Anda di halaman 1dari 20

Bab 2

Kinematika Gelombang
Penyusun: Andhy Setiawan

Pendahuluan
Melalui Bab 2 ini Anda akan mempelajari mengenai Kinematika Gelombang, yaitu
membahas gelombang tanpa menyinggung sifat fisis besaran fisika yang dirambatkan serta
medium perambatnya. Berkaitan dengan kinematika gelombang ini, pembahasan meliputi
persamaan differensial gelombang, superposisi gelombang (termasuk polarisasi), hubungan
dispersi, efek Doppler dan hukum Snellius (refleksi dan refraksi). Aspek kinematis lain yaitu
interferensi dan difraksi (yang juga berlaku untuk semua gelombang) dibahas pada bab
tersendiri melalui tinjauan optika fisis.
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan memiliki kemampuan untuk:
1. Menurunkan persamaan umum gelombang dalam bentuk differensial.
2. Merumuskan fungsi gelombang sebagai fungsi ruang dan waktu berdasarkan teori
gangguan.
3. Menentukan arah rambat, kecepatan fase, perioda dan frekuensi spatial, serta perioda dan
frekuensi temporal dari suatu fungsi gelombang.
4. Memformulasikan hubungan antara kecepatan fase dengan frekuensi/perioda temporal
dan spatial.
5. Menjelaskan prinsip superpoisisi berdasarkan persamaan umum differensial gelombang.
6. Menjelaskan mengenai peristiwa layangan.
7. Menjelaskan syarat terjadinya polarisasi linear, elips dan lingkaran, serta menentukan
jenis polarisasi dan arah putarnya dari superposisi dua gelombang yang arah getarnya
saling tegak lurus.
8. Menjelaskan perbedaan antara gelombang dispersif dan nondispersif berdasarkan
hubungan dispersi.
9. Menjelaskan mengenai peristiwa efek Doppler dan menurunkan serta menggunakan
persamaannya.
10. Menerapkan syarat kontinuitas fase gelombang pada batas medium untuk membuktikan
hukum Snellius bahwa sinar gelombang datang, pantul, transmisi/bias, dan vektor normal

2.1
2.2
B A B 2 Kinematika Gelombang

bidang batas terletak pada satu bidang datar yang sama, sudut datang sama dengan sudut
pantul, dan n1 sin d = n2 sin t
Kemampuan yang Anda peroleh setelah mempelajari bab ini diharapkan dapat
memperkaya wawasan dan memperdalam pemahaman mengenai konsep-konsep gelombang
secara umum yang sebelumnya mungkin pernah diperoleh pada pembahasan fisika di level
yang lebih bawah. Sebagian besar dalam pembahasan babi ini bukanlah merupakan kosep
gelombang yang baru, tetapi disajikan dalam pendekatan yang berbeda dari pembahasan
gelombang di mata kuliah fisika tingkat dasar ataupun di mata pelajaran fisika sekolah
menengah. Kemampuan yang diperoleh diharapkan dapat menjadi penguatan terhadap
pemahaman konsep-konsep gelombang yang pernah diperoleh sebelumnya.
Sesuai dengan kemampuan yang diharapkan tercapai, uraian dalam bab ini tidak dapat
terlepas dari analisis secara matematis. Dalam mempelajari bab ini, sebaiknya Anda terlebih
dahulu telah mempersiapkan pengetahuan matematika tentang differensial (termasuk
differensial parsial) dan operator nabla, fungsi periodik (baik sinusoidal maupun
eksponensial), operasi vektor, hubungan-hubungan trigonometri, dan bentuk umum
persamaan linear, lingkaran dan elips.
Untuk membantu Anda dalam menguasai hal-hal yang disebutkan di atas, dalam bab ini
disajikan uraian materi beserta tes formatif yang terbagi dalam dua kegiatan belajar sebagai
berikut:
Kegiatan Belajar 1: Persamaan Gelombang dan Superposisi
a. Fungsi Gelombang dan Persamaan Differensial Gelombang
b. Superposisi (Layangan dan superposisi gelombang dengan arah getar saling tegak
lurus)
Kegiatan Belajar 2: Hubungan Dispersi, Efek Doppler, dan Hukum Snellius
a. Hubungan Dispersi
b. Efek Doppler
c. Hukum Snellius
Pembagian tersebut tidak berdasarkan keterkaitan antara sub satu dengan lainnya.
Terutama pada Kegiatan Belajar 2, sama sekali tidak ada keterkaitan dalam pembahasan
masing-masing sub.
Agar Anda lebih berhasil dalam mempelajari materi tersebut, ikuti petunjuk sebagai
berikut:
2.3
B A B 2 Kinematika Gelombang

