Anda di halaman 1dari 54

i

RINGKASAN MATERI PERTEMUAN 1 SAMPAI


DENGAN PERTEMUAN 15
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Besar Mata Kuliah Kimia Industri

Diajukan Oleh:

Bambang Tri Jatmoko (NIM : 511212013)

Eggy Rayfaldo (NIM: 511212021)

Ramadhan Nur Kohar (NIM: 511212022)

Arif Setiawan (NIM: 511212020 )

Firman Sutisna (NIM: 511212008)

Program Studi Kimia Industri


Fakultas Teknik Mesin
BEKASI
2022
ii

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membantu saya untuk menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan dari Allah SWT mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas besar kimia
industri.

Makalah ini memuat tentang “ Rangkuman dari pertemuan 1 sampai dengan


pertemuan 15 Kimia Industri ”. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak, Andrian Saputro, ST., MT. Selaku dosen mata kuliah Kimia Industri,
Universitas Dian Nusantara, yang telah membimbing kami sehingga makalah ini
dapat di selesaikan.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan dasar
pengenalan matakuliah kimia industry dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan penulis dan bagi para pembacanya. Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini .

Bekasi, 22 Jul 2022

Penulis

Team Teknik Mesin


iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………….……………..i

Kata Pengantar ……………………………………………………………….………….ii

Daftar Isi …………………………………………………………………….…………….iii

BAB I PEMBAHASAN……………………………………………………….…………1

1.1 Pertemuan 1 Teori Atom……… ……………………………………………..1


1.2 Pertemuan 2 Konfigurasi Elektron………………………….………………......3
1.3 Pertemuan 3 Bilangan Oksidasi………………………………………………...4
1.4 Pertemuan 4 Penulisan rumus kimia, Menulispersamaan berimbang, Bobot
atom,Bobot molekul…………………………………………………………………..8
1.5 Pertemuan 5 Larutan dan gaya antar molekul……………………………..…10
1.6 Pertemuan 6 Deskripsi Hukum-hukum Gas Ideal.……………………………15
1.7 Pertemuan 7 Sifat dasar larutan………………………………………………..24
1.8 Pertemuan 9 Penyulingan,Osmosis, dan Larutan Koloid……………………32
1.9 Pertemuan 10 Asam dan Basa…………………………………..…………….34
1.10 Pertemuan 11 Termodinamika………………………..……………………….44
1.11 Pertemuan 12 Reaksi Kimia…………………………………..……………….48
1.12 Pertemuan 13 Kesetimbangan Kimia……………….…………………..……50
1.13 Pertemuan 14 Elektro Kimia…………………………...………………….…..51
1.14 Pertemuan 15 Elektroplating,Elektrolisis…………………………..…………54
1

BAB I PEMBAHASAN

1.1 Pertemuan 1

1. Teori Atom

Pemahaman akan teori "atomisme" dari Demokritos tergantung dari pendapat-pendapat


dan kritikan Aristoteles. Pendapat Demokritus (460-370-S.M), menyebut suatu benda
dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Apabila pembagian ini diteruskan,
maka menurut logika pembagian itu akan sampai pada batas yang terkecil dan tidak
bisa dibagi lagi. Konsep atom yang dikemukakan oleh Demokritus murni sebagai hasil
pemikiran semata tanpa disertai adanya percobaan. Awal abad ke-19, John Dalton
(1766-1844) telah melaksanakan percobaan-percobaan yang menunjang konsep atom.
Konsepnya terbagi menjadi 5 bagian, yakni pertama, atom adalah bagian terkecil suatu
unsur yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Kedua, atom suatu unsur semuanya sama, dan
tidak dapat berubah menjadi atom unsur lain.
Ketiga, dua atom atau lebih dapat membentuk suatu molekul ( H20, CO2). Keempat,
pada reaksi kimia atom-atom berpisah kemudian bergabung lagi dengan susunan yang
berbeda dari semula. Kelima, pada reaksi kimia atom-atom bergabung dengan
perbandingan tertentu yang sederhana.

Berbeda dengan Thomson yang menyebut atom terdiri dari muatan positif yang merata
diseluruh atom, muatan ini di-netral-kan oleh muatan negatif yang tersebar merata pula
diseluruh atom. Model ini tidak dikembangkan karena tidak sesuai dengan hasil
percobaan Rutherford.

Sebuah tabung lucutan adalah tabung yang berisi udara, didalam tabung berisi
elektrode- elektrode, yang biasanya disebut anoda dan katode. Udara dalam tabung ini
tidak dapat mengalirkan arus listrik walaupun ujung-ujung elektroda tersebut
dihubungkan dengan induktor Ruhmkorf.

 Keadaan akan berubah jika udara dalam tabung dikeluarkan sehingga tekanan udara
menjadi kecil dan letak-letak molekul udara manjadi renggang.
2

 Pada tekanan 4 cm Hg dalam tabung memancarkan cahaya merah-ungu. Cahaya ini


akan menghilang sejalan denga semakin kecilnya tekanan.
 Pada tekanan 0,02 mm Hg udara dalam tabung tidak lagi memancarkan cahaya.
Namun, kaca dimuka katoda berpendar kehijauan

Crookes berpendapat bahwa dari katoda dipancarkan sinar yang tidak tampak yang
disebut sinar katoda. Sinar Katoda adalah arus elektron dengan kecepatan tinggi yang
keluar dari katoda. Sifat sinar katoda yakni memiliki energi, memendarkan kaca,
membelok dalam medan listrik dan medan magnet, jika ditembakkan pada logam
menghasilkan sinar X, dan bergerak cepat menurut garis lurus dan keluar tegak lurus
dari Katoda. Simpangan sinar katoda dalam medan listrik dan medan magnet
menunjukkan bahwa sinar ini bermuatan negatif.

Sementara itu, Ernest Rutherford (1871-1937) menembakkan partikel α (alfa) pada


kepingan emas yang tipis dengan tebal 1/100 mm. partikel alfa adalah partikel ang
mempunyai massa 7000 kali massa elektron. Hasil pengamatan menunjukkan adanya
partikel-partikel yang dihamburkan, dibelokkan dan dipantulkan.

2. Partikel dasar atom

Partikel dasar penyusun atom adalah proton, netron dan elektron. Inti atom terdiri dari
proton dan netron dikelilingi elektron terletak kulit atom. Atom bersifat netral yang berarti
jumlah proton (muatan positif) sama dengan jumlah elektron (muatan negatif). Ada pun
perbedaan dari isotop, isobar, dan isoton.

Jenis Partikel Penemu/tahun Massa Muatan Lambang


Elektron JJ Thomson 1897 0 -1 -1e0
Proton Goldstein 1886 1 +1 +1p1
Neutron J. Chadwick 1932 1 0 0n1

Isotop Atom dari unsur yang sama tetapi 6C12 : 6 proton, 6 elektron, 6
berbeda massanya neutron
Isobar Atom dari unsur yang berbeda 14 14 24
(mempunyai nomor atom berbeda), 24
tetapi mempunyai 6 C dengan 7 N; 11 Na dengan
nomor massa yang sama. 12 Mg
Isoton Atom dari unsur yang berbeda 13 14 31
3

(mempunyai nomor atom berbeda), 32


tetapi mempunyai 6 C dengan 7 N; 15 P dengan
jumlah neutron sama. 16 S

Kulit atom disebut sebagai elektron yang selalu bergerak mengelilingi inti atom ternyata
berada pada tingkat-tingkat energi tertentu.

Konfigurasi Konfigurasi elektron ialah penyusunan atau pengaturan elektron


Elektron berdasarkan tingkat energinya dalam suatu atom. Tingkat energi paling
dekat dengan inti atau tingkat energi pertama (n=1) diberi lambang K
atau disebut kulit K. Tingkat energi kedua diberi lambang L, ketiga M
dan seterusnya. Jumlah elektron maksimum yang dapat menempati
setiap tingkat energi sesuai dengan 2n2(akan diterangkan lebih rinci di
kelas 3), sehingga jumlah elektron dalam tiap-tiap tingkat energi utama
Elektron Elektron valensi adalah jumlah elektron yang terdapat pada kulit terluar
Valensi atom suatu unsur. Elektron valensi digunakan untuk membentuk ikatan
kimia. jadi elektron valensi merupakan penentu sifat kimia atom unsur.
Sistem Para ahli kimia berusaha mengklasifikasikan unsur-unsur berdasarkan
Periodik persamaan sifat-sifat ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan
Unsur-unsur kenaikan massa atom relatifnya.

Hubungan konfigurasi elektron dengan sistem periodic unsur berdasarkan golongan


dan periode yang ditentukan dengan cara menggambar konfiguras elektron. Elektron
valensi merupakan nomer golongan, sedangkan jumlah kulit yang sudah terisi elektron
menunjukkan letak periode. Penetapan golongan dan periode untuk kelas I hanya untuk
golongan utama (golongan A), sehingga nomor golongan merupakan golongan A.

1.2 Pertemuan 2

Asas Aufbau menyatakan pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang paling
rendah. Ada pun asas larangan Pauli menyatakan bahwa tidak ada dua elektron yang
mempunyai empat bilangan kuantum yang sama. Dua elektron yang menempati orbital
yang sama harus mempunyai arah rotasi yang berlawanan.
4

 Diagram orbital adalah deskripsi gambaran dari elektron dalam atom. Excited
state (keadaan tereksitasi) adalah keadaan di mana ada elektron yang menempati
tingkat energi yang lebih tinggi. Ground state (tingkat dasar) adalah keadaan di
mana elektron mengisi kulit-kulit dengan tingkat energi terendah. Diagam orbital
memiliki setiap subkulit yang terdiri atas orbital-orbital yang diisi maksimum 2
elektron. Pengisian elektron dalam orbital mengikuti kaidah hund "Setiap orbital
terlebih dahulu diisi oleh eletron dengan arah spin yang sama. Lalu, elektron
berpasangan dengan arah spin berlawanan.

