Diajukan Oleh:
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membantu saya untuk menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan dari Allah SWT mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas besar kimia
industri.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan dasar
pengenalan matakuliah kimia industry dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan penulis dan bagi para pembacanya. Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini .
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PEMBAHASAN……………………………………………………….…………1
BAB I PEMBAHASAN
1.1 Pertemuan 1
1. Teori Atom
Berbeda dengan Thomson yang menyebut atom terdiri dari muatan positif yang merata
diseluruh atom, muatan ini di-netral-kan oleh muatan negatif yang tersebar merata pula
diseluruh atom. Model ini tidak dikembangkan karena tidak sesuai dengan hasil
percobaan Rutherford.
Sebuah tabung lucutan adalah tabung yang berisi udara, didalam tabung berisi
elektrode- elektrode, yang biasanya disebut anoda dan katode. Udara dalam tabung ini
tidak dapat mengalirkan arus listrik walaupun ujung-ujung elektroda tersebut
dihubungkan dengan induktor Ruhmkorf.
Keadaan akan berubah jika udara dalam tabung dikeluarkan sehingga tekanan udara
menjadi kecil dan letak-letak molekul udara manjadi renggang.
2
Crookes berpendapat bahwa dari katoda dipancarkan sinar yang tidak tampak yang
disebut sinar katoda. Sinar Katoda adalah arus elektron dengan kecepatan tinggi yang
keluar dari katoda. Sifat sinar katoda yakni memiliki energi, memendarkan kaca,
membelok dalam medan listrik dan medan magnet, jika ditembakkan pada logam
menghasilkan sinar X, dan bergerak cepat menurut garis lurus dan keluar tegak lurus
dari Katoda. Simpangan sinar katoda dalam medan listrik dan medan magnet
menunjukkan bahwa sinar ini bermuatan negatif.
Partikel dasar penyusun atom adalah proton, netron dan elektron. Inti atom terdiri dari
proton dan netron dikelilingi elektron terletak kulit atom. Atom bersifat netral yang berarti
jumlah proton (muatan positif) sama dengan jumlah elektron (muatan negatif). Ada pun
perbedaan dari isotop, isobar, dan isoton.
Isotop Atom dari unsur yang sama tetapi 6C12 : 6 proton, 6 elektron, 6
berbeda massanya neutron
Isobar Atom dari unsur yang berbeda 14 14 24
(mempunyai nomor atom berbeda), 24
tetapi mempunyai 6 C dengan 7 N; 11 Na dengan
nomor massa yang sama. 12 Mg
Isoton Atom dari unsur yang berbeda 13 14 31
3
Kulit atom disebut sebagai elektron yang selalu bergerak mengelilingi inti atom ternyata
berada pada tingkat-tingkat energi tertentu.
1.2 Pertemuan 2
Asas Aufbau menyatakan pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang paling
rendah. Ada pun asas larangan Pauli menyatakan bahwa tidak ada dua elektron yang
mempunyai empat bilangan kuantum yang sama. Dua elektron yang menempati orbital
yang sama harus mempunyai arah rotasi yang berlawanan.
4
Diagram orbital adalah deskripsi gambaran dari elektron dalam atom. Excited
state (keadaan tereksitasi) adalah keadaan di mana ada elektron yang menempati
tingkat energi yang lebih tinggi. Ground state (tingkat dasar) adalah keadaan di
mana elektron mengisi kulit-kulit dengan tingkat energi terendah. Diagam orbital
memiliki setiap subkulit yang terdiri atas orbital-orbital yang diisi maksimum 2
elektron. Pengisian elektron dalam orbital mengikuti kaidah hund "Setiap orbital
terlebih dahulu diisi oleh eletron dengan arah spin yang sama. Lalu, elektron
berpasangan dengan arah spin berlawanan.
1.3 Pertemuan 3
1. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi suatu unsur menggambarkan kemampuan unsur tersebut
berikatan dengan unsur lain dan menunjukkan bagaimana peranan elektron dalam
suatu senyawa. Bilangan oksidasi (biloks) adalah jumlah muatan yang dimiliki
atom atau unsur jika bergabung dengan atom atau unsur lain. Bilangan oksidasi
5
Tata nama senyawa Senyawa yang tersusun atas dua unsur kimia disebut
biner tersusun unsur senyawa biner. Berikut tata nama senyawa biner yang
logam dan nonlogam tersusun atas unsur logam dan nonlogam.
- Tulislah nama logam tanpa modifikasi dan diikuti
dengan penulisan nama unsur nonlogam melalui
pencantuman akhiran “ida”.
- Jumlah unsur yang menyusun senyawa tidak
berpengaruh terhadap penamaan senyawa.
Contoh:
- NaBr tersusun atas kation Na+ (atom natrium) dan
anion Br–
(atom brom). Nama kation sama dengan nama atomnya
dan
nama anion sama dengan nama atom diberi akhiran ida
(bromida). Dengan demikian nama NaBr menjadi natrium
bromida.
- MgCl2 = magnesium klorida
- AlCl3 = aluminium klorida
- Na2S = natrium sulfida
Tata nama senyawa Senyawa biner dari nonlogam dan nonlogam disebut
biner tersusun atas dengan senyawa kovalen biner. Cara penamaan
nonlogam dan nonlogam senyawa kovalen biner adalah sama seperti senyawa ion,
yaitu diberi akhiran "ida". Jika pasangan unsur hanya
7
1.4 Pertemuan 4
Bobot molekul
Teori Atom
- Hukum kekekalan massa yaitu masa suatu senyawan sebelum reaksi sama dengan
massa sesudah reaksi atau massa tidak dapat dibuat atau dimusnahkan.
- Hukum perbandingan Tetap yaitu suatu senyawa mempunyi komposisi yang tetap
atau senyawa mempunyai perbandingan massa unsur-unsur pembuatannya tetap.
2. Semua atom dari suatu unsur adalah identik (massa & Sifat lainnya), akan tetapi
atom dari satu unsur berbeda dengan atom-atom dari unsur yang lain.
Dari hal ini Dalton menetapkan dasar hukum kelipatan perbandingan (1805), yait kalua
dua unsur membentuk lebih dari satu senyawa, massa dari satu unsur yang
terkombinasi dengan massa tertentu dari unsur kedua merupakan perbandingan yang
sederhana.
Elektron
Sedangkan partikel sinar positif bukan merukapan partikel dasar/pokok dari materi yang
disebut Proton.
1. Sebagian besar massa dan seluruh mutan positif dari suatu atom terpusat
disuatu daerah sempit dibagian tengah yang disebut inti.
2. Besarnya muatan positif berbeda untuk setiap atom, kira-kira setengah kali berat
atom unsur.
3. Ada sejumlah elektron diluar inti yang jumlahnya sama dengan muatan positif
pada inti.
Untuk menyatakan komposisi atom, harus diketahui jumlah proton(P), Netron(n) dan
A
Elektron(e) pada atom tersebut ( Z X )
10
Jika dua atau lebih dengan nomor atom (Z) yang sama tetapi nomor massa (A)
20 21 22
berbeda disebut Isotop. Contoh dari Isotop adalah 10 C , 10C , 10C
Berat atom adalah berat dari 1 buah atom dihitung relatif terhadap atom (yang ada di
table berkala)
Satuan mol zat adalah jumlah zat yang mengandung jumlah yang sama dari unit dasar
atom.
Massa dari satu mol atom disebut massa molar (Mr), dengan satuan g/mol, seperti pada
gambar dibawah ini :
1.5 Pertemuan 5
1. Gaya Antarmolekul
Gaya dipol-dipol (dipole-dipole forces) merupakan gaya yang bekerja antara molekul-
molekul polar, yaitu antara molekul-molekul yang memiliki momen dipol. Asal gaya ini
adalah gaya elektrostatik. Makin besar momen dipolnya, makin kuat gayanya.
Interkasi elektrostatik juga menjelaskan gaya ion-dipol (ion-dipole forces) yang terjadi
antara suatu ion (bisa kation atau anion) dengan suatu molekul polar.
Salah satu contoh interaksi ion-dipol lainnya yaitu hidrasi antara ion Na+ dan Mg2+
dikelilingi oleh molekul air, yang memiliki momen dipol yang besar (1,87 D). Karena ion
Mg2+ memiliki muatan yang lebih besar dan jari-jari ion yang lebih kecil (78pm)
dibanding ion Na+- (98 pm), maka ion Mg2+ memiliki interaksi yang lebih kuat
dibanding Na+ dengan molekul air
Dipol yang dihasilkan dalam atom (atau molekul) itu disebut dipol terinduksi (induced
dipole) sebab pemisahan muatan positif dan negatif dalam atom (atau molekul
nonpolar) itu disebabkan oleh kedekatannya dengan suatu ion atau molekul polar.
Interaksi tarik-menarik antara ion dan dipol terinduksi disebut interaksi ion-dipol
terinduksi, dan interaksi tarik antara dipol dan dipol terinduksi disebut interaksi dipol-
dipol terinduksi.
Ikatan hidrogen (hydrogen bond) adalah jenis khusus interaksi dipol-dipol antara atom
hidrogen dalam ikatan polar, seperti N―H, O―H, atau F―H, dengan atom
elektronegatif O, N, atau F
Ikatan hidrogen antar molekul-molekul air, amonia, dan hidrogen flourida. Garis tidak
putus-putus mewakili ikatan kovalen, dan garis putus-putus mewakili ikatan hidrogen.
2. Jenis Larutan
Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut, pada suhu
tertentu, dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum titik jenuh tercapai,
larutannya disebut larutan tak jenuh (unsaturated solution);
proses pelarutan ini berlangsung dalam tiga tahap berbeda (Gambar diatas). Tahap 1
ialah pemisahan molekul pelarut, dan tahap 2 adalah pemisahan molekul zat terlarut.
Kedua tahap ini memerlukan input energi untuk memutuskan tarik-menarik
antarmolekul; dengan demikian tahap ini adalah tahap endoterm. Pada tahap 3 molekul
pelarut dan molekut zat terlarut becampur
-Solvasi (solvation) ialah proses di mana ion atau molekul dikelilingi oleh molekul
pelarut yang memiliki susunan tertentu
4. Satuan Konsentrasi
konsentrasi larutan, yaitu banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah larutan
tertentu
4.3 Kemolaran
14
Kemolalan (molality) ialah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 g) pelarut
Kelarutan gas dalam air biasanya menurun dengan meningkatnya dengan suhu
Hubungan kuantitatif antara kelarutan gas dan tekanan ditunjukkan oleh hukum Henry
(Henry’s Law), yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan berbanding lurus
CM = kP
k = konstanta (mol/L.atm)
1.6 Pertemuan 6
Zat yang ada di dalam sistem dapat berada dalam satu atau beberapa keadaan, yaitu
padat, cair atau gas. Sifat-sifat umum keadaan zat dirangkum berikut.
Gambar 1.1.
Ilustrasi keadaan zat
16
Keadaan setiap gas ditentukan oleh sejumlah parameter, biasanya volum (V),
tekanan (P), temperatur (T), dan jumlah mol (n). Antara keempat parameter ini terdapat
hubungan tertentu, yang biasa dinyatakan sebagai suatu fungsi volum, yaitu:
V = V( T,P,n)
Besarnya perubahan volum yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan parameter
tersebut secara matematika dituliskan sebagai berikut.
1. Gas Ideal
Anggapan dasar mengenai sifat gas, dan selanjutnya gas yang mempunyai sifat
sesuai dengan anggapan dasar tersebut disebut gas ideal. Anggapan dasar yang
dimaksud adalah sebagai berikut.
Pada tahun 1787 Charles melakukan percobaan pada tekanan yang tetap gas-gas
tersebut memuai dan mencapai volume yang sama jika dipanaskan dari 0-80°C.
3. Hukum Boyle
Pada tahun 1662, Robert Boyle melaporkan bahwa pada temperatur tetap
(isoterm), volume gas berkurang jika tekanan diperbesar. Atau volume berbanding
terbalik dengan tekanan, dan secara matematika dituliskan dalam bentuk seperti di
bawah ini.
V P. k2
V adalah volume
P adalah tekanan
4. Hukum Avogadro
Hasil penyelidikan yang dilakukan Avogadro menghasilkan suatu pernyataan: Jika
gas-gas diukur pada P dan T yang sama, maka pada volume yang sama terdapat
jumlah gas (n) yang sama pula. Dengan kata lain bahwa volume gas bergantung pada
jumlah molekul n.
6. Hukum Dalton
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa jika dalam ruangan bervolume V dan
temperatur T terdapat campuran nA mol gas A, nB mol gas B, dan nC mol gas C, maka
menurut persamaan gas ideal tekanan masing-masing adalah sebagai berikut.
Gas Nyata
Persamaan gas ideal yang diperoleh secara empirik dari hasil pengamatan Boyle, Gay
Lussac serta yang lainnya ternyata hanya sesuai untuk keadaan gas pada temperatur
agak tinggi dan tekanan rendah. Pada percobaan yang lebih seksama untuk meneliti
hubungan P-V suatu gas ditemukan, bahwa perilaku gas yang sebenarnya (gas nyata)
tidaklah sesuai dengan yang telah dibahas, tetapi terjadi penyimpangan dari keadaan
ideal, karena adanya gaya tarik-menarik antarmolekul (terutama pada tekanan tinggi)
dan volum molekul-molekulnya tidak dapat diabaikan begitu saja.
Untuk menggambarkan penyimpangan secara jelas, dapat dinyatakan dengan
perbandingan volum molarnya (volum untuk 1 mol gas), V , terhadap volum molar gas
ideal Vid RT P/ . Perbandingan ini disebut faktor kompresibilitas, biasa dilambangkan
dengan Z, yang dinyatakan sebagai berikut.
19
Dalam merumuskan gas ideal, volume fisik maupun tarik menarik antar molekul gas
diabaikan. Penyimpang yang terjadi pada gas nyata, seperti terlihat pada gambar tadi,
disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antar molekul dan volum molekul-
molekulnya tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, volum dan tekanan gas dalam
persamaan gas ideal perlu dikoreksi. Van der Waals pada tahun 1873 membuat
koreksi atas persamaan gas ideal.
1. Tekanan Kohesi
Tekanan yang ditimbulkan oleh molekul gas pada dinding ruangan dimana gas
ditempatkan, disebut tekanan termal. Besarnya tekanan termal ini seharusnya
ditambah gaya kohesi, yaitu gaya yang menarik molekul-molekul yang sedang
menumbuk dinding.
Gas a b (Liter.mol-
(atm.Liter2.mol- 1
)
2
)
H2 0,244 2,66.10-2
Helium 0,034 2,37.10-2
Nitrogen 1,39 3,91.10-2
CO2 3,59 4,28.10-2
B. PERSAMAAN VIRIAL
Ternyata persamaan gas van der Waals tidak dapat menggambarkan perilaku gas
pada tekanan tinggi. Suatu persamaan yang dapat menggambarkan perilaku gas pada
tekanan tinggi adalah persamaan keadaan virial yang dikembangkan oleh
Kammerlingh Onnes. Bentuk umum dari persamaan ini adalah,
20
C. PERSAMAAN BEATTIE-BRIDGEMAN
Persamaan keadaan lain yang dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan virial
dan memberikan hasil yang cukup teliti adalah persamaan keadaan Beattie-Bridgeman
sebagai berikut:
D. PERSAMAAN BERTHELOT
Pada tekanan rendah (sekitar 1 atm atau lebih rendah) terdapat persamaan
keadaan lainnya yang memiliki tingkat ketelitian yang baik yaitu persamaan Berthelot
dinyatakan sebagai berikut.
dengan Pc dan Tc berturut-turut adalah tekanan kritis dan temperatur kritis gas.
Persamaan ini sering digunakan untuk menghitung volum dan massa molekul relatif
gas.
E. PENCAIRAN GAS
21
Pandangan teori kinetik gas menganggap zat cair sebagai kelanjutan dari fasa gas
(jika temperatur diturunkan) dimana jarak antar molekul sudah sangat kecil, sehingga
gaya interaksi tarik menarik antar molekul mulai berperan untuk mengatasi gerakan
bebas.
Jika zat cair, misalnya air ditempatkan dalam suatu tabung yang tertutup rapat,
sejumlah uap akan timbul dengan tekanan tertentu. Pada 25°C, tekanan uap air adalah
23,76 mmHg dan pada 100°C, 760 mmHg. Jika pemanasan diteruskan, tekanan uap
akan naik terus dan pada suatu saat batas antara fasa cair dan uap menghilang. Ini
terjadi pada temperatur 374°C. Pada keadaan ini zat cair berada pada titik kritisnya.
Temperatur, tekanan dan volume molar pada titik kritis masing-masing disebut sebagai
temperatur kritis, tekanan kritis dan volume kritis
Berbeda dengan gas ideal hubungan tekanan-volum untuk gas nyata tidak
berbentuk kurva asimtot tetapi dapat berupa kurva yang memiliki nilai minimum,
maksimum, atau titik belok.
Salah satu contoh isoterm yang memperlihatkan kemiripan dengan isoterm gas
nyata adalah isoterm gas CO2. Pada temperatur 13,1oC gas CO2 memperlihatkan
tekanan kesetimbangan yang cukup panjang. Makin tinggi temperaturnya, garis
kesetimbangan tersebut semakin pendek.
Dalam persamaan gas van der Waals, P sebagai fungsi V merupakan fungsi
parabola. Dengan demikian pada titik tertentu garis akan membelok dan mempunyai
harga maksimum atau minimum.
Konstanta kritis menunjukkan sifat khusus suatu gas, sehingga apabila dibuat skala
menggunakan sifat ini sebagai ukuran maka sifat-sifat beberapa gas dapat
dibandingkan.
Hasil pengamatan van der Waals menunjukkan bahwa gas-gas nyata yang memiliki
tekanan tereduksi dan temperatur tereduksi yang sama akan memiliki volume tereduksi
yang sama pula. Pernyataan tersebut merupakan hukum keadaan sehubungan.
I. TEMPERATUR BOYLE
1.7 Pertemuan 7
LARUTAN
Pengertian
bagian volumenya .
