PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Ikatan Kristal
A. IKATAN KRISTAL
Pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana suatu kristal
dapat membentuk suatu kesatuan dengan kristal yang lainnya. Beberapa
istilah khusus yang digunakan dalam bahasan ini adalah: pertukaran energi,
gaya Van der Waals, dan ikatan kovalen. Sedangkan perbedaan antara bentuk
struktur kristal satu dengan yang lainnya disebabkan adanya perbedaan
distribusi dari elektron terluar dan inti-inti ion.
Adanya gaya tarik menarik antara muatan positif pada inti dengan
muatan negatif dari elektron dalam atom menyebabkan terjadinya interaksi
dari unit-unit atom pada struktur kristal tersebut. Sedangkan gaya lainnya
seperti gaya magnet hanya memberikan pengaruh kecil pada interaksi, dan
pengaruh gaya gravitasi dapat diabaikan.
Energi kohesif dari kristal digambarkan sebagai energi yang harus
diberikan kepada kristal untuk memisahkan komponen-komponennya
menjadi atom-atom bebas yang netral pada keadaan diam dan pada jarak
pisah yang tidak berhingga. Sedangkan energi kisi digunakan dalam bahasan
kristal ionik dan didefinisikan sebagai energi yang harus diberikan pada
kristal untuk memisahkan komponen-komponennya menjadi ion-ion bebas
pada keadaan diam dan pada jarak tak hingga.
Nilai energi kohesif dari elemen-elemen kristal dapat dilihat pada Tabel
4.1. Perhatikan variasi dalam energi kohesif antara unsur-unsur dalam tabel
periodik. Kristal gas mulia memiliki ikatan yang lemah, dengan energi
PEFI4315/MODUL 4 4.3
kohesif yang hanya beberapa persen bila dibandingkan dengan energi kohesif
dari unsur-unsur pada kolom C, Si, Ge, dst. Sementara itu, kristal logam
alkali memiliki nilai energi kohesif menengah, sedangkan unsur-unsur logam
transisi memiliki ikatan yang cukup kuat. Titik leleh dan modulus bulk dari
kristal bervariasi dan bergantung pada energi kohesifnya.
Tabel 4.1
Tabel Periodik Unsur
Struktur kristal yang dibentuk oleh gas mulia merupakan struktur yang
paling sederhana. Distribusi elektron pada gas mulia sangat berdekatan bila
dibandingkan dengan atom-atom bebas. Sifat-sifat kristal pada gas mulia di
antaranya: bersifat isolator, memiliki ikatan yang lemah, dan temperatur leleh
yang cukup rendah. Atom-atomnya memiliki energi ionisasi yang sangat
tinggi. Kulit-kulit atom terluar dari gas mulia umumnya telah terisi penuh
oleh elektron, dan distribusi dari muatan elektron dalam atom-atom gas mulia
simetrik seperti bola.
Distribusi elektron di dalam kristal tidak dapat diganggu secara
signifikan oleh distribusi elektron di sekitar atom bebas. Hal ini dikarenakan
4.4 Pengantar Fisika Zat Padat
energi kohesif dari atom pada kristal hanya sebesar 1 persen atau lebih kecil
dari energi ionisasi elektron pada atom, sehingga energi yang dibutuhkan
untuk mengubah distribusi muatan atom bebas tidak cukup. Perubahan
distribusi muatan atom bebas ini umumnya disebut sebagai distorsi. Salah
satu bagian dari distorsi ini menghasilkan interaksi yang disebut interaksi
Van der Waals.
Gambar 4.1
Model Dua Atom Gas Mulia sebagai Osilator
Sebagai model dua atom tadi, kita menggunakan dua osilator harmonik
linier yang saling identik. Kedua osilator tersebut terpisah oleh jarak R
(berdasarkan posisi inti atau muatan positifnya). Setiap osilator memiliki
muatan ±e yang terpisah sejauh x1 dan x2 seperti yang terlihat pada gambar 1.