 Konfigurasi elektron adalah gambaran yang menunjukkan penempatan elektron


dalam orbital-orbitalnya dalam suatu atom. Kulit atom adalah lintasan elektron di
mana elektron dapat beredar tanpa pemancaran atau penyerapan energi dan
berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu. Konfigurasi elektron dalam atom selain
diungkapkan dengan diagram curah hujan, seringkali diungkapkan dalam diagram
orbital. Ungkapan yang kedua bermanfaat menentukan bentuk molekul dan teori.
Konfigurasi elektron mengikuti 2 cara, yakni:

- Mengikuti model atom bohr dengan konfigurasi berdasarkan kulit. Pengisian


elektron dimulai dari kulit K. Kemudian, L dan seterusnya. Pengisian seperti itu
hanya berlaku untuk atom bernomor atom 1 sampai 18. Untuk unsur bernomor
atom lebih besar daripada 18, kulit N (atau kulit diatasnya ) dapat terisi
sebelum kulit sebelumnya penuh. Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar
adalah 8.
- Mengikuti aturan Aufbau (subkulit) dan aturan Hund
Konfigurasi elektron dimulai dari subkulit yang mempunyai tingkat energy
rendah dan diikuti dengan subkulit pada tingkat energi lebih tinggi. Dalam
setiap sub kulit mempunyai batasan elektron yang dapat diisikan.

1.3 Pertemuan 3
1. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi suatu unsur menggambarkan kemampuan unsur tersebut
berikatan dengan unsur lain dan menunjukkan bagaimana peranan elektron dalam
suatu senyawa. Bilangan oksidasi (biloks) adalah jumlah muatan yang dimiliki
atom atau unsur jika bergabung dengan atom atau unsur lain. Bilangan oksidasi
5

atau tingkat oksidasi diterangkan berdasarkan komposisi senyawa,


keelektronegatifan relatif unsur, dan menurut beberapa aturan.
Aturan penentuan bilangan oksidasi :
 Bilangan oksidasi atom dalam bentuk unsur bebasnya sama dengan 0.
Contohnya, Na, Mg, Fe, C, H2, O2, Cl2, P4, S8 = 0
 Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya. Contohnya:
Bilangan oksidasi K+ = 1 Bilangan oksidasi Cl– = –1
Bilangan oksidasi Na+ = +1 Bilangan oksidasi S2– = –
2
Bilangan oksidasi Mg2+ = +2 Bilangan oksidasi Fe3+ = +3
Bilangan oksidasi Al3+ = +3 Bilangan oksidasi Cu2+ =
+2
 Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral sama dengan 0,
sedangkan jumlah bilangan oksidasi atom- atom dalam ion poliatom sama
dengan muatan ionnya. Contohnya:
Jumlah bilangan oksidasi NaCl = 0 Jumlah bilangan oksidasi NO3– =
–1
Jumlah bilangan oksidasi MgO = 0 Jumlah bilangan oksidasi SO42–
= –2
Jumlah bilangan oksidasi NH4+ = +1 Jumlah bilangan oksidasi PO43– = –3
 Jika berikatan dengan atom nonlogam, bilangan oksidasi atom H = +1.
Contohnya: Bilangan oksidasi H dalam HCl dan H2S = +1
 Jika berikatan dengan atom logam, bilangan oksidasi atom H= –1. Contohnya:
Bilangan oksidasi H dalam NaH dan MgH2 = –1
 Bilangan oksidasi atom O selalu –2, kecuali dalam senyawa biner fluorida,
peroksida, dan superoksida. Contohnya:
Bilangan oksidasi O dalam Na2O, MgO, dan H2O = –2
Bilangan oksidasi O dalam OF2 = +2
Bilangan oksidasi O dalam H2O2 = –1
Bilangan oksidasi O dalam KO2 = –1/2
 Bilangan oksidasi atom logam golongan IA, IIA, dan IIIA dalam senyawanya
sesuai dengan nomor golongannya.
Bilangan oksidasi Na dalam NaCl = +1 Bilangan oksidasi Al dalam AlCl3 = +3
Bilangan oksidasi Mg dalam MgCl2 = +2
6

 Bilangan oksidasi atom F dalam senyawanya selalu = –1. Contoh: Bilangan


oksidasi F dalam NaF dan BrF = –1
 Jika berikatan dengan atom logam, bilangan oksidasi atom nonlogam dalam
senyawa binernya sama dengan muatan ionnya. Contoh: Bilangan oksidasi S
dalam H2S = –2 dan bilangan oksidasi Cl dalam KCl = –1
 Jika berikatan dengan atom nonlogam, bilangan oksidasi atom nonlogam yang
lebih elektronegatif dalam senyawa binernya sama dengan muatan ionnya.
Contoh : bilangan oksidasi Cl dalam ICl = –1 karena Cl lebih elektronegatif
dibandingkan dengan I.

2. Tata nama senyawa

Tata nama senyawa Senyawa yang tersusun atas dua unsur kimia disebut
biner tersusun unsur senyawa biner. Berikut tata nama senyawa biner yang
logam dan nonlogam tersusun atas unsur logam dan nonlogam.
- Tulislah nama logam tanpa modifikasi dan diikuti
dengan penulisan nama unsur nonlogam melalui
pencantuman akhiran “ida”.
- Jumlah unsur yang menyusun senyawa tidak
berpengaruh terhadap penamaan senyawa.
Contoh:
- NaBr tersusun atas kation Na+ (atom natrium) dan
anion Br–
(atom brom). Nama kation sama dengan nama atomnya
dan
nama anion sama dengan nama atom diberi akhiran ida
(bromida). Dengan demikian nama NaBr menjadi natrium
bromida.
- MgCl2 = magnesium klorida
- AlCl3 = aluminium klorida
- Na2S = natrium sulfida
Tata nama senyawa Senyawa biner dari nonlogam dan nonlogam disebut
biner tersusun atas dengan senyawa kovalen biner. Cara penamaan
nonlogam dan nonlogam senyawa kovalen biner adalah sama seperti senyawa ion,
yaitu diberi akhiran "ida". Jika pasangan unsur hanya
7

membentuk satu jenis senyawa, angka indeks (jumlah


atom) tidak perlu disebutkan.
Contoh: HCl = hidrogen klorida
Beberapa pasang unsur dapat pula membentuk lebih dari
satu
senyawa biner. Penamaan senyawa harus disebutkan
jumlah
atomnya dalam angka latin dengan indeks dalam bahasa
Yunani.
1 = mono 3 = tri 5 = penta 7 = hepta 9= nona
2 = di 4 = tetra 6 = heksa 8 = okta 10 = deka
Tata Nama Senyawa Senyawa poliatom dibentuk oleh lebih dari dua atom yang
Poliatom berbeda. Pada umumnya senyawa ini dibentuk oleh ion-
ion poliatomik. Ion-ion poliatomik itu sendiri adalah ion-ion
yang terdiri atas dua atom atau lebih yang terikat
bersama, umumnya dijumpai tersusun atas unsur-unsur
nonlogam.
Tata Nama Asam Asam adalah senyawa kovalen yang terdiri atas ion H+
(sebagai kation) dan suatu anion. Penamaan asam
didahului dengan kata asam yang diikuti nama anion.
Contoh: HBr = asam bromida
H2SO4 = asam sulfat
HNO3 = asam nitrat
Tata Nama Basa Pada umumnya basa adalah senyawa ion dari logam
dengan ion OH–. Penamaannya diawali dengan
menyebutkan ion logam dan diikuti dengan hidroksida.
Contoh:
KOH = kalium hidroksida
Mg(OH)2 = magnesium hidroksida
Fe(OH)2 = besi(II) hidroksida
8

1.4 Pertemuan 4

Penulisan rumus kimia, Menulis

persamaan berimbang, Bobot atom,

Bobot molekul

Teori Atom

- Hukum kekekalan massa yaitu masa suatu senyawan sebelum reaksi sama dengan
massa sesudah reaksi atau massa tidak dapat dibuat atau dimusnahkan.

- Hukum perbandingan Tetap yaitu suatu senyawa mempunyi komposisi yang tetap
atau senyawa mempunyai perbandingan massa unsur-unsur pembuatannya tetap.

Teori Atom Dalton,


1. Setiap unsur kimia terdiri atas partikel-partikel yang sangat kecil dan tidak dapat
dimusnahkan (Atom)

2. Semua atom dari suatu unsur adalah identik (massa & Sifat lainnya), akan tetapi
atom dari satu unsur berbeda dengan atom-atom dari unsur yang lain.

3. atom-atom dari unsur yang berbeda mempunyai angka perbandigan yang


sederhana.

Dari hal ini Dalton menetapkan dasar hukum kelipatan perbandingan (1805), yait kalua
dua unsur membentuk lebih dari satu senyawa, massa dari satu unsur yang
terkombinasi dengan massa tertentu dari unsur kedua merupakan perbandingan yang
sederhana.

Elektron

Thomson mengatakan bahwa sinar katoda yang bermuatan negative merupakan


partikel pokok/dasar dari semua materi untuk semua atom dan oleh George Stoney
diberinama elektron.
9

Sedangkan partikel sinar positif bukan merukapan partikel dasar/pokok dari materi yang
disebut Proton.

Rutherford mengusulkan model inti atom sebagai berikut :

1. Sebagian besar massa dan seluruh mutan positif dari suatu atom terpusat
disuatu daerah sempit dibagian tengah yang disebut inti.
2. Besarnya muatan positif berbeda untuk setiap atom, kira-kira setengah kali berat
atom unsur.
3. Ada sejumlah elektron diluar inti yang jumlahnya sama dengan muatan positif
pada inti.

Untuk menyatakan komposisi atom, harus diketahui jumlah proton(P), Netron(n) dan
A
Elektron(e) pada atom tersebut ( Z X )
10

Jika dua atau lebih dengan nomor atom (Z) yang sama tetapi nomor massa (A)
20 21 22
berbeda disebut Isotop. Contoh dari Isotop adalah 10 C , 10C , 10C

Berat atom adalah berat dari 1 buah atom dihitung relatif terhadap atom (yang ada di
table berkala)

Satuan mol zat adalah jumlah zat yang mengandung jumlah yang sama dari unit dasar
atom.

Massa dari satu mol atom disebut massa molar (Mr), dengan satuan g/mol, seperti pada
gambar dibawah ini :

1.5 Pertemuan 5

LARUTAN DANGAYA ANTARMOLEKUL

1. Gaya Antarmolekul

Gaya tarik di antara molekul-molekul, disebut gaya antarmolekul (intermolecular forces)

Berbeda dengan gaya antarmolekul, gaya intramolekul (intramolecular forces) adalah


gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul.

gaya antarmolekul jauh lebih lemah daripada gaya intramolekul

1.1 Gaya Dipol-Dipol


11

Gaya dipol-dipol (dipole-dipole forces) merupakan gaya yang bekerja antara molekul-
molekul polar, yaitu antara molekul-molekul yang memiliki momen dipol. Asal gaya ini
adalah gaya elektrostatik. Makin besar momen dipolnya, makin kuat gayanya.

1.2 Gaya Ion-Dipol

Interkasi elektrostatik juga menjelaskan gaya ion-dipol (ion-dipole forces) yang terjadi
antara suatu ion (bisa kation atau anion) dengan suatu molekul polar.

Salah satu contoh interaksi ion-dipol lainnya yaitu hidrasi antara ion Na+ dan Mg2+
dikelilingi oleh molekul air, yang memiliki momen dipol yang besar (1,87 D). Karena ion
Mg2+ memiliki muatan yang lebih besar dan jari-jari ion yang lebih kecil (78pm)
dibanding ion Na+- (98 pm), maka ion Mg2+ memiliki interaksi yang lebih kuat
dibanding Na+ dengan molekul air

1.3 Gaya Dispersi

Dipol yang dihasilkan dalam atom (atau molekul) itu disebut dipol terinduksi (induced
dipole) sebab pemisahan muatan positif dan negatif dalam atom (atau molekul
nonpolar) itu disebabkan oleh kedekatannya dengan suatu ion atau molekul polar.
Interaksi tarik-menarik antara ion dan dipol terinduksi disebut interaksi ion-dipol
terinduksi, dan interaksi tarik antara dipol dan dipol terinduksi disebut interaksi dipol-
dipol terinduksi.

Seorang fisikawan Jerman, London, menunjukkan bahwa besarnya tarik-menarik ini


berbanding lurus dengan keterpolaran atom atau molekul. Gaya tarik-menarik yang
timbul sebagai hasil dipol-dipol yang terinduksi sementara dalam atom atau molekul,
yang disebut gaya dispersi (dispersion forces)

1.4 Ikatan Hidrogen

ikatan hidrogen berasal dari kajian mengenai titik didih senyawa


12

Ikatan hidrogen (hydrogen bond) adalah jenis khusus interaksi dipol-dipol antara atom
hidrogen dalam ikatan polar, seperti N―H, O―H, atau F―H, dengan atom
elektronegatif O, N, atau F

Ikatan hidrogen antar molekul-molekul air, amonia, dan hidrogen flourida. Garis tidak
putus-putus mewakili ikatan kovalen, dan garis putus-putus mewakili ikatan hidrogen.

2. Jenis Larutan

Larutan ialah campuran homogen dari dua zat atau lebih

Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut, pada suhu
tertentu, dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum titik jenuh tercapai,
larutannya disebut larutan tak jenuh (unsaturated solution);

3. Proses Pelarutan dari Sudut Pandang Molekul


13

proses pelarutan ini berlangsung dalam tiga tahap berbeda (Gambar diatas). Tahap 1
ialah pemisahan molekul pelarut, dan tahap 2 adalah pemisahan molekul zat terlarut.
Kedua tahap ini memerlukan input energi untuk memutuskan tarik-menarik
antarmolekul; dengan demikian tahap ini adalah tahap endoterm. Pada tahap 3 molekul
pelarut dan molekut zat terlarut becampur

∆Hlarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3

proses pelarutan diiringi oleh peningkatan ketidakteraturan atau keacakan.


Meningkatnya ketidakteraturan sistem inilah yang menyebabkan zat apapun larut,
sekalipun proses pelarutannya bersifat endoterm.

-Solvasi (solvation) ialah proses di mana ion atau molekul dikelilingi oleh molekul
pelarut yang memiliki susunan tertentu

4. Satuan Konsentrasi

konsentrasi larutan, yaitu banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah larutan
tertentu

4.1 Persen berdasar Massa

4.2 Fraksi Mol

Fraksi mol didefiniskian sebagai ukuran konsentrasi larutan yang menyatakan


perbandingan jumlah mol sebagian zat terhadap jumlah mol total komponen larutan.

Fraksi mol zat terlarut (Xt), fraksi mol pelarut (Xp),

nt = jumlah mol zat terlarut, np = jumlah mol pelarut

4.3 Kemolaran
14

4.4 Kemolalan (Cm)

Kemolalan (molality) ialah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 g) pelarut

5. Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan


5.1 Kelarutan Padatan dan Suhu

5.2 Kelarutan Gas dan Suhu

Kelarutan gas dalam air biasanya menurun dengan meningkatnya dengan suhu

polusi termal, yaitu memanasnya lingkungan ke suhu yang membahayakan bagi


makhluk hidup di dalamnya.

6. Pengaruh Tekanan terhadap Kelarutan Gas

Hubungan kuantitatif antara kelarutan gas dan tekanan ditunjukkan oleh hukum Henry

(Henry’s Law), yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan berbanding lurus

dengan tekanan gas di atas larutannya.


15

CM = kP

CM = kemolaran (mol/L) gas yang terlarut

P = tekanan gas di atas larutan (atm)

k = konstanta (mol/L.atm)

1.6 Pertemuan 6

Deskripsi dan Hukum-hukum Gas Ideal

Zat yang ada di dalam sistem dapat berada dalam satu atau beberapa keadaan, yaitu
padat, cair atau gas. Sifat-sifat umum keadaan zat dirangkum berikut.

Gambar 1.1.
Ilustrasi keadaan zat
16

Keadaan setiap gas ditentukan oleh sejumlah parameter, biasanya volum (V),
tekanan (P), temperatur (T), dan jumlah mol (n). Antara keempat parameter ini terdapat
hubungan tertentu, yang biasa dinyatakan sebagai suatu fungsi volum, yaitu:

V = V( T,P,n)
Besarnya perubahan volum yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan parameter
tersebut secara matematika dituliskan sebagai berikut.

1. Gas Ideal

Anggapan dasar mengenai sifat gas, dan selanjutnya gas yang mempunyai sifat
sesuai dengan anggapan dasar tersebut disebut gas ideal. Anggapan dasar yang
dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Volume molekulnya sendiri diabaikan terhadap volume ruang yang ditempatinya.


b. Gaya tarik antar molekul sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
c. Tumbukan antar molekul/partikel dan juga tumbukan partikel pada dinding tabung
bersifat elastis, sehingga setelah partikel bertumbukan sistem tidak mengalami
perubahan energi.
d. Tekanan disebabkan oleh tumbukan partikel pada dinding tabung. Besar kecilnya
tekanan gas disebabkan oleh jumlah tumbukan per satuan luas per detik.

2. Hukum Charles dan Gay-Lussac

Pada tahun 1787 Charles melakukan percobaan pada tekanan yang tetap gas-gas
tersebut memuai dan mencapai volume yang sama jika dipanaskan dari 0-80°C.

Percobaan Gay-Lussac pada tahun 1802 menghasilkan suatu rumusan bahwa


pemuaian setiap gas sama untuk setiap kenaikan temperatur 1°C, yaitu 1/273 dari
volumenya semula.
17

3. Hukum Boyle
Pada tahun 1662, Robert Boyle melaporkan bahwa pada temperatur tetap
(isoterm), volume gas berkurang jika tekanan diperbesar. Atau volume berbanding
terbalik dengan tekanan, dan secara matematika dituliskan dalam bentuk seperti di
bawah ini.

V~ (pada temperatur tetap)

V P. k2

V adalah volume

P adalah tekanan

k1 adalah tetapan yang berubah jika temperatur berubah

4. Hukum Avogadro
Hasil penyelidikan yang dilakukan Avogadro menghasilkan suatu pernyataan: Jika
gas-gas diukur pada P dan T yang sama, maka pada volume yang sama terdapat
jumlah gas (n) yang sama pula. Dengan kata lain bahwa volume gas bergantung pada
jumlah molekul n.

Secara matematik pernyataan Avogadro dirumuskan sebagai berikut.


18

5. Persamaan Gas Ideal


Hubungan antara ke empat parameter P,V,n dan T dapat diperoleh dari hukum
Boyle, Charles-Gay Lussac, dan Avogadro dengan cara memasukkan kuosien-kuosien
yang telah diperoleh dari ketiga hukum tersebut ke dalam persamaan

6. Hukum Dalton
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa jika dalam ruangan bervolume V dan
temperatur T terdapat campuran nA mol gas A, nB mol gas B, dan nC mol gas C, maka
menurut persamaan gas ideal tekanan masing-masing adalah sebagai berikut.

Gas Nyata

Persamaan gas ideal yang diperoleh secara empirik dari hasil pengamatan Boyle, Gay
Lussac serta yang lainnya ternyata hanya sesuai untuk keadaan gas pada temperatur
agak tinggi dan tekanan rendah. Pada percobaan yang lebih seksama untuk meneliti
hubungan P-V suatu gas ditemukan, bahwa perilaku gas yang sebenarnya (gas nyata)
tidaklah sesuai dengan yang telah dibahas, tetapi terjadi penyimpangan dari keadaan
ideal, karena adanya gaya tarik-menarik antarmolekul (terutama pada tekanan tinggi)
dan volum molekul-molekulnya tidak dapat diabaikan begitu saja.
Untuk menggambarkan penyimpangan secara jelas, dapat dinyatakan dengan
perbandingan volum molarnya (volum untuk 1 mol gas), V , terhadap volum molar gas
ideal Vid RT P/ . Perbandingan ini disebut faktor kompresibilitas, biasa dilambangkan
dengan Z, yang dinyatakan sebagai berikut.
19

A. PERSAMAAN VAN DER WAALS

Dalam merumuskan gas ideal, volume fisik maupun tarik menarik antar molekul gas
diabaikan. Penyimpang yang terjadi pada gas nyata, seperti terlihat pada gambar tadi,
disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antar molekul dan volum molekul-
molekulnya tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, volum dan tekanan gas dalam
persamaan gas ideal perlu dikoreksi. Van der Waals pada tahun 1873 membuat
koreksi atas persamaan gas ideal.

