Oleh :
DR. H. MOMO ROSBIONO, M.Pd., M.Si.
KATA PENGANTAR
TUJUAN DAN TINJAUAN BUKU
i
4.3 Preparasi Senyawa Koordinasi Cis-Trans dan Aktif Optik
4.4 Rangkuman
4.5 Soal-soal
GLOSARIUM
INDEKS
PETUNJUK DAN KUNCI JAWABAN SOAL
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Akhirnya penulis menaruh harapan, semoga buku ini ada manfaatnya bagi para
pembaca yang sedang mendalami ilmu kimia dan mengisi pembendaharaan
sumber belajar yang dapat menunjang pencapaian kualitas pendidikan.
Momo Rosbiono
momo rosbiono 3
TUJUAN DAN TINJAUAN BUKU
Konten yang disajikan dalam buku ini melingkupi kimia koordinasi secara
komprehensif mulai dari konsep dasar, aplikatif, mutakhir, praktis yang digali dari
berbagai literatur standar dan web site yang dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi
untuk memudahkan pemahaman para pembaca. Untuk membantu dan menggali
pemahaman para pembaca, buku ini dilengkapi dengan rangkuman, soal-soal
uraian dan pilihan ganda, petunjuk pengerjaan soal, kunci jawaban, dan
glosarium. Untuk memudahkan para pembaca dalam melacak konsep yang
diinginkan, buku ini dilengkapi dengan daftar indeks, sedangkan untuk
memfasilitasi para pembaca yang ingin memperluas wawasannya dilengkapi
dengan daftar literatur relevan.
momo rosbiono 4
BAB 3
momo rosbiono 5
Gambar-3.16 Spektra Serapan UV-VIS Ion Kompleks Aqua
Logam Transisi Deret Pertama
A. Aplikasi Diagram Orgel dalam Menentukan Spektra Serapan
A.1 Spektra Serapan Ion d1 vs d9 dan d4 vs d6
Ion logam bebas dalam keadaan gas dari orbital d tidak menunjukkan adanya
tansisi d-d. Namun ketika membentuk kompleks, medan elektrostatik dari
ligan akan membelah orbital d menjadi dua kelompok yaitu t 2g dan eg. Contoh
ion kompleks d1 berbentuk oktahedral dari Ti 3+ adalah [Ti(H2O)6]3+ dan
[TiCl6]3-. Pembelahan orbital dan spektra serapan [Ti(H 2O)6]3+ ditunjukkan
pada Gambar-3.17. Dalam keadaan tingkat dasar satu elektron (d 1) akan
menempati orbital berenergi terendah t 2g, dan hanya ada satu jenis transisi
yang mungkin ke tingkat eg yaitu 2Tg 2Eg. Sebagai konsekuensinya, maka
spektrum separan [Ti(H2O)6]3+ hanya menunjukkan satu puncak pada 20.300
cm-1 bertepatan dengan panjang gelombang 500 nm. Besarnya energi
pembelahan O bergantung pada sifat ligan dan pengaruh energi transisi. Ion
momo rosbiono 6
kompleks sejenis seperti [TiCl 6]3- memiliki puncak serapan pada 13.000 cm-1,
[TiF6]3- pada 18.900 cm-1, dan [Ti(CN)6]3- pada 22.300 cm-1. Ternyata
besarnya energi pembelahan orbital d dalam ion kompleks sesuai dengan
urutan kekuatan ligan dalam deret spektrokimia. Term dasar ion bebas (d 1)
adalah 2D, dan ketika berada dalam medan oktahedral digambarkan dengan
2
simbol Mulliken T2g dan 2Eg. Berdasarkan harga multiplitsitas spinnya,
puncak serapan [Ti(H2O)6]3+ mestinya harus ada dua seperti pada Gambar-
3.16 walaupun pemisahannya kecil karena ligan H 2O termasuk medan lemah.
Pemisahan kedua puncak akan kelihatan jelas jika berada dalam medan kuat
seperti pada [Ti(CN)6]3- (dalam buku ini tidak ditunjukkan spektranya).
Sekarang mari kita lihat ion kompleks dengan konfigurasi d9. Sifat ion
kompleks oktahedral dengan konfigurasi d 9 seperti [Cu(H2O)6]2+ dilukiskan
dengan cara yang sama seperti pada Ti 3+ (d1). Di dalam ion kompleks d1,
satu elektron yang dimilikinya akan mengisi orbital t 2g, sedangkan pada d9
elektron ke-9 nya akan berupa elektron tunggal seperti d 1 dan berada pada
orbtal eg. Demikian pada orbital eg tentu masih ada satu tempat kosong yang
bisa diisi elektron, tempat kosong ini dinamakan lubang (hole).
momo rosbiono 7
d1 oktahedral 2E A [Ti(OH2)6]3+
g
2E
g 2T2g
2D
2T
2g
10 000 20 000 30 000
- / cm-1
Energi Eg atau E
T2g atau T2
D
T2g atau T2
Eg atau E
Anda perlu ingat bahwa timbulnya puncak serapan ion kompleks yang muncul
dari pengukuran spektrofotometer UV-Vis, tidak lain karena elektron
mengalami transisi dari tingkat energi rendah ke tinggi. Dimana transisi
elektron tersebut harus mengikuti aturan seleksi Laporte (L = + 1) dan aturan
seleksi spin (S = 0). Sederhananya bahwa transisi elektron yang
diperbolehan itu, jika perbedaan bilangan kuantum azimut (orbitalnya)
berbeda satu tingkat, juga arah spinnya harus sama (sebelum dan sesudah
perpindahan).
momo rosbiono 8
seperi d dengan p dan lain-lain, sehingga intensitas puncak serapan menjadi
agak tinggi.
momo rosbiono 9
Energi Eg Energi T 2g
6Dq 6Dq
2D 2D
4Dq 4Dq
T 2g Eg
d1 d9
transisi T2g Eg transisi Eg T2g
(a) (b)
Gambar-3.20 Peralihan elektron dalam d6 spin tinggi
momo rosbiono 10
Dalam ion kompleks oktahedral spin-tinggi dengan konfigurasi d4 (Gambar-
3.21) peralihan elektronnya digambarkan akibat adanya peralihan hole pada
orbital eg yang cukup longgar sehingga mendesak elektron yang ada di orbital
t2g. Dalam kasus ini maka pada diagram tingkat energi d 4 oktahedral spin
tinggi energi Eg < T2g mirip dengan kasus yang terjadi pada d 9 oktahedral.
momo rosbiono 11
3
A2g
3
T1g(P)
3T 3 3
2g T1g T1g
3
P 3+
V 2
(d ) 3 3
A2g T1g (P)
Energi
3F
3T 3T
1g 2g
3
T1g(F)
cm-1
kekuatan medan ligan
nm
(a) (b)
Gambar-3.22 Diagram Orgel Spektrum Ion d 2
(a) Diagram energi d2 oktahedral
(b) Spektrum serapan UV-Vis d2, [V(H2O)6]3+
Sesuai multiplisitas spin untuk term 3F dan 3P, ada tiga transisi yang mungkin
dari keadaan dasar, yaitu 3T1g(F) 3T2g, 3T1g(F) 3T1g(P) , dan 3T1g(F)
3
A2g. Hal ini menandakan bahwa spektrum serapan ion kompleks oktahedral
dengan konfigurasi d2 harus memiliki tiga puncak. Namun pada Gambar-
3.22-(b) yang muncul hanya dua puncak serapan. Gejala ini dikarenakan
medan ligan H2O termasuk medan ligan lemah, sehingga terjadi tumpang
tindih diantara dua tingkat energi yaitu 3T1g(P) dengan 3A2g. Tumpang tindih
ini (garis saling berpotongan) mengakibatkan tidak terpecahnya dua puncak
yang harus muncul dari transisi 3T1g(F) 3T1g(P) , dan 3T1g(F) 3A2g. Namun
untuk ion kompleks V3+ dengan ligan-ligan kuat tentu akan menunjukkan tiga
puncak.
Penjelasan yang sama dapat juga diterapkan terhadap ion kompleks Ni2+
dengan konfigurasi d8 yang berada dalam medan oktahedral. Untuk kasus d 8
ada dua hole pada orbital eg, sehingga peralihan elektron akan terjadi melalui
tranfer hole dari eg ke t2g. Peristiwa ini merupakan kebalikan dari kasus d2.
Term 3P tidak terpecah dan tidak terbalik, sedangkan term 3F terpecah
momo rosbiono 12
menjadi tiga kelompok dengan susunan energi dalam keadaan terbalik
(Gambar-3.23). Term keadaan dasar untuk Ni2+ oktahedral untuk adalah 3A2g.
Adapun energi keadaan dasar sebagai ion bebas dari d2 dan d8 adalah sama
yaitu 3F. Dalam ion kompleks [Ni(H2O)6]2+, [Ni(NH3)6]2+, dan [Ni(en)3]2+ ada
tiga transisi spin diperbolehkan dan ketiga-tiganya teramati dalam spektra
serapannya.
3
T1g(P)
3P
3
T1g(F) Ni2+ (d8) 3
A2g 3
T2g(P)
3 3
3
T2g A2g T1g(F)
3F
3 3
A2g T2g
3
A2g
kekuatan medan ligan
momo rosbiono 13
tidak mungkin bahwa dua elektron dalam satu atom memiliki kesimetrian dan
energi yang sama. Adanya tolakan antar elektron tersebut menyebabkan
garis menjadi lengkung dan kuantitas kelengkungan tersebut dinyatakan
dengan parameter Racah B dan C.
Kuantum Campuran
Energi
A2 atau A2g
T1 atau T1g
4
P T1 atauT1g
T1 atau T1g
A2 atau A2g
Parameter Racah ditentukan secara empiris dari spektra ion bebas (belum
4
membentuk ion kompleks). Umumnya perbedaan energi diantara F dan 4P
adalah 15B. Demikian apabila spektrum serapan yang diamati ada tiga
puncak, maka tetapan B dapat ditentukan. Di dalam beberapa kasus, untuk
menjelaskan keadaan spektrum cukup hanya menggunakan parameter B.
Kedua parameter B dan C sangat diperlukan untuk kasus yang memiliki
multiplisitas spin berbeda. Misalnya untuk ion V2+ (d3) pemisahan spektrum
antara 4F dan 2G adalah 4B + 3C. Dalam beberapa kasus ion logam transisi
memiliki harga parameter B sekitar 700-1000 cm-1 dan parameter C sekitar 4
kali lipat dari harga B.
momo rosbiono 14
Misalnya kita ambil contoh tentang keadaan spektrum Cr 3+ (d3). Pada
keadaan dasar masing-masing orbital dxy, dxz, dan d yz akan terisi satu
elektron, sedangkan dua orbital e g kosong. Susunan elektron dalam d3
tersebut akan memiliki term 4F dan 4P. Di dalam medan oktahedral term 4F
akan terpecah menjadi 4A2g(F), 4T2g(F), dan 4T1g(F), sedangkan term 4P tidak
4
terpecah tetapi ditransformasi ke dalam term T1g(P) sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar-3.25. Kalau Anda perhatikan, transisi elektron
yang akan terjadi yaitu dari 4
A2g 4T2g, 4A2g 4T1g(F), dan 4A2g 4T1g(P).
Parameter Racah untuk ion Cr3+ telah diketahui yaitu (B = 918 cm-1 dan C =
4133 cm-1). Beberapa parameter Racah ion logam lainnya disajikan pada
Tabel-3.11 berikut.
Dua hal yang perlu diperhatikan mengenai munculnya puncak serapan yang
pemisahannya kurang baik, yaitu :
(1) Apabila terjadi pencampuran term P dan F (terbentuknya garis lengkung
pada kurva diagram Orgel), maka energi dari 4T1g(P) akan naik sebesar
x, dan energi 4T1g(F) akan turun sebesar x pula.
(2) Harga parameter Racah B menyatakan perbedaan antara term ion bebas
4
F dengan 4P (tolakan antar elekrton dari term dengan multiplisitas dan
kesimerian yang sama). Adapun harga B’ adalah tolakan elektron diantara
term 4F dan 4P dalam ion kompleks, dimana harganya selalu lebih kecil
daripada harga pada keadaan ion bebas (15 B > 15 B ’) karena elektron
logam mengalami delokalisasi ke dalam orbital molekul yang
momo rosbiono 15
bercampur
tidak 4
T1g(P)
bercampur x 15 B > 15 B '
4P
= 10 Dq
15 B 15 B '
x 4
6Dq T1g(F)
Energi
4F
2Dq
4
T2g
10Dq
4A
2g
Harga akan turun apabila delokalisasi meningkat, dan harganya selalu lebih
kecil dari satu, sedangkan harga B’ biasa berkisar antara 0,7B – 0,9 B. B’
mudah ditentukan apabila (tiga) keadaan transisi teramati.
momo rosbiono 16
Contoh-1 :
Tentukan parameter Racah (B’), energi pencampuran orbital (x), energi
pembelahan medan kristal oktahedral (O), dan parameter nephelauxetic ()
dari ion kompleks [CrF6]3- jika puncak-puncak serapan yang diamati dari hasil
eksperiman adalah 1 = 14.900 cm-1, 2 = 22.700 cm-1, dan 3 = 34.400 cm-1.
Contoh-2 :
momo rosbiono 17
Larutan ion kompleks [Co(H2O)6]2+ (d7) memberikan warna merah muda
dengan tiga puncak serapan ditunjukkan pada Gambar-3.26. Tentukan jenis
transisi pada setiap puncak serapan, tolakan antar elektron logam dan ligan
(B’), energi pencampuran orbital p dan f (x) dan harga Dq !
7
kompleks oktahedral d
[Co(H2O)6]2+
A 3
2 1
v / cm-1
25 000 20 000 15 000 10 000
1 = 8 000 cm-1
2 = 16 000 cm-1
3 = 19 400 cm-1
momo rosbiono 18
A2(g)
T1(g)
10 Dq
4
x
P
15 B 15 B'
T 2(g)
4F
2 Dq
6Dq
T1(g) x
Harga B untuk Co2+ dari Tabel-3.11 adalah 971 cm-1, maka harga parameter
nephelauxetic adalah :
= B’ /B = 760 / 971 = 0,78
momo rosbiono 19
Contoh-3 :
Kompleks tetrahedral Co2+ sebagai [CoCl4]2- memiliki warna biru dengan
intensitas = 6001 mol-1 cm-1 jauh lebih tinggi dari ion kompleks oktahedral
Co2+ yang berwarna merah muda dengan e = 61 mol -1 cm-1. Ion Co2+ memiliki
konfigurasi d7, dan dalam [CoCl4]2- memiliki susunan elektron (eg)4 (t2g)3
dengan urutan tingkat energi mirip Cr 3+ (d3) oktahedral. Tiga puncak
serapannya ditunjukkan pada Gambar-3.28.
3
2 1
Tentukan jenis transisi pada setiap puncak serapan, tolakan antar elektron
logam dan ligan (B’), energi pencampuran orbital p dan f (x) dan harga Dq dari
spektra yang ditunjukkan ion kompleks [CoCl4]2- tersebut !
momo rosbiono 20
Dengan menyelesaikan persamaan (1)
1 = 10 Dq
3.300 cm-1 = 10 Dq, maka
Dq = 330 cm-1
Dengan memasukkan harga Dq ke dalam persamaan (2)
2 = 18 Dq – x
5.800 cm-1 = 18 (330 cm-1) - x
x = 140 cm-1
momo rosbiono 21
medan ligan kuat. Ada kesamaan diantara diagram Orgel dan diagram
Tanabe-Sugano misalnya dalam menunjukkan perubahan tingkat energi
dimana keduanya menggunakan besaran Dq.