1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan ini sampai Anda megetahui betul
kemampuan apa yang hasrus dicapai setelah mempelajari bab ini.
2. Baca sepintas secara keseluruan dan carilah konsep-konsep yang bersifat prinsip. Pahami
terlebih dahulu setiap kasus atau sistem yang ditinjau dalam pembahasan. Pelajari
pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri atau bertukar pikiran dengan
teman.
3. Ulangi dan lakukan sendiri setiap langkah dalam penurunan persamaan dan analisis yang
bersifat matematis. Pahami terlebih dahulu apa yang akan ditentukan melalui pembahasan
secara matematis tersebut.
4. Terapkan prinsip-prinsip yang telah Anda peroleh dalam situasi yang mungkin Anda
temukan dalam kejadian sehari-hari.
5. Mantapkan pemahaman dan kemampuan Anda melalui diskusi dalam kelompok atau
dengan teman.
2.4
B A B 2 Kinematika Gelombang

Kegiatan Belajar 1
Persamaan Gelombang dan Superposisi

Seperti disebutkan pada bagian pendahuluan bab ini, bahwa pembahasan dilakukan
tanpa menyinggung sifat fisis besaran fisika yang dirambatkan serta medium perambatnya.
Persamaan gelombang dan superposisi termasuk pada aspek umum yang berlaku untuk
berbagai jenis gelombang baik gelombang mekanik maupun gelombang elektromagnetik.
Tanpa meninjau besaran yang merambat ataupun medium perambatannya termasuk tanpa
harus meninjau jenis-jenis gelombang, pada kegiatan belajar ini akan dibahas mengenai
persamaan gelombang dan superposisi gelombang yang pada prinsipnya berlaku untuk semua
gelombang.
Gelombang dapat dipandang sebagai gangguan (berupa osilasi) yang merambat ke
ruang sekitarnya. Oleh karena itu dalam pembahasan kinematika gelombang, terutama pada
bagian fungsi gelombang dan persamaan differensial gelombang, diperlukan pemahaman
tentang osilasi khususnya mengenai fungsi osilasi harmonik.

A. Fungsi Gelombang dan Persamaan Differensial Gelombang


Berdasarkan pengertian bahwa gelombang merupakan gangguan yang merambat
dengan gangguan berupa sistem yang beroasilasi maka fungsi gelombang dapat diturunkan
berdasarkan fungsi osilasi yang telah dibahas pada Bab 1. Tinjau osilasi di suatu titik
misalnya titik O (di pusat koordinat) yang merambat sepanjang garis lurus l (yang melalui
pusat osilasi O) dengan kecepatan konstan sebesar v (dinamakan kecepatan fase atau cepat
rambat). Misalnya osilasi merambat sedemikian rupa sehingga berpindah ke titik P yang
berjarak r dari O. Waktu yang diperlukan oleh osilasi tersebut untuk berpindah dari titik O ke
titik P adalah r/v.
Jika gelombang merambat tanpa ada redaman atau gangguan berupa osilasi harmonik
sederhana maka fungsi osilasi di titik O dapat diungkapkan oleh persamaan (1.1). Untuk
pembahasan lebih umum dan lebih mudah, dapat digunakan salah satu fungsi osilasi
persamaan (1.1) dalam bentuk kompleks dengan memilih nilai konstanta  = 0, sehingga
fungsi osilasi di titik O dapat ditulis sebagai
 t    m e  it . (2.1)
2.5
B A B 2 Kinematika Gelombang

Pada saat di titik O sudah bergetar selama t sekon maka di titik P baru berosilasi
selama tP = t  (r/v). Dengan kata lain, pada saat fungsi osilasi di titik O adalah t) atau
t), maka fungsi osilasi di titik P adalah
 r
i  t  
 r , t    m e  it P
  r , t    m e  v
  r , t    m e i krt  , (2.2)

dengan k = /v = 2/ disebut sebagai bilangan gelombang (wave number).


Pada persamaan (2.2) nampak bahwa fungsi  selain bergantung pada variable waktu
t juga bergantung pada variable ruang (posisi) r. Fungsi pada persamaan (2.2) tersebut
merupakan salah satu ungkapan dari fungsi gelombang skalar.
Fungsi gelombang dapat dinyatakan sebagai fungsi gelombang skalar maupun sebagai
fungsi gelombang vektor. Fungsi gelombang vektor dapat dinyatakan sebagai

 r , t    m e i k r t  ,
  
(2.3)

dengan k dinamakan sebagai vektor gelombang (wave vector) yang arahnya sejajar dengan

arah rambat gelombang. Vektor gelombang ini dapat dituliskan sebagai k  k nˆ dengan n̂
merupakan vektor satuan dalam arah perambatan gelombang.
Persamaan (2.3) juga merupakan ungkapan fungsi osilasi di titi P yang terletak sejauh
r dari titik sumber osilasi O. Titik-titik yang dilalui gelombang dimana titik-titik tersebut
terletak pada suatu bidang datar yang tegak lurus dengan arah perambatan n̂ fungsi
gelombangnya memiliki fase (keadaan) yang sama. Semua titik yang ada di bidang tempat
titik P yang sefase jika diproyeksikan pada garis l memiliki jarak yang sama terhadap O dan
terletak pada suatu bidang datar yang tegak lurus terhadap n̂ . Berdasarkan sifat ini maka
gelombang yang diungkapkan oleh persamaan (2.3) dinamakan sebagai gelombang datar.
Bentuk persamaan (2.3) ini merupakan penulisan gelombang datar yang merambat ke

arah k dengan kecepatan/kelajuan fase sebesar v = /k. Untuk gelombang yang bergerak

dengan arah yang sebaliknya (ke arah  k ) dengan kelajuan yang sama maka ditulis sebagai

 r , t    m e i k r t    r , t    m e i k r t 


  
  
(2.4)
Arah perambatan gelombang dapat dibahas juga berdasarkan sudut fase. Persamaan
(2.2) dapat dituliskan dalam bentuk  r , t    m e ik r vt  , sehingga secara umum dapat

dituliskan sebagai  r , t   f r  vt  . Untuk menyederhanakan persoalan, misalkan


gelombang merambat pada sumbu x maka fungsi gelombangnya dapat dituliskan sebagai
 x, t   f x  vt  atau  x, t   f   dengan   x  vt dinamakan sebagai sudut fase.
2.6
B A B 2 Kinematika Gelombang

Misalkan ditinjau suatu bentuk pulsa gelombang di titik Q pada posisi x dan waktu t
merambat sampai pada titik Q’ pada posisi x’ = x + x pada waktu t’ = t + t. Sudut fase di
titik Q adalah   x  vt dan sudut fase di titik Q’ adalah  '  x'vt '  x'vt  t  . Karena
sudut fasenya sama maka berlaku  '   sehingga
x'vt  t   x  vt  x' x  vt  x  vt
yang menunjukkan bahwa x bernilai positif, artinya x’ > x. Jadi arah rambat gelombang
dengan sudut fase   x  vt adalah ke kanan. Sebaliknya untuk gelombang dengan sudut
fase   x  vt seperti pada bentuk skalar dari persamaan (2.4) arah rambatnya ke kiri. Hal
ini dapat dibuktikan dengan cara dan langkah yang sama tetapi dengan menggunakan
  x  vt .
Selanjutnya akan dibahas mengenai persamaan differensial gelombang. Persamaan
differensial gelombang dapat diturunkan berdasarkan sudut fase maupun berdasarkan fungsi
gelombang. Berikut ini pembahasan penurunan persamaan differensial gelombang
berdasarkan sudut fase. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keadaan setiap titik yang sama
pada kurva dinyatakan oleh sudut fase yang memenuhi    ' atau konstan. Dengan
demikian maka berlaku
d dx
 0  dx  v.dt  0  v . (2.5)
dt dt
Persamaan (2.5) ini menjelaskan mengapa v dikatakan sebagai kecepatan fase, yaitu karena
diturunkan dari sudut fase.
Perubahan fungsi gelombang terhadap x dan terhadap t dapat dinyatakan berturut-
turut sebagai
   
 
x  x   
   v  . (2.6a)
    t x
   v  .
t  t 
Kedua persamaan di atas dapat digunakan untuk menyederhanakan derivatif kedua dari fungsi
gelombang tersbut terhadap x dan terhadap t. Derivatif kedua terhadap x dapat diperoleh
sebagai berikut
 2                  2  2  2
             , (2.6b)
x 2
x  x  x      x      
2
x 2  2
dan derivatif kedua terhadap t dapat diperoleh sebagai berikut
2.7
B A B 2 Kinematika Gelombang

 2                 2  
2
      v    v      v    v   v
t 2
t  t  t      t       2

 2 2  
2
  v , (2.6c)
t 2  2
Berdasarkan kedua persamaan (2.6b) dan (2.6c) maka diperoleh persamaan differensial
gelombang
 2 1  2  2 2  
2
  0 atau  v 0 (2.7)
x 2 v 2 t 2 t 2 x 2
yang disebut juga sebagai persamaan gelombang dalam bentuk differensial.
Persamaan (2.7) diturunkan untuk kasus khusus gelombang satu dimensi yakni (x,t),
yang merambat pada sumbu x. Secara umum bentuk persamaan ini berlaku juga untuk
gelombang tiga dimensi (r,t) dengan mengganti operator differensial terhadap x menjadi
operator differensial ruang (tiga dimensi) atau nabla, sehingga diperoleh bentuk
1  2
 2  0 (2.8)
v 2 t 2
Bentuk umum persamaan differensial gelombang dapat juga diperoleh berdasarkan
fungsi gelombang. Misalkan digunakan fungsi gelombang seperti pada persamaan (2.3).
Apabila pada fungsi gelombang ini dikenai operator derivatif /t dan
 ˆ  ˆ 
  iˆ  j k (dalam koordinat Cartesian) maka diperoleh
x y z

 r , t 
 i m e i k r t   i r , t 
 

(2.9a)
t
 i k x  k y  k z t 
   
  m i iˆk X  ˆjk y  kˆk z e i k r t   ik r , t 
 
 r , t    m e X y z (2.9b)

yang menunjukkan bahwa operator /t dapat digantikan oleh i dan operator  dapat

digantikan oleh ik . Dengan demikian maka dapat diperoleh

 2 r , t   
  i   r , t    2 r , t 
2
(2.10a)
t 2

    
 2 r , t   ik  ik  r , t   k 2 r , t  . (2.10b)
Berdasarkan persamaan (2.10a) dan (2.10b), dan dengan memasukkan hubungan /k = v
maka diperoleh bentuk umum persamaan differensial gelombang yang sama dengan
ungkapan persamaan (2.8).
Pada sistem koordinat Cartesian, persamaan (2.8) ini dapat dituliskan secara lengkap
sebagai
2.8
B A B 2 Kinematika Gelombang


