Anda di halaman 1dari 14

Tragedi Kanjuruhan

Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang terjadi pasca-pertandingan Arema


FC vs Persebaya pada hari Sabtu (1/10/2022). Diketahui, insiden tersebut
menyebabkan seratusan korban meninggal dunia.

Berikut ini beberapa hal yang diketahui terkait tragedi Stadion Kanjuruhan
Malang sejauh ini.

Kronologi Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang meletus usai pertandingan antara


Arema FC kalah 2-3 melawan Persebaya. Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta
menjelaskan kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang terjadi
pada Sabtu (1/10).

"Terkait dengan proses pertandingan tidak ada permasalahan, semuanya


selesai. Permasalahan terjadi pada saat setelah selesai, terjadi kekecewaan
dari para penonton yang melihat tim kesayangannya tidak pernah kalah
selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri," kata Nico dalam konferensi
pers di Polres Malang, seperti dilansir detikJatim, Minggu (2/10/2022).

Nico mengatakan karena suporter kecewa timnya kalah, mereka lalu turun
ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan ofisial untuk
melampiaskan kekecewaannya. "Oleh karena pengamanan melakukan
upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak
masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," ujarnya.

Polisi lalu menembakkan gas air mata karena para suporter anarkis.
Aremania, kata Nico, menyerang petugas kepolisian hingga merusak
sejumlah fasilitas stadion.

"(Lalu) Mereka pergi keluar di satu titik, di pintu keluar yaitu kalau nggak
salah pintu 10.. kemudian terjadi penumpukan. Di dalam proses
penumpukan itulah terjadi.. kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim
gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion
kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," terang Nico.
Jumlah Korban Tragedi Kanjuruhan Malang

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memaparkan, tim DVI langsung


melakukan proses identifikasi terhadap seluruh masyarakat yang menjadi
korban dalam tragedi Kanjuruhan. Untuk saat ini, kata Sigit, berdasarkan
hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan kab/kota, jumlah korban
meninggal dunia akibat peristiwa tersebut sekarang berjumlah 125 orang.

"Saat ini data terakhir hasil pengecekan verifikasi Dinkes jumlahnya 125,
tadi 129, karena ada tercatat ganda. Kemudian tentunya kami lakukan
langkah-langkah lanjutan dengan tim DVI kemudian tim penyidik
melakukan pendalaman lebih lanjut untuk menginvestigasi secara tuntas dan
nanti hasilnya kita sampikan ke seluruh masyarakat," kata Sigit saat jumpa
pers di Malang, Jawa Timur, Minggu (10/2) malam.

Sigit menyebut, kepolisian akan melakukan pengumpulan data, fakta dan


rekaman CCTV di tempat kejadian perkara atau stadion Kanjuruhan. Hal itu
merupakan gerak cepat aparat dalam mengusut tuntas peristiwa tersebut.

"Yang jelas kami serius dan usut tuntas tentunya. Ke depan terkait proses
penyelenggaraan dan pengamanan yang akan didiskusikan, akan menjadi
acuan dalam proses pengamanan," imbuhnya.
Penyebab Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang

Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta mengungkap penyebab


tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang mengakibatkan para korban
meninggal dunia adalah karena penumpukan massa.

"Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas


kekurangan oksigen," kata Nico saat memberikan keterangan di Mapolres
Malang, seperti dilansir detikJatim, Minggu (2/10).

Kadinkes Kabupaten Malang Wiyanto Widodo menyebut penyebab korban


tragedi Stadion Kanjuruhan Malang meninggal dunia adalah karena
mayoritas mengalami sesak nafas dan terinjak-injak karena panik.

Sementara Menko Polhukam Mahfud Md menegaskan tragedi Stadion


Kanjuruhan Malang bukan disebabkan bentrok antarsuporter. Melainkan
korban meninggal dunia karena desak-desakan dan terinjak.
"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok
antarsuporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu
suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton," kata Mahfud dalam akun
Instagram-nya seperti dilihat detikcom, Minggu (2/10/2022). Ejaan di tulisan
Mahfud sudah disesuaikan.

