Michelson.
11. Menjelasakan cara menentukan panjang gelombang sumber menggunakan
interferometer Michelson.
12. Menentukan persamaan intensitas pada interfeometer Fabry Perot.
13. Menjelasakan pengertian difraksi.
14. Menjelaskan teori (prinsip Huygen-Fresnell) yang mendasari teori difraksi.
15. Menjelaskan perbedaan difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer.
16. Menjabarkan persamaan superposisi medan listrik di titik P pada layar untuk difraksi
celah tunggal.
17. Menentukan persamaan intensitas pada difraksi celah tunggal.
18. Membuktikan bahwa intensitas maksimum terletak pada arah sumbu celah.
19. Menjabarkan persamaan superposisi medan listrik di titik P pada layar untuk difraksi
pada kisi.
20. Menentukan persamaan intensitas dan pola intensitas maksimum pada difraksi oleh
kisi.
Kegiatan Belajar 1. Interferensi

Pengantar
Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik
dan dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 108 m/s. Sifat-sifat dari
cahaya meliputi :
• dapat mengalami pemantulan (refleksi)
• dapat mengalami pembiasan (refraksi)
• dapat mengalami pelenturan (difraksi)
• dapat dijumlahkan (interferensi)
• dapat diuraikan (dispersi)
• dapat diserap arah getarnya (polarisasi)
• bersifat sebagai gelombang dan partikel

Pada bab ini, sifat cahaya yang dijelaskan terbatas pada interferensi dan difraksi saja.
Interferensi merupakan perpaduan dua atau lebih gelombang sebagai akibat berlakunya
prinsip superposisi. Intereferensi terjadi bila gelombang-gelombang tersebut koheren, yakni
mempunyai perbedaan fase yang tetap. Pola hasil interferensi ini dapat ditangkap pada layar,
yaitu berupa garis-garis terang dan merupakan hasil interferensi maksimum (saling
memperkuat atau konstruktif), sedangkan garis gelap yang tertangkap di layar merupakan
hasil interferensi minimum (saling melemahkan atau destruktif). Pola hasil interferensi
gelombang tampak pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Pola interferensi pada layar


Interferensi dan difraksi dianggap sebagai suatu ciri khas dari gelombang, dan tidak
dimiliki oleh partikel. Dua atau lebih partikel yang bertemu dalam suatu medium, tidak akan
terjadi perpaduan. Demikian pula partikel yang bergerak bebas melalui celah, tidak akan
dibelokkan. Ciri khas ini tak lain sebagai akibat prinsip superposisi linier, yang merupakan
sifat gelombang.

Uraian Materi
Pengaruh interferensi dalam cahaya tidak teramati secara biasa. Ini karena gelombang
cahaya dari suatu sumber cahaya biasa mengalami perubahan fasa secara acak kira-kira
sekali dalam setiap 10-8 s dan panjang gelombang cahaya cukup pendek (~ 4x10-7m – 7x10-7
m). Interferensi mungkin terjadi, tapi hanya untuk durasi dalam orde 10-8 s dan tidak dapat
dilihat dengan mata.
Agar interferensi yang stabil dan berkelanjutan dari gelombang cahaya dapat diamati,
dua kondisi berikut harus dipenuhi:
a. Sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fasa yang tetap (mereka disebut
sumber koheren).
b. Sumber harus monokromatik dan menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang
yang sama.
Koherensi gelombang, yang merupakan syarat terjadinya interfensi, dapat dibuat dengan
peralatan interferometer. Berdasarkan prinsip kerjanya, interferometer dikelompokan menjadi
pembelah muka gelombang (wavefront spliting) dan pembelah amplitudo (amplitude
splitting).

Interferometer Pembelah Muka Gelombang


Pada interferometer pembelah muka gelombang, dua gelombang yang koheren diperoleh dari
sumber yang sama dengan intensitas yang tetap. Contoh dari interferometer ini adalah
percobaan dua celah dari Young, biprisma Fresnel, dan cermin ganda (double mirror).