Sifat Dasar Larutan Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut,
Pada proses terbentuknya larutan selalu terjadi dua hal secara bersamaan:
• Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur
dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya
kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
• Senyawa non polar cenderung larut dalam pelarut yang bersifat non polar, dan
senyawa polar dengan pelarut polar
• Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan
eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak
bercampur (completely immiscible)
• Zat dikatakan tidak terlarut (insoluble) = Jika zat tersebut larut sangat sedikit (<
0,1 g dalam 1000 g pelarut)
• Dua zat dengan gaya-gaya antarmolekul yang sama akan cenderung saling
melarutkan.
• Molekul non-polar dapat larut dalam pelarut non-polar : CCl4 dalam C 6 H 6
• Molekul polar dapat larut dalam pelarut polar : C 2 H 5OH dalam H 2O
• Senyawa ionik lebih dapat larut dalam pelarut polar : NaCl dalam H 2O atau NH 3
(l)
Larutan Jenuh
Larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal
Terjadi keseimbangan antara solut yang larut dan solut yang tidak larut
Kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan
Istilah jenuh dan tidak jenuh tidak berhubungan secara langsung dengan larutan
pekat dan encer
• Larutan yang mengandung jumlah solut lebih sedikit (encer) dibandingkan larutan
jenuhnya
• Larutan yang mengandung jumlah solut lebih banyak (pekat) dibandingkan larutan
jenuhnya pada suhu yang sama.
25
• Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan
baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling
bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam
pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
• Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika
air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang.
• Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.
• Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih
tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.
• Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika
air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang.
• Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.
• Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih
tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.
Konsentrasi Larutan
Satuan-satuan Konsentrasi
mol zat A
X A=
jumlah mol seluruh komponen
Molaritas(M)
Molalitas(m)
Persen konsentrasi
Normalitas
• Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan
• Massa ekuivalen adalah massa zat yang diperlukan untuk menangkap atau
melepaskan 1 mol elektron dalam reaksi (reaksi
redoks)
N = Normalitas larutan
27
V = volume larutan
M = molaritas
ELEKTROLIT KUAT
• Senyawa elektrolit kuat adalah senyawa yang di dalam air terion sempurna atau
mendekati sempurna, sehingga senyawa tersebut semuanya atau hampir semua
berubah menjadi ion
ELEKTROLIT LEMAH
• Senyawa elektrolit lemah adalah senyawa yang di dalam air ter-ion sebagian atau
senyawa tersebut hanya sebagian saja yang berubah menjadi ion dan sebagian yang
lainnya masih sebagai molekul senyawa yang terlarut.
DERAJ
AT IONISASI
• Perbandingan antara zat yang terionisasi dengan zat mula-mula disebut sebagai
derajat ionisasi yang diberi lambang α
• Elektrolit kuat mempunyai harga α = 1. Contohnya larutan NaCl dan larutan HCl.
ARUTAN NON-ELEKTROLIT
29
• Senyawa nonelektrolit adalah senyawa yang di dalam air tidak terion, sehingga
partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa yang
terlarut.
• Dalam larutan tidak terdapat ion, sehingga larutan tersebut tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Kecuali asam atau basa, senyawa kovalen adalah senyawa
nonelektrolit, contohnya: C 6 H 12 O6 , CO(NH ¿¿ 2) 2¿ , CH 4, C 3 H 8 , C 13 H 10O
• Pada larutan non elektrolit gelembung gas tidak muncul dan lampu tidak menyala
pada larutan uji.
1.8 Pertemuan 9
Pengertian
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).
cat mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan
system koloid dapat dibuat suatu campuran yang homogen ( merata) dan stabil.
Efek Tyndall
Efek tyndall adalah efek penghamburan berkas sinar oleh partikel – partikel yang
terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat. Apabila
seberkas cahaya dijatuhkan pada larutan sejati, maka larutan sejati akan
meneruskan cahaya. Apabila seberkas cahaya dijatuhkan pada koloid, maka
akan dihamburkan.
Gerak Brown
Gerak brown adalah gerakan terpatahterpatah (gerak zig-zag) yang terus
menerus dalam sistem koloid. Gerak Brown terjadi akibat tumbukan yang tidak
seimbang dari molekul-molekul medium tehadap partikel koloid.
Muatan Koloid
Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikel–
partikel koloid yang bermuatan dengan bantuan arus listrik akan mengalir ke
masinh-masing elektroda yang muatannya berlawanan. Partikel yang bermuatan
positif bergerak menuju ke elektroda positif.
Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan dari
zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik
Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari proses
koagulasi atau penggumpalan.
Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan koloid dengan menggunakan kertas
perkamen atau membran yang diletakkan di dalam air yang mengalir. Dialisis
digunakan dalam proses pembuatan koloid untuk menghilangkan ion-ion yang
dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut.
Kolois Liofil dan Liofob
Suatu koloid dikatakan koloid liofil apabila terdapat gaya tarik – menarik yang
cukup besar antara zat yang terdispersi dengan mediumnya. Sedangkan disebut
koloid liofob apabilagaya tarik- menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah.
31
1.9 Pertemuan 10
Istilah asam berasala dari kata Latin acidus (asam), yang berkaitan dengan kata acer
(tajam) dan acetum (cuka). Cuka adalah larutan air dari asam asetat. Sedangkan istilah
alkali (basa) berasal dari Bahasa Arab al-qali, yaitu abu dari suatu tanaman yang
berkaitan dengan daerah rawa garam dan padang pasir. Sifat yang nberkaitan erat
dengan asam adalah rasaya asam, rasa seperti ditusuk jarum apabila terkena kulit,
kemampuannya melarutkan Sebagian besar logam, dan kemampuannya melarutkan
batu kapur dan mineral karbonat lainnya. Basa memiliki rasa pahit dan licin, sifat dasar
basa banyak ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah tangga
lainnya. Baik asam maupun basa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi warna
dari unsur pokok tanaman tertentu. Beberapa teori yang mencoba menjelaskan tentang
asam basa diantaranya Antoine Lavoisier(1777) yang mengemukakan bahwa semua
asam mengandung oksigen. Pada tahun 1810, Humphry Davy mengemukakan bahwa
unsur dalam asam bukan oksigen tapi hydrogen, yang ditunjukkan oleh asam
hidrokhlorik yang mengandung hanya atom H dan CI tanpa ada O.