 2 2 2   1  2 r , t 
 2  2  2  r , t   2 0 (2.11)
 x y z  v t 2

dengan r  iˆ x  ˆj y  kˆ z . Persamaan (11) ini mengungkapkan fungsi gelombang datar yang
merupakan suatu jenis gelombang khusus dengan permukaan tempat kedudukan titik-titik
yang sefase (muka gelombang, front wave) berbentuk bidang-bidang datar yang sejajar, dan
memiliki frekuensi dan laju tertentu. Jika terpolarisasi linear, gelombang datar ini dapat
dipandang sebagai gelombang satu dimensi.
Untuk kasus gelombang bola (sferis) dimana fungsi gelombang hanya bergantung
pada waktu t dan r saja, persamaan differensial gelombangnya saman dengan persamaan (2.8)
tetapi dengan operator 2 dinyatakan dalam koordinat r. melalui transformasi operator
derivatif Cartesian ke operator /r maka diperoleh
 2 2  1  2
   0. (2.12)
r 2 r r v 2 t
Di sekitar suatu titik yang jauh dari sumber (r yang besar) maka suku kedua persamaan (2.12)
akan lenyap sehingga persamaan gelombangnya serupa dengan persamaan gelombang datar.
Dengan kata lain untuk tempat yang jauh dari sumber, gelombang bola dapat dipandang
sebagai gelombang datar. Untuk kasus seperti ini, muka gelombang yang berbentuk lengkung
yang merupakan bagian dari permukaan bola dapat dianggap sebagai bidang datar.
Solusi dari persamaan differensial gelombang adalah fungsi gelombang. Atau
sebaliknya, jika suatu fungsi merupakan fungsi gelombang maka fungsi tersebut akan
memenuhi persamaan differensial gelombang. Solusi dari persamaan differensial gelombang
antara lain adalah fungsi yang tertera pada persamaan (2.23 sd 2.24). Solusi lain dari
persamaan (2.8) adalah  x, t    m coskx  t  atau  x, t    m sin kx  t  bergantung

pada syarat batas dan syarat awal. Fungsi  r atau x, t  merupakan fungsi ruang dan waktu
sehingga dapat ditinjau dari sisi spatial yang diwakili oleh r atau x dan sisi temporal yang
diwakili oleh t.
Sisi spatial dapat dilihat dengan meninjau fungsi  x, t  pada t tertentu, misalnya t = 0,
sehingga diperoleh fungsi yang hanya bergantung pada r atau x saja. Pada sisi spatial ini
bilangan gelombang k disebut sebagai frekuensi spatial dan panjang gelombang  = 2/k
disebut sebagai perioda spatial. Bentuk spatial ini mengungkapkan pola perambatan
gelombang.
2.9
B A B 2 Kinematika Gelombang

Adapun sisi temporal dapat dilihat dengan meninjau fungsi  x, t  pada x tertentu,
misalnya pada x = 0, sehingga diperoleh fungsi yang hanya bergantung pada t. Pada sisi
temporal ini frekuensi sudut  disebut sebagai frekuensi temporal dan besaran T = 2/
disebut sebagai perioda temporal. Bentuk temporal ini mengungkapkan pola eksitasi
(penyebab) gelombang atau pola osilasi sebagai gangguan.
Perbandingan antara frekuensi temporal dan frekunsi spatial sama dengan perbandingan
antara perioda spatial dan perioda temporal. Hubungan tersebut merupakan ungkapan laju
atau cepat rambat gelombang yang dapat ditulis sebagai
 
v  . (2.13)
k T

B. Superposisi Gelombang
Tinjau dua buah gelombang yang masing-masing dinyatakan melalui fungsi
gelombang 1 dan 2. Karena keduanya merupakan fungsi gelombang, maka kedua fungsi
tersebut akan memenuhi persamaan differensial gelombang yang diungkapkan oleh
persamaan (2.8), sehingga dapat ditulis
 2 1 1  2 1
 2 0
x 2 v t 2
 2 2 1  2 2
 2 0
x 2 v t 2
Dengan asumsi kedua gelombang merambat dengan laju (cepat rambat) yang sama maka
kedua persamaan di atas dapat dijumlahkan dan menghasilkan
2 1 2

      1   2   0 . (2.14)
t 2 v 2 x 2
1 2

Persamaan (2.14) menunjukkan bahwa  1  2  merupakan fungsi gelombang juga.


Jadi penjumlahan dua gelombang menghasilkan gelombang juga. Dengan kata lain dua buah
gelombang dapat mengalami perpaduan (penjumlahan) menghasilkan gelombang yang baru.
Hal ini merupakan prinsip superposisi.

