Anda di halaman 1dari 3

TRAGEDI STADION KANJURUHAN

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang meletus usai pertandingan Arema FC


yang kalah 2-3 melawan Persebaya. Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menjelaskan
kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang terjadi pada Sabtu (01/10).
Nico mengatakan karena suporter kecewa timnya kalah, mereka lalu turun ke
tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan ofisial untuk
melampiaskan kekecewaannya. "Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya
pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam
lapangan mengincar para pemain," ujarnya. Polisi lalu menembakkan gas air mata
karena para suporter anarkis. Aremania, kata Nico, menyerang petugas kepolisian
hingga merusak sejumlah fasilitas stadion.

"(Lalu) Mereka pergi keluar di satu titik, di pintu keluar yaitu kalau nggak salah
pintu 10.. kemudian terjadi penumpukan. Di dalam proses penumpukan itulah
terjadi.. kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya
penolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke
beberapa rumah sakit," terang Nico.

tragedi maut Kanjuruhan memakan korban 130 orang meninggal dunia. Dilansir
detik Jatim sebelumnya, sebanyak 34 orang meninggal di dalam stadion.
Sementara korban lain meninggal di rumah sakit saat proses pertolongan.
Diketahui, korban tewas terdiri dari para suporter dan anggota polisi

Selain itu, dua anggota polisi yang turut menjadi korban dalam tragedi maut
Kanjuruhan bernama Briptu Fajar Yoyok Pujiono yang merupakan anggota Polsek
Dongko, Trenggalek, dan Brigadir Andik Purwanto anggota Polsek
Sumbergempol, Tulungagung.

Sementara Menko Polhukam Mahfud Md menegaskan tragedi Stadion Kanjuruhan


Malang bukan disebabkan bentrok antar suporter. Melainkan korban meninggal
dunia karena desak-desakan dan terinjak.

"Perlu saya tegaskan bahwa tragedy Kanjuruhan itu bukan bentrok antarsuporter
Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak
boleh ikut menonton," kata Mahfud dalam akun Instagram-nya. Sekian berita yang
dapat saya sampaikan hari ini. Saya,ikrima lutfia nissa , selaku pembawa acara,
selamat pagi dan sampai jumpa.
vocational stadium tragedy
Good Morning, I’m ikrima lutfia nissa, and this is morning report on CNN
INDONESIA. Dear viewers, the morning report will bring you exciting news for
the next half hour. The first news came from Malang City Stadium, Kanjuruhan.

Riots at Malang Kanjuruhan Stadium erupted after Arema FC lost 2-3 against
Persebaya. East Java Police Chief Inspector General Nico Afinta explained the
chronology of the Malang Kanjuruhan Stadium tragedy that occurred on Saturday .
Nico said that because the fans were disappointed that their team had lost, they
then went down to the middle of the field and tried to find players and officials to
vent their disappointment. "Because of security, they are taking preventive
measures and diverting them so they don't enter the field targeting the players," he
said. The police then fired tear gas because of the anarchist fans. Aremania, said
Nico, attacked police officers and damaged a number of stadium facilities.

"(Then) They went out at one point, at the exit, namely, if I'm not mistaken, door
10... then a buildup occurred. It was in the buildup process that occurred... a lack of
oxygen, which the medical team and the joint team were trying to help in. inside
the stadium, evacuation was also carried out to several hospitals," Nico explained

Kanjuruhan deadly tragedy took the lives of 130 people died. As reported by East
Java earlier, as many as 34 people died in the stadium. Meanwhile, another victim
died in the hospital during the rescue process. It is known, the victims who died
consisted of fans and members of the police.

In addition, two police officers who were victims of the Kanjuruhan death tragedy
were First Brigadier Fajar Yoyok Pujiono who was a member of the Dongko
Police, Trenggalek, and Brigadier Andik Purwanto, a member of the
Sumbergempol Police, Tulungagung.

Meanwhile, Coordinating Minister for Political, Legal and Security Affairs


Mahfud Md emphasized that the Malang Kanjuruhan Stadium tragedy was not
caused by clashes between fans. Instead, the victim died due to stampede and
trampled.
"I need to emphasize that the Kanjuruhan tragedy was not a clash between
Persebaya and Arema supporters. Because Persebaya fans were not allowed to
watch the match," Mahfud said on his Instagram account.
Oke viewers That's all the news I have conveyed today. I am, Ikrima Lutfia Nissa,
good morning and bye.

Anda mungkin juga menyukai