Anda di halaman 1dari 11

Tugas Penalaran Hukum

Muhammad Nizar Zulmi


226010100111017

Analisis Tragedi Kanjuruhan Menggunakan Logika Induksi dan Deduksi

A. Analisis fakta

1. Rekonstruksi fakta-fakta beserta argumentasi bukti-bukti

Kapolri menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan tim investigasi, tragedi


Kanjuruhan bermula pada 12 September 2022. Saat itu, pihak panitia pelaksana
pertandingan Arema FC mengirimkan surat ke Polres Malang terkait permohonan
rekomendasi pertandingan Arema FC vs Persebaya yang akan digelar pada Sabtu
(1/10/2022) pukul 20.00 WIB.1 Kemudian, Polres Malang menanggapi surat dari
panitia pelaksana dengan berkirim surat secara resmi untuk mengubah jadwal
pertandingan menjadi pukul 15.30 WIB dengan pertimbangan faktor keamanan.
Namun, PT. Liga Indonesia Baru (LIB) menolak permintaan tersebut dengan alasan
apabila waktu digeser, ada pertimbangan masalah penayangan langsung, alasan
ekonomi, dan sebagainya yang mengakibatkan dampak munculnya ekonomi, penalti,
dan sebagainya. Selanjutnya, Polres Malang melakukan persiapan pengamanan
dengan melaksanakan berbagai macam rapat koordinasi. Hasilnya, terdapat
penambahan jumlah personel pengamanan yang semula 1.073 petugas menjadi
2.034 petugas. Selain itu, hasil rapat koordinasi disepakati untuk suporter yang hadir
hanya dari Aremania. Seperti yang kita ketahui bahwa pertandingan yang berjalan
pada 1 Oktober pukul 20.00 WIB hingga akhir pertandingan dengan skor 2 Arema
FC dan 3 Persebaya, proses pertandingan semua berjalan lancar. Namun, saat akhir
pertandingan, muncul reaksi dari penonton terkait hasil pertandingan itu. Beberapa
penonton masuk ke lapangan. Terkait hal tersebut, tentunya tim (Polres Malang)
kemudian melakukan pengamanan terhadap ofisial dan pemain Persebaya dengan
menggunakan empat kendaraan taktis.

Proses evakuasi berjalan cukup lama hampir sekitar satu jam karena sempat
terjadi kendala dan hambatan. Akan tetapi, semua bisa berjalan lancar, evakuasi saat

1
Nugraha Perdana, Kronologi Lengkap Tragedi Kanjuruhan: Persiapan Pengamanan, Kerusuhan, hingga Penetapan
Tersangka, https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/07/070606578/kronologi-lengkap-tragedi-kanjuruhan-persiapan-
pengamanan-kerusuhan-hingga?page=all, diakses pada tanggal 18 Oktober 2022 oukul 21.32 WIB.
itu dipimpin Kapolres. Di sisi lain, pada waktu yang bersamaan, penonton semakin
banyak turun ke lapangan. Kemudian, beberapa anggota Polisi mulai melakukan
penggunaan kekuatan. Ada yang menggunakan tameng, termasuk mengamankan
kiper Arema FC Adilson Maringa. Dengan bertambahnya penonton masuk ke
lapangan, beberapa personel menembakkan gas air mata. Terdapat 11 personel yang
menembakkan gas air mata. Tujuh tembakan ke arah tribune selatan, satu tembakan
ke arah tribune utara dan tiga tembakan ke arah lapangan. Hal ini mengakibatkan
para penonton terutama di tribune yang ditembakkan panik. Tembakan tersebut
dilakukan dengan maksud untuk mencegah penonton turun ke lapangan.

