Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL

INVESTIGASI
DPD PEMUDA LIRA MALANG
TERKAIT TRAGEDI
KANJURUHAN
Laporan Investigasi
Tragedi Kanjuruhan
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Sabtu, 01 Oktober 2022

I. PENDAHULUAN
Pertandingan pada 01 Oktober 2022 antara Persebaya VS Arema memiliki atmofsir yang
sangat menggelora karena pertandingan tersebut merupakan derby Jawa Timur dan juga
antara Supporter Persebaya (Bonek Mania) dan Supporter Arema (Aremania) merupakan
rivalitas yang dari tahun ke tahun sebelumnya telah menelan korban jiwa. Pertandingan
tersebut dihadiri oleh puluhan ribu Aremania dan tidak dengan Bonek Mania karena
dilarang oleh Panitia Pelaksana. Hal tersebut untuk menghindari hal-hal yang tidak
diingkan di dalam stadion maupun di luar stadion. Tetapi faktanya pada tanggal 01
Oktober 2022 di stadion Kanjuruhan Malang telah terjadi Tragedi Kanjuruhan dengan
berbagai hastag di media sosial #KANJURUHANDISASTER, #MALANGBERDUKA,
#USUTTUNTAS, dan hastag lainnya yang berhubungan dengan Tragedi Kanjuruhan.
Tragedi Kanjuruhan merupakan suatu peristiwa/kejadian kerusuhan di dalam stadion yang
saling dorong-dorongan dan saling injak satu sama lain (Supporter Arema) karena adanya
penembakan gas air mata oleh Polisi yang terjadi pada tanggal 01 Oktober 2022 usai
pertandingan Persebaya VS Arema di Stadion Kanjuruhan Malang. Tragedi tersebut
tercatat sebagai tragedi terbesar kedua sepanjang sejarah sepakbola 1 yang telah
menewaskan 131 orang. Sebelumnya, tragedi terbesar kedua dalam sepakbola dilaporkan
terjadi pada 9 Mei 2001 di Stadion Accra Sports, Kinbu Road, Accra, Ghana. Jumlah
korban tewas dalam tragedi di benua Afrika itu dilaporkan sebanyak 126 orang. Saat itu
tengah berlangsung pertandingan derby antara tuan rumah Hearts of Oak dengan sesama
klub dari Accra, Asante Kotoko. Jumlah korban tewas Tragedi Kanjuruhan pada saat ini
sudah melebihi tragedi yang memilukan di Ghana itu. Sementara tragedi yang paling
banyak memakan korban jiwa dalam sejarah sepakbola terjadi di Lima, Peru, pada tahun
1964. Pada saat itu 328 lebih nyawa suporter melayang.