B.1 Layangan
Pada bagian ini dibahas mengenai superposisi dua buah gelombang yang mana kedua
gelombang tersebut merambat pada arah yang sama dan memiliki perbedaan frekuensi yang
kecil. Misalkan kedua gelombang tersebut masing-masing memiliki frekuensi spatial k1 dan
2.10
B A B 2 Kinematika Gelombang

k2, serta memiliki frekuensi temporal masing-masing 1 dan 2. Secara sederhana keduanya
dapat dinyatakan sebagai
 1 ( x, t )  A.Cosk1 x  1t 
 2 ( x, t )  A.Cosk 2 x   2 t  .
Superposisi kedua gelombang tersebut dapat dinyatakan sebagai
 x, t   Acosk1 x  1t   cosk 2 x   2 t 
  k  k x  1   2 t   k1  k 2 x  1   2 t 
 x, t   2 Acos 1 2 . cos 
  2   2 
 kx   t   (2k  k ) x  (21   )t 
 x, t   2 A cos . cos 1 
 2   2 
Sisi spatial persamaan ini untuk nilai  dan k yang sangat kecil dapat dituliskan
sebagai
 kx 
 ( x)  2 A cos  cosk1 .x  . (2.15)
 2 
Persamaan (2.15) ini merupakan hasil superposisi dua buah gelombang dengan perbedaan
frekuensi yang kecil. Superposisi dua gelombang dengan perbedaan frekuensi yang kecil
tersebut dinamakan sebagai peristiwa layangan. Ilustrasi pola masing-masing gelombang
beserta hasil superposisinya dapat dilihat pada gambar 2.1.

1(x)

2(x)

(x)

layangan (b)

x

(a)
Gambar 2.1 (a) Hasil superposisi dua gelombang dengan perbedaan
frekuensi yang kecil. (b) pola yang tampak pada oscilloscop untuk
peristiwa layangan
2.11
B A B 2 Kinematika Gelombang

Gambar 2.1b merupakan gambar yang terbentuk pada oscilloscop dengan input
berupa dua gelombang bunyi dengan perbedaan frekuensi yang kecil. Pola ini serupa dengan
pola hasil superposisi dua gelombang dengan perbedaan frekuensi kecil yang diperoleh dari
fungsi gelombang pada persamaan (2.15) yang nampak pada gambar 2.1a. Pada gambar
tersebut nampak bahwa hasil superposisi kedua gelombang berupa gelombang paket yang
terselubung (envelope). Kecepatan gelombang paket ini disebut sebagai kecepatan group.
Kecepatan fase dan kecepatan group masing-masing dinyatakan oleh
1
kecepatan fase: v 
k1
(2.16)
 d d (kv) dv
kecepatan group: vg    vk .
k dk dk dk

Kecepatan group tersebut merupakan kecepatan dalam perambatan energi dan momentum
gelombang. Untuk medium dimana cepat rambat gelombang yang melaluinya tidak
bergantung pada fungsi gelombang atau dv/dk = 0, maka kecepatan fase akan sama dengan
kecepatan group, sesuai dengan yang diungkapkan pada persamaan (2.16). Medium seperti
ini dikenal sebagai medium yang non-dispersif.

B.2 Superposisi Gelombang dengan Arah Getar Saling Tegak Lurus


Pada bagian ini dibahas mengenai superposisi dua gelombang yang arah getarnya
saling tegak lurus. Tinjau dua gelombang dengan arah rambat dan frekuensi yang sama tetapi
dengan arah getar yang saling tegak lurus. Misalkan arah getarnya masing-masing sejajar
sumbu y dan sumbu z. Secara sederhana keduanya dapat dinyatakan dalam sisi temporal
sebagai berikut
 y (t )
 y (t )  A1 sin t  1    sin t cos1  cost sin 1 (2.17a)
A1

 z (t )
 z (t )  A2 sin t   2    sin t cos 2  cost sin  2 (2.17b)
A2
Untuk mengeliminasi suku pertama dari kedua persamaan di atas, persamaan (2.17a)
dikalikan dengan cos2 dan persamaan (2.17b) dikalikan dengan cos1 kemudian hasilnya
diselisihakan. Sedangkan untuk mengeliminasi suku kedua, persamaan (2.17a) dikalikan
dengan sin2 dan persamaan (2.17b) dikalikan dengan sin1 kemudian hasilnya diselisihakan.
Dengan cara seperti ini diperoleh berturut-turut
2.12
B A B 2 Kinematika Gelombang

y z
cos 2  cos1  cos(t )cos( 2 ) sin(1 )  cos(1 ) sin( 2 ) (2.18a)
A1 A2
y z
sin  2  sin 1   sin(t )cos( 2 ) sin(1 )  cos(1 ) sin( 2 ) (2.18b)
A1 A2
Kedua persamaan dikuadratkan kemudian dijumlahkan, dan dengan bantuan hubungan-
hubungan trigonometri, maka diperoleh