Kemudian, penonton berusaha untuk keluar namun terjadi kendala di Pintu 3,


10, 11, 12 dan 14. Dalam hal ini seharusnya 5 menit sebelum berakhirnya
pertandingan pintu harus dibuka. Namun, saat itu pintu dibuka akan tetapi pintu
tersebut hanya berukuran sekitar 1,5 meter. Ditambah, dengan adanya tegakan besi
melintang setinggi 5 sentimeter yang dapat mengakibatkan suporter menjadi
terhambat saat melewati pintu tersebut. Kemudian, para penjaga keamanan swasta
atau steward tidak berada di tempat saat peristiwa itu berlangsung. Berdasarkan
Pasal 21 Regulasi Keselamatan dan Keamanan PSSI menyebutkan harusnya steward
berada di tempat selama penonton belum meninggalkan stadion. Pintu yang
berukuran relatif kecil tersebut dipenuhi oleh suporter yang ingin keluar
menyelamatkan diri dari tembakan gas air mata mengalami sumbatan karena
banyaknya penonton yang antri di pintu. Karena suporter panik dan berdesakan, hal
ini mengakibatkan banyak muncul korban yang mengalami patah tulang, trauma dan
meninggal dunia dengan mengalami asfiksia.

Berdasarkan data terakhir, korban jiwa atas tragedi ini sebanyak 131 orang.
Pihak kepolisian telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Berdasarkan hasil pendalaman, pihak kepolisian menemukan bahwa PT. Liga
Indonesia Baru (LIB) selaku penyelenggara Liga 1 tidak melakukan verifikasi
terhadap Stadion Kanjuruhan. Verifikasi terakhir dilakukan pada tahun 2020, dan
ada beberapa catatan yang seharusnya dipenuhi, khususnya terkait dengan masalah
keselamatan bagi penonton. Pada tahun 2022 ini tidak dikeluarkan verifikasi
terhadap kelayakan Stadion Kanjuruhan dan menggunakan hasil verifikasi terakhir
pada tahun 2020. Pada catatan tersebut juga belum ada perbaikan oleh PT. LIB
Kemudian ditemukan fakta juga penonton yang datang hampir 42.000. Ketua Panpel
Arema FC, Abdul Haris mengakui bahwa pihaknya mencetak tiket melebihi
kapasitas stadion Kanjuruhan saat laga Derby Jatim, antara Arema FC vs Persebaya.
Panpel mencetak 43 ribu lembar tiket. Padahal, sebelumnya Polisi telah memberi
rekomendasi untuk mencetak tiket sesuai kapasitas stadion, yakni 38 ribu. Lantaran
mencetak 43 ribu tiket, Panpel Arema FC kemudian dipanggil oleh Kapolres Malang
AKBP Ferli Hidayat. Selanjutnya sisa tiket yang belum terjual diserahkan ke Polres
Malang. Menurut Haris, pada akhirnya tiket yang diserahkan ke Polres itu tetap
dijual lagi. Sebab, ada protes dari suporter terkait pembatasan tiket secara tiba-tiba.
Akan tetapi menurut Haris, Kapolres mempersilakan untuk dijual semuanya. Jadi
terjual 42.516 (tiket). Hal itu merupakan arahan kapolres untuk dijual semuanya,
karena saat itu Aremania komplain mengapa tiba-tiba tiket dibatasi.2

Terkait tragedi ini, panitia penyelenggara juga tidak menyiapkan rencana


darurat untuk menghadapi situasi khusus. Sebagaimana diatur dalam Pasal 8 regulasi
keselamatan keamanan PSSI. Tentunya kelalaian tersebut mengakibatkan timbulnya
pertanggungjawaban. Selanjutnya, Kapolri telah mengumumkan enam tersangka
terkait tragedi Kanjuruhan. Yakni, Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC
berinisial AH, Direktur PT. LIB berinisial Ir. AHL, Security officer berinisial SS,
Kabagops Polres Malang berinisial WSS, Brimob Polda Jatim berinisial H dan Kasat
Sammapta Polres Malang berinisial BSA. Ketua Panpel, Direktur PT. LIB dan
Security officer jadi tersangka karena abai atas keselamatan penonton. Sedangkan
tiga polisi yang jadi tersangka karena memerintahkan penembakan gas air mata.
Polri mengakui gas air mata yang digunakan dalam tragedi Kanjuruhan telah
kadaluarsa. Namun, Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengatakan gas air
mata yang telah kadaluarsa tidak berbahaya. Menurutnya, senyawa dalam gas air
mata berbeda dengan makanan. Ia menjelaskan jika gas air mata memasuki masa
kedaluwarsa, kadar zat kimianya justru semakin menurun.