momo rosbiono 22
d4 d5
d7
d6
(g) T-S-d8
Gambar-3.29 Diagram Tanabe-Sugano untuk Setiap d2-d8
momo rosbiono 23
Aplikasi diagram Tanabe-Sugano dalam menganalisis spektra serapan UV-
Vis ion-ion kompleks logam transisi disajikan pada beberapa contoh berikut.
momo rosbiono 24
10
[V(H2O)6]3+ (d2)
5
E/B
30 000 20 000 10 000
cm-1
3 1 = 17 800 cm-1 visible
61
2 = 25 700 cm-1 visible
3 = tertutup oleh transisi campuran
2
E/B = 43 cm-1
2 25 . 700
1, 44
1 17 . 800
E/B = 30 cm-1 1
/B = 32
(3) Tentukan jumlah transisi elektron yang diperbolehkan. Dalam contoh ini
akan terjadi tiga jenis transisi yaitu :
3
T1g(F) 3
T2g (lihat tanda panah pendek) akan menghasilkan puncak
pertama dalam kurva serapan yaitu
1 = 17.800 cm-1 (harga hasil eksperimen)
3
T1g(F) 3
T1g (P) puncak kedua, 2 = 25.700 cm-1
3
T1g(F) 3
A2g 3 = ... ? tidak muncul puncak serapannya, tetapi
dapat dihitung. Adanya perpotongan garis antara
3 3
T1g(P) dengan A2g diartikan terdapat
pencampuran orbital yang akan menghalangi
munculnya serapan dari 3T1g(F) 3A2g, sehingga
puncak serapan ketiga tidak muncul atau
intensitasnya sangat kecil.
momo rosbiono 25
(4) Buat perbandingan antara harga frekuensi 2 terhadap 1 dimana hasil 2/1
= 1,44 (lihat perhitungan yang ada dalam kotak di atas. harga rasio ini
memberikan patokan bahwa dua pita serapan yang berdekatan misan 3 /
2 pun harus memiliki harga yang sama. Perlu diingat bahwa rasio ini adalah
bervariasi bergantung pada kekuatan medan ligan.
(5) Pada diagram Tanabe-Sugano frekuensi serapan () dinyatakan sebagai
E/B (E = energi, dan B = parameter Racah = besarnya tolakan diantara
term yang multiplisitasnya sama) dan diletakan pada garis vertikal kurva.
(6) Memplot rasio 2/1 (pada sumbu vertikal ) vs O/B (sumbu horozontal).
Ternyata rasio 2/1 = 1,44 bertepatan dengan harga O/B = 32. Pada O/B
= 32 dibuatkan garis tegak, kemudian lihat perpotongannya dengan garis
dari term 3T2g, 3T1g(P), dan 3A2g. Pada ttitik-titik potong tersebut butkan garis
mendatar hingga berpotongan dengan sumbu vertikal dan dapat diketahui
harganya. Pada contoh ini :
E
2 akan menunjukkan skala 43 , sehingga
B
E 2 25.700 cm 1
B 598 cm 1
43 43 43
E
1 akan menunjukkan skala 30 , sehingga
B
E 1 17.800 cm 1
B 593 cm 1
30 30 30
Demikian B rata-rata adalah 596 cm-1
(7) Menghitung harga 0 dari 0 / B = 32 , maka 0 = 19072 cm-1.
Perhitungan ini lebih tepat daripada yang dilakukan dalam kotak.
(8) Memperkirakan frekuensi serapan ke-3, 3 = 61/30 x 17.800 cm-1 = 35.600
cm-1
Dari analisis di atas disimpulkan bahwa energi pembelahan medan kristal (0)
ion [V(H2O)6]3+ adalah 19072 cm-1; tolakan diantara elektron dengan spin sama
(B) adalah 596 cm-1 dan frekuensi puncak serapan ketiga adalah 35.600 cm-1.
momo rosbiono 26