II. KRONOLOGI
1
Yanu Arifin, Detik Sport, “TRAGEDI KANJURUHAN KINI TEBESAR KEDUA DI SEJARAH
SEPAKBOLA, 131 TEWAS”, https://sport.detik.com/sepakbola/liga-indonesia/d-6330934/tragedi-kanjuruhan-
kini-terbesar-kedua-di-sejarah-sepakbola-131-tewas.
a. Saat Pertandingan2
Kejadian tersebut bermula dari pertandingan Persebaya VS Arema yang dilaksanakan
di stadion Kanjuruhan Malang. Pada saat pertandingan berlangsung Persebaya unggul
2 poin dari Arema. Pada saat itu juga para Aremania bersorak untuk menurunkan
mentalitas para pemain Persebaya dan ada beberapa para Aremania melakukan
pelemparan botol ke dalam lapangan. Kejadian tersebut bisa ditenangkan oleh pihak
keamanan dan para Dirijen Aremania. Pada saat Arema mencetak gol pertama dan
keduanya (mengimbangi skor) Aremania sangat bangga dan terus menyayikan yel-yel
penyemangat untuk para pemain Arema yag ada di lapangan. Suasana kembali
kondusif, tetapi pada babak kedua Persebaya mencetak golnya kembali sehingga para
Aremania kembali untuk menyanyikan yel-yel penyemangat untuk pemain Arema dan
juga yel-yel untuk menurunkan mentalitas para pemain Persebaya. 3 Jadi pada saat
pertandingan dari awal hingga pertandingan akhir tidak ada kericuhan di dalam
stadion, hanya saja saat pertandingan berlangsung para Aremania melemparkan botol
ke dalam lapangan.
b. Usai Pertandingan4
Selesai pertandingan antara Persebaya VS Arema para Aremania turun dari tribun
menuju lapangan. Dari turunnya para Supporter Arema ke lapangan untuk
meluangkan kekecewaannya terhadap para pemainnya dengan memberikan ucapan
kritik dan merangkul/memeluknya. Sebelumnya petugas keamanan telah menghimbau
para Aremania untuk tidak turun ke lapangan, tetapi karena banyaknya massa yang
tidak menghiraukan arahan petugas keamanan, maka banyak Aremania yang turun ke
lapangan. Pada saat turun di lapangan ada salah satu petugas keamanan yang
memukul Aremania agar kembali menuju tribun. Dari sinilah konfik kericuhan terjadi,
dimana Aremania yang sedang berada di tribun tidak berniat untuk turun ke lapangan,
akhirnya ikut juga ke lapangan karena melihat saudaranya dipukul. 5 Di sinilah lebih
banyaknya massa yang turun ke lapangan membuat para petugas keamanan semakin
bertindak represif.6 Tindakan yang dilakukan oleh petugas keamanan tidak hanya
memukul mundur dengan tongkat t, tetapi juga menembakkan gas air mata. Gas air
2
Wawancara dengan Richard seorang Aremania yang pada saat kejadian tersebut berada di Tribun VIP dan juga
beberapa kesaksian para saksi yang telah diwawancari di berbagai media.
3
Hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh Para Supporter di Indonesia.
4
Wawancara dengan Puji Prasetyo seorang Aremania yang pada saat kejadian tersebut berada di Tribun Selatan
dan beberapa kesaksian para saksi yang telah diwawancarai di berbagai media
5
Untuk diketahui singkat, para Supporter di Indonesia memiliki tingkat solidaritas yang tinggi, dimana ketika
saudaranya sendiri disakiti maka semuanya akan ikut melindungi.
6
Sesuai dengan keterangan para saksi dan beberapa video yang bermunculan di media social.
mata pertama ditembakkan di dalam lapangan, kemudian ditembakkan ke tribun timur
(Tribun Papan Skor). Tembakan terakhir ditembakkan di tribun selatan yang pada
ujungnya membuat para Aremania di tribun tersebut berhamburan untuk keluar dari
stadion. Tetapi yang terjadi pada saat itu gate 13 masih dalam keadaan tertutup dan
membuat para Aremania tidak bisa keluar dari gate 13. Di saat itu juga para Aremania
berdesak-desakan untuk keluar dan banyak yang kehabisan oksigen yang membuat
pingsan, diinjak-injak karena jatuh, hingga berujung pada kematian. Sebelum gate 13
dibuka secara utuh, para Aremania berusaha untuk membobol tembok. 7 Usaha ini pun
berhasil dan menjadi jalan keluar bagi Aremania yang terjebak di dalam gate 13. Di
gate 13 inilah yang banyak memakan korban.
III. FAKTA-FAKTA
1. Panpel dan PT LIB mengabaikan saran Polisi8
Pihak kepolisian sudah menyarankan untuk menggelar pertandingan Persebaya VS
Arema pada sore hari dengan tujuan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan
(kericuhan). Namun Panpel dan PT LIB mengabaikan saran dari kepolisian. Menurut
Sekjen PSSI Bapak Yunus Nusi, jadwal laga Persebaya VS Arema tidak berubah
karena pihak terkait sudah sepakat bahwa Supporter tim lawan (Bonek Mania) tidak
boleh hadir di stadion kanjuruhan. Atas dasar tersebut PSSI dan pihak-pihak terkait
memprediksi tidak ada kerusuhan. Tapi faktanya prediksi tersebut meleset jauh, dan
kita sudah mengukir sejarah kelam dalam persepakbolaan Indonesia bahkan dunia.
Kemudian Panpel juga mengabaikan saran pihak kepolisian terkait penjualan tiket.
Polisi telah merekkomendasikan penjualan tiket sebanyak 38.000 lembar, tetapi panita
pelaksana tetap menjual 42.000 lembar tiket. Pada tanggal 29 September 2022, Panpel
menerima surat dari Kapolres Malang yang meminta Panpel mengurangi jumlah tiket
menjadi 38.000 lembar. Tetapi tetap saja menjual 42.000 lembar tiket. Jadi pada
intinya antisipasi dalam hal apapun itu atau sekecil apapun itu perlu diadakan dan
dimatangkan.