Partikel-partikelnya berosilasi di sepanjang sumbu x. Jika p1 dan p2
merupakan momentum dan konstanta gaya adalah C maka kita dapat
menuliskan hamiltonian dari sistem yang tidak terganggu sebagai:
(1)
PEFI4315/MODUL 4 4.5
X1 dan X 2 R X1 0 (2)
(3)
Bentuk H1 dapat diselesaikan dengan transformasi normal:
1 1
X1 X1 X 2 X2 X1 X 2 (4)
2 2
1 1
X1 X3 X a X2 X3 X a
2 2
1 1
P1 P1 P2 Pa P1 P2
2 2
1 1
P1 P1 Pa P2 P1 Pa (5)
2 2
H H0 H1
P4 1 2e4 P 4 1 2e4
H s C 3 x32 2 C 3 xa2 (6)
2m 2 R 2m 2 R
Ps4 1 e4 P4 1 e4
H C 2 3 X 32 a C 2 3 X a2 (7)
2m 2 R 2m 2 R
e2 e2
C 2 C 2
ω3 R3 , ω R3 karena ωa
C
a
m m m
Maka:
1
ω0 2 ω0
2
1
Diperoleh dari setiap osilasi Eo ω0
2
sehingga didapatkan:
1 2e2 Λ
ΔU Δωs Δωa ω0 . 3 6
1
(8)
2 8 CR R
Interaksi di sini juga merupakan efek kuantum. Dalam hal ini kita bisa
amati ketika selisih energi interaksinya mendekati nol, dan nilai dari
konstanta Planck per 2 juga berharga nol. Hal itu dapat dikonfirmasi melalui
persamaan 8. Sedangkan adanya kopling dari dipol-dipol menyebabkan nilai
energi interaksinya berkurang. Sementara nilai dari A pada persamaan 8
mendekati, ketika nilai merupakan energi absorbsi optis maksimal sementara
nilai dari polarisabilitas elektronik.
Gambar 4.2
Distribusi Elektron
4.8 Pengantar Fisika Zat Padat
2. Gaya Repulsif
Gambar 4.3
Kurva Interaksi antara Dua Atom
U
F R , (9)
R
Untuk R < Ro maka F(R) > 0 disebut dengan gaya bersifat repulsif,
sedangkan untuk R > Ro maka F(R) < 0 yang disebut dengan gaya bersifat
atraktif. Gaya repulsif dan atraktif ini yang akan saling menghilangkan pada
kedudukan Ro yang merupakan keadaan setimbang. Gaya repulsif terjadi
karena adanya prinsip larangan pauli yang menyatakan “tidak dibenarkan
PEFI4315/MODUL 4 4.9
adanya dua elektron berada pada satu orbital yang memiliki bilangan
kuantum yang sama”.
Pernyataan yang mendasari prinsip ini adalah dua buah elektron tidak
boleh mempunyai seperangkat bilangan kuantum yang sama. Ketika
distribusi muatan dari dua buah atom saling tumpang tindih, terjadi
kecenderungan elektron pada atom B untuk menempati bagian daerah dari
atom A yang telah di tempati sebelumnya oleh elektron dari atom A dan
begitu pula sebaliknya.
Gambar 4.4
Efek Larangan Pauli pada Energi Repulsif
Dari persamaan (9), energi dari interaksi tolak menolak (tolak menolak
hanya akan terjadi pada atom-atom yang berdekatan) sehingga secara empiris
ditulis dalam bentuk B/R12, ketika B merupakan konstanta positif yaitu
parameter empiris. Konstanta A dan B merupakan parameter empiris yang
ditentukan dari pengukuran independen pada fase gas; data yang digunakan
4.10 Pengantar Fisika Zat Padat
termasuk variasi koefisien dan viskositas. Ini biasanya ditulis untuk energi
total potensial dari dua buah atom dengan pemisah R:
(10)
σ 12 σ 6
1
i i
U total N N 4 (11)
j pij R j
2 pij R
Jika kita mengambil nilai U tot dari persamaan (11) sebagai energi total
kristal, nilai kesetimbangan R0 ditunjukkan dengan mensyaratkan nilai U tot
minimum dengan memperhatikan variasi tetangga terdekat berjarak R:
dU tot σ12 σ6
0 2 N 1212.13 13 614.45 7 (13)
dR R R
PEFI4315/MODUL 4 4.11
4. Energi Kohesif
Energi kohesif pada kristal gas mulia di titik nol mutlak dan saat tekanan
nol diperoleh dari substitusi persamaan (12) dan (13) ke persamaan (11),
sehingga:
σ 12 σ 6
U tot R 2 N 12.13 14.45 (14)
R R
Untuk maka:
C. KRISTAL IONIK
Kristal ionik terbentuk dari ion positif dan ion negatif. Ikatan ion
dihasilkan dari interaksi elektrostatik antara dua ion yang memiliki muatan
yang berlawanan. Salah satu struktur kristal ionik yang sering ditemukan
ialah sodium klorida atau garam.
