Pendahuluan
Dalam keseharian, Anda sering mengamati garis-garis berwarna yang tampak pada
lapisan tipis bensin atau oli yang tumpah di permukaan air saat matahari menyoroti
permukaan oli tersebut. Di samping itu, Anda tentu pernah main air sabun yang ditiup
sehingga terjadi gelembung. Kemudian saat terkena sinar matahari akan terlihat warna-warni.
Cahaya warna-warni inilah bukti adanya peristiwa interferensi. Adanya gejala interferensi ini
bukti yang paling menyakinkan bahwa cahaya itu adalah gelombang dan interferensi
merupakan salah satu sifat dari gelombang cahaya.
Optika fisis merupakan optika yang membahas proses-proses yang berhubungan
dengan sifat-sifat gelombang cahaya. Banyak gejala optika yang dapat dijelaskan melalui
optika fisis ini, diantaranya interferensi dan difraksi. Gejala optika lain yang dapat dijelaskan
melalui optika fisis ini seperti polarisasi cahaya, dispersi, absorpsi, hamburan (scattering)
klasik, dan efek elektromagnetik cahaya. Bagian optika lain yaitu optika geometri membahas
gejala optika yang berdasarkan sifat-sifat lintasan cahaya dalam medium transparan, yang
sebenarnya merupakan pendekatan optika fisis untuk ukuran bukaan (aperture) yang jauh
lebih besar dari panjang gelombang cahaya yang melaluinya.
Pengantar
Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik
dan dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 108 m/s. Sifat-sifat dari
cahaya meliputi :
• dapat mengalami pemantulan (refleksi)
• dapat mengalami pembiasan (refraksi)
• dapat mengalami pelenturan (difraksi)
• dapat dijumlahkan (interferensi)
• dapat diuraikan (dispersi)
• dapat diserap arah getarnya (polarisasi)
• bersifat sebagai gelombang dan partikel
Pada bab ini, sifat cahaya yang dijelaskan terbatas pada interferensi dan difraksi saja.
Interferensi merupakan perpaduan dua atau lebih gelombang sebagai akibat berlakunya
prinsip superposisi. Intereferensi terjadi bila gelombang-gelombang tersebut koheren, yakni
mempunyai perbedaan fase yang tetap. Pola hasil interferensi ini dapat ditangkap pada layar,
yaitu berupa garis-garis terang dan merupakan hasil interferensi maksimum (saling
memperkuat atau konstruktif), sedangkan garis gelap yang tertangkap di layar merupakan
hasil interferensi minimum (saling melemahkan atau destruktif). Pola hasil interferensi
gelombang tampak pada gambar 1 berikut:
Uraian Materi
Pengaruh interferensi dalam cahaya tidak teramati secara biasa. Ini karena gelombang
cahaya dari suatu sumber cahaya biasa mengalami perubahan fasa secara acak kira-kira
sekali dalam setiap 10-8 s dan panjang gelombang cahaya cukup pendek (~ 4x10-7m – 7x10-7
m). Interferensi mungkin terjadi, tapi hanya untuk durasi dalam orde 10-8 s dan tidak dapat
dilihat dengan mata.
Agar interferensi yang stabil dan berkelanjutan dari gelombang cahaya dapat diamati,
dua kondisi berikut harus dipenuhi:
a. Sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fasa yang tetap (mereka disebut
sumber koheren).
b. Sumber harus monokromatik dan menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang
yang sama.
Koherensi gelombang, yang merupakan syarat terjadinya interfensi, dapat dibuat dengan
peralatan interferometer. Berdasarkan prinsip kerjanya, interferometer dikelompokan menjadi
pembelah muka gelombang (wavefront spliting) dan pembelah amplitudo (amplitude
splitting).
Percobaan Young
Interferensi gelombang dari dua sumber pertama kali didemonstrasikan oleh Thomas
Young pada tahun 1801. Skema eksperimen Young ditunjukkan pada gambar 2. Cahaya
monokromatik dilewatkan pada suatu celah sempit S pada penghalang pertama, tiba pada
penghalang kedua mempunyai dua celah sejajar S1 dan S2. S1 dan S2 berfungsi sebagai suatu
pasangan sumber cahaya koheren dan menghasilkan pada layar suatu pola interferensi yang
terdiri dari frinji terang dan gelap.
P
r1
S1 1
r2 y
S d
2
S2
Layar
Gambar 2. Percobaan Young
Persamaan gelombang cahaya dari S1 dan S2 di titik P pada layar, masing-masing kita
nyatakan dengan:
E1(r, t ) E0 ei(k r1 t 1)
(7.1)
E 2 (r , t ) E0 ei(k r2 t 2)
(7.2)
Superposisi di titik P adalah : E E1 E2
E( r , t ) E0 ei(k r1 t 1) ei(k r2 t 2)
(7.3)
Dan intensitasnya adalah:
2
I E
2
I E0 ei ( kr1 t 1)
ei ( kr2 t 2)
e i ( kr1 t 1)
e i ( kr2 t 2)
1
2 i k ( r2 r1 )
I E0 1 e 2 1
ei k ( r2 r1 ) 2 1
1
2 i k ( r2 r1 )
I E0 2 e 2 1
ei ( r2 r1 ) k 2 1
2
I E0 2 2 cos dengan k r2 r1 2 1
2
karena I 0 E0 E02 maka
I 2 I 0 1 cos( ) (7.4)
dengan
k (r1 r2 ) ( 1 2)
k. r (7.5)
Persamaan (7.4) dapat kita tuliskan dengan:
k. r
I 4.I0 . cos2
2 2 (7.6.a)
Untuk kasus kedua sumber fasenya sama, jadi 0 , maka persamaan (7.6.a) menjadi:
k. r
I 4.I0 . cos2
2
k.d.Sin ( )
I 4.I0 . cos2
2
.d.y
I 4.I0 . cos2
.L (7.6.b)
Intensitas maksimum (= 4I0) terjadi bila:
.d.y
.n
.L (7.7)
Intensitas minimum terjadi bila:
.d.y 2.n 1
.
.L 2 (7.8)
Jarak dua intensitas maksimum (atau dua intensitas minimum) yang berurutan adalah:
.L
y
d (7.9)
Dan jarak intensitas maksimum dan minimum adalah:
.L
y
2.d (7.10)
S1
d .L
d
S2
Layar
Gambar 3. Intensitas Intereferensi Young
n
(7.12)
n 1
p
S1
q
S
d
r
S2
R L
E n (r, t ) E0 ei(k rn t)
(7.14)
dengan indeks n menunjukkan nomor celah.
Antara dua berkas gelombang cahaya yang berdekatan, di titik P mempunyai perbedaan fase
sebesar:
k d sin( ) (7.15)
Superposisi dari semua gelombang di titik P adalah:
N
E( r , t ) E0 ei(k rn t)
n 1 (7.16)
dengan
rn r1 (n 1) d sin( ) (7.17)
sehingga persamaan (7.14) dapat dinyatakan:
N
E( r , t ) ei(k r1 t)
E0 ei k (n-1) d Sin( )
n 1 (7.18)
r1
P
r2
S1 r3
d
d sin( )
S2
d r4
S3
d r5
S4
d
S5
n 1 ei 1 (7.21.a)
1 N 1 N i 1 1 N
2N
ei 2 2
e 2
i 1 1 i 1 1
2 2 2 2
e e
N N N
i i i
2 2 2
e e e
(7.21.b)
i i i
2 2 2
e e e
N i N 1 sin N
e i n 1
e 2 2
n 1 sin (7.21.c)
2
Sehingga persamaan (7.18) menjadi:
1
i( N 1) Sin N 2
i( k r1 t)
E( r , t ) E0 e e2
Sin 2
(7.22)
1
Jika kr1 N 1 t (7.23)
2
maka:
N
sin
E r, t E0 ei 2
sin (7.24.a)
2
2
N
sin
I E0
2 2 e i .e i
sin (7.24.b)
2
2
N
sin
I I0 2 (7.24.c)
sin
2
Dengan memperhatikan persamaan (7.17), maka ini merupakan fase yang berada ditengah-
tengah antara S1 dan SN.
Intensitasnya adalah:
2
sin N
2 2
I N I0
sin 2 (7.25)
dengan I0 merupakan intensitas sumber tunggal di titik P.
Untuk N = 2 maka membentuk pola interferensi seperti pada percobaan Young yang sudah
kita bahas di depan. Pola interferensi untuk N>2, akan mempunyai dua macam puncak,
puncak utama dan puncak tambahan. Makin besar N makin sempit pola puncak utamanya.
Untuk beberapa N, pola intensitas intereferensinya diperlihatkan pada gambar 6.
(a) I
N=4
(b)
N=6
I
(c)
N=8
(d)
N=10
Gambar 6.
Intensitas pola interferensi untuk bermacam-macam celah
(a) 4 celah, (b) 6 celah, (c) 8 celah, (d) 10 celah
Interferometer Pembelah Amplitudo
Pada pembelah amplitudo, dua gelombang yang koheren diperoleh dengan membagi
intensitas semula, yakni dengan lapisan pemantul sebagian (half silvered mirror). Contoh
interferometer jenis ini adalah interferometer Michelson, dan interferometer Fabry Perot.
Interferometer Michelson
Interferometer Michelson adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
panjang gelombang. Prinsip kerja dari interferometer Michelson ditunjukkan pada gambar 7.
Gelombang cahaya dari sumber S jatuh pada cermin pemantul sebagian C. Oleh cermin C,
cahaya ini sebagian dipantulkan ke M1, dan sebagian lagi diteruskan ke M2, masing-masing
dengan intesitas yang sama.
M 2’
M 1’
M1
C P M2
S
Layar
Gambar 7. Interferometer Michelson
dengan n 0, 1, 2,
Kaca planpararel pada interferometer berfungsi untuk menyamakan lintasan optik. Pada
awalnya CM1 = CM2 dan r1 = r2 . Selanjutnya, ketika M1 digeser sebesar d, maka:
CM 1 ' CM 1 d atau r1 ' r1 2d karena r1 = r2 maka dapat ditulis r1 ' r2 2d
Persamaan gelombangnya E1 E0 e i ( k ( r1 2d ) t)
dan E2 E0 ei ( kr2 t)
, maka:
r r1 r1 r1 r2
r r1 2d r1
r 2d r1 r1 2d
E1 E0 e i ( kr1 t)
E0 e i ( k r1 2 d t)
E2 E0 (e i ( kr2 t)
Intensitasnya adalah:
2
I E
2
I E0 ei k r1 2d t
ei ( kr2 t)
e i k r1 2 d t
e i ( kr2 t)
2 i k ( r2 r1 2 d )
I E0 1 e ei k ( r2 r1 2 d )
1
2 i k 2d
karena r2 r1 maka I E0 2 e ei k 2 d
2 2
I E0 2 2 cos2kd karena I 0 E0 E02 maka I 2 I 0 1 cos(2kd)
I 2 I 0 1 2 cos2 (kd) 1
I 4 I 0 cos2 (kd) (7.28)
1 sin 2 ( )
r 2d
cos( ) cos( )
(7.29)
r 2 d cos( ) (7.30)
Dan beda fasenya adalah:
k r (7.31)
2 k d cos( ) (7.32)
Hasil superposisi linier dari semua berkas di titik P adalah:
E T 2 E0 R 2 T2 E0 ei R 4 T2 E0 e2i (7.33.a)
E T2 E0 1 R 2 T2 E0 ei R 4 T2 E0 e2i (7.33.b)
2 ik
Deret ukur tak hingga dengan rasio r e adalah
1
S
1 r 2eik
T2
E E0
1 R 2 ei (7.33.c)
n P
Dengan mengingat pengertian reflekstans (r) dan transmitas (t) seperti yang sudah
dibicarakan pada bab 2, maka persamaan (7.34) ini dapat dituliskan menjadi:
I0 t 2 (7.35)
I 2
1 re i
Karena r<1, maka dengan menjabarkan ke dalam deret Taylor untuk 0 , maka penyebut
i
1 re ei r2
1 2r cos r2
2
1 r 2r 1 cos
t2
I I0
4r
(1 r )2 1 sin 2
2 2
(1 r )
t2
I I0
2 2
(1 r ) 1 F sin
2
Imaks
I
1 F sin 2
2 (7.36.b)
dengan koefisien finess (kehalusan) F:
4r
F
(1 r )2 (6.37)
t2
I maks I0
dan (1 r ) 2 (7.37)
Grafik persamaan (7.36.b) ini ditunjukan pada gambar 9 .
1
1 F sin 2
Fungsi pada ruas kanan persamaan (7.36.b), yakni: 2 disebut dengan fungsi
Airy, yang nilai perubahannya terhadap bergantung pada parameter kehalusan F. Fungsi
Airy ini merupakan faktor yang menentukan pada pola interferensi Febry-Perot.
F=0.5
F=2
F=8
Tugas
Rangkumlah materi interferensi didukung dengan sumber referensi lainnya
Tes Formatif
1. Jelaskan mengenai: (i) syarat terjadinya interferensi; (ii) macam-macam interferometer
berdasarkan prinsip kerjanya; (iii) difraksi Fresnel, dan (iv) difraksi Fraunhofer.
2. Pada percobaan Young, digunakan panjang gelombang cahaya 500 nm, dan diperoleh
jarak dua maksimum yang berurutan sebesar 2,5 mm. Apabila jarak antara celah dan
layar 50 cm.
a. Gambarkan diagram percobaan Young tersebut
b. Hitung jarak pemisah antara kedua celah
c. Gambarkan intensitas pola interferensi
3. Pada interferensi N celah, bagaimanakah pengaruh jumlah celah terhadap distribusi
intensitas di layar?
4. Turunkan persamaan untuk menentukan jarak antara dua intensitas maksimum atau dua
intensitas minimum yang berurutan pada interferometer biprisma Fresnel!
5. Jelaskan prinsip kerja dan persamaan intensitas pada interferometer Fabry Perot!
Kegiatan Belajar 2. Difraksi
Pengantar
Difraksi dialami oleh setiap gelombang, baik gelombang mekanik (misalnya
gelombang air, gelombang bunyi) maupun gelombang elektromagnetik (misalnya gelombang
cahaya). Sebagai contoh gelombang permukaan air yang melewati sebuah penghalang berupa
sebuah celah sempit akan mengalami lenturan atau difraksi. Peristiwa yang sama terjadi jika
cahaya dilewatkan pada sebuah celah yang sempit, sehingga gelombang cahaya itu akan
mengalami difraksi. Selain disebabkan oleh celah sempit, peristiwa difraksi juga dapat
disebabkan oleh kisi. Kisi adalah sebuah penghalang yang terdiri atas banyak celah sempit.
Jumlah celah dalam kisi dapat mencapai ribuan pada daerah selebar 1 cm. Kisi difraksi
adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-sumber cahaya. Seperti pada
gambar 10 berikut:
Kita dapat melihat gejala difraksi ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela
jari-jari yang kita rapatkan, kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya
lampu neon. Atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang
cukup jauh. Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal dijelaskan oleh Christian
Huygens. Menurut Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang,
sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah
lainnya. Jika pada difraksi digunakan cahaya putih atau cahaya polikromatik, pada layar akan
tampak spektrum warna, dengan terang pusat berupa warna putih (Gambar 11.)
