TRAGEDI KANJURUHAN
dan
ALGORITMA SEMESTA
mengenang 40 hari wafatnya 135 orang korban Tragedi Kanjuruhan
Pengantar
tulisan dan kliping digital
CINTAREMA
Medan, 11112022
D
engan tiba-tiba nama Arema
dan Stadion Kanjuruhan
mendunia. Satu Oktober
2022, tragedi kerusuhan di
Stadion Kanjuruhan terjadi saat
berakhirnya laga Arema vs
Persebaya, yang menelan korban
nyawa 135 orang, dan ratusan lainnya terluka.
Aremania berduka. Dunia sepak bola Indonesia
terluka.
Ilustrasi bela sungkawa tokoh dunia - foto hasil editing oleh Bachtiar Djanan
Akar Aremania
Aremania adalah sebuah fenomena sosio kultural
yang memiliki catatan sejarah panjang. Aremania
lahir dari didirikannya klub sepak bola Arema, 11
Agustus 1987, setahun kemudian berdirilah
Arema Fans Club yang dimotori oleh Ir. Lucky
Acub Zaenal, anak mantan Gubernur Papua
periode 1973-1975, Brigjen TNI (Purn.) Acub
Zainal. Keduanya merupakan pendiri klub Arema
berlogo singa ini.
Brigjen TNI (Purn.) Acub Zainal dan Ir. Lucky Acub Zaenal
(foto hasil editing oleh Bachtiar Djanan)
Arema merupakan akronim dari Arek
Malang. Secara kebetulan berabad-abad
silam telah tercatat nama "Kebo Arema"
dalam Kidung Harsawijaya dan Kidung
Panji Wijayakrama. Kebo Arema adalah
nama patih dari Raja Kertanegara yang
memerintah di Kerajaan Singosari pada tahun
1268-1292. Nama Kebo Arema terukir di prasasti
Sarwadharma (1269) serta Piagam Kampilan
(1269).
Gerakan Kultural
Klub Arema menjadi pemersatu antar kelompok
gank yang hobi "adu power" dan adu otot ini.
Pertandingan Arema menjadi katalis antar
kelompok, untuk bertemu di stadion mendukung
klub yang sama. Namun walaupun sesama
pendukung Arema, perseteruan antar gank ini
tidak jarang masih tetap dibawa ke arena laga
klub kesayangan mereka.
Edukasi Suporter
Bertanding di Malang seringkali membuat
ciut nyali lawan-lawan Arema. Jika menang
dalam pertandingan, mereka harus siap dengan
teror para suporter, mulai lemparan batu,
lemparan botol plastik berisi air kencing, dan lain-
lain, minimal mendapatkan hadiah berupa cacian
dan sumpah serapah dari suporter.
Satu Komando
Lain di dapur rekaman dan di lapangan. Dalam
laga di lapangan rumput, sejak tahun 90-an
suporter Arema dikenal selalu atraktif dan kreatif.
Dalam pertandingan-pertandingannya,
khususnya di kandang sendiri, Stadion Gajayana,
yang merupakan stadion tertua di negeri ini,
sepanjang pertandingan Aremania tak kenal lelah
terus memompa semangat para pemain Arema
yang berlaga di lapangan, dengan yel-yel, lagu,
tepuk tangan, dan gerakan.
Darah Biru
Kehidupan suporter Arema menjadi inspirasi
menarik bagi banyak orang. Tahun 2014 dirilis
film pendek "Darah Biru Arema" yang
mengangkat kisah tentang seorang anak kecil
yang mencintai klub Arema kebanggaan kotanya
dan bercita-cita menjadi pemain bola. Film
ini diproduksi oleh manajemen Arema,
Kelas Film, dan SMK Muhammadiah 5
Kepanjen, dengan sutradara Taufan
Agustiyan.
Flyer Darah Biru Arema (sumber foto Facebook akun: Darah Biru Arema)
Buku-buku tentang Arema (dari berbagai sumber, editing foto: Bachtiar Djanan)
Aremania tanpa atribut (sumber foto Facebook akun News Arema, 23-01-2017)
Guru Para Suporter
Masa-masa Aremania menjalani
hukuman menimbulkan banyak
kesadaran untuk berbenah diri dan
mulai mengubah imejnya, dari fanatisme
barbar Aremania ke ranah suporter kreatif. Jadi
tidak hanya damai, sportif, loyal, tapi juga kreatif
dan atraktif. Aremania terus membuktikan
eksistensinya dalam membangun warna suporter
sepak bola nasional.
Aremania guru suporter Indonesia (sumber foto Jateng iNews.id 6 Okt 2022)
Walaupun tak butuh pengakuan, tapi
nampak bahwa beraneka kreasi yel-yel,
nyanyian, gerakan, atribut,
merchandise, yang hari ini menjadi
produk kreatif dari suporter-suporter
berbagai klub di Indonesia, sedikit banyak
terdapat warna inspirasi dari Aremania di situ.
Dan hal ini memang diakui oleh para suporter
dari berbagai daerah, bahwa Aremania memang
"gurunya suporter sepak bola Indonesia".
Pentas Suporter
Jika biasanya sepak bola seolah hanya dunia
milik laki-laki, namun tidak demikian di kota
Malang. Dengan bertransformasinya Aremania ke
level suporter kreatif dan atraktif, di Malang laga
sepak bola tak lagi angker, tapi sudah menjadi
"hiburan" bagi semua kalangan. Cewek-cewek
pun merasa "safe" hadir di stadion menyaksikan
tim kesayangannya berlaga, sampai-sampai
mereka punya sebutan sendiri sebagai
"Aremanita".
Jika Saja
Saya berandai-andai, jika saja para suporter tidak
turun ke lapangan selepas pertandingan, tentu
musibah ini tidak terjadi. Jika saja petugas
keamanan tidak menendang dan memukuli
suporter, serta jika saja para suporter tidak
terbakar emosi, tentu insiden ini tidak terjadi. Jika
saja polisi tidak menembakkan gas air mata ke
tribun penonton, dan jika saja panitia
pertandingan tidak membiarkan pintu terkunci,
tentu tragedi ini tidak terjadi.
Ovan Tobing dan Wahyoe Arema Voice (editing foto oleh Bachtiar Djanan)
Namun itu semua hanyalah berandai-
andai. Kenyataannya takdir berkata lain.
Satu Oktober 2022 menjadi hari paling
memilukan bagi ratusan warga kota dan
kabupaten Malang, yang “dipaksa” untuk
harus mengikhlaskan ditinggal pergi oleh orang-
orang terkasih.
Kanjuruhan
Iwan Fals (sumber foto: timesindonesia.co.id)
Menghapus Permusuhan
Hilangnya nyawa 135 orang suporter Arema
(termasuk 2 orang polisi) menggugah nurani.
Beberapa hari ini ribuan suporter dari berbagai
klub sepak bola di segala penjuru tanah air telah
melakukan acara doa-doa bersama sebagai
ekspresi bela sungkawa. Ribuan doa dari hati
yang tulus dikirimkan untuk para korban
tragedi paling memilukan dalam sejarah
sepak bola negeri ini.
Aksi duka cita suporter Indonesia untuk Aremania (sumber foto kongkrit.com)