Pada ikatan ionik, terjadi transfer elektron dari satu atom ke atom
lainnya. Oleh karena berpindahnya elektron maka atom yang mendapatkan
elektron menjadi bermuatan negatif, sedangkan atom yang kehilangan
elektron akan bermuatan positif. Jika atom mendapatkan elektron maka atom
tersebut memiliki ion negatif atau dikenal dengan istilah anion. Sedangkan
jika atom kehilangan elektron maka atom tersebut menjadi ion positif
atau kation. Karena adanya perbedaan muatan antar ion (ion positif dan ion
4.12 Pengantar Fisika Zat Padat
negatif) maka ion positif dan negatif akan saling tarik menarik oleh gaya
elektrostatik. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari ikatan ionik.
Proses terbentuknya ikatan ionik dicontohkan dengan pembentukan
NaCl. Natirum/sodium (Na) dengan konfigurasi elektron (2,8,1) akan lebih
stabil jika melepaskan 1 elektron sehingga konfugurasi elektron berubah
menjadi (2,8). Sedangkan Klorin (Cl), yang mempunyai konfigurasi (2,8,7),
akan lebih stabil jika mendapatkan 1 elektron sehingga konfigurasinya
menjadi (2,8,8). Jadi agar keduanya menjadi lebih stabil, maka natrium
menyumbang satu elektron dan klorin akan kedapatan satu elektron dari
natrium.
Ketika natrium kehilangan satu elektron maka natrium menjadi lebih
kecil, sedangkan klorin akan menjadi lebih besar karena ketambahan satu
elektron. Oleh karena itu, ukuran ion positif selalu lebih kecil daripada
ukuran sebelumnya, namun ion negatif akan cenderung lebih besar daripada
ukuran sebelumnya. Ketika pertukaran elektron terjadi maka Na akan
menjadi bermuatan positif (Na+) dan Cl akan menjadi bermuatan negatif (Cl).
Kemudian, terjadi gaya elektrostatik antara Na+ dan Cl- sehingga membentuk
ikatan ionik.
Rij
q2
U ij λ σ : Rij : jarak antar atom i dan j (17)
Rij
saja; dan Rij ρij R merupakan jarak antara dua ion yang berdekatan. Jika
kita memasukkan gaya repulsif hanya di antara tetangga terdekat, maka:
(lainnya) (19)
Jadi,
aq 2
U tot NU i N zλeR / q (20)
R
α
i
konstanta Madelung (21)
j Pij
2. Konstanta Madelung
Definisi konstanta Madelung untuk 1 Dimensi ditunjukkan pada
persamaan (21) yaitu
j Pij
i
α
α i
(22)
R j r
j
di mana merupakan jarak ion ke-j dari ion acuan dan R merupakan jarak
tetangga terdekat.