 y 2 y z
2 2
  z 
      cos( )  sin 2 ( ) (2.19)
 A1   2 A A A
1 2

dengan   1   2 disebut sebagai beda sudut fase. Persamaan (2.19) ini merupakan
persamaan umum elips, sehingga secara umum superposisi kedua gelombang tersebut
dikatakan terpolarisasi elips.
Berikut ini akan ditinjau dua kasus. Pertama untuk kasus  = 0, 2, 4, , 2n maka
perssamaan (2.19) menjadi

 y   
2 2 2
  z    A
      2 y z  0   y  z   0   y  1  z (2.20)
 A1   A2  A1 A2  A1 A2  A2

sehingga terbentuk polarisasi linear dengan kemiringan A1/A2. Kedua untuk kasus  = /2,
3/2, 5/2, . . .,(2n+1)/2, maka persamaan (2.19) menjadi

 y
2 2
  z 
      1 (2.21)
 A1   A2 
yang merupakan persamaan elips. Hasil superposisinya berupa gelombang terpolarisasi elips
dengan arah putar berlawanan arah jarum jam atau ke kiri (dari sumbu y positif ke sumbu z
positif). Jika amplitudo kedua gelombang tersebut sama, A1 = A2, maka superposisinya
terpolarisasi lingkaran dengan arah putar berlawanan arah jarum jam atau ke kiri (dari sumbu
y positif ke sumbu z positif).

Daftar Pustaka
Taufik Ramlan R., 2001, Diktat Gelombang Optik, Bandung : penerbit UPI
William C. Elmore and Mark A Heald, 1985, Physics of Waves, Dover Publication Inc. New
York
Zahara Muslim, 1994, Gelombang dan Optik, Depdikbud-Dikti.
2.13
B A B 2 Kinematika Gelombang

Tes Formatif Bab 2 Kegiatan Belajar 1


Jawablah soal-soal berikut ini.

1. Turunkan persamaan differensial gelombang (a) berdasarkan sudut fase dan (b)
berdasarkan fungsi gelombang.
2. Turunkan fungsi gelombang sebagai fungsi ruang dan waktu berdasarkan pandangan
bahwa gelombang merupakan gangguan berupa osilasi yang merambat ke ruang
sekitarnya (teori gangguan).
3. Gelombang  dengan frekuensi 500 rad/s merambat dengan persamaan
 2  2
 0 .04  0 , x dalam meter dan t dalam sekon. (a) Tentukan besarnya perioda
x 2 t 2
temporal dan perioda spasial. (b) Jika pada x = 0 dan t = 0 simpangannya maksimum,
tentukan fungsi gelombang tersebut.
4. Jelaskan hubungan antara kecepatan fase dengan frekuensi/perioda temporal dan spatial.
5. Jelaskan mengenai prinsip superposisi berdasarkan persamaan differensial gelombang.
6. Jelaskan peristiwa layangan.
7. Dua buah gelombang dengan arah getar saling tegak lurus memiliki fungsi gelombang
masing-masing  y ( x, t )  2 sin 5 ( x  2t ) dan  z ( x, t )  4 sin 5 ( x  2t  0,1) . Jelaskan
bagaimana polarisasi hasil superposisi kedua gelombang tersebut.
2.14
B A B 2 Kinematika Gelombang

Kegiatan Belajar 2
Hubungan Dispersi, Efek Doppler dan Hukum Snellius
Pada kegiatan belajar ini dibahas tiga bagian yang tidak saling berkaitan satu sama
lain. Ketiganya merupakan aspek kinematis gelombang yang penelaahannya berkaitan
dengan penerapan fase gelombang.
Hubungan dispersi dibahas berkenaan dengan sifat disperifitas gelombang yang
disirikan oleh hubungan antara kecepatan fase dan kecepatan group. Selain itu berkaitan pula
dengan kebergantungan cepat rambat gelombang terhadap bilangan gelombang atau terhadap
panjang gelombang. Efek Doppler yang dibahas dalam kegiatan belajar ini dibatasi pada
kasus yang non relativistik. Pembahasan hukum Snellius difokuskan pada pembuktian hukum
Snellius baik untuk pemantulan maupun pembiasan berdasarkan analisis kekontinuan fase
gelombang pada bidang batas medium. Dalam hal ini diperlukan bekal pemahaman mengenai
operasi vektor beserta sifat-sifatnya.

A. Hubungan Dispersi
Hubungan dispersi merupakan hubungan antara  dan k. persamaan yang
menghubungkan kedua besaran ini dinamakan persamaan dispersi. Berdasarkan hubungan
dispersi ini dapat diketahui sifat dispersifitas suatu gelombang.
Jika hubungan antara  dan k linear, maka cepat rambat gelombangnya konstan, tidak
bergantung pada panjang gelombang. Gelombang yang demikian termasuk pada gelombang
yang non-dispersif. Cepat rambat gelombangnya dituliskan sebagai v = /k. karena  dan k
linear, maka v konstan. Grafik hubunagan antara frekuensi sudut  sebagai fungsi bilangan
gelombang k dapat dilihat pada gambar 2.2.

 k

Gambar 2.2 Hubungan  dan k untuk gelombang non dispersif


2.15
B A B 2 Kinematika Gelombang

Gelombang non-dispersif mempunyai pola yang tetap dalam perambatannya. Jika


gelombang ini merambat tidak akan mengalami deformasi atau perubahan bentuk. Hal ini
dapat dilihat melalui ilustrasi pada gambar 2.3.

f(x,t) f(x’,t’)

Gambar 2.3 Pola gelombang non-dispersif tidak mengalami deformasi

Sebaliknya untuk gelombang yang dispersif, hubungan antara  dan k tidak linear,
maka cepat rambat gelombangnya tidak konstan, bergantung pada panjang gelombang.
Grafik hubunagan antara frekuensi sudut  sebagai fungsi bilangan gelombang k untuk
gelombang dispersif dapat dilihat pada gambar 2.4.

k
Gambar 2.4 Hubungan antara  dengan k untuk gelombang dispersif.