1. Tekanan Kohesi
Tekanan yang ditimbulkan oleh molekul gas pada dinding ruangan dimana gas
ditempatkan, disebut tekanan termal. Besarnya tekanan termal ini seharusnya
ditambah gaya kohesi, yaitu gaya yang menarik molekul-molekul yang sedang
menumbuk dinding.

Tetapan-tetapan van der Waals untuk beberapa gas

Gas a b (Liter.mol-
(atm.Liter2.mol- 1
)
2
)
H2 0,244 2,66.10-2
Helium 0,034 2,37.10-2
Nitrogen 1,39 3,91.10-2
CO2 3,59 4,28.10-2

B. PERSAMAAN VIRIAL

Ternyata persamaan gas van der Waals tidak dapat menggambarkan perilaku gas
pada tekanan tinggi. Suatu persamaan yang dapat menggambarkan perilaku gas pada
tekanan tinggi adalah persamaan keadaan virial yang dikembangkan oleh
Kammerlingh Onnes. Bentuk umum dari persamaan ini adalah,
20

C. PERSAMAAN BEATTIE-BRIDGEMAN

Persamaan keadaan lain yang dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan virial
dan memberikan hasil yang cukup teliti adalah persamaan keadaan Beattie-Bridgeman
sebagai berikut:

D. PERSAMAAN BERTHELOT

Pada tekanan rendah (sekitar 1 atm atau lebih rendah) terdapat persamaan
keadaan lainnya yang memiliki tingkat ketelitian yang baik yaitu persamaan Berthelot
dinyatakan sebagai berikut.

dengan Pc dan Tc berturut-turut adalah tekanan kritis dan temperatur kritis gas.
Persamaan ini sering digunakan untuk menghitung volum dan massa molekul relatif
gas.

E. PENCAIRAN GAS
21

Pandangan teori kinetik gas menganggap zat cair sebagai kelanjutan dari fasa gas
(jika temperatur diturunkan) dimana jarak antar molekul sudah sangat kecil, sehingga
gaya interaksi tarik menarik antar molekul mulai berperan untuk mengatasi gerakan
bebas.

Jika zat cair, misalnya air ditempatkan dalam suatu tabung yang tertutup rapat,
sejumlah uap akan timbul dengan tekanan tertentu. Pada 25°C, tekanan uap air adalah
23,76 mmHg dan pada 100°C, 760 mmHg. Jika pemanasan diteruskan, tekanan uap
akan naik terus dan pada suatu saat batas antara fasa cair dan uap menghilang. Ini
terjadi pada temperatur 374°C. Pada keadaan ini zat cair berada pada titik kritisnya.
Temperatur, tekanan dan volume molar pada titik kritis masing-masing disebut sebagai
temperatur kritis, tekanan kritis dan volume kritis

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

Tidak ada zat cair dapat terbentuk di atas temperatur kritisnya.

F. ISOTERM GAS NYATA

Berbeda dengan gas ideal hubungan tekanan-volum untuk gas nyata tidak
berbentuk kurva asimtot tetapi dapat berupa kurva yang memiliki nilai minimum,
maksimum, atau titik belok.

Salah satu contoh isoterm yang memperlihatkan kemiripan dengan isoterm gas
nyata adalah isoterm gas CO2. Pada temperatur 13,1oC gas CO2 memperlihatkan
tekanan kesetimbangan yang cukup panjang. Makin tinggi temperaturnya, garis
kesetimbangan tersebut semakin pendek.

G. KEADAAN KRITIS GAS VAN DER WAALS

Persamaan van der Waals dalam bentuk seperti di bawah ini.


22

Dalam persamaan gas van der Waals, P sebagai fungsi V merupakan fungsi
parabola. Dengan demikian pada titik tertentu garis akan membelok dan mempunyai
harga maksimum atau minimum.

Keadaan kritis beberapa gas

Gas Pc /(M Pa) Tc / K


Vc / (10-6 m3)
He 0,229 62 5,25
H2 1,30 65 33,2
N2 3,40 90 126
O2 5,10 75 154
CO2 7,40 95 304
SO2 7,80 123 430
H2O 22,10 57 647
Hg 360,00 40 1900

H. HUKUM KEADAAN SEHUBUNGAN

Konstanta kritis menunjukkan sifat khusus suatu gas, sehingga apabila dibuat skala
menggunakan sifat ini sebagai ukuran maka sifat-sifat beberapa gas dapat
dibandingkan.

Hasil pengamatan van der Waals menunjukkan bahwa gas-gas nyata yang memiliki
tekanan tereduksi dan temperatur tereduksi yang sama akan memiliki volume tereduksi
yang sama pula. Pernyataan tersebut merupakan hukum keadaan sehubungan.

I. TEMPERATUR BOYLE

Temperatur Boyle didefinisikan sebagai temperatur di mana plot nilai Z terhadap


tekanan, P, mendekati garis Z = 1 secara asimtot apabila P mendekati nol adalah.
23

1.7 Pertemuan 7

LARUTAN

Pengertian

Larutan adalah campuran zat zat yang homogen,

memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh

bagian volumenya .

Sifat Dasar Larutan

Sifat Dasar Larutan Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut,

sedangkan Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut.

Pada proses terbentuknya larutan selalu terjadi dua hal secara bersamaan:

• Molekul solut terpisah (terjadi penguraian) ‡ prosesnya membutuhkan energi


(endotermik)
• Molekul solut bergabung dengan molekul pelarut dengan melepaskan energi
(eksotermik)
• Untuk melarutkan suatu kristal zat berion membutuhkan energi kisi
• Energi kisi: energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan antara ion positif
dan negatif • Penguraian kristal ‡ proses endoterm
• Proses hidrasi atau solvasi ‡ eksoterm
• Suatu zat akan larut dengan baik jika energi yang terjadi pada proses hidrasi
lebih besar daripada energi kisi
24

• Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur
dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya
kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
• Senyawa non polar cenderung larut dalam pelarut yang bersifat non polar, dan
senyawa polar dengan pelarut polar
• Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan
eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak
bercampur (completely immiscible)
• Zat dikatakan tidak terlarut (insoluble) = Jika zat tersebut larut sangat sedikit (<
0,1 g dalam 1000 g pelarut)
• Dua zat dengan gaya-gaya antarmolekul yang sama akan cenderung saling
melarutkan.
• Molekul non-polar dapat larut dalam pelarut non-polar : CCl4 dalam C 6 H 6
• Molekul polar dapat larut dalam pelarut polar : C 2 H 5OH dalam H 2O
• Senyawa ionik lebih dapat larut dalam pelarut polar : NaCl dalam H 2O atau NH 3
(l)

Larutan Jenuh
 Larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal
 Terjadi keseimbangan antara solut yang larut dan solut yang tidak larut
 Kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan
 Istilah jenuh dan tidak jenuh tidak berhubungan secara langsung dengan larutan
pekat dan encer

Larutan tak jenuh (Unsaturated )

• Larutan yang mengandung jumlah solut lebih sedikit (encer) dibandingkan larutan
jenuhnya

Larutan lewat jenuh (Supersaturated )

• Larutan yang mengandung jumlah solut lebih banyak (pekat) dibandingkan larutan
jenuhnya pada suhu yang sama.
25

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan

1. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan

• Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan
baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling
bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam
pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.

2. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan

• Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika
air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang.

• Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.

• Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih
tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.

3. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan

• Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika
air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang.

• Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.

• Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih
tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.

Konsentrasi Larutan

• Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut dalam


setiap satuan larutan atau pelarut.

Satuan-satuan Konsentrasi

Persen berdasar Massa


26

massa zat terlarut


% massa = x 100%
massa zat terlarut +massa pelarut

massa zat terlarut


= x 100%
massa larutan

Fraksi Mol (X)

mol zat A
X A=
jumlah mol seluruh komponen

Molaritas(M)

mol zat terlarut


M=
liter larutan

Molalitas(m)

mol zat terlarut


m=
massa pelarut (kg)

Persen konsentrasi

Normalitas

• Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan

• Massa ekuivalen adalah massa zat yang diperlukan untuk menangkap atau
melepaskan 1 mol elektron dalam reaksi (reaksi
redoks)

N = Normalitas larutan
27

ek = ekuivalen zat terlarut

V = volume larutan

M = molaritas

a = valensi (banyaknya ion)

m = massa zat terlarut

Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

• Larutan Elektrolit : larutan yang dapat menghantarkan


arus listrik

• Larutan non elektrolit: larutan yang tidak dapat


menghantarkan arus listrik

• Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena


mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas

Elektrolit Kuat dan Lemah

• Senyawa elektrolit adalah senyawa yang jika


dilarutkan ke dalam air akan terion (atau
terionisasi).

• Senyawa elektrolit dapat dibedakan menjadi


senyawa elektrolit kuat dan senyawa elektrolit
lemah.

ELEKTROLIT KUAT

• Senyawa elektrolit kuat adalah senyawa yang di dalam air terion sempurna atau
mendekati sempurna, sehingga senyawa tersebut semuanya atau hampir semua
berubah menjadi ion

• Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit kuat adalah:

a. Asam kuat, contohnya: HCl, HBr, HI, H 2 SO 4 , HNO 3, HCLO 4


28

b. Basa kuat, contohnya: NaOH, KOH, Ba(OH )2, Sr(OH )2

c. Garam, contohnya: NaCl, KCl, MgCl 2, KNO3 , MgSO4

ELEKTROLIT LEMAH

• Senyawa elektrolit lemah adalah senyawa yang di dalam air ter-ion sebagian atau
senyawa tersebut hanya sebagian saja yang berubah menjadi ion dan sebagian yang
lainnya masih sebagai molekul senyawa yang terlarut.

• Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit lemah adalah:

a. Asam lemah, contohnya: HF, H 2S, HCN, H 2 CO 3, HCOOH, C H 3COOH

b. Basa lemah, contohnya: Fe(OH )3 , Cu(OH )2, NH 3, N 2 H 4, CH 3 NH 2, (CH 3)2NH

DERAJ
AT IONISASI

• Perbandingan antara zat yang terionisasi dengan zat mula-mula disebut sebagai
derajat ionisasi yang diberi lambang α

banyaknya zat yang terurai


α x 100%
banyaknya zat mula−mula

• Elektrolit kuat mempunyai harga α = 1. Contohnya larutan NaCl dan larutan HCl.

• Nonelektrolit α = 0, contohnya larutan glukosa dan larutan urea.

• Harga α elektrolit lemah mendekati 0, misalnya asam asetat ( C H 3 COOH ) dan


amonium hidroksida (N H 4 OH)

ARUTAN NON-ELEKTROLIT
29

• Senyawa nonelektrolit adalah senyawa yang di dalam air tidak terion, sehingga
partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa yang
terlarut.

• Dalam larutan tidak terdapat ion, sehingga larutan tersebut tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Kecuali asam atau basa, senyawa kovalen adalah senyawa
nonelektrolit, contohnya: C 6 H 12 O6 , CO(NH ¿¿ 2) 2¿ , CH 4, C 3 H 8 , C 13 H 10O

• Pada larutan non elektrolit gelembung gas tidak muncul dan lampu tidak menyala
pada larutan uji.

1.8 Pertemuan 9

Penyulingan, Osmosis, dan Larutan Koloid

Pengertian

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).

Didalam larutan koloid secara umum terdapat 2 zat sebagai berikut:

1. Zat terdispersi ialah, zat yang terlarut didalam larutan koloid.


2. Zat pendispersi ialah, zat pelarut didalam larutan koloid.

Perbandingan Sistem Koloid

Jenis koloid adalah sebagai berikut:

Koloid digunakan di berbagai industri karena


koloid merupakan satu-satunya cara untuk
menyajikan suatu campuran dari zat – zat yang
tidak saling melarutkan secara homogen dan
stabil ( pada tingkat makroskopis ). Contohnya
30

cat mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan
system koloid dapat dibuat suatu campuran yang homogen ( merata) dan stabil.

Koloid memiliki sifat sebagai berikut:

 Efek Tyndall
Efek tyndall adalah efek penghamburan berkas sinar oleh partikel – partikel yang
terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat. Apabila
seberkas cahaya dijatuhkan pada larutan sejati, maka larutan sejati akan
meneruskan cahaya. Apabila seberkas cahaya dijatuhkan pada koloid, maka
akan dihamburkan.
 Gerak Brown
Gerak brown adalah gerakan terpatahterpatah (gerak zig-zag) yang terus
menerus dalam sistem koloid. Gerak Brown terjadi akibat tumbukan yang tidak
seimbang dari molekul-molekul medium tehadap partikel koloid.
 Muatan Koloid
Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikel–
partikel koloid yang bermuatan dengan bantuan arus listrik akan mengalir ke
masinh-masing elektroda yang muatannya berlawanan. Partikel yang bermuatan
positif bergerak menuju ke elektroda positif.
Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan dari
zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik
 Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari proses
koagulasi atau penggumpalan.
 Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan koloid dengan menggunakan kertas
perkamen atau membran yang diletakkan di dalam air yang mengalir. Dialisis
digunakan dalam proses pembuatan koloid untuk menghilangkan ion-ion yang
dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut.
 Kolois Liofil dan Liofob
Suatu koloid dikatakan koloid liofil apabila terdapat gaya tarik – menarik yang
cukup besar antara zat yang terdispersi dengan mediumnya. Sedangkan disebut
koloid liofob apabilagaya tarik- menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah.
31

Terdapat 2 metode pembuatan Koloid ialah sebagai berikut:

 Kondensasi ialah, penggabungan partikel partikel halus menjadi partikel yang


lebih besar. Kondensasi memiliki 2 cara dalam pembuatannya yaitu cara kimia
dan cara fisika.
 Dispersi ialah,Pemecahan partikel menjadi lebih kecil. Dispersi memiliki
beberapa cara dalam prosesnya yaitu Mekanik, Peptisasi dan Busur Bredig.

1.9 Pertemuan 10

Asam dan Basa

Istilah asam berasala dari kata Latin acidus (asam), yang berkaitan dengan kata acer
(tajam) dan acetum (cuka). Cuka adalah larutan air dari asam asetat. Sedangkan istilah
alkali (basa) berasal dari Bahasa Arab al-qali, yaitu abu dari suatu tanaman yang
berkaitan dengan daerah rawa garam dan padang pasir. Sifat yang nberkaitan erat
dengan asam adalah rasaya asam, rasa seperti ditusuk jarum apabila terkena kulit,
kemampuannya melarutkan Sebagian besar logam, dan kemampuannya melarutkan
batu kapur dan mineral karbonat lainnya. Basa memiliki rasa pahit dan licin, sifat dasar
basa banyak ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah tangga
lainnya. Baik asam maupun basa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi warna
dari unsur pokok tanaman tertentu. Beberapa teori yang mencoba menjelaskan tentang
asam basa diantaranya Antoine Lavoisier(1777) yang mengemukakan bahwa semua
asam mengandung oksigen. Pada tahun 1810, Humphry Davy mengemukakan bahwa
unsur dalam asam bukan oksigen tapi hydrogen, yang ditunjukkan oleh asam
hidrokhlorik yang mengandung hanya atom H dan CI tanpa ada O.

Teori Arrhenius, gambaran tentang asam basa yang digunakan sampai sekarang,
dikembangkan oleh Svante Arrhenius(1884) berdasarkan teori tentang penguraian
elektrolisis, bahwa ada dua macam larutan elektrolit(larutan dalam air), yaitu elektrolit
kuat dan elektrolit lemah. Disebut elektrolit kuat apabila zat terlarut terurai
32

sempurna(terionisasi) dalam larutan air, dan disebut elektrolit lemah apabila terurai
hanya sedikit sekali yang terionisasi. Menurut Arrhenius, asam adalah senyawa yang
apabila terurai akan menghasilkan ion hydrogen( H +¿¿ ), sebagai contoh:

Keterbatasan Teori Arrhenius, Salah satu keterbatasan yang sangat serius dan yang
sangat nyata adalah tentang basa lemah amonia, NH 3. Menurutnya, senyawa harus
memiliki OH −¿¿ jika ingin disebut basa. Sedangkan NH 3 tidak memiliki OH −¿¿.

Teori BrØnsted-Lowry

J.N BrØnsted di Denmark dan T.M Lowry di Inggris secara sendiri-sendiri mengusulkan
definisi baru untuk asam dan basa pada tahun 1923. Menurut teori mereka, asam
adalah donor proton(pemberi proton) dan basa adalah aseptor proton(penerima
proton), dimana proton adalah H +¿¿ .

Beberapa ide dasar tentang asam kuat dan basa kuat serta factor yang
mempengaruhinya adalah sebagai berikut Asam menyumbang proton kepada senyawa
lainnya yang disebut Basa, yang menerima proton. Pada umumnya, reaksi asam-basa
adalah reversible(bolak-balik), artinya setiap asam mempunyai basa konjugat dan
setiap basa memiliki asam konjugat.

Beberapa tambahan mengenai Teori BrØnsted-Lowry

 Setiap spesies yang menurut teori Arrhenius adalah asam, tetap asam dalam
teori BrØnsted-Lowry. Hal yang sama untuk basa.
 Spesies tertentu, karena tidak mengandung gugus hidroksi, tidak dapat
diklasifikasi sebagai basa oleh teori Arrhenius. Akan tetapi spesies tersebut
diklasifikasi sebagai basa.
 Teori BrØnsted-Lowry dapat menjelaskan senyawa yang dapat berfungsi
sebagai asam maupun basa (amfiprotik). Teori Arrhenius tidak dapat dengan
mudah menjelaskan perilaku ini.
33

Self-ionisasi Air

Air murni termasuk nonelektrolit, meskipun demikian ada juga yang terionisasi, tetapi
konsentrasinya sangat rendah, dan dapat di deteksi melalui pengukuran konduktivitas
listrik. Ion-ion ini hanya dapat terjadi karena ionisasi molekul-molekul air itu sendiri(self-
ionization).

Menurut teori Arrhenius, dapat dituliskan:


H 2O y H+ + OH–

Pada teori Brønsted – Lowry, proses ionisasi melibatkan pemberian proton dari
satu molekul air kepada molekul air lainnya. Jadi, satu molekul air bertindak
sebagai asam dan molekul lainnya bertindak sebagai basa. Hasilnya adalah ion
hidronium, H3O+ (konjugat asam), dan ion hidroksida, OH– (konjugat basa).
Reaksi ini reversible, dan pada reaksi kebalikannya H3O+ memberikan proton
kepada OH–.
Kesetimbangan dalam self-ionisasi air dapat dinyatakan dengan tetapan
kesetimbangan yang melibatkan konsentrasi H3O+ dan OH–, akan tetapi tidak
melibatkan air itu sendiri.
K = [ H 3O+] [OH–]
Untuk air murni, konsentrasi H3O+ dan OH– adalah sama.
Asam Kuat dan Basa Kuat

Apabila asam ditambahkan pada air, seperti pada larutan air hidrogen klorida,
selain self- ionisasi dari air
H2O + H2O y H3O+ + OH–
asam basa asam bas
a

asam juga terionisasi

HCl + H2O  H3O+ + Cl–


asam basa aam ba
34

sa

Self-ionisasi dari air (reasi ke kanan) terjadi hanya sedikit. Berbeda jauh dengan
ionisasi dari HCl, asam kuat, yang berjalan secara sempurna. Oleh karena itu,
dapat diambil kesimpulan
bahwa: dalam menghitung [H3O+] dalam suatu larutan air dari asam kuat, asam
kuat tersebut merupakan sumber satu-satunya yang berarti untuk H3O+, kecuali
kalau larutannya sangat encer (kurang dari 10–6 M).

Asam Kuat dan Basa Kuat.

AsamBasa

HCl LiOH

HBr NaOH

HI KOH

HClO4 RbOH

HNO3 CsOH

H2SO4a Ca(OH)2
Sr(OH)2

Ba(OH)2

pH dan pOH

Terdapat cara yang jauh lebih tepat yang diusulkan oleh ahli biokimia dari Denmark
bernama Søren Sørensen pada tahun 1909, yaitu pH dan pOH, dimana pH adalah
harga negatif dari log [H3O+], sedangkan pOH adalah harga negatif dari log
[OH–]. pH menggambarkan kekuatan asam sedangkan pOH menggambarkan
kekuatan basa. Semakin kecil harga pH, semakin asam larutan, semakin besar harga
pOH, semakin basa larutan.
35

Di bawah ini adalah ringkasan hal-hal penting yang perlu diketahui tentang
konsep pH dan pOH.

pH = – log [H3O+]

pOH = – log [OH–]

pH + pOH = 14

Jika larutan semakin asam, maka [H3O+] semakin besar, dan pH semakin
kecil

Jika larutan semakin basa, maka [OH–] semakin besar, dan pOH
semakin kecil, akan tetapi pH semakin besar

Larutan dengan pH = 7 adalah netral, larutan dengan pH < 7 adalah asam,
larutan dengan pH > 7 adalah basa

Asam Lemah dan Basa Lemah

Asam dapat memiliki konsentrasi molaritas yang sama akan tetapi konsentrasi
H3O+ dan pH yang berbeda. Konsentrasi molaritas hanya menunjukkan apa yang
dimasukkan dalam larutan, sedangkan [H3O+] tergantung pada apa yang terjadi dalam
larutan.

Diabaikan: H2O + H2O y H3O+ + OH–


asam basa asam basa
Reaksi HCl + H2O y H3O+ + Cl–
sempurna: asam basa asam basa
Reaksi HC2H3O + H2O y H3O+ + C2H3
reversible: 2 basa asam O2–

asam basa

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi reversible adalah

[H O ][C H O 
] 

K  3 2 3 2
 1,74 x 10 5

a
HC H O ]
2 3 2

Ka disebut tetapan ionisasi asam dari asam asetat (HC2H3O2), dan harga 1,74 x 10–
5 diperoleh melalui percobaan.
36

Bagaimana mengenali asam lemah. Seperti telah diketahui bahwa unsur kunci
dari asam adalah hidrogen (H), akan tetapi suatu senyawa tidak dapat disebut
asam hanya karena memiliki atom H. Satu atau lebih atom H tersebut harus dapat
terionisasi. Sebagai contoh, dapat dilihat pada asam asetat, dimana rumusnya dapat
dituliskan dalam lima cara yang berbeda.

Rumus empiris : CH2O

Rumus molekul : C2H4O2


Rumus ’asam’ : HC2H3O2
Rumus struktur yang dipadatkan :
CH3COOH
Rumus struktur :

Rumus empiris ditentukan berdasarkan analisis sederhana, misal analisis


pembakaran. Pada rumus ini sama sekali tidak ada petunjuk yang dapat
menjelaskan mengapa asam asetat adalah asam. Rumus molekul
menunjukkan bahwa berat molekul asam asetat adalah 60 (dua kali berat
rumus empiris), akan tetapi lagi-lagi tidak ada petunjuk tentang asal dari
keasaman. Pada rumus ’asam’, HC2H3O2, dapat ditunjukkan bahwa satu dari
empat atom H berbeda dari tiga atom lainnya. Atom H ini adalah atom yang
terionisasi apabila asam asetat ditambahkan pada air. HC2H3O2 adalah
rumus yang akan digunakan dalam bab ini. Pada rumus struktur yang
dipadatkan, akan lebih spesifik perbedaan antara satu atom H yang terikat
pada atom O dengan tiga atom H yang terikat pada atom C. Rumus struktur
yang lengkap bahkan lebih spesifik lagi dalam menunjukkan penataan ikatan.
Kalau atom hidrogen yang dapat terionisasi dituliskan pada awal rumus, maka
akan mudah mengenali asam. Untuk membedakan asam lemah dan asam
kuat dapat dilihat kembali table diatas yang memuat asam kuat dan basa kuat
yang jumlahnya hanya sedikit. Kecuali ada penjelasan yang berlawanan, maka
dapat diasumsikan bahwa asam lain selain yang tertera pada table diatas adalah
asam lemah. Dengan demikian, untuk menentukan komposisi dari larutan asam
37

harus digunakan tetapan ionisasi, Ka.

Bagaimana mengenali basa lemah. Sekilas tampaknya mengidentifikasi


basa lemah lebih sulit dibandingkan asam lemah, tidak ada unsur yang jelas
yang dituliskan di awal rumus. Di sisi lain, pada table diatas dapat dilihat
bahwa semua, kecuali satu (pyridine), dapat dianggap sebagai molekul
amonia dimana beberapa gugus lain ( C 6 H 5 , –C 2 H 5, –OH, – CH 3) sudah
disubstitusi dengan salah satu atom H. Substitusi atom H oleh gugus metil, –
CH 3 dan ionisasi metilamina sebagai basa Brønsted – Lowry adalah sebagai
berikut

dan tetapan ionisasi adalah

[CH NH 
][OH ] 

3 3 4
K b  4,2 x 10
CH3NH2 ]

Tentu saja tidak semua basa lemah mengandung N, akan tetapi sangat
banyak yang mengandung N, sehingga kemiripan dengan NH3 layak diingat.

Asam Poliprotik

Semua asam yang ada pada Tabel 12-2 adalah asam lemah monoprotik. Asam
tersebut hanya menghasilkan satu proton (H+) untuk setiap molekul asam,
38

meskipun mungkin ada lebih dari satu atom H dalam molekul. Jadi, pada asam
asetat hanya atom H yang terikat pada atom O yang terionisasi.

Ada beberapa asam yang mengandung lebih dari satu atom H yang terionisasi per
molekul asam. Asam ini disebut asam poliprotik. Karena memiliki lebih dari satu
atom H yang terionisasi, maka asam poliprotik memiliki lebih dari satu harga
tetapan kesetimbangan asam. Tetapan ionisasi dari beberapa asam poliprotik

Asam fosfat. Asam fosfat menduduki peringkat kedua diantara asam komersial
yang penting. Asam fosfat digunakan dalam pembuatan pupuk fosfat, akan tetapi
dalam jumlah besar juga digunakan dalam pembuatan deterjen. Beberapa variasi
natrium, kalium, dan kalsium fosfat digunakan dalam industri makanan. Asam fosfat,
H3PO4, memiliki tiga atom H terionisasi, dan tiga atom H tersebut terionisasi dengan
tiga cara yang berbeda. H3PO4 disebut asam tripotik. Pada tahap ionisasi pertama,

molekul H3PO4 terionisasi menghasilkan H3O+ dan H2PO4–. Pada tahap kedua,

H2PO4– terionisasi menghasilkan H3O+ dan HPO42–. Dan pada tahap ketiga (akhir),

HPO42– terionisasi menghasilkan H3O+ dan PO43–.

Beberapa hal umum tentang asam poliprotik adalah sebagai berikut

Semua spesies yang terlibat dalam kesetimbangan ionisasi (H3PO4, H3O+, H2PO4–,

HPO42–

, PO43–) ada dalam fasa larutan yang sama.

Hanya ada satu harga konsentrasi untuk masing-masing spesies dalam larutan, tidak
melihat asalnya, dan masing masing harga konsentrasi harus konsisten dengan semua
tetapan ionisasi dimana harga tersebut berada. (Sebagai contoh, hanya ada satu harga
konsentrasi untuk [H3O+] dalam H3PO4(aq), harga ini dipakai dalam Ka1, Ka2, dan
Ka3).

Urutan besar kecilnya tetapan ionisasi adalah selalu Ka1 > Ka2 > Ka3.

Asumsikan bahwa ionisasi pada tahap pertama jauh lebih penting dari pada
ionisasi pada tahap kedua dan ketiga. Artinya:
39

Harga [H3O+] dapat dihitung hanya dari Ka1 dan

b. [H2PO4–] = [H3O+]

Asumsi 4 juga berarti bahwa konsentrasi anion yang dihasilkan pada ionisasi tahap

kedua (pada kasus asam fosfat adalah HPO42–) sebanding dengan Ka2, dimana
konsentrasi ini tidak tergantung dari molaritas asam.

Asam sulfat. Asam sulfat berbeda dengan asam poliprotik lainnya, kareana asam
sulfat adalah asam kuat pada tahap ionisasi pertama dan asam lemah pada
tahap ionisasi kedua. Ionisasi terjadi secara sempurna pada tahap pertama,
artinya sebagian besar larutan H2SO4(aq) terurai sehingga [H2SO4] ≈ 0. Jadi
kalau dimulai dengan larutan H 2SO4 0,5 M, maka pada ionisasi tahap pertama

diperoleh H3O+ 0,5 M dan HSO4– 0,5 M. Kemudian dapat dicari berapa banyak

HSO4– yang terionisasi pada tahap kedua untuk menghasilkan H3O+ dan

SO42–.

Ion Sebagai Asam dan Basa

Sampai pada bagian ini, pembahasan hanya ditekankan pada perilaku molekul
netral sebagai asam (misal, HCl, HC2H3O2, H3PO4), atau sebagai basa
(misal, NH3, CH3NH2). Padahal sebenarnya ion pun dapat bertindak sebagai
asam atau basa. Sebagai contoh, pada tahap ionisasi kedua dan seterusnya
dari asam poliprotik, anion bertindak sebagai asam.