Gambar 11. Difraksi cahaya putih akan menghasilkan
pola berupa pita-pita spektrum
Cahaya merah dengan panjang gelombang terbesar mengalami lenturan atau pembelokan
paling besar. Sedangkan, cahaya ungu mengalami lenturan terkecil karena panjang
gelombang cahaya ungu terkecil. Setiap orde difraksi menunjukkan spektrum warna.
Uraian Materi
Difraksi merupakan gejala pembelokan gelombang ketika menjalar melalui celah
sempit atau tepi tajam suatu benda. Difraksi terjadi bila ukuran celah lebih kecil dari panjang
gelombang yang melaluinya. Dan difraksi ini (bersama dengan gejala interferensi) dianggap
sebagai suatu ciri khas dari gelombang, yang tidak dimiliki oleh partikel.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, teori yang mendasari dari gejala difraksi ini
adalah prinsip Huygens-Fresnel. Prinsip ini menyatakan bahwa dalam proses perambatan
gelombang bebas, setiap titik pada suatu muka gelombang berfungsi sebagai sumber
sekunder sferis untuk anak gelombang (wavelet), dengan frekuensi yang sama dengan
gelombang primernya.
A
d
B S .
Gambar 12.
Difraksi dari gelombang yang menjalar melalui suatu celah.
Apabila titik P tidak begitu jauh dari celah, atau sumber gelombang datang tidak begitu jauh
dari celah, sehingga gelombang datang tidak dapat dianggap sebagai gelombang datar, maka
peristiwa ini disebut dengan difraksi Fresnel. Dan sebaliknya, bila sumber gelombang datang
dan titik P cukup jauh dari celah, maka peristiwa ini disebut dengan difraksi Fraunhofer.
ke celah, jauh lebih besar dari lebar celah, r d . (Gambar 13) Titik-titik pada celah antara
A dan B, dapat dipandang sebagai sumber-sumber gelombang sekunder. Jadi pola difraksi
celah ini, dapat didekati sebagai pola interferensi sistim banyak celah sempit, masing-masing
berjarak: a. Apabila fungsi gelombang yang berasal dari celah sempit pertama (celah sempit
paling atas, di titik A) adalah :
E1 E0 e i t (7.38)
Maka fungsi gelombang dari celah yang ke n, adalah :
r
A
d
a
B
a(n-1) sin
Gambar 13. Difraksi gelombang datar yang menjalar melalui suatu celah
n 1 (7.40)
Kemudian bila jumlah sempit N diperbanyak sehingga menuju tak hingga, maka lebar celah
sempit a mendekati nol. Sehingga persamaan (7.41) tersebut akan mempunyai bentuk:
1 (7.42)
1
sin kb sin
i t ikb sin
2
2
E E0 e N
1
kb sin
2
1 i t ikr sin kr
misal r b sin maka persamaan menjadi E E0 e N
2 kr
1 i t sin
jika kr 2 kb sin , maka E E0e N (7.43)
2
Intensitas gelombang di titik P : sin (7.44)
I I0 N2
sin( ) 1,22
Dengan persamaan: D (7.45)
dimana D diameter celah, D = 2R.
Gambar 14. Pola Difraksi Celah Tunggal
Gambar 15. Pola difraksi yang dibentuk oleh sebuah celah bulat
Pola difraksi yang dibentuk oleh sebuah celah bulat terdiri atas bintik terang pusat yang
dikelilingi oleh cincin-cincin terang dan gelap.