Percobaan Young
Interferensi gelombang dari dua sumber pertama kali didemonstrasikan oleh Thomas
Young pada tahun 1801. Skema eksperimen Young ditunjukkan pada gambar 2. Cahaya
monokromatik dilewatkan pada suatu celah sempit S pada penghalang pertama, tiba pada
penghalang kedua mempunyai dua celah sejajar S1 dan S2. S1 dan S2 berfungsi sebagai suatu
pasangan sumber cahaya koheren dan menghasilkan pada layar suatu pola interferensi yang
terdiri dari frinji terang dan gelap.

P
r1

S1 1
r2 y

S d
2
S2

Layar
Gambar 2. Percobaan Young

Persamaan gelombang cahaya dari S1 dan S2 di titik P pada layar, masing-masing kita
nyatakan dengan:

E1(r, t ) E0 ei(k r1 t 1)
(7.1)

E 2 (r , t ) E0 ei(k r2 t 2)
(7.2)
Superposisi di titik P adalah : E E1 E2

E( r , t ) E0 ei(k r1 t 1) ei(k r2 t 2)
(7.3)
Dan intensitasnya adalah:
2
I E

2
I E0 ei ( kr1 t 1)
ei ( kr2 t 2)
e i ( kr1 t 1)
e i ( kr2 t 2)
1

2 i k ( r2 r1 )
I E0 1 e 2 1
ei k ( r2 r1 ) 2 1
1

2 i k ( r2 r1 )
I E0 2 e 2 1
ei ( r2 r1 ) k 2 1

2
I E0 2 2 cos dengan k r2 r1 2 1

2
karena I 0 E0 E02 maka

I 2 I 0 1 cos( ) (7.4)
dengan
k (r1 r2 ) ( 1 2)
k. r (7.5)
Persamaan (7.4) dapat kita tuliskan dengan:
k. r
I 4.I0 . cos2
2 2 (7.6.a)

Untuk kasus kedua sumber fasenya sama, jadi 0 , maka persamaan (7.6.a) menjadi:

k. r
I 4.I0 . cos2
2

k.d.Sin ( )
I 4.I0 . cos2
2

.d.y
I 4.I0 . cos2
.L (7.6.b)
Intensitas maksimum (= 4I0) terjadi bila:
.d.y
.n
.L (7.7)
Intensitas minimum terjadi bila:
.d.y 2.n 1
.
.L 2 (7.8)

dengan n 0, 1, 2, . . . . yang disebut dengan orde interefernsi.

Jarak dua intensitas maksimum (atau dua intensitas minimum) yang berurutan adalah:
.L
y
d (7.9)
Dan jarak intensitas maksimum dan minimum adalah:
.L
y
2.d (7.10)

Distribusi intensitas interferensi ini ditunjukkan pada gambar 3. sebagai berikut:


y

S1

d .L
d
S2

Layar
Gambar 3. Intensitas Intereferensi Young

Interferometer Biprisma Fresnel


Interferometer Biprisma Fresnel menggunakan prisma sebagai pembelah muka gelombang
(gambar 4.). Gelombang dari sumber S dibelah oleh biprisma menjadi dua koheren yang
terpisah dengan sumber dan bersumber S1 dan S2. Dengan menerapkan persamaan (7.9), jarak
antara dua intensitas maksimum (atau dua intensitas minimum) yang berurutan adalah:
.(R L)
y
2R (7.11)
Pada pembahasan prisma di materi fisika dasar, Kita gunakan sudut yang kecil, sehingga
sudut deviasi minimum prisma yang diperoleh melalui hukum Snellius adalah:

n
(7.12)

n 1
p

S1
q

S
d

r
S2

R L

Gambar 4. Interferometer Biprisma Fresnel


Layar

Sehingga persamaan (7.11) menjadi:


( R L)
y
2 R ( n 1) (7.13)

Interferensi Banyak Celah


Sekarang akan kita bahas intereferensi dari N buah celah. Celah-celah ini dapat kita pandang
sebagai sumber-sumber gelombang yang koheren, seperti ditunjukkan gambar 5. Persamaan
masing-masing gelombang adalah:

E n (r, t ) E0 ei(k rn t)
(7.14)
dengan indeks n menunjukkan nomor celah.
Antara dua berkas gelombang cahaya yang berdekatan, di titik P mempunyai perbedaan fase
sebesar:
k d sin( ) (7.15)
Superposisi dari semua gelombang di titik P adalah:
N
E( r , t ) E0 ei(k rn t)
n 1 (7.16)
dengan
rn r1 (n 1) d sin( ) (7.17)
sehingga persamaan (7.14) dapat dinyatakan:
N
E( r , t ) ei(k r1 t)
E0 ei k (n-1) d Sin( )
n 1 (7.18)

r1
P
r2
S1 r3
d
d sin( )
S2
d r4
S3
d r5
S4
d
S5

Gambar 5. Interferensi dari N celah

Substitusi persamaan (7.15) ke dalam persamaan (7.18), menghasilkan:


N
E( r , t ) ei(k r1 t)
E0 ei (n-1)
n 1 (7.19)
Suku sumasi pada persamaan (7.19) ini dapat kita jabarkan menjadi:
N (7.20)
ei n 1
1 ei ei 2 e i 3 ...
n 1
RN 1
Deret ukur dengan rasio R memiliki jumlah SN , sehingga:
R 1
N
eiN 1
ei n 1

n 1 ei 1 (7.21.a)
1 N 1 N i 1 1 N
2N
ei 2 2
e 2

i 1 1 i 1 1
2 2 2 2
e e
N N N
i i i
2 2 2
e e e
(7.21.b)
i i i
2 2 2
e e e
N i N 1 sin N
e i n 1
e 2 2
n 1 sin (7.21.c)
2
Sehingga persamaan (7.18) menjadi:
1
i( N 1) Sin N 2
i( k r1 t)
E( r , t ) E0 e e2
Sin 2
(7.22)

1
Jika kr1 N 1 t (7.23)
2
maka:
N
sin
E r, t E0 ei 2

sin (7.24.a)
2

2
N
sin
I E0
2 2 e i .e i

sin (7.24.b)
2
2
N
sin
I I0 2 (7.24.c)
sin
2

Dengan memperhatikan persamaan (7.17), maka ini merupakan fase yang berada ditengah-
tengah antara S1 dan SN.
Intensitasnya adalah:
2
sin N
2 2
I N I0
sin 2 (7.25)
dengan I0 merupakan intensitas sumber tunggal di titik P.
Untuk N = 2 maka membentuk pola interferensi seperti pada percobaan Young yang sudah
kita bahas di depan. Pola interferensi untuk N>2, akan mempunyai dua macam puncak,
puncak utama dan puncak tambahan. Makin besar N makin sempit pola puncak utamanya.
Untuk beberapa N, pola intensitas intereferensinya diperlihatkan pada gambar 6.
(a) I

N=4

(b)
N=6

I
(c)

N=8

(d)
N=10

Gambar 6.
Intensitas pola interferensi untuk bermacam-macam celah
(a) 4 celah, (b) 6 celah, (c) 8 celah, (d) 10 celah
Interferometer Pembelah Amplitudo
Pada pembelah amplitudo, dua gelombang yang koheren diperoleh dengan membagi
intensitas semula, yakni dengan lapisan pemantul sebagian (half silvered mirror). Contoh
interferometer jenis ini adalah interferometer Michelson, dan interferometer Fabry Perot.

Interferometer Michelson
Interferometer Michelson adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
panjang gelombang. Prinsip kerja dari interferometer Michelson ditunjukkan pada gambar 7.
Gelombang cahaya dari sumber S jatuh pada cermin pemantul sebagian C. Oleh cermin C,
cahaya ini sebagian dipantulkan ke M1, dan sebagian lagi diteruskan ke M2, masing-masing
dengan intesitas yang sama.
M 2’
M 1’
M1

C P M2
S

Layar
Gambar 7. Interferometer Michelson

Prisma P berfungsi untuk menyamakan lintasan optik apabila M1 dan M2 berjarak


sama dari C, dan disebut dengan kompensator. Cermin M1 dapat digeser-geser untuk
merubah perbedaan lintasan antara kedua sinar. Jadi pada interferometer ini, sumber
sekundernya adalah berupa berkas sinar dari cermin M1 dan berkas sinar dari bayangan M2
oleh bidang cermin pemantul sebagian C (yakni M2’).
Berkas sinar dari M1 dan dari M2 ini menuju layar dan berinterferensi. Bila jarak
antara M1 dan M2’ dinyatakan dengan d, maka beda fasenya adalah 2kd. Dengan merubah-
rubah jarak d, yakni dengan menggeser-geser C1 mendekati atau menjauhi C2’, maka pola
interferensi lingkaran gelap-terang pada layar akan berubah-rubah pula.
Di pusat layar akan terjadi terang (intensitas maksimum) bila:
2kd 2n (7.26.a)
dan akan terjadi gelap (intensitas minimum) bila:
2kd 2 (n 1) (7.26.b)