4.14 Pengantar Fisika Zat Padat
α 1 1 1 1
2
R
R 2R 2R 4R
atau
1 1 1
α 2 1
2 3 4
faktor 2 terjadi karena terdapat dua buah ion, satu di sisi sebelah kanan dan
satu di sisi sebelah kiri, dengan jarak Kita jumlahkan deret tersebut
sehingga
x 2 x3 x 4
In 1 x x
2 3 4
1 1 1
untuk X 1 In 2 1
2 3 4
maka α 21n 2
Nq 2 α
U tot 21n 2 1
Ro Ro
D. KRISTAL KOVALEN
kQ1Q2
F (23)
r2
Contoh Soal:
Pembentukan H2 dari 2 atom H. Pada molekul H2 ada 3 gaya yang bekerja
seperti berikut.
a. Gaya tolak-menolak antara 2 inti.
b. Gaya tolak-menolak antara 2 elektron.
c. Gaya tarik-menarik antara inti dari satu atom dengan elektron dari atom
yang lainnya. Besarnya gaya c ini lebih besar dari jumlah gaya a dan b.
Gambar 4.5
Ikatan Kovalen pada H2
Ikatan kovalen pada H2, 2 elektron dibagi oleh 2 atom dan orbit dari
2 elektron itu juga dibagi oleh 2 atom. Ikatan kovalen merupakan gaya tarik-
menarik yang terjadi ketika setiap atom memasok 1 elektron yang tidak
berpasangan untuk dipasangkan dengan yang lain, dan ada satu ruang kosong
untuk menerima elektron dari atom yang lain sehingga 2 elektron ditarik oleh
kedua inti atom tersebut.
Valensi suatu atom adalah jumlah ikatan kovalen yang dapat terbentuk,
sedangkan elektron valensi merupakan istilah yang digunakan untuk elektron
yang berada pada orbit terluar dari atom yang akan berikatan kovalen.
E. LOGAM
F. IKATAN HIDROGEN
Gambar 4.6
Ion Hidrogen Difluorida H2F-
4.24 Pengantar Fisika Zat Padat
Kegiatan Belajar 2
Konstanta Elastik
A. ELASTISITAS REGANGAN
seragam setiap sel sederhana dari kristal mengalami deformasi dengan cara
yang sama. Sumbu-sumbu baru x’, y’, z’ dapat dituliskan ke dalam bentuk
sumbu yang lama:
x 1 xx xˆ xy yˆ xz z
y yx xˆ 1 yy yˆ yz z (1)
z zx xˆ zy yˆ 1 zz z
di mana x 1 xx , perubahan kecil dari panjang sumbu xˆ, y , zˆ
masing-masing adalah xx , yy , zz , untuk susunan pertama.
Jika perubahan bentuknya seragam, dan kemudian setelah deformasi
letaknya menjadi pada posisi r xx yy zz . Perpindahan R dari
deformasi didefinisikan oleh
Gambar 4.8
Sumbu Koordinat dari Deskripsi Keadaan Regangan
R r u r xˆ v r yˆ wr zˆ (5)
u u
x xx x ; y xy y ; (6)
x y
PEFI4315/MODUL 4 4.27
u v
exy x . y yx xy ;
y x
u w
eyz y .x zy yz ; (8)
z y
u w
ezx z .x zx xz ;
z x
3. Dilasi
Pecahan peningkatan volume paralelopid yang memiliki sisi x’, y’, z’.
dari persamaan (1) dapat dituliskan:
v v
δ exx eyy ezz (10)
v
4.28 Pengantar Fisika Zat Padat
4. Komponen Tegangan
Gaya yang bekerja tiap satuan luas pada zat padat didefinisikan sebagai
tegangan. Terdapat sembilan komponen tegangan: Xx, Xy, Xz, Yx, Yy, Yz, Zx,
Zy, Zz. huruf kapital mengindikasi arah gaya, dan huruf kecil
mengidentifikasi daerah ketika gaya itu diterapkan. Jumlah komponen
tegangan sendiri di hasilkan dari sembilan menjadi enam dengan menerapkan
kondisi dasar kubus ketika tidak ada percepatan angular. Sebagai berikut,
Yz Z y ; Zx X z ; X y Yz ; (11)
Gambar 4.9
Komponen Tegangan Xx Merupakan Gaya yang Bekerja pada Daerah x
dalam Unit Area pada Bidang
keenam komponen tegangan dapat ditunjukkan dalam Xx, Yy, Zz, Yz, Zx, Xy.