Kisi Difraksi
Kisi difraksi merupakam sistim N buah celah, dengan lebar celah dan jarak antar
celah yang teratur. Difraksi oleh kisi seperti ini akan menghasilkan pola yang merupakan
gabungan antara pola difraksi tunggal tak sempit dengan pola interferensi N buah sumber
yang sinkron.
r0 P
r
b
a
(n-1) a
Sin( )
Gambar 16. memperlihatkan difraksi oleh sebuah kisi, lebar celah dan jarak antara celah
masing-masing b dan a. Bila kisi ini disinari cahaya monokromatik, osilai listrik di titik P
yang ditimbulkan oleh celah nomor ke n adalah:
i ( kr t) Sin ( )
En E0 e
(7.46)
dengan
r r0 (n 1) a Sin ( )
(7.47)
dan r0 : jarak tepi celah pertama sampai ke titik P.
Sehingga di titik P akan terjadi superposisi dari E1, E 2 , E3 ,....... E n , yang memberikan hasil:
N
E En ( )
n 1 (6.53)
sin( ) t ) i k ro
E E01 e i( u e 1 ei k a sin( ) ei k ( N 1) a sin( )
sin( ) i(kro u t) eiN 1
E E01 e
i
e 1
t ) sin( )
sin N
E N E 01 e i(k 2
N sin( )
(7.48)
dengan
k b sin( ) (7.49)
Sehingga intensitas difraksi pada arah q adalah :
2 2
2 sin( ) sin N 2
I N I0
N sin 2 (7.50)
m
Maksimum utama (primer) dicapai bila 2 , dengan m bilangan bulat.
1 k b sin( ) m
2
sin( ) m
b (6.57)
(2m 1)
N
Maksimum tambahan (sekunder) dicapai apabila: 2 2 , dengan m: 1, 2, . . . .
1 N k b sin( 2m 1
)
2 2
sin( ) (2m 1)
Nb (7.51)
N m
Minimum (titik nol) terjadi bila 2 , dengan m: 1, 2, . . . ., N 1
1 N k b sin( ) m
2
sin( ) m
Nb (7.52)
Apabila cahaya yang datang terdiri dari dua panjang gelombang yang berbeda, maka
kedudukan maksimum utama dari dari kedua panjang gelombang tersebut pada orde m yang
sama, akan terpisah bila:
m
a cos( )
Na cos( )
atau :
m
a cos( ) Na cos( ) (7.53)
Nm
DP Nm
(7.54)
Suatu sistem optik dikatakan dapat membedakan dua sumber titik jika pola difraksi
yang bersesuaian cukup kecil dan masih dapat dibedakan. Metode numerik untuk mengukur
kemampuan sistem untuk membedakan dua titik seperti ini dikenal sebagai daya pisah
(resolving power) atau resolusi. Jika maksimum pusat dari suatu pola difraksi jatuh pada
minimum pertama dari pola difraksi yang lain, pola-pola ini dikatakan mulai dapat
dipisahkan. Batas kondisi resolusi ini dikenal sebagai Kriteria Rayleigh
Tugas
Rangkumlah materi difraksi didukung dengan sumber referensi lainnya
Tes Formatif
1. Berkas sinar sejajar dengan panjang gelombang 6563 Amstrong datang tegak lurus pada
satu celah yang lebarnya 0,3850. Sebuah lensa dengan panjang fokus 50 cm diletakkan di
sebelah celah, sehingga terbentuk pola difraksi pada layar. Tentukan jarak dari pusat
maksimum utama ke minimum pertama.
2. Gambarkan difraksi gelombang datar yang menjalar melalui suatu celah, dengan jarak
layar ke celah jauh lebih besar dari lebar celah (r>>>d) dan jelaskan peristiwa difraksi
tersebut!
3. Pada sebuah kisi, untuk setiap daerah selebar 1 cm terdapat N = 5.000 celah, maka
tentukanlah jarak antar celah!
4. Sebuah truk yang mempunyai jarak antara kedua lampu depannya sekitar 2 m diamati
dengan mata dengan garis tengah pupil 5 mm. Bila gelombang cahaya lampu truk
tersebut 500 nm, perkirakan jarak truk tersebut dari pengamat sehingga kedua lampu
tersebut masih tampak terpisah!