Koalisi yang terdiri dari Lembaga Bantuan Hukum Pos Malang, LBH
Surabaya, YLBHI, Lokataru, IM 57+ Institute, dan KontraS itu menemukan fakta
bahwa penembakan gas air mata juga dilakukan polisi di luar lapangan. Penembakan

2
Deny Prasetyo Utomo, Panpel Akui Cetak Tiket Arema FC vs Persebaya Melebihi Kapasitas Kanjuruhan,
https://www.detik.com/jatim/sepakbola/d-6343146/panpel-akui-cetak-tiket-arema-fc-vs-persebaya-melebihi-kapasitas-
kanjuruhan, diakses pada tanggal 21 Oktober 2022 pukul 06.33 WIB.
di luar stadion dinilai memperparah kondisi para Aremania. Setelah berdesak-
desakan, para suporter pun mengalami sesak napas saat berusaha keluar area stadion
dan harus kembali menghirup gas air mata di luar Stadion Kanjuruhan. Tim
Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) melakukan pertemuan dengan pejabat
utama Polda Jawa Timur dan mendapat laporan bahwa pada 15 September 2022,
digelar rapat kooordinasi pengamanan pertandingan Arema vs Persebaya, Rapat
melibatkan Kabag Ops Polres Malang, Kasat Intelkam Polres Malang, Satlantas
Polres Malang, Pasiops Yon B dan Wadanyon Zipur 5 Kepanjen. Pada rapat tersebut
disampaikan bahwa dalam pengamanan tidak ada penggunaan gas air mata, yang
mana hal demikian dimuat dalam laporan TGIPF. Namun, jajaran Polda Jatim
menyatakan bahwa PSSI tidak pernah mengadakan sosialisasi terkait regulasi FIFA.
Khususnya yang berkaitan dengan larangan penggunaan gas air mata. Sehingga
banyak anggota Polisi yang tidak tahu terkait regulasi FIFA dan bertindak
berdasarkan diskresi kepolisian. Akan tetapi, gas air mata tetap dibawa ke stadion.
Unsur pengamanan yang membawa gas air mata adalah Samapta Polres Malang dan
Brimob Polda Jatim. Gas air mata tetap dibawa ke stadion sekalipun perangkat
pertandingan (Panpel, Match Comissioner dan Security officier) sudah melakukan
rapat koordinasi rapat pengamanan agar tidak membawa gas air mata. Informasi ini
diperoleh TGIPF dari investigasi internal PSSI.3

Terkait dengan penggunaan gas air mata, jajaran Polres Malang memberikan
klarifikasi kepada TGIPF. Pertama, Kapolres Malang, Wakapolres Malang dan
Kabag Ops tidak pernah memerintahkan untuk menembakkan gas air mata.
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh jajaran Polres Malang diperoleh
penjelasan bahwa terdapat perintah dari Danki dan Kasat Sabhara. Keduanya
memberikan perintah, serta terdapat diskresi anggota untuk memecah suporter.
Selain itu, jajaran Polres Malang mengatakan tidak mengetahui adanya aturan FIFA
terkait pelarangan membawa atau menggunakan gas air mata.

TGIPF kemudian bertemu dengan Yon Zipur 5/ABW. Ternyata, perwira Yon
Zipur 5/ABW yang tergabung pengamanan mengetahui aparat Brimob membawa
senjata gas air mata saat apel persiapan pengaman (APP). Tak hanya itu, perwira

3
Eko Ari Wibowo, Dokumen TGIPF Ungkap Cerita Penggunaan Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan,
https://nasional.tempo.co/read/1646332/dokumen-tgipf-ungkap-cerita-penggunaan-gas-air-mata-di-tragedi-kanjuruhan,
diakses pada tanggal 17 Oktober 2022 pukul 21.50 WIB.
juga mengetahui anggota Brimob yang bertugas untuk pengamanan sepak bola
sebelumnya saat Arema bertanding dengan tim lawan selain Pesebaya, selalu
membawa senjata gas air mata. Pengakuan dari salah satu personel Satuan Brimob
bahwa senjata ini sebagai kelengkapan peralatan yang dibawa, demikian diungkap
dalam laporan TGIPF. Lalu, pertemuan TGIPF dengan Kompolnas juga
mengungkap informasi serupa. Anggota Polri yang ditugaskan dalam pengamanan
pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya tidak mengetahui mengenai regulasi
FIFA yang melarang menggunakan gas air mata. Selain itu, selongsong gas air mata
yang ditemukan di Lapangan Stadion Kanjuruhan adalah milik Sabhara dan Brimob.
Terkait pertanggungjawaban penggunaan gas air mata ada pada pimpinan Satker
personel yang menggunakannya, demikian tulis laporan TGIPF. Sementara
berdasarkan pertemuan dengan Komnas HAM, diperoleh informasi bahwa terdapat
22 personel Brimob yang melakukan tembakan. Rinciannya yaitu 10 tembakan di
dalam lapangan, 44 tembakan di luar stadion, tembakan gas air mata yang catch
sejumlah 28, dengan total amunisi yang dibawa 209 amunisi.4