dengan n 0, 1, 2,

Kaca planpararel pada interferometer berfungsi untuk menyamakan lintasan optik. Pada
awalnya CM1 = CM2 dan r1 = r2 . Selanjutnya, ketika M1 digeser sebesar d, maka:
CM 1 ' CM 1 d atau r1 ' r1 2d karena r1 = r2 maka dapat ditulis r1 ' r2 2d
Persamaan gelombangnya E1 E0 e i ( k ( r1 2d ) t)
dan E2 E0 ei ( kr2 t)
, maka:

r r1 r1 r1 r2
r r1 2d r1
r 2d r1 r1 2d
E1 E0 e i ( kr1 t)
E0 e i ( k r1 2 d t)

E2 E0 (e i ( kr2 t)

Hasil superposisinya yaitu: E E1 E2


E E0 (e i ( k ( r1 2d ) t)
e i ( kr2 t)
) (7.27)

Intensitasnya adalah:
2
I E
2
I E0 ei k r1 2d t
ei ( kr2 t)
e i k r1 2 d t
e i ( kr2 t)

2 i k ( r2 r1 2 d )
I E0 1 e ei k ( r2 r1 2 d )
1
2 i k 2d
karena r2 r1 maka I E0 2 e ei k 2 d
2 2
I E0 2 2 cos2kd karena I 0 E0 E02 maka I 2 I 0 1 cos(2kd)

I 2 I 0 1 2 cos2 (kd) 1
I 4 I 0 cos2 (kd) (7.28)

Interferometer Fabry Perot


Interferometer Fabry-Perot adalah perangkat yang menghasilkan inteferensi cahaya
dengan memanfaatkan pantulan berulang. Intensitas pantul maupun intensitas yang
diteruskan oleh interferometer ini merupakan fungsi dari beda fasa antara berkas cahaya
pantul yang berurutan.
Pada interferometer ini pembelahan intensitas berkas gelombang dilakukan melalui
pemantulan ganda (multiple reflections), pada dua keping cermin pantul sebagian C1 dan C2
yang identik dan dipasang sejajar. Diantara kedua keping cermin tersebut biasanya diselipkan
medium lain dengan indeks bias n, seperti pada gambar 8. Berkas sinar yang datang pada
cermin C1, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi diteruskan. Berkas sinar yang diteruskan,
oleh cermin C2 sebagian dipantulkan lagi, dan sebagaian diteruskan ke titik P yang jauh.
Seterusnya berkas sinar diantara kedua cermin C1 dan C2, mengalami beberapa kali
pemantulan dan pembiasan. Pola interferensi merupakan perpaduan dari berkas berkas sinar
di titik P, yang berasal dari pembiasan oleh cermin C2.
Perbedaan jarak lintasan antara berkas berkas yang berdampingan yang keluar dari cermin C2
adalah:

1 sin 2 ( )
r 2d
cos( ) cos( )
(7.29)
r 2 d cos( ) (7.30)
Dan beda fasenya adalah:
k r (7.31)
2 k d cos( ) (7.32)
Hasil superposisi linier dari semua berkas di titik P adalah:

E T 2 E0 R 2 T2 E0 ei R 4 T2 E0 e2i  (7.33.a)

E T2 E0 1 R 2 T2 E0 ei R 4 T2 E0 e2i  (7.33.b)
2 ik
Deret ukur tak hingga dengan rasio r e adalah
1
S
1 r 2eik
T2
E E0
1 R 2 ei (7.33.c)

dengan R dan T masing-masing koefisien pantul dan koefisien bias.