2. Pihak Aremania Turun Lapangan

7
Foto ada di bagian Fakta-Fakta
8
Nugraha Perdana, “Soal Penjualan Tiket Melebihi Kapasitas Stadion, Ini Jawaban Ketua Panpel Arema FC”
https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/07/171943278/soal-penjualan-tiket-melebihi-kapasitas-stadion-ini-
jawaban-ketua-panpel.
Usai pertandingan Persebaya VS Arema berakhir dengan skor 3-2 yang dimenangkan
oleh Persebaya, membuat beberapa Aremania turun ke lapangan untuk meluapkan
rasa kekecewaannya kepada pemain. Hal tersebut sebenarnya telah dilarang oleh
pihak keamanan dan juga sudah ada regulasinya. Tetapi Aremania mengabaikannya
atas dasar kekecewaannya. Aremania yang turun lapangan tidak bermaksud untuk
membuat kericuhan, hanya saja memberikan pelukan hangat dan ingin merangkul
para pemain. Sebagaimana yang beredar di berbagai media sosial dan keterengan para
saksi yang ada di stadion saat kejadian itu berlangsung.

Dokumentasi 1.1 Salah satu Aremania turun ke Lapangan


Dalam foto tersebut belum tampak kericuhan yang terjadi usai pertandingan, menurut
beberapa dari kesaksian yang hadir dalam pertandingan itu, kericuhan terjadi saat
petugas keamanan mulai memukul salah satu Aremania yang pada saat itu turun ke
lapangan. Di saat itu juga para Aremania yang berada di tribun juga ikut turun ke
lapangan untuk melindungi temannya. Dengan banyaknya massa yang turun ke
lapangan akhirnya pihak keamanan memukul mundur secara represif (dengan
memukul pakai tongkat, mengeluarkan K-9, dan menembakkan gas air mata).

3. Bentuk Represif dari Pihak Keamanan


Dokumentasi 1.2 Kekerasan yang dilakukan oleh Petugas Keamanan

Dokumentasi 1.2 merupakan bentuk represif para petugas keamanan terhadap para
Supporter yang turun ke lapangan. Tindakan tersebut dilakukan untuk memukul
mundur para Aremania yang turun ke lapangan untuk kembali ke tribun. Tetapi
bentuk kekerasan yang dilakukan oleh petugas keamanan sejauh kami investigasi dari
berbagai video yang beredar di media sosial bisa dikatakan membabi buta, karena
pukulan tongkat yang dilontarkan petugas keamanan kepada satu orang berkali-kali.
Walaupun orang tersebut sudah tersungkur, petugas keamanan tetap memukulkan
tongkat tersebut seperti pada dokumentasi 1.2 sebelah kiri.