Teori Arrhenius, gambaran tentang asam basa yang digunakan sampai sekarang,
dikembangkan oleh Svante Arrhenius(1884) berdasarkan teori tentang penguraian
elektrolisis, bahwa ada dua macam larutan elektrolit(larutan dalam air), yaitu elektrolit
kuat dan elektrolit lemah. Disebut elektrolit kuat apabila zat terlarut terurai
32
sempurna(terionisasi) dalam larutan air, dan disebut elektrolit lemah apabila terurai
hanya sedikit sekali yang terionisasi. Menurut Arrhenius, asam adalah senyawa yang
apabila terurai akan menghasilkan ion hydrogen( H +¿¿ ), sebagai contoh:
Keterbatasan Teori Arrhenius, Salah satu keterbatasan yang sangat serius dan yang
sangat nyata adalah tentang basa lemah amonia, NH 3. Menurutnya, senyawa harus
memiliki OH −¿¿ jika ingin disebut basa. Sedangkan NH 3 tidak memiliki OH −¿¿.
Teori BrØnsted-Lowry
J.N BrØnsted di Denmark dan T.M Lowry di Inggris secara sendiri-sendiri mengusulkan
definisi baru untuk asam dan basa pada tahun 1923. Menurut teori mereka, asam
adalah donor proton(pemberi proton) dan basa adalah aseptor proton(penerima
proton), dimana proton adalah H +¿¿ .
Beberapa ide dasar tentang asam kuat dan basa kuat serta factor yang
mempengaruhinya adalah sebagai berikut Asam menyumbang proton kepada senyawa
lainnya yang disebut Basa, yang menerima proton. Pada umumnya, reaksi asam-basa
adalah reversible(bolak-balik), artinya setiap asam mempunyai basa konjugat dan
setiap basa memiliki asam konjugat.
Setiap spesies yang menurut teori Arrhenius adalah asam, tetap asam dalam
teori BrØnsted-Lowry. Hal yang sama untuk basa.
Spesies tertentu, karena tidak mengandung gugus hidroksi, tidak dapat
diklasifikasi sebagai basa oleh teori Arrhenius. Akan tetapi spesies tersebut
diklasifikasi sebagai basa.
Teori BrØnsted-Lowry dapat menjelaskan senyawa yang dapat berfungsi
sebagai asam maupun basa (amfiprotik). Teori Arrhenius tidak dapat dengan
mudah menjelaskan perilaku ini.
33
Self-ionisasi Air
Air murni termasuk nonelektrolit, meskipun demikian ada juga yang terionisasi, tetapi
konsentrasinya sangat rendah, dan dapat di deteksi melalui pengukuran konduktivitas
listrik. Ion-ion ini hanya dapat terjadi karena ionisasi molekul-molekul air itu sendiri(self-
ionization).
Pada teori Brønsted – Lowry, proses ionisasi melibatkan pemberian proton dari
satu molekul air kepada molekul air lainnya. Jadi, satu molekul air bertindak
sebagai asam dan molekul lainnya bertindak sebagai basa. Hasilnya adalah ion
hidronium, H3O+ (konjugat asam), dan ion hidroksida, OH– (konjugat basa).
Reaksi ini reversible, dan pada reaksi kebalikannya H3O+ memberikan proton
kepada OH–.
Kesetimbangan dalam self-ionisasi air dapat dinyatakan dengan tetapan
kesetimbangan yang melibatkan konsentrasi H3O+ dan OH–, akan tetapi tidak
melibatkan air itu sendiri.
K = [ H 3O+] [OH–]
Untuk air murni, konsentrasi H3O+ dan OH– adalah sama.
Asam Kuat dan Basa Kuat
Apabila asam ditambahkan pada air, seperti pada larutan air hidrogen klorida,
selain self- ionisasi dari air
H2O + H2O y H3O+ + OH–
asam basa asam bas
a
sa
Self-ionisasi dari air (reasi ke kanan) terjadi hanya sedikit. Berbeda jauh dengan
ionisasi dari HCl, asam kuat, yang berjalan secara sempurna. Oleh karena itu,
dapat diambil kesimpulan
bahwa: dalam menghitung [H3O+] dalam suatu larutan air dari asam kuat, asam
kuat tersebut merupakan sumber satu-satunya yang berarti untuk H3O+, kecuali
kalau larutannya sangat encer (kurang dari 10–6 M).
AsamBasa
HCl LiOH
HBr NaOH
HI KOH
HClO4 RbOH
HNO3 CsOH
H2SO4a Ca(OH)2
Sr(OH)2
Ba(OH)2
pH dan pOH
Terdapat cara yang jauh lebih tepat yang diusulkan oleh ahli biokimia dari Denmark
bernama Søren Sørensen pada tahun 1909, yaitu pH dan pOH, dimana pH adalah
harga negatif dari log [H3O+], sedangkan pOH adalah harga negatif dari log
[OH–]. pH menggambarkan kekuatan asam sedangkan pOH menggambarkan
kekuatan basa. Semakin kecil harga pH, semakin asam larutan, semakin besar harga
pOH, semakin basa larutan.
35
Di bawah ini adalah ringkasan hal-hal penting yang perlu diketahui tentang
konsep pH dan pOH.
pH = – log [H3O+]
pOH = – log [OH–]
pH + pOH = 14
Jika larutan semakin asam, maka [H3O+] semakin besar, dan pH semakin
kecil
Jika larutan semakin basa, maka [OH–] semakin besar, dan pOH
semakin kecil, akan tetapi pH semakin besar
Larutan dengan pH = 7 adalah netral, larutan dengan pH < 7 adalah asam,
larutan dengan pH > 7 adalah basa
Asam dapat memiliki konsentrasi molaritas yang sama akan tetapi konsentrasi
H3O+ dan pH yang berbeda. Konsentrasi molaritas hanya menunjukkan apa yang
dimasukkan dalam larutan, sedangkan [H3O+] tergantung pada apa yang terjadi dalam
larutan.
asam basa
[H O ][C H O
]
K 3 2 3 2
1,74 x 10 5
a
HC H O ]
2 3 2
Ka disebut tetapan ionisasi asam dari asam asetat (HC2H3O2), dan harga 1,74 x 10–
5 diperoleh melalui percobaan.
