Anda di halaman 1dari 2

Duka Mendalam Tragedi Kanjuruhan

KABAR duka dari Tanah Air


mengguncang dunia. Duka mendalam
dunia menguar, khususnya komunitas
persepakbolaan, setelah kerusuhan
pertandingan sepak bola Liga 1 antara
Arema FC vs Persebaya Surabaya di
Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang,
Jawa Timur, pada 1 Oktober 2022. Hingga
pukul 18.00 WIB kemarin tercatat
sebanyak 130 korban tewas, 19 jenazah
lainnya belum teridentifikasi, dan ratusan
lainnya lainnya luka-luka.
Kerusuhan juga mengakibatkan kerusakan sejumlah fasilitas Stadion Kanjuruhan. Sebanyak
puluhan kendaraan milik kepolisian dirusak dan dibakar massa yang kalap. Kerusuhan terjadi
seusai Persebaya mengandaskan harapan Arema FC dengan skor 3-2.
Kemenangan Persebaya ialah sejarah manis bagi tim tamu. Untuk kali pertama Persebaya
menang atas ‘Tim Singo Edan’ di Stadion Kanjuruhan setelah penantian 23 tahun.
Kemenangan ini tanpa dihadiri oleh pendukung Persebaya.
Kontan saja pendukung Arema meradang. Kekalahan tim kesayangannya terlebih di kandang
sendiri sungguh menyakitkan. Sejumlah suporter meluapkan kekecewaan dengan turun ke
lapangan. Jumlah penonton yang turun ke lapangan semakin banyak. Aparat kepolisian yang
dibantu TNI kewalahan membendung penonton yang turun ke lapangan.
Karena gagal menghalau penonton yang nekat ke lapangan, aparat kepolisian kemudian
menembakkan gas air mata untuk mengendalikan keadaan. Namun, langkah petugas
kepolisian yang mengeluarkan jurus pemungkas gas air mata membuat suasana tidak
kondusif alias kacau.
Penonton berhamburan keluar stadion. Mereka berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri
keluar dari stadion yang diresmikan pada 2004. Celakanya jumlah penonton sebanyak 42 ribu
yang melebihi kapasitas stadion yang seharusnya hanya 38 ribu orang membuat aliran
penonton keluar tersumbat. Akhirnya mereka terjepit, terinjak-injak, dan kehabisan napas
hingga meregang nyawa.
Tragedi Kanjuruhan mencoreng wajah Indonesia di kancah internasional di tengah kita
berusaha keras mendongkrak prestasi sepak bola nasional ke tingkat dunia. Tragedi ini
membuat persepakbolaan nasional jatuh ke titik nadir. Bayang-bayang sanksi dari Federasi
Sepak Bola Internasional atau FIFA untuk persepakbolaan nasional tinggal menghitung hari.
Tragedi mematikan sekaligus memalukan ini menunjukkan buruknya pengelolaan
persepakbolaan nasional, terutama manajemen pertandingan. Antuasiasme penonton yang
ingin menikmati sajian tim kesayangannya di lapangan hijau tak pernah padam. Hal itu
sebenarnya modal sosial yang sangat berharga untuk pengembangan persepakbolaan
nasional.
Sayangnya gayung tak bersambut. Manajemen pertandingan di bawah Liga Indonesia Baru
masih buruk, buruk sekali. Sebelumnya, dua suporter sepak bola pendukung tim Persib
Bandung harus kehilangan nyawa saat akan menyaksikan pertandingan Piala Presiden 2022
di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Juni lalu.
Dari tragedi Kanjuruhan terungkap fakta-fakta pengabaian akuntabilitas pertandingan, seperti
jumlah penonton yang melebihi kapasitas, waktu pertandingan yang tidak sesuai arahan pihak
kepolisian, penggunaan gas air mata yang tidak sesuai standar keamanan FIFA, dan
kekerasan aparat, baik oleh polisi maupun TNI.
Sungguh tepat apabila Presiden Joko Widodo memerintahkan Kapolri untuk menginventigasi
secara tuntas Tragedi Kanjuruhan. Investigasi yang tidak perlu berlama-lama bekerja.
Pasalnya, sudah terang-benderang siapa saja yang bekerja tidak sesuai prosedur. Semua pihak
yang bersalah mesti dibawa ke ranah hukum.
Tragedi Kanjuruhan ialah kerusuhan terburuk persepakbolaan dunia setelah kerusuhan di
Stadion Nasional (Estadio Nacional), Lima, Peru, saat laga Peru vs Argentina pada 1964 yang
menewaskan 326 orang.
Sejatinya tanpa perlu menunggu tim investigasi bekerja, sudah seharusnya Ketua Umum
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Kapolda Jatim, dan Kapolres Malang
mengundurkan diri dari jabatan sebagai pertanggungjawaban moral atas tragedi yang
mencampakkan wajah Indonesia di dunia internasional.
Investigasi dan evaluasi pertandingan secara menyeluruh menjadi momentum bersih-bersih
benalu persepakbolaan nasional. Sepak bola jangan menjadi kuburan massal. Sepak bola
ialah olahraga rakyat, harus menggembirakan, membahagiakan, dan bagian dari kohesi sosial
masyarakat. Namun demikian, nyawa manusia harus tetap berada di atas sepak bola!

Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2777-duka-mendalam-
tragedi-kanjuruhan

Isu Aktual: Tragedi Kanjuruhan Malang terjadi akibat gas air mata yang ditembakkan aparat
kepolisian ke arah supporter di dalam lapangan dan tribun, yang menyebabkan tewasnya 130
korban jiwa.
Isu Fenomenal: Trageni ini menjadi perhatian nasional dan internasional. Di tingkat nasional
presiden Jokowi turun tangan dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan menugaskan
kapolri untuk menginvestigasi secara tuntas tragedi tersebut.
Isu Kontroversial: tragedi ini menjadi kontroversial dalam penanganannya. Pihak kepolisian
membantah penggunaan gas air mata. Sementara FIFA melarang penggunaan gas air mata.
Kontroversial lain bahwa masyarakat Indonesia meminta Ketua PSSI, kapolda jatim untuk
mengundurkan diri dari jabatannya. Namun yang terjadi tidak satupun pejabat yang
mengundurkan diri kecuali kapolres malang yang dimutasi (pecat).

Anda mungkin juga menyukai