Intensitasnya adalah: 2
E0 T 4
I 2 (7.34)
1 R 2eik
C1 C2

n P

Gambar 8. Pemantulan ganda pada Intereferometer Fabry Perot

Dengan mengingat pengertian reflekstans (r) dan transmitas (t) seperti yang sudah
dibicarakan pada bab 2, maka persamaan (7.34) ini dapat dituliskan menjadi:
I0 t 2 (7.35)
I 2
1 re i

Karena r<1, maka dengan menjabarkan ke dalam deret Taylor untuk 0 , maka penyebut

pada persamaan (7.35) dapat dinyatakan dengan:


2
1 re i 1 re i 1 re i

i
1 re ei r2
1 2r cos r2
2
1 r 2r 1 cos

karena cos 1 2 sin 2 , maka diperoleh:


2
2 2 4r
1 re i 1 r 1 2
sin 2 (7.36.a)
1 r 2
Maka persamaan (7.32) menjadi:

t2
I I0
4r
(1 r )2 1 sin 2
2 2
(1 r )

t2
I I0
2 2
(1 r ) 1 F sin
2

Imaks
I
1 F sin 2
2 (7.36.b)
dengan koefisien finess (kehalusan) F:
4r
F
(1 r )2 (6.37)

t2
I maks I0
dan (1 r ) 2 (7.37)
Grafik persamaan (7.36.b) ini ditunjukan pada gambar 9 .
1
1 F sin 2
Fungsi pada ruas kanan persamaan (7.36.b), yakni: 2 disebut dengan fungsi
Airy, yang nilai perubahannya terhadap bergantung pada parameter kehalusan F. Fungsi
Airy ini merupakan faktor yang menentukan pada pola interferensi Febry-Perot.

F=0.5

F=2

F=8

Gambar 9. Pola intensitas intereferometer Fabry-Perot


Contoh Soal
1. Pada percobaan Young, jarak antara kedua celah dan jarak celah ke layar masing-masing
adalah 2 mm dan 4 mm. Bila jarak pemisah antara dua maksimum (atau dua minimum)
yang berurutan 5 mm, tentukan panjang gelombang cahaya yang digunakan!
Jawaban:
d = 2 mm; L = 4 m; y = 5 mm
maka panjang gelombangnya adalah:
L y.d
y 2,5.10 6 m
d L
2. Biprisma dengan indeks bias 1,732 dan sudut puncak 0,850 digunakan untuk membentuk
frinji interferensi. Jarak antara celah dan prisma 25 cm, dan antara prisma ke layar 75
cm. Tentukan jarak pisah frinji, bila digunakan cahaya merah dengan panjang gelombang
6563 Amstrong!
Jawaban:

Tugas
Rangkumlah materi interferensi didukung dengan sumber referensi lainnya

Tes Formatif
1. Jelaskan mengenai: (i) syarat terjadinya interferensi; (ii) macam-macam interferometer
berdasarkan prinsip kerjanya; (iii) difraksi Fresnel, dan (iv) difraksi Fraunhofer.
2. Pada percobaan Young, digunakan panjang gelombang cahaya 500 nm, dan diperoleh
jarak dua maksimum yang berurutan sebesar 2,5 mm. Apabila jarak antara celah dan
layar 50 cm.
a. Gambarkan diagram percobaan Young tersebut
b. Hitung jarak pemisah antara kedua celah
c. Gambarkan intensitas pola interferensi
3. Pada interferensi N celah, bagaimanakah pengaruh jumlah celah terhadap distribusi
intensitas di layar?
4. Turunkan persamaan untuk menentukan jarak antara dua intensitas maksimum atau dua
intensitas minimum yang berurutan pada interferometer biprisma Fresnel!
5. Jelaskan prinsip kerja dan persamaan intensitas pada interferometer Fabry Perot!
Kegiatan Belajar 2. Difraksi

Pengantar
Difraksi dialami oleh setiap gelombang, baik gelombang mekanik (misalnya
gelombang air, gelombang bunyi) maupun gelombang elektromagnetik (misalnya gelombang
cahaya). Sebagai contoh gelombang permukaan air yang melewati sebuah penghalang berupa
sebuah celah sempit akan mengalami lenturan atau difraksi. Peristiwa yang sama terjadi jika
cahaya dilewatkan pada sebuah celah yang sempit, sehingga gelombang cahaya itu akan
mengalami difraksi. Selain disebabkan oleh celah sempit, peristiwa difraksi juga dapat
disebabkan oleh kisi. Kisi adalah sebuah penghalang yang terdiri atas banyak celah sempit.
Jumlah celah dalam kisi dapat mencapai ribuan pada daerah selebar 1 cm. Kisi difraksi
adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-sumber cahaya. Seperti pada
gambar 10 berikut:

Gambar 10. Cahaya yang melewati celah sempit

Kita dapat melihat gejala difraksi ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela
jari-jari yang kita rapatkan, kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya
lampu neon. Atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang
cukup jauh. Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal dijelaskan oleh Christian
Huygens. Menurut Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang,
sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah
lainnya. Jika pada difraksi digunakan cahaya putih atau cahaya polikromatik, pada layar akan
tampak spektrum warna, dengan terang pusat berupa warna putih (Gambar 11.)
Gambar 11. Difraksi cahaya putih akan menghasilkan
pola berupa pita-pita spektrum

Cahaya merah dengan panjang gelombang terbesar mengalami lenturan atau pembelokan
paling besar. Sedangkan, cahaya ungu mengalami lenturan terkecil karena panjang
gelombang cahaya ungu terkecil. Setiap orde difraksi menunjukkan spektrum warna.

Uraian Materi
Difraksi merupakan gejala pembelokan gelombang ketika menjalar melalui celah
sempit atau tepi tajam suatu benda. Difraksi terjadi bila ukuran celah lebih kecil dari panjang
gelombang yang melaluinya. Dan difraksi ini (bersama dengan gejala interferensi) dianggap
sebagai suatu ciri khas dari gelombang, yang tidak dimiliki oleh partikel.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, teori yang mendasari dari gejala difraksi ini
adalah prinsip Huygens-Fresnel. Prinsip ini menyatakan bahwa dalam proses perambatan
gelombang bebas, setiap titik pada suatu muka gelombang berfungsi sebagai sumber
sekunder sferis untuk anak gelombang (wavelet), dengan frekuensi yang sama dengan
gelombang primernya.

Difraksi Fresnel dan Difraksi Fraunhofer


Gambar 12. menunjukkan gejala difraksi dari suatu gelombang datar yang menjalar
melalui suatu celah. Maka menurut prinsip Huygens-Fresnel tadi, titik A dan B pada tepi
celah, merupakan sumber sekunder dengan fase yang sama. Efek difraksi ini diamati pada
sutu titik P pada arah q terhadap sumbu celah.
P

A
d
B S .

Gambar 12.
Difraksi dari gelombang yang menjalar melalui suatu celah.

Apabila titik P tidak begitu jauh dari celah, atau sumber gelombang datang tidak begitu jauh
dari celah, sehingga gelombang datang tidak dapat dianggap sebagai gelombang datar, maka
peristiwa ini disebut dengan difraksi Fresnel. Dan sebaliknya, bila sumber gelombang datang
dan titik P cukup jauh dari celah, maka peristiwa ini disebut dengan difraksi Fraunhofer.

Difraksi Celah Tunggal: Difraksi Fraunhofer


Pada peristiwa difraksi ini, gelombang datang berupa gelombang datar dan jartak titik P

ke celah, jauh lebih besar dari lebar celah, r d . (Gambar 13) Titik-titik pada celah antara
A dan B, dapat dipandang sebagai sumber-sumber gelombang sekunder. Jadi pola difraksi
celah ini, dapat didekati sebagai pola interferensi sistim banyak celah sempit, masing-masing
berjarak: a. Apabila fungsi gelombang yang berasal dari celah sempit pertama (celah sempit
paling atas, di titik A) adalah :

E1 E0 e i t (7.38)
Maka fungsi gelombang dari celah yang ke n, adalah :

En E0e i[ t k (n 1)a sin( )] (7.39)


P

r
A

d
a

B
a(n-1) sin

Gambar 13. Difraksi gelombang datar yang menjalar melalui suatu celah

Sehingga di titik P akan terjadi superposisi dari E1, E 2 , E3 ,....... E n .