Dokumentasi 1.3 Yohanes Prasetyo (saksi) memberikan arahan ke petugas


keamanan untuk tidak menembakkan gas air mata
Yohanes Prasetyo salah satu Aremania yang turun ke lapangan dengan inisiatif untuk
memberikan arahan kepada Polisi untuk tidak menembakkan gas air mata ke arah
tribun. Yohanes membeberkan keterangannya di Mata Najwa. Dia memberikan
keterangan bahwa tujuan turun lapangan hanya memberi saran ke Polisi, tetapi
Yohanes diberi balasan kekerasan oleh Polisi. Yohanes sempat memberikan
kesaksiannya bahwa Yohanes diberikan pukulan dari kanan kirinya di bagian kepala
dan badannya. Yohanes akhirnya keluar dari stadion dengan berbagai memar di
badannya (seperti yang ada pada dokumentasi 1.3).
4. Gas Air Mata yang Ditembakkan di Tribun

Dokumentasi 1.4 Tembakan Gas Air Mata


Gas air mata yang tepat berada di tribun. Dalam foto tersebut tampak jelas gas air
mata berada di sebelah kiri dari foto. Terlihat juga dalam foto tersebut Aremania
sedang duduk di tribun tidak ada kericuhan yang ada di tribun. Kericuhan hanya
terjadi di dalam lapangan.
Dokumentasi 1.4 Sebelah Kanan banyak gas air mata yang sudah mengelilingi tribun
selatan. Banyak berbagai referensi berita juga mengatakan bahwa tribun selatan
ditembak 7 kali gas air mata. Gas air mata inilah yang membuat Aremania yang
berada di tribun berhamburan lari untuk keluar dari tribun dan turun ke gate masing-
masing yang ada di tribun tersebut.
5. Gate 13 Tertutup

Dokumentasi 1.5 Suasana di Balik Gate 13 yang Tertutup

Foto tersebut merupakan kondisi di dalam gate 13. Aremania sedang terjebak di
dalam gate 13 karena gerbang keadaan tertutup. Menurut kesaksian yang ada di dalam
gate tersebut, Aremania saling dorong-dorongan dan desak-desakan untuk segera
keluar dari gate 13 karena terkena gas air mata. Saat desak-desakan banyak Aremania
yang tak sadarkan diri dan kekurangan oksigen. Menurut kesaksian disini banyak
yang menjadi korban, dari yang luka ringan, luka berat hingga meninggal.
Gerbang tak kunjung dibuka, Aremania berinisiatif untuk membobol tembok sisi kiri
gerbang. Pengakuan dari saksi, tembok membobol menggunakan reruntuhan tiang
yang ada di dalam gate 13. Tembok berhasil dibobol dan Aremania keluar dari
tembok tersebut. Cukup waktu lama untuk membobol tembok dan gerbang untuk
dibuka.
Dengan sempitnya akses masuk/keluar di gate 13 yang hanya bisa dilalu lalangi 2
orang saja, dan juga saat mau keluar gerbang kondisi tertutup inilah yang menjadikan
kuburan para Aremania.
IV. KESIMPULAN
1. Bahwa dengan adanya peristiwa Kanjuruhan pada tanggal 01 Oktober 2022
mengakibatkan banyaknya korban berjatuhan. Pada tanggal 08 Oktober 2022 totalnya
mencapai 704 orang, 131 orang meninggal dunia, 550 orang luka ringan, 23 luka
berat, dan 37 masih menjalani perawatan di rumah sakit.
2. Bahwa 704 orang yang menjadi korban merupakan akibat dari bentuk represif petugas
keamanan yang pada saat tragedi kanjuruhan berjaga di stadion. Bentuk represifnya
adalah memukul dengan tongkat T dan tembakan gas air mata ke arah lapangan dan
tribun. Dari tembakan gas air mata inilah yang membuat para Aremania
membubarkan diri dengan satu tujuan keluar dari tribun melalui masing-masing gate
pada tribun. Tetapi beberapa gate, contohnya pada gate 13 masih tertutup di saat
pertandingan telah usai. Hal inilah yang membuat banyaknya korban berjatuhan
hingga meninggalnya Aremania.

Anda mungkin juga menyukai