36
Bagaimana mengenali asam lemah. Seperti telah diketahui bahwa unsur kunci
dari asam adalah hidrogen (H), akan tetapi suatu senyawa tidak dapat disebut
asam hanya karena memiliki atom H. Satu atau lebih atom H tersebut harus dapat
terionisasi. Sebagai contoh, dapat dilihat pada asam asetat, dimana rumusnya dapat
dituliskan dalam lima cara yang berbeda.
[CH NH
][OH ]
3 3 4
K b 4,2 x 10
CH3NH2 ]
Tentu saja tidak semua basa lemah mengandung N, akan tetapi sangat
banyak yang mengandung N, sehingga kemiripan dengan NH3 layak diingat.
Asam Poliprotik
Semua asam yang ada pada Tabel 12-2 adalah asam lemah monoprotik. Asam
tersebut hanya menghasilkan satu proton (H+) untuk setiap molekul asam,
38
meskipun mungkin ada lebih dari satu atom H dalam molekul. Jadi, pada asam
asetat hanya atom H yang terikat pada atom O yang terionisasi.
Ada beberapa asam yang mengandung lebih dari satu atom H yang terionisasi per
molekul asam. Asam ini disebut asam poliprotik. Karena memiliki lebih dari satu
atom H yang terionisasi, maka asam poliprotik memiliki lebih dari satu harga
tetapan kesetimbangan asam. Tetapan ionisasi dari beberapa asam poliprotik
Asam fosfat. Asam fosfat menduduki peringkat kedua diantara asam komersial
yang penting. Asam fosfat digunakan dalam pembuatan pupuk fosfat, akan tetapi
dalam jumlah besar juga digunakan dalam pembuatan deterjen. Beberapa variasi
natrium, kalium, dan kalsium fosfat digunakan dalam industri makanan. Asam fosfat,
H3PO4, memiliki tiga atom H terionisasi, dan tiga atom H tersebut terionisasi dengan
tiga cara yang berbeda. H3PO4 disebut asam tripotik. Pada tahap ionisasi pertama,
molekul H3PO4 terionisasi menghasilkan H3O+ dan H2PO4–. Pada tahap kedua,
H2PO4– terionisasi menghasilkan H3O+ dan HPO42–. Dan pada tahap ketiga (akhir),
Semua spesies yang terlibat dalam kesetimbangan ionisasi (H3PO4, H3O+, H2PO4–,
HPO42–
Hanya ada satu harga konsentrasi untuk masing-masing spesies dalam larutan, tidak
melihat asalnya, dan masing masing harga konsentrasi harus konsisten dengan semua
tetapan ionisasi dimana harga tersebut berada. (Sebagai contoh, hanya ada satu harga
konsentrasi untuk [H3O+] dalam H3PO4(aq), harga ini dipakai dalam Ka1, Ka2, dan
Ka3).
Urutan besar kecilnya tetapan ionisasi adalah selalu Ka1 > Ka2 > Ka3.
Asumsikan bahwa ionisasi pada tahap pertama jauh lebih penting dari pada
ionisasi pada tahap kedua dan ketiga. Artinya:
39
b. [H2PO4–] = [H3O+]
Asumsi 4 juga berarti bahwa konsentrasi anion yang dihasilkan pada ionisasi tahap
kedua (pada kasus asam fosfat adalah HPO42–) sebanding dengan Ka2, dimana
konsentrasi ini tidak tergantung dari molaritas asam.
Asam sulfat. Asam sulfat berbeda dengan asam poliprotik lainnya, kareana asam
sulfat adalah asam kuat pada tahap ionisasi pertama dan asam lemah pada
tahap ionisasi kedua. Ionisasi terjadi secara sempurna pada tahap pertama,
artinya sebagian besar larutan H2SO4(aq) terurai sehingga [H2SO4] ≈ 0. Jadi
kalau dimulai dengan larutan H 2SO4 0,5 M, maka pada ionisasi tahap pertama
diperoleh H3O+ 0,5 M dan HSO4– 0,5 M. Kemudian dapat dicari berapa banyak
HSO4– yang terionisasi pada tahap kedua untuk menghasilkan H3O+ dan
SO42–.
Sampai pada bagian ini, pembahasan hanya ditekankan pada perilaku molekul
netral sebagai asam (misal, HCl, HC2H3O2, H3PO4), atau sebagai basa
(misal, NH3, CH3NH2). Padahal sebenarnya ion pun dapat bertindak sebagai
asam atau basa. Sebagai contoh, pada tahap ionisasi kedua dan seterusnya
dari asam poliprotik, anion bertindak sebagai asam.
Hidrolisis. Telah dipelajari bahwa dalam air murni pada 25°C, [H3O+] = [OH–]
= 1 x 10–7 M dan pH = 7, maka disebut air murni pH nya netral.
abila garam seperti NaCl ditambahkan ke dalam air, terjadi disosiasi sempurna
menjadi Na+ dan Cl–, akan tetapi ion-ion ini tidak mempengaruhi self-ionisasi dari
air. pH larutan tetap 7, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12-2(b).
Na+ + Cl– + H2O tidak terjadi reaksi
Apabila NH4Cl ditambahkan ke dalam air, pH turun menjadi di bawah 7, yaitu 5,5
40
seperti pada Gambar 12-2(a). Artinya [H3O+] dalam larutan bertambah dan
[OH–] berkurang. Pasti terjadi reaksi yang menghasilkan H3O+. Cl– tidak dapat
bertindak sebagai asam karena tidak memiliki proton untuk disumbangkan.
Reaksi NH4+ menjadi NH3 pada dasarnya tidak berbeda dengan reaksi asam –
basa. Meskipun demikian, reaksi antara suatu ion dengan air, terutama kalau air
merupakan satu-satunya asam atau basa lainnya, sering disebut reaksi
hidrolisis. Dapat dikatakan bahwa ion amonium mengalami hidrolisis,
sedangkan ion khlorida tidak.