N
i t
E E0 e e ika n 1 sin

n 1 (7.40)

ika sin rn 1 eikaN sin 1


Deret ukur dengan rasio r e adalah: SN
r 1 eikasin 1
N N N
ika sin ika sin ika sin
2 2 2
e e e
SN ka ka
ka i sin i sin
i sin e 2 e 2
2
e
N
ka
2i sin ka sin
i
2
N 1 sin 2
SN e
ka
2i sin sin
2
N
ka sin ka sin
i
2
N 1 sin 2
e
ka
sin sin
2

Sehingga persamaan menjadi: N


ka
sin ka sin
i t
i
2
N 1 sin 2
E E0 e e
ka
sin sin
2
1
1
sin kaN sin
i t ika N 1 sin
2
2
E E0 e (7.41)
1
sin ka sin
2
Misalnya (N-1) a = b , kemudian bila jumlah sempit N diperbanyak sehingga menuju tak
hingga, maka N 1a Na b
1
1
sin kb sin
i t ikb sin
2
2
E E0 e N
1
N sin ka sin
2
1 1
Karena sin ka sin ka sin
2 2

Kemudian bila jumlah sempit N diperbanyak sehingga menuju tak hingga, maka lebar celah
sempit a mendekati nol. Sehingga persamaan (7.41) tersebut akan mempunyai bentuk:
1 (7.42)
1
sin kb sin
i t ikb sin
2
2
E E0 e N
1
kb sin
2
1 i t ikr sin kr
misal r b sin maka persamaan menjadi E E0 e N
2 kr

1 i t sin
jika kr 2 kb sin , maka E E0e N (7.43)

2
Intensitas gelombang di titik P : sin (7.44)
I I0 N2

Untuk 0 , diperoleh puncak intensitas maksimum sebesar I 0 . Jadi intensitas maksimum


teletak pada arah sumbu celah. Gambar 14. memperlihatkan intensitas pola difraksi celah
tunggal sebagai fungsi arah sudut difraksi q.
Untuk bukaan (aperture) yang tidak berbentuk celah, misalnya berbentuk lingkaran
dengan jari-jari: R, pola difraksi ditunjukkan pada gambar 15. Pola ini berbentuk lingkaran-
lingkaran sepusat. Daerah maksimum di pusat dibatasi oleh minimum pertama, berupa
lingkaran berjari-jari 1,22 , daerah ini disebut dengan cakram Airy.

sin( ) 1,22
Dengan persamaan: D (7.45)
dimana D diameter celah, D = 2R.
Gambar 14. Pola Difraksi Celah Tunggal

Banyak sistem optik menggunakan bukaan (aperture) lingkaran dibandingkan celah.


Pola difraksi dari suatu sumber titik yg dibentuk oleh suatu bukaan lingkaran terdiri dari
piringan terang pusat yang dikelilingi cincin gelap terang secara berkelanjutan.
Alat-alat optik seperti lup, teropong, dan mikroskop memiliki kemampuan untuk
memperbesar bayangan benda. Namun, perbesaran bayangan benda yang dihasilkan terbatas.
Kemampuan perbesaran alat-alat optik itu selain dibatasi oleh daya urai lensa juga dibatasi
oleh pola difraksi yang terbentuk pada bayangan benda itu.

Gambar 15. Pola difraksi yang dibentuk oleh sebuah celah bulat

Pola difraksi yang dibentuk oleh sebuah celah bulat terdiri atas bintik terang pusat yang
dikelilingi oleh cincin-cincin terang dan gelap.
Kisi Difraksi
Kisi difraksi merupakam sistim N buah celah, dengan lebar celah dan jarak antar
celah yang teratur. Difraksi oleh kisi seperti ini akan menghasilkan pola yang merupakan
gabungan antara pola difraksi tunggal tak sempit dengan pola interferensi N buah sumber
yang sinkron.

r0 P

r
b
a
(n-1) a
Sin( )

Gambar 16. Difraksi oleh N buah celah

Gambar 16. memperlihatkan difraksi oleh sebuah kisi, lebar celah dan jarak antara celah
masing-masing b dan a. Bila kisi ini disinari cahaya monokromatik, osilai listrik di titik P
yang ditimbulkan oleh celah nomor ke n adalah:

i ( kr t) Sin ( )
En E0 e
(7.46)
dengan
r r0 (n 1) a Sin ( )
(7.47)
dan r0 : jarak tepi celah pertama sampai ke titik P.