Pernyataan Jokowi Terkait Tragedi Kanjuruhan

Presiden Jokowi buka suara terkait kerusuhan yang terjadi di Stadion


Kanjuruhan Malang. Jokowi menyampaikan dukacita dan berharap peristiwa
tersebut tidak terulang kembali.

"Jngan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yg akan
datang," kata Jokowi dalam YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/10).

Jokowi memberikan arahan khusus kepada Menkes Budi Gunadi Sadikin


dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa. Jokowi ingin korban
yang dirawat mendapatkan pelayanan terbaik.

"Saya telah meminta Menteri Kesehatan dan Gubernur Jawa Timur untuk
memonitor khusus pelayanan medis bagi korban yang sedang dirawat di
rumah sakit agar mendapatkan pelayanan terbaik," ujar Jokowi.

Arahan khusus juga disampaikan Jokowi kepada Kapolri Jenderal Listyo


Sigit Prabowo. Jokowi ingin tragedi Kanjuruhan diusut tuntas.

"Khusus kepada Kapolri saya minta melakukan investigasi dan mengusut


tuntas kasus ini," kata Jokowi.

Jokowi juga meminta Menpora, Kapolri dan Ketum PSSI untuk melakukan
evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepakbola. Selain
itu, Jokowi memerintahkan agar Liga 1 disetop sementara.

"Untuk itu saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara


liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,"
imbuh dia.

Tembakan gas air mata dari aparat telah menyebabkan ratusan suporter
bola kehilangan nyawa di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober
2022, tepat sebulan silam.
Semua menyebut peristiwa itu sebagai Tragedi Kanjuruhan Malang.
Setidaknya sudah 135 korban Tragedi Kanjuruhan dinyatakan tewas. Masih
ada sejumlah orang dirawat intensif di rumah sakit. Belum lagi, para korban
yang mengalami luka dan membekas hingga kini.
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dibentuk oleh
Presiden Joko Widodo telah menerbitkan laporan. Namun itu seperti tak
berarti. Kasus yang menyebabkan ratusan nyawa melayang itu hingga kini
seperti mandek jalan di tempat.
Malam Tragedi Kanjuruhan

Tragedi Kanjuruhan terjadi usai pertandingan lanjutan BRI Liga 1 antara


Arema FC vs Persebaya Surabaya. Laga yang dikenal sebagai derby Jatim
itu berakhir dengan kemenangan tim tamu, Sabtu (1/10) malam.

Sejumlah suporter kemudian ada yang turun ke lapangan ketika tim dan
ofisial Arema FC menghampiri tribun untuk meminta maaf kepada para
pendukungnya karena kekalahan tersebut.

Komnas HAM menyebut peristiwa dimulai sekitar pukul 22.08.59 WIB atau
kira-kira 20 menit setelah peluit pertandingan selesai dibunyikan.

Pada menit itulah gas air mata pertama ditembakkan aparat untuk menghalau
suporter di lapangan. Namun, bukan hanya di lapangan, dari rekaman yang
beredar terlihat pula gas air mata itu ditembakkan ke arah tribun penonton.

Para suporter di tribun panik, mereka berhamburan berdesak-desakan ke


arah pintu keluar yang terbatas sambil menahan rasa perih di mata.

Aparat --termasuk Kapolda Jatim kala itu Irjen Pol Nico Afinta-- mengklaim
gas air mata itu ditembakkan untuk mengamankan situasi atas kericuhan
suporter yang turun ke lapangan. Nico, Minggu (2/10), bahkan mengklaim
penembakan gas air mata oleh aparat sudah sesuai prosedur.
Namun, klaim itu terbantahkan baik dari temuan Komnas HAM maupun
TGIPF yang laporannya telah diserahkan ke Jokowi.

Berdasarkan temuan Komnas HAM, suporter turun ke lapangan untuk


memberi semangat kepada para pemain klub sepakbola yang kalah.

Terlebih, aparat tak hanya menembak pada satu titik, mereka juga
menembak ke berbagai arah, termasuk tribun. Ada 11 tembakan gas air mata
yang dilepaskan.

Satu per satu gas air mata ditembakkan, membuat stadion mengepul.
Semakin banyak pula suporter yang panik.