2. Simpulan fakta secara induksi (khusus ke umum)

Berikut salah satu contoh simpulan fakta secara induksi:

Premis pertama: Kabagops Polres Malang berinisial WSS merupakan anggota


personel Polres Malang yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan.

Premis kedua: Anggota personel Polres Malang yang menjadi pihak pengaman pada
pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan harus
bertanggung jawab dalam tugasnya.

Dapat disimpulkan bahwa Kabagops Polres Malang berinisial WSS merupakan


anggota personel Polres Malang yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan yang
berperan sebagai pihak pengaman pada pertandingan sepak bola antara Arema FC dan
Persebaya di Stadion Kanjuruhan harus bertanggung jawab dalam tugasnya.

B. Analisis hukum secara deduksi (umum ke khusus)

Tanggal 1 Oktober 2022 terdapat pertandingan sepak bola klub Liga 1 antara Arema
FC dan Persebaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang.
4
Ibid.
Persebaya Surabaya memenangkan pertandingan tersebut dengan Skor 3-2 yang
mengalahkan Arema FC. Proses pertandingan semua berjalan lancar. Namun, saat akhir
pertandingan, muncul reaksi dari penonton terkait hasil pertandingan itu. Beberapa
penonton masuk ke lapangan. Terkait hal tersebut, tentunya tim (Polres Malang)
kemudian melakukan pengamanan terhadap ofisial dan pemain Persebaya dengan
menggunakan empat kendaraan taktis. Di sisi lain, pada waktu yang bersamaan,
penonton semakin banyak turun ke lapangan. Kemudian, beberapa anggota Polisi mulai
melakukan penggunaan kekuatan. Ada personel yang menggunakan tameng, dan ada
juga beberapa personel yang menembakkan gas air mata karena bertambahnya penonton
yang masuk ke lapangan sehingga situasi semakin tidak terkendali.

Kemudian, suporter berusaha untuk keluar namun terjadi kendala di Pintu 3, 10, 11,
12 dan 14. Pintu yang berukuran relatif kecil tersebut dipenuhi oleh suporter yang ingin
keluar menyelamatkan diri dari tembakan gas air mata mengalami sumbatan karena
banyaknya penonton yang antri di pintu. Karena suporter panik dan berdesakan ingin
keluar stadion, hal ini mengakibatkan banyak muncul korban yang mengalami patah
tulang, trauma dan meninggal dunia dengan mengalami asfiksia. Berdasarkan data
terakhir, korban jiwa atas tragedi ini sebanyak 131 orang.

Kapolri dalam jumpa pers pada hari Kamis tanggal 6 Oktober 2022 mengungkapkan
bahwa berdasarkan gelar perkara dan alat bukti permulaan yang cukup, maka ditetapkan
saat ini enam orang tersangka.5 Keenam orang tersangka dalam tragedi Kanjuruhan
tersebut telah disangka melakukan suatu tindak pidana atau perbuatan pidana. S. R.
Sianturi dalam bukunya yang mengutip Moeljatno, ia menerjemahkan strafbaar feit
sebagai perbuatan pidana, yaitu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut. Menurut Pompe, “strafbaar feit”
secara teoritis dapat merumuskan sebagai suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap
tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun dengan tidak disengaja telah dilakukan oleh
seorang pelaku, di mana penjatuhan terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi
terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum.6 Selanjutnya, menurut
Indiyanto Seno Adji tindak pidana adalah perbuatan seseorang yang diancam pidana,

5
Widhia Arum Wibawana, Bunyi Pasal 359 dan 360 KUHP yang Jerat Tersangka Kanjuruhan,
https://news.detik.com/berita/d-6334394/bunyi-pasal-359-dan-360-kuhp-yang-jerat-tersangka-kanjuruhan, diakses pada
tanggal 17 Oktober 2022 pukul 22.18 WIB.
6
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, PT. Refika Aditama, Bandung, 2014, hlm. 97.
perbuatannya bersifat melawan hukum, terdapat suatu kesalahan yang bagi pelakunya
yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya. 7 Dapat kita maknai bahwa
pengertian tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana kepada subjek tindak pidana yang melakukannya atau dalam rumusan hukum
pidana biasa disebut dengan barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.