Berdasarkan gambar 2.4 dapat dituliskan kecepatan group pada k tertentu, yaitu
d
v g  tan( )  v g  (2.22a)
dk
Sedangkan kecepatan fasenya

v  tan( )  v (2.22b)
k
Jelas terlihat pada persamaan (2.22a dan 2.22b) bahwa untuk gelombang dispersif kecepatan
fase tidak sama dengan kecepatan group. Pola gelombang dispersif mengalami perubahan
bentuk atau deformasi selama perambatannya. Ilustrasi deformasi dalam prambatan
gelombang dispersif dapat dilihat pada gambar 2.5.
2.16
B A B 2 Kinematika Gelombang

f(x,t)
f(x’,t’)

Gambar 2.5 Pola gelombang dispersif

B. Efek Doppler
Efek Doppler merupakan efek pergeseran frekuensi antara gelombang yang
dipancarkan sumber fs dengan frekuensi gelombang yang diterima pengamat fp karena adanya
gerak relatif antara sumber dan pengamat. Jadi munculnya pergeseran frekuesi tersebut jika
terdapat gerak relative antara sumber pengamat. Dengan demikian dalam penurunan
persamaan efek Doppler ini terlebih dahulu didefisikan kecepatan rambat gelombang
berdasarkan kerangka acuan sumber dan kerangka acuan pengamat.
Ditinjau gerak sumber, pengamat dan medium tempat gelombang merambat seperti
diperlihatkan pada ambar 2.6.


vm
m
 
vs vp
s p
S n̂ P

Gambar 2.6 Gerak relatif antara sumber S dan pengamat P.

Misalkan cepat rambat gelombang menurut kerangka acuan yang diam adalah v, medium
bergerak dengan kecepatan vm, sumber dan pengamat bergerak terhadap kerangka acuan yang
diam masing-masing dengan kecepatan vs dan vp. Kecepatan rambat gelombang dan panjang
gelombang menurut kerangka acuan sumber gelombang adalah us dan s. Adapun cepat
rambat dan panjang gelombang menurut kerangka acuan pengamat adalah up dan p.
Semua kecepatan ditentukan relatif terhadap arah perambatan gelombang dari sumber
S ke pengamat P yang ditunjukkan oleh arah vektor satuan n̂ sejajar garis SP seperti tampak
pada gambar 2.6. Dengan demikian cepat rambat gelombang menurut kerangka acuan sumber
dan pengamat masing-masing dapat dituliskan sebagai
u s  v  v m cos m  v s cos s (2.23a)
2.17
B A B 2 Kinematika Gelombang

u p  v  v m cos  m  v p cos  p . (2.23b)

Karena panjang gelombang tidak bergantung pada kerangka acuan, maka berlaku
up us up
 p  s    fp  fs . (2.24)
fp fs us

Substitusi persamaan (2.23a dan 2.23b) pada persamaan (2.24) maka diperoleh bentuk umum
persamaan frekuensi yang diterima pengamat dalam pergeseran Doppler, yaitu
v  vm cos m  v p cos p
fp  fs (2.25)
v  vm cos m  vs cos s
Sebagai contoh penggunaan persamaan (2.25), ditinjau kasus khusus dimana medium
tidak bergerak, sumber dan pengamat bergerak saling menjauhi, maka vm = 0,  s   , dan

 p  0 . Dengan memasukkan nilai-nilai ini pada persamaan (2.25) maka diperoleh

v  vp
fp  fs ,
v  vs
sehingga untuk kasus ini frekuensi gelombang yang diterima pengamat lebih kecil dari
frekuensi yang dipancarkan oleh sumber.
Bagaimana jika sumber dan pengamat bergerak saling mendekati, dan medium tidak
bergerak? Coba Anda kerjakan dengan mengikuti langkah yang sama seperti tadi. Buktikan
bahwa frekuensi gelombang yang diterima pengamat akan lebih besar dari frekuensi yang
dipancarkan sumber.

C. Hukum Snellius
Ditinjau suatu gelombang yang menalami transisi di perbatasan dua medium yang
berbeda. Terjadinya diskontinuitas dalam kelajuan perambatan fase gelombang yang
mengakibatkan diskonuitas beberapa parameter gelombang lainnya seperti panjang

gelombang dan arah sinar gelombang yang diindikasikan oleh vektor gelombang k .

Gelombang datang dari medium I merambat dengan vektor gelombang k d dan
kelajuan v1. Pada saat gelombang datang sampai pada permukaan bidang batas dua medium,
gelombang tersebut akan dipantulkan kembali ke medium I dengan arah vektor gelombang
 
k p dan sebagian lainnya diteruskan ke medium II dengan vektor gelombang k t dan laju

perambatan v2. Vektor satuan n̂ tegak lurus terhadap permukaan bidang batas berarah ke
2.18
B A B 2 Kinematika Gelombang

 
medium I. vektor satuan n̂ ini membentuk sudut  d terhadap  k d ,  p terhadap k p , dan  t

terhadap  k t seperti terlihat pada gambar 2.7.

kd n̂ kp
d p medium 1

t medium 2
kt

Gambar 2.7 Pemantulan dan pembiasan gelombang datar pada bidang batas


Jika vektor r merupakan vektor posisi suatu titik yang dilewati gelombang datar
berfrekuensi  maka untuk gelombang datang dari medium I menuju bidang batas fungsi
gelombangnya dapat dituliskan sebagai

 d r , t   Ad ei k .

 
d r t
(2.26a)
Fungsi gelombang yang dipantulkan dan yang diteruskan apat dituliskan sebagai
 
 

 p r , t   Ap e
i k p r t
(2.26b)

 t r , t   At e i k r t 
 

dan t
(2.26c)
Apabila pusat koordinat terletak pada permukaan bidang batas, maka untuk

sembarang vektor posisi r , titik dengan vektor posisi yang tegak lurus terhadap vektor satuan
n̂ pasti merupakan titik yang ada di permukaan bidang batas tersebut. Titik dengan vektor
posisi yang tegak lurus tersebut dapat dituliskan sebagai
   
r  nˆ  r  nˆ  = r  r . (2.27)

Syarat kontinuitas fase ketiga gelombang di suatu titik pada bidang batas
menyebabkan
     
k d  r -t  k p  r -t  kt  r -t . (2.28)

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.27) pada persamaan (2.28), dan dengan


  

  

menggunakan sifat perkalian vektor A  B  C  C  A  B serta dengan memisalkan  
    
A  k d , B  nˆ , dan C  r  nˆ  maka diperoleh
2.19
B A B 2 Kinematika Gelombang

r  nˆ   k d  nˆ   r  nˆ   k p  nˆ   r  nˆ   kt  nˆ 


  

  
k d  nˆ  k p  nˆ  kt  nˆ . (2.29)
 
Jika persamaan (2.29) ini dikalikan secara dot dengan k p atau k t maka dapat

diperoleh
   
k p  k d  nˆ  0; kt  k d  nˆ  0 (2.30)
  
yang menunjukkan bahwa k d , k p , k t , dan n̂ terletak pada satu bidang datar yang sama yaitu

bidang datang. Ini merupakan perumusan hukum Snellius pertama tentang pemantulan dan
pembiasan.
Hukum Snellius kedua dapat diperoleh dengan cara mengambil magtido dari
persamaan (2.29). Secara matematis dapat dituliskan sebagai
  
k d sin  d  k p sin  p  k t sin  t  sin  d  sin  p  sin  t (2.30b)
v1 v1 v2

v1
sehingga diperoleh  d   p dan v 2 sin  d  v1 sin  t atau sin  d  sin  t . (2.30c)
v2
Dengan memperhitunkan bahwa nilai indeks bias suatu medium berbanding terbalik dengan
cepat rambat gelombang pada medium tersebut n  1/v maka hukum Snellius kedua untuk
pembiasan pada persamaan (2.30c) dapat dituliskan sebagai
sin  d n2
n1 sin  d  n2 sin  t atau  (2.30d)
sin  t n1

Daftar Pustaka
Taufik Ramlan R., 2001, Diktat Gelombang Optik, Bandung : penerbit UPI
William C. Elmore and Mark A Heald, 1985, Physics of Waves, Dover Publication Inc. New
York
Zahara Muslim, 1994, Gelombang dan Optik, Depdikbud-Dikti.
2.20
B A B 2 Kinematika Gelombang

Tes Formatif Bab 2Kegiatan Belajar 2


Jawablah soal-soal berikut ini.

1. Jelaskan perbedaan antara gelombang dispersif dan non-dispersif berdasarkan hubungan


dispersi.
2. Jelaskan mengenai peristiwa efek Doppler dan turunkan persamaan umum pergeseran
frekuensinya.
3. Sebuah mobil patroli bergerak dari utara ke selatan dengan kecepatan 72 km/jam sambil
membunyikan sirine dengan frekuensi 500 Hz. Pada saat itu angin bertiup dengan
kecepatan 10 m/s ke arah utara. Tentukan frekuensi sirine yang terdengar oleh pengamat
yang mengejar mobil patroli tersebut, jika pengamat bergerak dengan kecepatan (a) 36
km/jam, (b) 72 km/jam. (anggap cepat rambat bunyi di udara 340 m/s)
4. Buktikan hukum Snellius berdasarkan syarat kontinuitas fase gelombang pada bidang
batas medium.

Anda mungkin juga menyukai