Hidrolisis. Telah dipelajari bahwa dalam air murni pada 25°C, [H3O+] = [OH–]
= 1 x 10–7 M dan pH = 7, maka disebut air murni pH nya netral.

abila garam seperti NaCl ditambahkan ke dalam air, terjadi disosiasi sempurna
menjadi Na+ dan Cl–, akan tetapi ion-ion ini tidak mempengaruhi self-ionisasi dari
air. pH larutan tetap 7, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12-2(b).
Na+ + Cl– + H2O  tidak terjadi reaksi

Apabila NH4Cl ditambahkan ke dalam air, pH turun menjadi di bawah 7, yaitu 5,5
40

seperti pada Gambar 12-2(a). Artinya [H3O+] dalam larutan bertambah dan
[OH–] berkurang. Pasti terjadi reaksi yang menghasilkan H3O+. Cl– tidak dapat
bertindak sebagai asam karena tidak memiliki proton untuk disumbangkan.

Meskipun demikian, terjadi reaksi antara NH4+ dan air.

Reaksi NH4+ menjadi NH3 pada dasarnya tidak berbeda dengan reaksi asam –
basa. Meskipun demikian, reaksi antara suatu ion dengan air, terutama kalau air
merupakan satu-satunya asam atau basa lainnya, sering disebut reaksi
hidrolisis. Dapat dikatakan bahwa ion amonium mengalami hidrolisis,
sedangkan ion khlorida tidak.
Apabila natrium asetat ditambahkan ke dalam air, pH naik menjadi diatas 7,
yaitu 9,5 seperti pada Gambar 12-2(c). Artinya [OH–] dalam larutan bertambah
dan [H3O+] berkurang. Ion natrium bukan asam dan juga bukan basa, akan
tetapi ion asetat mengalami hidrolisis.
Na+ + H2O  tidak terjadi
reaksi
C2H3O + H2O y HC2H3O2 + OH

2–

Dari pembahasan di atas dapat disusun beberapa pernyataan kualitatif tentang


hidrolisis dalam larutan air. Perhatikan bahwa pernyataan ini menggambarkan
fakta yang umum bahwa hidrolisis akan terjadi hanya apabila reaksi kimia
dapat menghasilkan asam lemah atau basa lemah.

 Garam dari asam kuat dan basa kuat (misal, NaCl) tidak mengalami
hidrolisis. Larutan memiliki pH = 7.
 Garam dari asam lemah dan basa kuat (misal, NaC2H3O2) mengalami
hidrolisis. Larutan memiliki pH > 7 (anion bertindak sebagai basa).
 Garam dari asam kuat dan basa lemah (misal, NH4Cl) mengalami
hidrolisis. Larutan memiliki pH < 7 (kation bertindak sebagai asam).
 Garam dari asam lemah dan basa lemah (misal, NH4C2H3O2)
mengalami hidrolisis. (Kation bertindak sebagai asam dan anion sebagai
41

basa, akan tetapi larutan bersifat asam atau basa tergantung pada harga
relatif dari Ka dan Kb untuk ion).

1.10 Pertemuan 11

Termodinamika

a. Hukum Awal atau Zeroth Law menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan
setimbang dengan sistem ketiga, maka ketiganya saling setimbang satu sama
lain.

b. Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa saat sistem mengalami perubahan


volume, sistem akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan
suhu akan mengalami perubahan energi dalam.

a) Dalam Hukum I Termodinamika dinyatakan bahwa energi dapat berubah


bentuk.

Q = W + ∆U

Jika kalor diberikan kepada sistem, maka volume dan suhu sistem akan
bertambah  dan sistem terlihat mengembang atau bertambah panas. 
Jika kalor diambil dari sistem, maka volume dan suhu sistem akan
berkurang dan sistem terlihat mengerut atau berkurang panasnya.

Hukum I termodinamika terdiri atas beberapa proses, yaitu :


Isokhorik adalah proses termodinamika yang terjadi saat volume konstan.
Suatu gas dikatakan melakukan proses isokhorik jika gas tersebut berada
dalam volume konstan (∆V= 0), tidak melakukan usaha (W=0) dan kalor
yang diberikan sama dengan perubahan energi di dalamnya.

Qv = ∆U
42

Keterangan :
Qv adalah kalor gas dalam volume konstan.
∆U adalah perubahan energi dalam gas.

Pada proses isokhorik, grafik hubungan tekanan gas (P) dan volume gas
(V) berbentuk vertikal.

 Isotermik/ isotermal adalah proses termodinamika yang terjadi pada


sistem saat suhu konstan (∆T=0), energi kalor (Q) tidak sama dengan 0,
energi kalor sama dengan usaha (Q=W) dan tidak terjadi perubahan
energi dalam (∆U=0).

Proses isotermik terjadi saat suatu sistem berada dalam reservoir panas
luar. Perubahan akan terjadi secara perlahan, sehingga sistem dapat
terus menyesuaikan diri dengan suhu reservoir melalui pertukaran panas.

Q = W = nRT. 1n. V2/V1

Pada proses isotermik, grafik hubungan tekanan gas (P) dan volume gas
(V) berbentuk kurva/ garis melengkung.

- Isobarik adalah proses termodinamika yang terjadi saat tekanan tetap


konstan (∆P=0). Suatu gas dikatakan melakukan proses isobarik jika gas
tersebut dalam tekanan konstan (W=p∆V).

Ketika kalor dipindahkan ke sistem untuk melakukan usaha, maka akan


terjadi perubahan energi dalam sistem.

Q = ∆U + W

Usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai selisih energi kalor
yang diserap oleh gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi kalor
yang diserap gas pada volume konstan (Qv).

W= Qp-Qv
43

Pada proses isobarik, grafik hubungan tekanan gas (P) dan volume gas
(V) berbentuk horizontal.

- Adiabatik adalah proses termodinamika saat tidak ada kalor yang


diserap atau dilepaskan oleh sistem (Q=0), sehingga usaha yang
dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalam gas (W = ∆U).

Jika suatu sistem yang berisi gas mengalami proses adiabatik, tekanan
dan volume gas akan berubah. Usaha yang dilakukan gas dapat
dinyatakan dengan

W = 1/ γ-1 (p1V1 – p2V2)

Keterangan :
γ adalah konstanta yang diperoleh dari perbandingan kapasitas kalor
molar gas pada tekanan dan volume konstan. Umumnya, nilai γ lebih
besar dari 1.

Proses adiabatik terjadi pada sistem tertutup, baik yang terisolasi maupun
tidak terisolasi. Jika sistem tertutup tidak terisolasi, proses harus dilakukan
secara cepat, sehingga tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari
sistem.

Pada proses adiabatik, grafik hubungan tekanan gas (P) dan volume gas
(V) berbentuk kurva/garis melengkung yang sedikit lebih curam
dibandingkan grafik pada proses isotermik.

c. Hukum II Termodinamika menyangkut pernyataan Kelvin-Plank dan Clausius.


Kelvin-Plank menyatakan bahwa tidak mungkin suatu sistem bekerja
dalam satu siklus termodinamika, menerima kalor dari reservoir (tempat yang
menyimpan bahan bakar gas atau minyak) dan mengubah seluruh kalor menjadi
energi atau usaha.
44

Clausius menyatakan bahwa tidak mungkin suatu sistem bekerja dalam


satu siklus termodinamika dengan memindahkan kalor dari sistem bertemperatur
tertentu ke sistem bertemperatur lebih tinggi.

Clausius juga menyatakan bahwa pada proses reversible (proses yang


berlangsung dalam dua arah atau berbalik), total entropi tidak akan berubah,
sedangkan pada proses irreversible (proses yang berlangsung searah), total
entropi akan bertambah.

Dalam Hukum II Termodinamika terdapat batasan-batasan terhadap


perubahan energi.Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir
dari benda bersuhu panas ke benda bersuhu dingin secara alami.

d. Hukum III Termodinamika menyatakan bahwa saat sistem mencapai temperatur


nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai
minimum.Entropi benda berstruktur kristal sempurna akan bernilai nol pada
temperatur nol absolut.

Entropi

Entropi adalah ukuran gangguan atau keacakan dalam sistem selama proses
kimia. Sebenarnya, itu adalah ukuran aktivitas acak, yang biasanya merupakan jumlah
gangguan dalam sistem. Seperti yang kita ketahui bahwa energi dalam benda
menceritakan tentang kemampuannya untuk melakukan usaha, energi dalam benda
dapat menjadi tipe apa pun. Dapat berupa energi mekanik, kimia, termal, nuklir atau
lainnya. Ukuran dari perubahan energi atau gangguan selama proses kimia adalah
entropi. ‘S’ menunjukkan entropi, dan selalu ditulis sebagai huruf kapital. Dalam sebuah
persamaan, itu ditulis sebagai ‘ΔS’ karena mewakili gangguan dalam entropi selama
proses kimia. Satuan SI untuk Entropi (S) adalah Joule per Kelvin (J / K). Suhu dalam
persamaan entropi diukur pada skala temperatur absolut atau Kelvin.

Entalpi
45

Entalpi mengukur perubahan panas atau perubahan energi internal sistem


selama reaksi kimia di bawah tekanan konstan. Entalpi adalah ukuran total energi
dalam sistem, meskipun selalu menunjukkan perubahan dalam sistem energi pada
tekanan konstan karena total entalpi sistem tidak dapat diukur. Entalpi  dilambangkan
sebagai ‘ΔH.’ Ini menceritakan tentang perbedaan antara entalpi produk dan entalpi
reaktan. Entalpi diukur dalam satuan Jmol-1. Kata entalpi berasal dari kata Yunani
‘enthalpos,’ yang berarti ‘memancarkan panas ke dalam’. Kata ‘enthalpy’ untuk ukuran
ini diciptakan oleh ahli fisika terkenal abad ke-19 Heike Kamerlingh Onnes. Umumnya
diukur dalam joule per kilogram.

1.11 Pertemuan 12

Reaksi kimia merupakan reaksi antar senyawa kimia atau unsur-unsur kimia yang
melibatkan perubahan struktur dari molekul. Reaki kimia pada umumnya berkaitan
dengan pembentukan dan pemutusan ikatan kimia.

Pada ikatan kimia, atom zat (reaktan) akan bereaksi sehingga menghasilkan hasil
(produk). Berlangsungnya proses ini dapat memerlukan energi (reaksi endoterm) atau
melepaskan energi (reaksi eksoterm)

Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

a. Orde reaksi
Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat
dari konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju. Konsentrasi merupakan
salah satu faktor yang dapat mempercepat laju reaksi.
b. Luas permukaan sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting, sehingga
menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas
permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang
direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka
semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar
kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
c. Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada
suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin
46

aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan


laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel
semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
Suhu merupakan properti fisik dari materi yang kuantitatif mengungkapkan
gagasan umum dari panas dan dingin.
d. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada
suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

e. Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut.
Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu
zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada
molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada
molaritas yang tinggi.
f. Konsentrasi
Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrasi reaktan
maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya
semakin tinggi konsentrasi, maka semakin banyak molekul reaktan yang
tersedia, dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak
juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. Jadi semakin tinggi konsentrasi,
semakin cepat pula laju reaksinya.

1.12 Pertemuan 13

Kesetimbangan kimia adalah kondisi dalam reaksi kimia yang reversibel atau
dapat balik dimana tidak terdapat perubahan baik jumlah reaktan maupun jumlah
produk yang terbentuk dalam reaksi tersebut, dimana khususnya pada reaksi reversibel
47

adalah reaksi dimana produk yang terbentuk akan segera bereaksi kembali untuk
menghasilkan reaktan awal.

 Kesetimbangan homogen : kesetimbangan kimia yang di dalamnya terdapat satu


wujud zat, seperti gas atau larutan
 Kesetimbangan heterogen : Kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan
kimia yang di dalamnya terdapat berbagai macam wujud zat, misalnya gas,
padat, cair dan larutan.

Faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia :

a. Perubahan Konsentrasi
Berdasarkan prinsip Le Chatelier penambahan reaktan dalam sistem yang telah
setimbang akan menggeser reaksi untuk bergerak ke arah kanan (ke arah
produk) dan sebaliknya untuk pengurangan konsentrasi reaktan akan menggeser
reaksi ke arah kiri (ke arah reaktan).

b. Perubahan Tekanan
Perubahan tekanan atau volume dalam sistem juga akan mengganggu sistem
kesetimbangan yang sudah biasanya mudah terbentuk.
Ketika tekanan sistem meningkat atau volume berkurang, maka kesetimbangan
akan bergeser ke sisi yang jumlah molnya lebih sedikit dan ketika tekanan
berkurang atau volume meningkat, maka kesetimbangan akan bergeser ke sisi
yang jumlah molnya lebih banyak. Dalam hal ini koefisien reaksi sangat
berpengaruh karena koefisien akan menentukan jumlah mol dari suatu zat.

c. Perubahan suhu
Pengaruh suhu dalam suatu sistem setimbang berkaitan dengan panas reaksi
dimana pada reaksi endoterm, maka panas akan diserap oleh reaksi sehingga
akan menghasilkan nilai entalpi reaksi positif.Ketika suhu sistem dinaikkan, maka
kesetimbangan akan bergerser ke sisi yang merupakan reaksi endoterm atau
menyerap panas. Sedangkan saat suhu diturunkan, maka reaksi akan bergeser
ke sisi yang merupakan reaksi endoterm atau melepaskan panas.
48

1.13 Pertemuan 14

ELEKTROKIMIA

A. Elektrokimia adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari


aspek kelistrikan dari reaksi kimia. elemen yang digunakan dalam reaksi
elektrokimia dikarakterisasikan dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Secara
umum elektrokimia terbagi dalam dua kelompok, yaitu sel gavani dan sel
elektronis. Reaksi elektrokimia dapat berlangsung secara spontan, yaitu ketika
dua elektroda yang direndam di dalam cairan elektronit dihubungkan dengan
untai listrik Elektrokimia digunakan untuk pemurnian dan
pelapisan logam serta elektrosistenis
B. Sel elektrokimia adalah tempat berlangsungnya reaksi kimia sehingga
menghasilkan arus listrik atau karena pengaruh adanya arus listrik. Reaksi kimia
yang terjadi adalah Reduksi dan Oksidasi atau disebut Reaksi Redoks. Sel
elektrokimia terdapat dua jenis yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Contoh sel
volta dalam kehidupan sehari-hari adalah Aki, Baterai Alkaline, Baterai Seng-
karbon, Baterai Merkuri. Sedangkan sel elektrolisis juga dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah untuk proses penyepuhan,
produksi aluminium, pemurnian logam dan untuk menghilangkan karat.

Sel elektrokimia merupakan susunan dari dua material konduktor listrik yaitu
katoda dan anoda yang kemudian disebut dengan elektroda. Katoda
adalah tempat berlangsungnya reaksi reduksi sedangkan anoda adalah tempat
berlangsungnya reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi itu sendiri merupakan reaksi
yang dapat memengaruhi bilangan oksidasi mengalami kenaikan
sedangkan reaksi reduksi merupakan reaksi yang dapat memengaruhi bilangan
oksidasi menjadi menurun.

C. Sel Elektrokimia terdapat 2 jenis yaitu :

1. Sel Volta merupakan rangkaian sel yang dapat menghasilkan arus listrik karena
terjadi perubahan reaksi redoks. Singkatnya, sel volta mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Reaksi yang terjadi secara spontan
2. Sel Elektrolisis merupakan sel yang menghasilkan reaksi redoks yang
dikehendaki dengan menggunakan arus listrik. Singkatnya, sel elektrolisis
mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Reaksi yang terjadi secara tidak
spontan karena memerlukan arus listrik.
49

D. Elektroda
Elektroda dalam sel elektrokimia dapat disebut sebagai anoda atau katoda.

• Anoda merupakan elektroda di mana elektron datang dari sel


elektrokimia sehingga oksidasi terjadi

• Katoda merupakan elektroda di mana elektron memasuki sel elektrokimia


sehingga reduksi terjadi.

Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anoda atau katoda tergantung dari
tegangan listrik yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut. Elektroda bipolar adalah
elektroda yang berfungsi sebagai anoda dari sebuah sel elektrokimia dan katoda bagi
sel elektrokimia lainnya

E. Reaksi-reaksi sel elektronis


• Reaksi Pada Katode

– Ion positif akan mengalami reduksi, kecuali kation (+) yang berasal dari
logam IA,IIA, dan Mn dalam larutan air tidak mengalami reduksi, yang
mengalami reduksi adalah H2O, Reaksinya:

– 2H20 + 2e  H2 + 2OH-

– Ion logam IA,IIA.Al, dan Mn berbentuk lelehan (leburan) akan mengalami


reduksi

• Reaksi Pada Anode

– Ion negatif akan mengalami oksidasi jika elektrodanya nonaktif (Pt dan C).
Ion negatif yang mengandung O (SO 42-,MnO4-,NO3-,dll) tidak mengalami
oksidasi, yang mengalami oksidasi adalah H2O

– Reaksi : 2H2O  4H+ + O2 + 4e

– Jika elektrode anode merupakan logam aktif (selain Pt dan C) yang


mengalami Oksidasi adalah elektrode tersebut.

F. Potential elektroda

Potensial Elektroda merupakan ukuran terhadap besarnya kecenderungan suatu


unsur untuk melepaskan atau mempertahankan elektron.
50

• Potensial elektroda tergantung pada :

- Jenis Elektroda
- Suhu
- Konsentrasi ionnya

1.14 Pertemuan 15

Contoh elektrolisis

: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) o 2H+ (aq) +
2Cl ¯ (aq) Anoda: 2Cl ¯ (aq) o Cl2 (g) + 2e¯ (Oksidasi) Katoda: 2H+ (aq) + 2e¯ o H2
(g) (Reduksi)
————————————————————————————————— + Total:
2HCl (aq) o H2 (g) + Cl2 (g) (Redoks)

b. Elektrolisis larutan NaOH dengan elektroda Pt, reaksinya: 4NaOH (aq) o 4Na+ (aq)
+ 4OH ¯ (aq) A: 4OH ¯ (aq) o 2H2O (l ) + O2 (g) + 4e¯ (Oksidasi) K: 4H2O (l ) + 4e¯
o 2H2 (g) + 4OH ¯ (aq) (Reduksi)
————————————————————————————————— + T: 4NaOH
(aq) + 2H2O (l ) o 4Na+ (aq) + 4OH ¯ (aq) + 2H2 (g) + O2 (g) Proses elektrolisis
dalam industri misalnya: a. Penyepuhan (melapisi logam dengan logam lebih mulia
misal Ni, Cr, atau Au). b. Pemurnian logam (misal Ag, Cu, Au). c. Pembuatan senyawa
(misal NaOH) atau gas (misal O2, H2, Cl2)

. Hukum Faraday Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi
perubahan kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya
arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda
(anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).
Hukum Faraday I: Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding
lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan. W a Q w = berat zat yang
diendapkan (g). W a I.t Q = jumlah arus listrik = muatan listrik (C) W = e.I.t e = tetapan =
(gek : F) gek.I.t I = kuat arus listrik (A). =  t = waktu (dt). F gek = massa ekivalen
zat (gek). Ar.I.t Ar = massa atom relatif. =  n = valensi ion. n.F F = bilangan
faraday = 96 500 C. Massa ekivalen = massa zat yang sebanding dengan 1 mol
51

elektron = 6,02 x 1023 e¯ 1 gek a 1 mol e¯ Jika arus listrik 1 F dialirkan ke dalam
larutan AgNO3 maka akan diendapkan 1 gram ekivalen Ag. Ag+ (aq) + e¯ o Ag (s) 1
mol e¯ a 1 mol Ag a 1 gram ekivalen Ag Untuk mendapatkan 1 gram ekivalen Ag
diperlukan 1 mol e¯ 1 gram ekivalen Ag = 1 mol e¯ = 1 mol Ag = 108 gram Ag

Anda mungkin juga menyukai