apa yang terjadi? suporter Arema FC turun ke lapangan untuk melampiaskan kekecewaan kepada para
pemain klub Arema yang kalah (di kandang sendiri yang selama 23 tahun sebelumnya tidak pernah
terjadi). Aparat yang terlibat mengaku telah melakukan hal sesuai prosedur. total ada 11 tembakan gas
air mata yang dilepaskan ke arah suporter yang mengakibat gas air mata mengepul dan membuat para
suporter di stadion panik. Para suporter berusaha untuk keluar melalui pintu keluar namun hal tersebut
terbukti sulit karena jumlah penonton yang melebihi kapasitas dan pintu keluar yang kecil, dan juga
harus melewati tangga curam dan sempit. akibat hal tersebut banyak suporter yang sesak nafas,
ditambah lagi dengan adanya efek gas air mata
komnas mencatat ada sekitar 43.000 tiket yang terjual, padahal kapasitas stadion kanjuruhan maksimal
hanya 38.000
1. sejumlah suporter turun ke lapangan berniat untuk melampiaskan kekecewaan kepada tim dan ofisial
Arema FC yang menghampiri tribun untuk meminta maaf atas kekalahan.
2. pada pukul 22.08.59 aparat menembakan gas air mata pertama untuk menghalau suporter di
lapangan, berdasarkan rekaman gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun penonton.
3. para suporter di tribun panik, mereka berhemburan berdesak-desakan ke arah pintu keluar yang
terbatas.
apa yang terjadi setelahnya? ratusan supporter bola kehilangan nyawa. tim gabungan independen
pencari fakta(TGIPF) menerbitkan laporan.
kapan kejadiannya terjadi? 1 oktober 2022(Sabtu malam). usai pertandingan lanjutan BRI Liga 1 antara
Arema FC vs Persebaya Surabaya. laga dikenal dengan derby Jatim. tim tamu yang memenangkan
pertandingan. kejadian mulai sekitar pukul 22.08.59 wib, kira2 setelah 20 menit pertandingan selesai.
Tahapan konflik
pra konflik: supporter Arema FC kecewa dengan hasil pertandingan malam itu
krisis: karena ada suporter anarkis yang menyerang petugas kepolisian, polisi pun menembakkan gas air
mata, para supporter yang berada di tribun panik dan berusaha untuk menuju pintu keluar.
akibat: menghasilkan korban sebanyak 712 orang, dengan rincian 132 orang meninggal
pasca konflik: Ada 6 Aparat yang dianggap bertanggung jawab akan tragedi malam tersebut dibawa ke
pengadilan dan dikenakan pasal KUHP. Dari 6 pejabat tersebut 2 diantaranya divonis 1,5 tahun penjara,
1 divonis 1 tahun penjara, 1 belum di proses dan 2 lagi dinyatakan bebas karena hakim mengatakan
peluru gas air mata jatuh di tribun stadion karena tiupan angin.
Sampai saat ini pun masih ada keluarga yang berusaha untuk membuat laporan agar polisi dapat
memberikan hukuman kepada pelaku level atas, termasuk perwira yang dinilai bertanggung jawab akan
tragedi tersebut. Namun laporan mereka ditolak oleh Bareskrim
Pespektif konflik : perspektif penyelesaian paksa, karena adanya penggunaan kekuasaan dan kekerasan
oleh para aparat kepolisian untuk menguasai keadaan.