Suatu tindak pidana pastinya memiliki unsur-unsur tindak pidana. Unsur tindak
pidana dalam KUHP dibedakan menjadi dua unsur, yaitu unsur subjektif dan unsur
objektif. Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang
berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke dalamnya, yaitu segala sesuatu yang
terkandung di dalam hatinya. Sedangkan yang dimaksud unsur objektif adalah unsur-
unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan
mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. 8 Adapun unsur subjektif dari
sesuatu tindak pidana itu adalah:9

1. Kesengajaan (dolus) atau ketidaksengajaan (culpa);


2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging;
3. Macam-macam maksud atau oogmerk, seperti yang terdapat di dalam
kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain-
lain;
4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad, seperti yang terdapat
di dalam kejahatan pembunuhan berencana dalam Pasal 340 KUHP;
5. Perasaan takut atau vrees, seperti terdapat di dalam rumusan tindak pidana
menurut Pasal 308 KUHP.

Unsur-unsur objektif dari sesuatu tindak pidana adalah:10

1. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkbeid;


2. Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai negeri” di
dalam kejahatan jabatan atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari
suatu perseroan terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP;
3. Kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan
sesuatu kenyataan sebagai akibat.
7
Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Hukum Pidana, Kantor Pengacara dan Konsultasi Hukum “Prof. Oemar Seno Adji &
Rekan Jakarta, 2002, hlm. 155.
8
Ibid. hlm. 193.
9
Ibid. hlm. 193-194.
10
Ibid.
Dalam kasus tragedi Kanjuruhan ini, enam tersangka yang telah memenuhi unsur
subjektif yang salah satunya adalah karena ketidaksegajaannya (culpa). Contoh dari
unsur subjektif ini adalah Kabagops Polres Malang berinisial WSS, ia mengetahui terkait
pelarangan penggunaan gas air mata dalam suatu pengamanan pertandingan sepak bola.
Namun, ia tidak mencegah atau melarang pemakaian gas air mata saat pengamanan
pertandingan, maka ia dianggap telah lalai. Sementara terkait unsur objektifnya, yaitu
unsur melanggar hukum. Salah satu contoh unsur objektif ini adalah Panitia Pelaksana
(Panpel) Arema FC yang berinisial AH mencetak tiket masuk stadion melebihi kapasitas
Stadion Kanjuruhan. Keenam orang tersebut disangka telah melanggar bunyi Pasal 359
dan Pasal 360 KUHP. Adapun bunyi pasal-pasal tersebut adalah:

Bunyi Pasal 359 KUHP

“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,


diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun”.

Lalu Bunyi Pasal 360 KUHP:

(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain


mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-
luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam
bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

R. Soesilo dalam penjelasan Pasal 359 KUHP menjelaskan bahwa matinya orang
disini tidak dimaksud sama sekali oleh terdakwa, akan tetapi kematian tersebut hanya
merupakan akibat daripada kurang hati-hati atau lalainya terdakwa (delik culpa). Apabila
matinya orang itu ‘dimaksud’ oleh terdakwa, maka ia dikenakan pasal tentang
pembunuhan (Pasal 338 atau 340 KUHP). Selanjutnya dikatakan oleh R. Soesilo, bahwa
‘karena salahnya’ sama dengan ‘kurang hati-hati, lalai, lupa, amat kurang perhatian’.11

Dalam penjelasan pasal, R. Soesilo menyebutkan bahwa isi Pasal 360 KUHP ini
hampir sama dengan Pasal 359 KUHP, bedanya hanya bahwa:12
11
R. Soesilo, 2013, Kitab Undang-Undang hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal, Politea, Bogor, hlm. 46.
12
Ibid, hlm. 249.
1) Akibat dari Pasal 359 adalah ‘mati’nya orang, sedang akibat dalam Pasal 360
adalah luka berat atau luka yang menyebabakan jatuh sakit (ziek bukan pijn) atau
terhalang pekerjaan sehari-hari;

2) Karena salahnya (kurang hati-hatinya) menyebabkan orang luka ringan (tidak ziek
dan tidak terhalang pekerjaannnya sehari-hari), tidak dikenakan pasal ini.