Sehingga di titik P akan terjadi superposisi dari E1, E 2 , E3 ,....... E n , yang memberikan hasil:
N
E En ( )
n 1 (6.53)
sin( ) t ) i k ro
E E01 e i( u e 1 ei k a sin( )  ei k ( N 1) a sin( )
sin( ) i(kro u t) eiN 1
E E01 e
i
e 1

t ) sin( )
sin N
E N E 01 e i(k 2
N sin( )
(7.48)
dengan
k b sin( ) (7.49)
Sehingga intensitas difraksi pada arah q adalah :
2 2
2 sin( ) sin N 2
I N I0
N sin 2 (7.50)

m
Maksimum utama (primer) dicapai bila 2 , dengan m bilangan bulat.
1 k b sin( ) m
2

sin( ) m
b (6.57)
(2m 1)
N
Maksimum tambahan (sekunder) dicapai apabila: 2 2 , dengan m: 1, 2, . . . .

1 N k b sin( 2m 1
)
2 2

sin( ) (2m 1)
Nb (7.51)

N m
Minimum (titik nol) terjadi bila 2 , dengan m: 1, 2, . . . ., N 1

1 N k b sin( ) m
2

sin( ) m
Nb (7.52)
Apabila cahaya yang datang terdiri dari dua panjang gelombang yang berbeda, maka
kedudukan maksimum utama dari dari kedua panjang gelombang tersebut pada orde m yang
sama, akan terpisah bila:

m
a cos( )

Na cos( )
atau :

m
a cos( ) Na cos( ) (7.53)

Nm

Besaran ini sering dinyatakan dengan daya pisah (DP), jadi :

DP Nm
(7.54)

Suatu sistem optik dikatakan dapat membedakan dua sumber titik jika pola difraksi
yang bersesuaian cukup kecil dan masih dapat dibedakan. Metode numerik untuk mengukur
kemampuan sistem untuk membedakan dua titik seperti ini dikenal sebagai daya pisah
(resolving power) atau resolusi. Jika maksimum pusat dari suatu pola difraksi jatuh pada
minimum pertama dari pola difraksi yang lain, pola-pola ini dikatakan mulai dapat
dipisahkan. Batas kondisi resolusi ini dikenal sebagai Kriteria Rayleigh

Gambar 17. Daya pisah peralatan optik


Contoh Soal
1. Untuk pola difraksi maksimum, tentukanlah beda celah minimum yang dibutuhkan pada
difraksi celah tunggal bila diinginkan sudut difraksinya 30°, dan panjang gelombang
yang digunakan 500 nm.
Penyelesaian:

d mencapai minimum jika m = 1

Jadi, lebar celah minimum 500 nm.


2. Tentukanlah daya urai sebuah celah dengan diameter 1 mm dan jarak celah ke layar 2m,
dengan menggunakan cahaya yang panjang gelombangnya 580 nm.
Penyelesaian:
D= 1mm, l =2m=2×103 mm; =580nm = 5,8 × 10-4 mm
Ditanya : dm = …….?
Daya urai celah: dm = 1,22 λl/D = 1,22(5,8×10-4 mm) (2×103mm)/1mm =1,4 mm.

Tugas
Rangkumlah materi difraksi didukung dengan sumber referensi lainnya
Tes Formatif
1. Berkas sinar sejajar dengan panjang gelombang 6563 Amstrong datang tegak lurus pada
satu celah yang lebarnya 0,3850. Sebuah lensa dengan panjang fokus 50 cm diletakkan di
sebelah celah, sehingga terbentuk pola difraksi pada layar. Tentukan jarak dari pusat
maksimum utama ke minimum pertama.
2. Gambarkan difraksi gelombang datar yang menjalar melalui suatu celah, dengan jarak
layar ke celah jauh lebih besar dari lebar celah (r>>>d) dan jelaskan peristiwa difraksi
tersebut!
3. Pada sebuah kisi, untuk setiap daerah selebar 1 cm terdapat N = 5.000 celah, maka
tentukanlah jarak antar celah!
4. Sebuah truk yang mempunyai jarak antara kedua lampu depannya sekitar 2 m diamati
dengan mata dengan garis tengah pupil 5 mm. Bila gelombang cahaya lampu truk
tersebut 500 nm, perkirakan jarak truk tersebut dari pengamat sehingga kedua lampu
tersebut masih tampak terpisah!

Anda mungkin juga menyukai