Apabila natrium asetat ditambahkan ke dalam air, pH naik menjadi diatas 7,
yaitu 9,5 seperti pada Gambar 12-2(c). Artinya [OH–] dalam larutan bertambah
dan [H3O+] berkurang. Ion natrium bukan asam dan juga bukan basa, akan
tetapi ion asetat mengalami hidrolisis.
Na+ + H2O tidak terjadi
reaksi
C2H3O + H2O y HC2H3O2 + OH
–
2–
Garam dari asam kuat dan basa kuat (misal, NaCl) tidak mengalami
hidrolisis. Larutan memiliki pH = 7.
Garam dari asam lemah dan basa kuat (misal, NaC2H3O2) mengalami
hidrolisis. Larutan memiliki pH > 7 (anion bertindak sebagai basa).
Garam dari asam kuat dan basa lemah (misal, NH4Cl) mengalami
hidrolisis. Larutan memiliki pH < 7 (kation bertindak sebagai asam).
Garam dari asam lemah dan basa lemah (misal, NH4C2H3O2)
mengalami hidrolisis. (Kation bertindak sebagai asam dan anion sebagai
41
basa, akan tetapi larutan bersifat asam atau basa tergantung pada harga
relatif dari Ka dan Kb untuk ion).
1.10 Pertemuan 11
Termodinamika
a. Hukum Awal atau Zeroth Law menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan
setimbang dengan sistem ketiga, maka ketiganya saling setimbang satu sama
lain.
Q = W + ∆U
Jika kalor diberikan kepada sistem, maka volume dan suhu sistem akan
bertambah dan sistem terlihat mengembang atau bertambah panas.
Jika kalor diambil dari sistem, maka volume dan suhu sistem akan
berkurang dan sistem terlihat mengerut atau berkurang panasnya.
Qv = ∆U
42
Keterangan :
Qv adalah kalor gas dalam volume konstan.
∆U adalah perubahan energi dalam gas.
Pada proses isokhorik, grafik hubungan tekanan gas (P) dan volume gas
(V) berbentuk vertikal.
Proses isotermik terjadi saat suatu sistem berada dalam reservoir panas
luar. Perubahan akan terjadi secara perlahan, sehingga sistem dapat
terus menyesuaikan diri dengan suhu reservoir melalui pertukaran panas.
Pada proses isotermik, grafik hubungan tekanan gas (P) dan volume gas
(V) berbentuk kurva/ garis melengkung.
Q = ∆U + W
Usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai selisih energi kalor
yang diserap oleh gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi kalor
yang diserap gas pada volume konstan (Qv).
W= Qp-Qv
43
Pada proses isobarik, grafik hubungan tekanan gas (P) dan volume gas
(V) berbentuk horizontal.
Jika suatu sistem yang berisi gas mengalami proses adiabatik, tekanan
dan volume gas akan berubah. Usaha yang dilakukan gas dapat
dinyatakan dengan
Keterangan :
γ adalah konstanta yang diperoleh dari perbandingan kapasitas kalor
molar gas pada tekanan dan volume konstan. Umumnya, nilai γ lebih
besar dari 1.
Proses adiabatik terjadi pada sistem tertutup, baik yang terisolasi maupun
tidak terisolasi. Jika sistem tertutup tidak terisolasi, proses harus dilakukan
secara cepat, sehingga tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari
sistem.
Pada proses adiabatik, grafik hubungan tekanan gas (P) dan volume gas
(V) berbentuk kurva/garis melengkung yang sedikit lebih curam
dibandingkan grafik pada proses isotermik.
Entropi
Entropi adalah ukuran gangguan atau keacakan dalam sistem selama proses
kimia. Sebenarnya, itu adalah ukuran aktivitas acak, yang biasanya merupakan jumlah
gangguan dalam sistem. Seperti yang kita ketahui bahwa energi dalam benda
menceritakan tentang kemampuannya untuk melakukan usaha, energi dalam benda
dapat menjadi tipe apa pun. Dapat berupa energi mekanik, kimia, termal, nuklir atau
lainnya. Ukuran dari perubahan energi atau gangguan selama proses kimia adalah
entropi. ‘S’ menunjukkan entropi, dan selalu ditulis sebagai huruf kapital. Dalam sebuah
persamaan, itu ditulis sebagai ‘ΔS’ karena mewakili gangguan dalam entropi selama
proses kimia. Satuan SI untuk Entropi (S) adalah Joule per Kelvin (J / K). Suhu dalam
persamaan entropi diukur pada skala temperatur absolut atau Kelvin.
Entalpi
45
1.11 Pertemuan 12
Reaksi kimia merupakan reaksi antar senyawa kimia atau unsur-unsur kimia yang
melibatkan perubahan struktur dari molekul. Reaki kimia pada umumnya berkaitan
dengan pembentukan dan pemutusan ikatan kimia.
Pada ikatan kimia, atom zat (reaktan) akan bereaksi sehingga menghasilkan hasil
(produk). Berlangsungnya proses ini dapat memerlukan energi (reaksi endoterm) atau
melepaskan energi (reaksi eksoterm)
a. Orde reaksi
Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat
dari konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju. Konsentrasi merupakan
salah satu faktor yang dapat mempercepat laju reaksi.
b. Luas permukaan sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting, sehingga
menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas
permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang
direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka
semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar
kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
c. Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada
suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin
46
e. Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut.
Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu
zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada
molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada
molaritas yang tinggi.
f. Konsentrasi
Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrasi reaktan
maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya
semakin tinggi konsentrasi, maka semakin banyak molekul reaktan yang
tersedia, dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak
juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. Jadi semakin tinggi konsentrasi,
semakin cepat pula laju reaksinya.