Selain bunyi Pasal 359 dan 360 KUHP, para tersangka tragedi Kanjuruhan juga
dijerat Pasal 103 dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang
Keolahragaan. Berikut ini bunyi pasal-pasal tersebut:

Bunyi Pasal 52 Undang-Undang No. 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan:

“Penyelenggara kejuaraan Olahraga wajib memenuhi persyaratan teknis


kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan,
ketertiban umum, dan kepentingan publik.”

Bunyi Pasal 103 Undang-Undang No. 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan:

(1) Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang tidak memenuhi persyaratan teknis


kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan,
ketertiban umum, dan kepentingan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang mendatangkan langsung massa


penonton yang tidak mendapatkan rekomendasi dari Induk Organisasi Cabang
Olahraga yang bersangkutan dan tidak memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Contoh penalaran deduksi:

Premis mayor: Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang


lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun.

Premis minor: Kabagops Polres Malang berinisial WSS telah lalai dalam tugasnya
sebagai pengaman pertandingan. Bahwa ia mengetahui terkait pelarangan penggunaan
gas air mata dalam suatu pengamanan pertandingan sepak bola. Namun, ia tidak
mencegah atau melarang pemakaian gas air mata saat pengamanan pertandingan.

Kesimpulan: Kabagops Polres Malang berinisial WSS diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Daftar Pustaka
Buku
Effendi, Erdianto, 2014, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, PT. Refika Aditama,
Bandung.
Seno Adji, Indriyanto, 2002, Korupsi dan Hukum Pidana, Kantor Pengacara dan
Konsultasi Hukum “Prof. Oemar Seno Adji & Rekan Jakarta.
Soesilo, R., 2013, Kitab Undang-Undang hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor.

Peraturan perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2022, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6782

Situs internet
Deny Prasetyo Utomo, Panpel Akui Cetak Tiket Arema FC vs Persebaya Melebihi
Kapasitas Kanjuruhan,
https://www.detik.com/jatim/sepakbola/d-6343146/panpel-akui-cetak-tiket-arema-
fc-vs-persebaya-melebihi-kapasitas-kanjuruhan, diakses pada tanggal 21 Oktober
2022 pukul 06.33 WIB.
Eko Ari Wibowo, Dokumen TGIPF Ungkap Cerita Penggunaan Gas Air Mata Tragedi
Kanjuruhan, https://nasional.tempo.co/read/1646332/dokumen-tgipf-ungkap-
cerita-penggunaan-gas-air-mata-di-tragedi-kanjuruhan, diakses pada tanggal 17
Oktober 2022 pukul 21.50 WIB.
_______________, 7 Fakta Terbaru yang Terungkap dalam Tragedi Kanjuruhan,
https://nasional.tempo.co/read/1643852/7-fakta-terbaru-yang-terungkap-dalam-
tragedi-kanjuruhan, diakses pada tanggal 17 Oktober 2022 pukul 21.41 WIB.
Nugraha Perdana, Kronologi Lengkap Tragedi Kanjuruhan: Persiapan Pengamanan,
Kerusuhan, hingga Penetapan Tersangka,
https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/07/070606578/kronologi-lengkap-
tragedi-kanjuruhan-persiapan-pengamanan-kerusuhan-hingga?page=all, diakses
pada tanggal 18 Oktober 2022 oukul 21.32 WIB.
Widhia Arum Wibawana, Bunyi Pasal 359 dan 360 KUHP yang Jerat Tersangka
Kanjuruhan, https://news.detik.com/berita/d-6334394/bunyi-pasal-359-dan-360-
kuhp-yang-jerat-tersangka-kanjuruhan, diakses pada tanggal 17 Oktober 2022
pukul 22.18 WIB.

Anda mungkin juga menyukai