Anda di halaman 1dari 2

KANJURUHAN MALANG, 2022

Sepak bola adalah salah satu cabang olahraga tim yang banyak diminati penduduk dunia terutama
Indonesia, baik laki-laki dewasa, remaja, perempuan bahkan anak-anak. Pertandingan ini biasanya
diselenggarakan dilapangan terbuka atau di sebuah stadion dengan para penontonnya. Seseorang yang
menjadi penonton dalam sebuah pertandingan sepak bola disebut supporter. Mereka biasa datang
beramai-ramai dengan penuh semangat untuk mendukung pertandingan tim mereka. Namun baru-baru
ini, kabar duka datang dari dunia sepak bola Indonesia. Pada pertandingan pascalaga Arema FC vs
Persebaya Surabaya yang diselenggarakan pada 1/10/22, menewaskan kurang lebih dari 130 orang.
Kejadian bermula ketika Laga Arema FC vs Persebaya berjalan pada pukul 20.00 WIB dengan skors 3-
2 untuk kemenangan Persebaya. Semua tetap kondusif sebelum suporter Arema kemudian masuk
lapangan usai laga karna tidak terima dengan kekalahan tim mereka, sehingga aparat melakukan
pengamanan mengerahkan empat unit barakuda untuk oficial dan pemain Persebaya. Sementara di
dalam stadion, semakin banyak penonton yang masuk ke lapangan dan situasi menjadi tidak kondusif
sehingga anggota pengamanan mengerahkan kekuatan dengan perlengkapan penuh, termasuk untuk
mengamankan penjaga gawang Arema FC Adilson Maringa. Untuk mencegah semakin banyak
penonton yang turun ke lapangan, beberapa personel menembak gas air mata. Terdapat 11 personel
menembak gas air mata ke tribun selatan dengan tujuh tembakan, tribun utara satu tembakan, dan tiga
tembakan ke lapangan. Inilah yang membuat para penonton terutama di tribun panik karna
menghindari gas air mata kemudian berusaha meninggalkan arena. Penonton kemudian berupaya
keluar di pintu 3, 11, 12, 13, dan 14. Namun, pintu yang seharusnya dibuka lima menit sebelum
pertandingan berakhir, belum terbuka sempurna. Saat itu pintu belum sepenuhnya dibuka atau hanya
terbuka1,5 etrm
da n s t e wa r d ya ng s e ha r us nya me nj a ga pi nt u t i da k di t e mpa t . Ke mudi a n, a da be s i
melintang sehingga menghambat penonton dalam jumlah banyak melewati pintu. Pada akhirnya,
penoterdsak-nbidpi nt u s e l a ma ha mpi r 20 me ni t . Da r i s i t ul a h munc ul ba nya k kor ba n
mengalami patah tulang, trauma, kepala retak, dan sebagian meninggal karena asfiksia. Berdasarkan
hasil olah TKP dan pendalaman, PT LIB ternyata tidak melakukan verifikasi terhadap stadion yang
dipakai. Namun PT LIB menggunakan hasil verifikasi pada 2020. Kemudian, Panitia Pelaksana
Arema FC juga tidak menyiapkan rencana darurat hingga menjual tiket yang seharusnya hanya 38
ribu, tetapi dijual 42 ribu. Adapun tiga personel Polri memerintahkan penembakan gas air mata, yakni Komandan
Kompi Brimob Polda Jatim AKP Hasdarman, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik
Achmadi, Komandan Pleton Brimob Jatim Aiptu Budi Purnanto. Ada 11 personel yang menembak gas
air mata di dalam stadion. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menetapkan enam tersangka
tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan 131 orang setelah laga Arema FC vs
Persebaya Surabaya pada 1-2 Oktober lalu. Tiga dari enam tersangka adalah anggota Polri yang
terlibat dalam pengamanan pertandingan. Dalam perkara ini, keenam tersangka dijerat dengan Pasal
359 dan Pasal 360 KUHP tentang Kelalaian. Selain itu mereka juga dijerat Pasal 103 Juncto Pasal 52
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan. Enam tersangka yakni Direktur PT
Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema FC
Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno, Komandan Kompi III Brimob Polda Jatim AKP
Hasdarman, Kabag Ops Polres Malang Wahyu SS, dan Kasat Samapta Polres Malang Ajun Komisari
Polisi Bambang Sidik Achmadi. Begitu banyak faktor yang menyebabkan banyak korban tewas dalam
tragedi ini, mulai dari panitia pelaksana yang menjual tiket melebihi kapasitas stadion, aparat
kepolisian yang terlalu semena-mena, menembakkan gas air mata ke bangku penonton, lorong stadion
yang kecil dan terbatas serta para penonton yang berdesakan keluar, juga minimnya penglihatan karna
asap yang dihasilkan dari gas air mata itu. Para korban terdiri dari 714 orang. Baik dewasa, remaja,
perempuan bahkan anak-anak. Sementara korban akhir yang meninggal berjumlah 131 orang. Dampak

memberi banyak pelajaran pada semua pihak yang terlibat. Baik pemain, panitia pelaksana, supporter
dari peristiwa ini, Indonesia terancam hukuman 8 tahun tanpa liga dari FIFA. Semoga peristiwa ini

serta aparat kepolisian. Pray for kanjuruhan.

https://nasional.tempo.co/read/1642553/kronologi-tragedi-kanjuruhan-malang-yang-dipaparkan-kapolri

Koran tempo edisi 3 oktober 2022 koran.tempo.co

Anda mungkin juga menyukai