Mereka berlarian ke arah pintu, berharap bisa menghindari gas air mata dan
menyelamatkan diri. Namun, keluar dari stadion saat itu tak mudah.

Jumlah penonton pertandingan pada malam itu melampaui kapasitas


seharusnya. Komnas HAM mencatat ada sekitar 43 ribu tiket yang terjual.
Padahal, kapasitas Stadion Kanjuruhan maksimal menampung 38 ribu orang.

Ditambah, pintu stadion yang terbuka ukurannya kecil. Ada dua helai pintu
kecil yang terbuka. Masing masing mempunyai ukuran dimensi 75 cm dan
tinggi 180 cm.

Puluhan ribu suporter pun harus melewati tangga yang curam dan
berhimpitan untuk bisa lolos keluar dari pintu.

Banyak suporter yang sesak nafas akibat kondisi tersebut. Ruang gerak
sempit, sementara efek gas air mata masih terasa.

Lebih jauh, sejumlah suporter pingsan. Bahkan, ratusan orang akhirnya


meninggal dunia.

Komnas HAM mencatat ada enam pintu yang menjadi titik paling banyak
ditemukannya korban berjatuhan, yakni pintu 3, 9, 10, 11, 12 dan 13.

Proses Investigasi, Penyelidikan, dan Penyidikan

Tragedi Kanjuruhan tidak hanya geger di Indonesia saja, tapi menjadi


sorotan di mata dunia. Tragedi Kanjuruhan Malang sejauh ini menjadi 'tiga
besar bencana sepak bola', setelah mimpi buruk yang terjadi di Lima, Peru
pada 1964 silam dan Ghana pada 2001 lalu.

Mahfud MD mengumpulkan para pemimpin lembaga terkait di kantornya


pada Senin (3/10) untuk melanjutkan arahan Jokowi atas Tragedi
Kanjuruhan. Kala itu yang terlihat ikut rapat di sana adalah Mendagri
Jenderal Pol (Purn.) Tito Karnavian), Panglima TNI Jenderal Andika
Perkasa, Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, dan Deputi V Kantor
Staf Presiden Jaleswari Pramowardhani.

Mahfud pun mengumumkan TGIPF dengan anggota lintas sektor. TGIPF itu
kemudian dipatenkan lewat Keppres 19/2022 yang diteken Jokowi pada 4
Oktober 2022.

Tim itu pun telah menyelesaikan tugasnya, dan menyerahkan laporan setebal
124 halaman ke Jokowi pada 14 Oktober 2022.

Salah satu temuannya, TGIPF meyakini bahwa penyebab ratusan orang


berjatuhan adalah gas air mata yang ditembakkan aparat di dalam stadion.

Selain itu, TGIPF juga menyoroti peran PSSI, sebagai sebagai federasi
sepakbola profesional di Indonesia. Menurut TGIPF, PSSI tidak melakukan
sosialisasi/ pelatihan yang memadai tentang regulasi FIFA dan PSSI kepada
penyelenggara pertandingan, baik kepada panitia pelaksana, aparat
keamanan dan suporter.

Selain itu, PSSI juga tidak mempertimbangkan faktor risiko saat menyusun
jadwal kolektif penyelenggaraan Liga-1.
Adapun beberapa rekomendasinya adalah Ketua Umum PSSI dan seluruh
jajaran Komite Eksekutif harus mengundurkan diri sebagai bentuk
pertanggungjawaban moral.

Selain itu, TGIPF merekomendasikan agar proses hukum pidana bagi pihak
pihak yang terbukti bersalah dan menyebabkan ratusan korban berjatuhan
terus dilakukan sampai tuntas.

Namun, tak semua rekomendasi TGIPF itu dilaksanakan sejauh ini. Padahal,
TGIPF dibentuk langsung oleh presiden dengan landasan yang jelas, yakni
Keppres Nomor 19 Tahun 2022.

Pakar Hukum Tata Negara dari Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera
Bivitri Susanti menilai setelah keluarnya rekomendasi dari TGIPF,
seharusnya semua pihak terkait menerima dan menjalankannya.

"Itu (rekomendasi) sebenarnya bersifat memaksa, perintah presiden sebagai


kepala negara kepada aparaturnya," kata Bivitri kepada CNNIndonesia.com,
Selasa (19/10).

Sementara itu, investigasi Komnas HAM masih berlanjut. Lembaga itu


tengah menyandingkan hasil laboratorium dari sisa gas air mata yang
ditemukan pada pakaian korban.

Komnas HAM juga tengah meminta keterangan dari FIFA. Selain itu,
mereka juga mempertimbangkan untuk membawa tragedi ini langsung ke
Dewan HAM PBB di Jenewa.

Di kepolisian, terkait Tragedi Kanjuruhan, Polda Jatim telah menetapkan


enam tersangka--tiga dari sipil, dan tiga dari polisi.

Para tersangka itu adalah: Dirut PT LIB Ahmad Hadian Lukita, Ketua
Panpel Arema Abdul Haris, dan Security Officer Arema Suko Sutrisno.
Kemudian tersangka dari kepolisian adalah Kompol Wahyu Setyo Pranoto
selaku Kabag Ops Polres Malang, AKP Bambang Sidik Achmadi , dan
Danki Brimob Polda Jatim AKP Hasdarman.

Dalam perkara ini, keenam tersangka dijerat dengan Pasal 359 dan Pasal 360
KUHP tentang Kelalaian. Selain itu mereka juga dijerat Pasal 103 Juncto
Pasal 52 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.

Siapa yang bertanggung jawab?

Semua pihak, mulai dari polisi, PT LIB, Indosiar sebagai broadcaster,


panitia pelaksana sampai PSSI saling lempar tanggung jawab.

Polisi membantah tragedi Kanjuruhan terjadi akibat mereka yang


menyemprotkan gas air mata secara sporadis. Polisi pun menyalahkan
suporter yang dinilai anarkis.

"Tidak ada satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah
gas air mata," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Senin (10/10).

Adapun PSSI menyalahkan panitia pelaksana karena membiarkan penonton


yang datang melebihi kapasitas.

Sementara itu, PT LIB dan Indosiar saling lempar soal penetapan jadwal
pertandingan. Pasalnya, pihak Polres Malang sempat meminta agar jadwal
pertandingan dimundurkan karena alasan keamanan.

Namun, mereka tidak menjalankan rekomendasi itu. Pertandingan tetal


digelar pukul 20.00 WIB.
Mahfud MD pun angkat suara soal itu. Menurutnya, saling lempar tanggung
jawab adalah bukti kacaunya sepakbola di Indonesia.

"Bahwa terjadi saling menghindar dari tanggung jawab operasional lapangan


antara federasi, pengelola liga, panitia pelaksana, pihak keamanan, hingga
penyelenggara siaran menjadi bukti bahwa penyelengaraan Liga Sepak Bola
Nasional agak kacau," kata Mahfud Md dalam pernyataan akun Instagram
resminya, Rabu, (12/10).
Sampai ini, polisi telah menetapkan enam orang sebagai tersangka. Mereka
adalah Direktur Utama PT LIB Ahkmad Hadian Lukita, Ketua Panpel
Arema FC Abdul Haris, dan Security Officer Suko Sutrisno.

Ketiganya dikenakan Pasal 359 KUHP dan atau Pasal 360 KUHP dan atau
Pasal 130 ayat 1 Jo Pasal 52 UU Nomor 11 Tahun 2022.

Kemudian tiga tersangka lain, yaitu Kabag Ops Polres Malang Kompol
Wahyu Setyo Pranoto, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik
Achmadi, serta Komandan Kompi Brimob Polda Jawa Timur AKP
Hasdarman. Mereka dikenakan dengan Pasal 359 KUHP dan atau Pasal 360
KUHP.

Selain itu sejumlah pejabat polisi pun telah dicopot dan dimutasi
pascatragedi Kanjuruhan itu termasuk Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat
dan Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta.

Di satu sisi, Komnas HAM masih mencari siapa yang paling bertanggung
jawab. Komnas HAM menyorot soal perencanaan pengamanan.

Beberapa yang didalami Komnas HAM adalah mengapa pengamanan


sepakbola melibatkan brimob dan TNI, dan mengapa gas air mata bisa
digunakan di dalam stadion sepakbola.

Mereka pun mendalami sejumlah aturan, terutama soal perjanjian kerja sama
(PKS) antara kepolisian dan PSSI. Menurutnya, kedua lembaga/organisasi
itu tak bisa saling lempar tanggung jawab karena ada aturan bersama yang
telah disepakati.

Namun, dalam PKS itu tidak ada klausul larangan masuknya gas air mata ke
stadion. Padahal, hal itu dilarang FIFA dalam statuta mereka.

"Jadi problem-nya memang struktural dan mendasar," kata Komisioner


Komnas HAM Choirul Anam di Jakarta Pusat, Rabu (19/10).
Diketahui, sampai saat ini tercatat 135 orang meninggal dan lebih dari 400
orang luka-luka akibat Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober lalu.

Sementara itu di Malang, desakan pengusutan tuntas terus bergema. Sudah


dua kali aksi dilakukan. Dari aksi diam di depan Balai Kota beberapa hari
lalu, hingga aksi menyuarakan sembilan tuntutan di tempat yang sama pada
Kamis (27/10).

Salah satu tuntutan aksi yang dilakukan pada Kamis lalu adalah mereka
menolak hasil rekonstruksi Tragedi Kanjuruhan yang dilakukan di Mapolda
Jatim. Diketahui dalam rekonstruksi itu tak ada adegan penembakan gas air
mata ke arah tribun penonton.

Selain itu rencana autopsi dua korban yang sejatinya dilakukan pada Kamis
(20/10) batal dilakukan dengan alasan dari pihak keluarga. Pihak keluarga
korban mengaku salah satu pembatalan itu karena merasa terintimidasi.

"Saya eman (sayang) keluarga kalau ada apa-apa," kata orang tua korban, D,
saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Rabu (19/10).

D mengaku sedang tertekan secara mental. Terlebih ia merasa menghadapi


semua sendiri.

D kini hanya berharap Tuhan membalas segala perlakuan yang dialaminya


serta dua anaknya yang telah tiada.

"Stres mas. Berjuang menghadapi sendiri. Tahu sendiri lawannya siapa,"


ucapnya tanpa merinci pihak yang dia maksud.

"Biar baju anak saya jadi buktinya. Dan azab Allah yang membalas,"
pungkas D.

Pendamping Hukum Tim Gabungan Aremania sekaligus Sekjen Federasi


KontraS Andy Irfan mengatakan, D mulanya didampingi oleh pengacara
dari aliansi lain.

Tapi D tak didampingi secara penuh, hingga saat dia didatangi beberapa
orang dan diduga diintimidasi. D akhirnya meminta pendampingan KontraS.

"Sebelumnya dia punya lawyer, selama dia jadi kliennya enggak ada
pendampingan apapun, itu membuat dia semakin takut. Tapi sampai
sekarang secara formil surat kuasa belum dicabut. Tapi dua hari belakangan
D ke sini dan minta pendampingan," kata Andy.

Sebelumnya, Kapolda Jatim Inspektur Jenderal Toni Harmanto membantah


ada dugaan intimidasi kepada keluarga korban yang mengajukan autopsi.
Toni pun meminta agar publik mengonfirmasi langsung ke keluarga korban
yang dimaksud. Apakah betul ada dugaan intimidasi itu atau tidak.

"Silakan dikonfirmasi ke yang bersangkutan soal itu. Info ini sudah


diketahui publik, info-info itu bisa dikonfirmasi," ucap Toni di RSSA
Malang, Rabu (19/10).
Autopsi Korban Kanjuruhan

Dua anggota keluarga sejak jauh hari telah meminta permohonan autopsi
jenazah korban Kanjuruhan untuk mengetahui secara pasti penyebab
kematian.

Polisi diketahui telah mengumumkan penyebab kematian ratusan nyawa di


Stadion Kanjuruhan itu bukan disebabkan oleh gas air mata, melainkan
karena kehabisan napas terinjak-injak.

Namun seiring permohonan autopsi itu banyak ditemui kendala, termasuk


dugaan intimidasi aparat terhadap pihak keluarga. Bahkan pihak keluarga
sempat mendadak berniat mengurungkan niat permohonan autopsi tersebut.

Belakangan, Anggota TGIFP, Laode M Syarif menginformasikan ada


rencana autopsi terhadap dua korban Kanjuruhan pada 5 November
mendatang.
Polri mengklaim proses autopsi bakal melibatkan sejumlah pihak, mulai dari
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Jatim, Tim Gabungan
Independen Pencari Fakta (TGIPF), Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban (LPSK), Kompolnas dan penyidik

Pengadilan Negeri Surabaya telah menjatuhkan vonis terhadap Ketua Panpel


Arema FC Abdul Haris dan Security Officer Suko Sutrisno terkait Tragedi
Kanjuruhan, Kamis (9/3).

Dua terdakwa Tragedi Kanjuruhan itu divonis bersalah dan dijatuhi


hukuman pidana penjara karena terbukti lalai hingga menyebabkan 135
orang meninggal dunia.

Keduanya dinilai melanggar Pasal 359 KUHP, Pasal 360 ayat (1) KUHP dan
Pasal 360 ayat (2) KUHP juncto Pasal 103 ayat 1 juncto Pasal 52 Undang-
Undang No 11 tahun 2022.

Berikut daftar putusan hakim terhadap dua terdakwa dalam perkara Tragedi
Kanjuruhan.
Ketua Panpel Arema Divonis 1 Tahun 6 Bulan Bui

Abdul Haris divonis hukuman pidana 1,5 tahun penjara lantaran telah lalai
hingga menyebabkan seratusan orang meninggal dunia, dan lebih dari 600
korban luka-luka.

"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa 1 tahun 6 bulan," kata ketua majelis


hakim Achmad Sidqi saat membacakan amar putusan di PN Surabaya.

Alasan yang memperberat hukuman Haris yakni perbuatannya dinilai kurang


mengantisipasi kondisi darurat yang timbul dalam sepak bola.

Ia juga dinilai mengakibatkan banyak suporter trauma menyaksikan sepak


bola khususnya di Kota Malang.
Sedangkan hal meringankan bagi Abdul salah satunya yakni peristiwa itu
terjadi karena dipicu turunnya suporter dari tribune. Terdakwa telah ikut
berpartisipasi membantu meringankan penderitaan korban dan keluarga.

Putusan ini lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yang
menginginkan Abdul dihukum enam tahun delapan bulan penjara.

Security Officer Arema Divonis 1 Tahun

Terdakwa lainnya yaitu Suko Sutrisno divonis hukuman pidana satu tahun
penjara lantaran terbukti bersalah dalam tragedi mematikan usai
pertandingan antara Arema FC vs Persebaya.

"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara satu tahun,"


kata hakim Achmad Sidqi.

Serupa vonis untuk Haris, hukuman bagi Suko jauh lebih ringan dari
tuntutan jaksa penuntut umum yang menginginkan Suko dihukum enam
tahun delapan bulan penjara.

Sidang Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan setidaknya 135 orang pada 1


Oktober 2022 itu digelar di Surabaya, bukan Malang sesuai tempat kejadian
perkara. Hal ini mempertimbangkan faktor keamanan.

Selain itu, aparat juga mengimbau Aremania tak hadir langsung di PN


Surabaya saat sidang Tragedi Kanjuruhan berlangsung sejak 16 Januari lalu.

Lima dari enam tersangka Tragedi Kanjuruhan Malang tengah menjalani


sidang sebagai terdakwa di PN Surabaya sejak Senin (16/1). Dua di
antaranya telah dijatuhi vonis.

Sementara tiga terdakwa lainnya dari kepolisian yakni Danki 3 Brimob


Polda Jatim AKP Hasdarmawan, Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu
Setyo Pranoto, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik
Achmadi. Mereka didakwa Pasal 359 KUHP.
Satu tersangka lagi yang belum diseret ke sidang adalah eks Dirut LIB
Akhmad Hadian Lukita karena pemberkasannya belum selesai di tangan
penyidik kepolisian usai dikembalikan jaksa.

Akhmad Hadian sendiri telah lepas dari tahanan polisi karena masa
penahanannya habis sejak Desember 2022. Meskipun dilepas dari tahanan,
kepolisian memastikan status Akhmad Hadian masih tersangka.

Anda mungkin juga menyukai