PEFI4315/MODUL 4 4.29
Gambar 4.10
Menunjukkan bahwa Daerah Yx dan Xy Ekuilibrium
1 xx ; 2 yy ; 3 zz ; 4 yz ; 5 zx ; 6 xy (15)
u u 1
Xx
xx 1
C11
2
C Cβ 1 eβ
β 2 1 β
(16)
PEFI4315/MODUL 4 4.31
1
Cαβ
2
C1β Cβ 1 Cβα (17)
exx exy ; eyz ezx ; exx eyz ; (19)
tidak terjadi.
Persyaratan simetri minimum untuk struktur kubik adalah adanya empat
buah sumbu rotasi tiga kali lipat. Sumbu tersebut berada pada [111] dan
sejajar. Efek dari rotasi sebesar 2π / 3 tentang empat sumbu adalah sebagai
pertukaran sumbu x, y, dan z yang terlihat sebagai berikut.
x yzx ; x z y x ;
(20)
x z y x ; x y z x
sesuai dengan sumbu yang dipilih. Berdasarkan prinsip pertama skema ini,
sebagai contoh,
2
exx e2yy ezz
2
e2yy ezz
2
exx
2
(21)
4.32 Pengantar Fisika Zat Padat
Gambar 4.11
Rotasi 2π/3
Dan juga untuk istilah lainnya dalam persamaan (18). Jadi, persamaan
(18) bervariasi dalam operasinya. Namun, setiap istilah pada persamaan (19)
terasa ganjil dalam satuan atau beberapa nilai. Ini tetap untuk memverifikasi
bahwa faktor numerik persamaan (18) adalah benar.
Sehingga persamaan menjadi:
u
X x C11exx C12 eyy ezz (22)
xx
Jadi, dari persamaan (18) kita temukan bahwa nilai konstanta kekakuan
elastisitas dikurangi untuk Kristal kubus ke dalam matriks.
PEFI4315/MODUL 4 4.33
1
C44 1 S44 ; C11 C12 S11 2S12 ;
(26)
1
C11 2C12 S11 2S12
3. Modulus Bulk
Asumsikan bahwa keseragaman dilasi dapat direpresentasikan dengan
1
hubungan exx eyy ezz δ . maka kita dapat menyatakan perubahan
2
bentuk densitas energi dari Kristal kubus sebagai berikut
1
U C11 2C12 δ 2 (27)
6
1 2
U βδ (28)
2
yang setara dengan definisi V dp dV . Untuk Kristal kubus
1
B C11 2C12 (29)
2
zU X x X y X z
ρ (30)
t 2 x x x
zv zv z v z v z z
ρ C11 C C12 C44 u w (32b)
2 xz yz
z 2
44
t 2 y 2 x
z w z w z w z w z z
ρ C11 C C12 C44 u v (32c)
t 2 z 2
44
x 2 y 2
xz yz
PEFI4315/MODUL 4 4.35
ω2 ρ C11K 2 (34)
υz vλ ω / K C11 ρ
12
(35)
ω2 ρ C44 K 2 (37)
υx C44 ρ
12
(38)
4.36 Pengantar Fisika Zat Padat
ω2 ρ C44 K x2 K y2 C44 K 2 (40)
ω2 pu C11K x2 C44 K y2 u C12 C44 K x K y v
(42)
ω2 pu C11K x2 C44 K y2 u C12 C44 K x K y u
kedua persamaan ini memiliki solusi khusus untuk gelombang pada arah
[110], di mana . Kondisi untuk solusi yang menentukan
koefisien dari pada persamaan (42) bernilai 0;
1 1
ω3 C11 C44 K 2 C12 C44 K 2
2 2
0 (43)
1 1
12
C C44 K 2
ω3
11 44
C C K 2
2 2
1 1 1
C11 C12 2C44 K 2u C11 C44 K 2u C12 C44 K 2υ (45)
2 2 2
1 1 1
C11 C12 K 2u C11 C44 K 2u C12 C44 K 2υ (46)
2 2 2
Gambar 4.12
Kontanta Elastik Tiga Daerah Bidang