1.12 Pertemuan 13
Kesetimbangan kimia adalah kondisi dalam reaksi kimia yang reversibel atau
dapat balik dimana tidak terdapat perubahan baik jumlah reaktan maupun jumlah
produk yang terbentuk dalam reaksi tersebut, dimana khususnya pada reaksi reversibel
47
adalah reaksi dimana produk yang terbentuk akan segera bereaksi kembali untuk
menghasilkan reaktan awal.
a. Perubahan Konsentrasi
Berdasarkan prinsip Le Chatelier penambahan reaktan dalam sistem yang telah
setimbang akan menggeser reaksi untuk bergerak ke arah kanan (ke arah
produk) dan sebaliknya untuk pengurangan konsentrasi reaktan akan menggeser
reaksi ke arah kiri (ke arah reaktan).
b. Perubahan Tekanan
Perubahan tekanan atau volume dalam sistem juga akan mengganggu sistem
kesetimbangan yang sudah biasanya mudah terbentuk.
Ketika tekanan sistem meningkat atau volume berkurang, maka kesetimbangan
akan bergeser ke sisi yang jumlah molnya lebih sedikit dan ketika tekanan
berkurang atau volume meningkat, maka kesetimbangan akan bergeser ke sisi
yang jumlah molnya lebih banyak. Dalam hal ini koefisien reaksi sangat
berpengaruh karena koefisien akan menentukan jumlah mol dari suatu zat.
c. Perubahan suhu
Pengaruh suhu dalam suatu sistem setimbang berkaitan dengan panas reaksi
dimana pada reaksi endoterm, maka panas akan diserap oleh reaksi sehingga
akan menghasilkan nilai entalpi reaksi positif.Ketika suhu sistem dinaikkan, maka
kesetimbangan akan bergerser ke sisi yang merupakan reaksi endoterm atau
menyerap panas. Sedangkan saat suhu diturunkan, maka reaksi akan bergeser
ke sisi yang merupakan reaksi endoterm atau melepaskan panas.
48
1.13 Pertemuan 14
ELEKTROKIMIA
Sel elektrokimia merupakan susunan dari dua material konduktor listrik yaitu
katoda dan anoda yang kemudian disebut dengan elektroda. Katoda
adalah tempat berlangsungnya reaksi reduksi sedangkan anoda adalah tempat
berlangsungnya reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi itu sendiri merupakan reaksi
yang dapat memengaruhi bilangan oksidasi mengalami kenaikan
sedangkan reaksi reduksi merupakan reaksi yang dapat memengaruhi bilangan
oksidasi menjadi menurun.
1. Sel Volta merupakan rangkaian sel yang dapat menghasilkan arus listrik karena
terjadi perubahan reaksi redoks. Singkatnya, sel volta mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Reaksi yang terjadi secara spontan
2. Sel Elektrolisis merupakan sel yang menghasilkan reaksi redoks yang
dikehendaki dengan menggunakan arus listrik. Singkatnya, sel elektrolisis
mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Reaksi yang terjadi secara tidak
spontan karena memerlukan arus listrik.
49
D. Elektroda
Elektroda dalam sel elektrokimia dapat disebut sebagai anoda atau katoda.
Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anoda atau katoda tergantung dari
tegangan listrik yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut. Elektroda bipolar adalah
elektroda yang berfungsi sebagai anoda dari sebuah sel elektrokimia dan katoda bagi
sel elektrokimia lainnya
– Ion positif akan mengalami reduksi, kecuali kation (+) yang berasal dari
logam IA,IIA, dan Mn dalam larutan air tidak mengalami reduksi, yang
mengalami reduksi adalah H2O, Reaksinya:
– 2H20 + 2e H2 + 2OH-
– Ion negatif akan mengalami oksidasi jika elektrodanya nonaktif (Pt dan C).
Ion negatif yang mengandung O (SO 42-,MnO4-,NO3-,dll) tidak mengalami
oksidasi, yang mengalami oksidasi adalah H2O
F. Potential elektroda
- Jenis Elektroda
- Suhu
- Konsentrasi ionnya
1.14 Pertemuan 15
Contoh elektrolisis
: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) o 2H+ (aq) +
2Cl ¯ (aq) Anoda: 2Cl ¯ (aq) o Cl2 (g) + 2e¯ (Oksidasi) Katoda: 2H+ (aq) + 2e¯ o H2
(g) (Reduksi)
————————————————————————————————— + Total:
2HCl (aq) o H2 (g) + Cl2 (g) (Redoks)
b. Elektrolisis larutan NaOH dengan elektroda Pt, reaksinya: 4NaOH (aq) o 4Na+ (aq)
+ 4OH ¯ (aq) A: 4OH ¯ (aq) o 2H2O (l ) + O2 (g) + 4e¯ (Oksidasi) K: 4H2O (l ) + 4e¯
o 2H2 (g) + 4OH ¯ (aq) (Reduksi)
————————————————————————————————— + T: 4NaOH
(aq) + 2H2O (l ) o 4Na+ (aq) + 4OH ¯ (aq) + 2H2 (g) + O2 (g) Proses elektrolisis
dalam industri misalnya: a. Penyepuhan (melapisi logam dengan logam lebih mulia
misal Ni, Cr, atau Au). b. Pemurnian logam (misal Ag, Cu, Au). c. Pembuatan senyawa
(misal NaOH) atau gas (misal O2, H2, Cl2)
. Hukum Faraday Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi
perubahan kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya
arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda
(anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).
Hukum Faraday I: Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding
lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan. W a Q w = berat zat yang
diendapkan (g). W a I.t Q = jumlah arus listrik = muatan listrik (C) W = e.I.t e = tetapan =
(gek : F) gek.I.t I = kuat arus listrik (A). = t = waktu (dt). F gek = massa ekivalen
zat (gek). Ar.I.t Ar = massa atom relatif. = n = valensi ion. n.F F = bilangan
faraday = 96 500 C. Massa ekivalen = massa zat yang sebanding dengan 1 mol
51
elektron = 6,02 x 1023 e¯ 1 gek a 1 mol e¯ Jika arus listrik 1 F dialirkan ke dalam
larutan AgNO3 maka akan diendapkan 1 gram ekivalen Ag. Ag+ (aq) + e¯ o Ag (s) 1
mol e¯ a 1 mol Ag a 1 gram ekivalen Ag Untuk mendapatkan 1 gram ekivalen Ag
diperlukan 1 mol e¯ 1 gram ekivalen Ag = 1 mol e¯ = 1 mol Ag = 108 gram Ag