Anda di halaman 1dari 3

Treagedi Stadion Kanjuruhan Tahun 2022

Pada tanggal 1 Oktober 2022, sebuah insiden penghimpitan kerumunan yang fatal terjadi
pascapertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menyusul kekalahan tim tuan rumah Arema dari rivalnya Persebaya Surabaya, sekitar 3.000
pendukung Arema memasuki lapangan. Arema dan Persebaya Surabaya, dua klub yang sudah
lama bersaing dalam Derbi Super Jawa Timur, dijadwalkan untuk memainkan pertandingan
musim reguler Liga 1 di Stadion Kanjuruhan Malang yang berkapasitas 42.000 orang pada
tanggal 1 Oktober.

Karena masalah keamanan, polisi telah meminta agar pertandingan diadakan lebih awal
pada sore hari pukul 15:30 WIB (08:30 UTC), bukan pukul 20:00 (13:00 UTC), dan hanya
38.000 orang yang diizinkan untuk menonton; namun permintaan itu tidak diterima oleh ofisial
Liga 1 dan penyelenggara pertandingan, dan 42.000 tiket dicetak. Namun, mengikuti saran
polisi, tiket pertandingan tidak disediakan untuk para pendukung Persebaya. Pihak kepolisian
mengatakan bahwa para pendukung membuat kerusuhan dan menyerang para pemain dan ofisial
tim, sehingga polisi berusaha melindungi para pemain dan menghentikan kerusuhan tersebut,
namun massa justru bentrok dengan aparat keamanan.

Sebagai tanggapan, unit polisi anti huru hara menembakkan gas air mata, dengan
beberapanya ke arah tribun selatan yang tidak terdapat gesekan yang memicu berlariannya para
penonton untuk menghindarinya. Gas air mata juga dikerahkan di luar stadion. Listyo mengklaim
11 gas air mata ditembakkan dalam bencana ini (7 tembakan ke selatan, 1 tembakan ke utara dan
3 tembakan ke lapangan).Hal ini menimbulkan penumpukan kerumunan. Sebuah penghimpitan
kerumunan terjadi di pintu keluar, menyebabkan sejumlah supporter mengalami asfiksia.

Selama pertandingan berlangsung, situasi pengamanan berjalan lancar dan tanpa insiden
besar. Setelah pertandingan berakhir, di mana Persebaya mengalahkan Arema 3-2 - kemenangan
pertama Persebaya saat tandang ke Arema, empat penonton dari tribun 9 dan 10 masuk ke
lapangan untuk berfoto bersama pemain Arema. Menurut seorang saksi, mereka dikejar oleh
polisi, yang menarik baju mereka dan memukuli mereka; hal ini memicu suporter lain untuk
masuk ke area lapangan. Sekitar 3.000 pendukung Arema, yang dijuluki Aremania, menginvasi
lapangan. Grup suporter pertama yang menyerbu lapangan berasal dari tribun 12. Mereka
berpencar di sekitar lapangan mencari pemain dan ofisial tim mereka, menuntut penjelasan
tentang kekalahan "setelah 23 tahun tidak terkalahkan dalam pertandingan kandang" melawan
rivalnya, Persebaya.

Petugas keamanan dan polisi mencoba mengalihkan lebih banyak Aremania menjauh dari
lapangan, namun gagal. Kemudian Aremania mulai melemparkan benda-benda, merusak
kendaraan polisi dan menyalakan api di dalam stadion, memaksa para pemain Persebaya
bergegas berlindung di dalam ruang ganti dan lalu dilarikan lagi ke dalam mobil personel lapis
baja milik polisi selama satu jam sebelum mereka bisa meninggalkan stadion. Setelah "tindakan
pencegahan" gagal, polisi mulai menggunakan gas air mata dalam upaya untuk membubarkan
para perusuh di lapangan.

sesaat setelah kerusuhan, ruang lobi dan ruang ganti pemain digunakan sebagai posko
evakuasi darurat, dengan para pemain dan ofisial Arema membantu mengevakuasi korban yang
masih berada di dalam stadion. Para korban dibawa ke rumah sakit dengan ambulans dan
truk TNI. Banyak yang meninggal dalam perjalanan ke atau selama perawatan.

Pada tanggal 5 Oktober 2022, Kepolisian Republik Indonesia mengkonfirmasi 131 korban
jiwa akibat bencana ini. Data ini senada dengan laporan sebelumnya dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang yang menyebutkan sebanyak 131 orang meninggal akibat bencana ini.
Sementara itu, 133 kematian dilaporkan oleh Posko Pusat Krisis Postmortem, yang didirikan
oleh pemerintah Kabupaten Malang. Aremania membantah angka resmi tersebut, dan menduga
bahwa lebih dari 200 orang kemungkinan tewas, karena beberapa jenazah yang tewas langsung
dikembalikan ke keluarga mereka alih-alih dibawa ke rumah sakit. Sebanyak 39 orang berusia 3
sampai 17 tahun juga termasuk dalam korban tewas. Jumlahnya diperkirakan akan meningkat
karena beberapa korban yang ditangani situasinya "memburuk". Hingga 18 Oktober 2022,
jumlah korban yang dilaporkan adalah 583 orang terluka dan 133 orang tewas. [3][8] Korban ke-
135 meninggal pada 24 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai