Anda di halaman 1dari 2

NADIRA ALBANIA R.

( 22 )

SEPTIA DEA ANGGRAINI ( 28 )

XII MIPA 3

“ TRAGEDI KANJURUHAN MALANG “

Insiden dalam dunia sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang meninggalkan duka mendalam
bagi berbagai pihak.

Pertandingan antara Persebaya dan Arema dengan skor final 3-2 pada Sabtu malam tanggal 1
Oktober 2022 yang diharapkan bisa menyatukan kedua suporter dan klub nyatanya justru
suporter Arema saja yang hadir di Stadion Kanjuruhan Dan mereka menjadi korban ayas tragedi
itu. Tragedi inilah yang bisa menyatukan supporter antar kedua Klub, bahkan bisa menyatukan
seluruh klub sepak bola Indonesia karena menarik empati seluruh suporter diberbagai daerah.
Insiden di Kanjuruhan tidak hanya disoroti oleh masyarakat di Indonesia saja. Namun, berita
tersebut sudah meluas hingga ke berbagai belahan dunia.

Sejumlah kalangan di Indonesia meyakini gas air mata sebagai pemicu lebih dari 100 pendukung
Arema FC tewas setelah kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pada hari itu.

Persebaya dan Arema memiliki basis pendukung yang sama-sama kuat dan dapat dikatakan
fanatik. Berdasarkan informasi dari website Polri, disebutkan bahwa Arema tidak pernah
mengalami kekalahan saat bertanding dengan Persebaya. Tanggal 1 Oktober 2022 itulah pertama
kalinya Arema ditaklukkan oleh Persebaya, sekaligus menjadi momen duka karena ada banyak
korban yang meninggal.

Suporter yang menurut beberapa sumber tidak terima pada hasil kekalahan tim favoritnya masuk
ke lapangan, sehingga harus dihalau polisi. Namun, ada pula berita yang menyebutkan bahwa
masuknya suporter ke lapangan untuk memberikan semangat pada tim kesayangannya dan
memeluk mereka. Karena massa yang semakin banyak menerobos masuk ke lapangan, polisi
akhirnya menembakkan gas air mata ke tribun penonton. Karena aksi tersebut kepanikan
penonton pun semakin bertambah. Karena penonton berlarian menyelamatkan diri banyak dari
mereka yang terinjak-injak dan berdesak-desakan.

Para suporter yang terkena tembakan gas air mata berusaha keluar dari tribun tetapi pintu keluar
malah tertutup. Alhasil, ada banyak orang yang berdesakan, mengalami sesak nafas, bahkan
terinjak-injak dan meninggal. Menurut Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta, penonton
yang terpusat arah larinya ke satu pintu keluar menyebabkan kekurangan oksigen.
Suporter yang datang dengan hati bahagia untuk menyaksikan tim favoritnya dan hati lapang
untuk menerima kekalahan pun harus mengorbankan nyawa akibat insiden penembakan gas air
mata.

Para pihak yang ada di lokasi saling menyalahkan atas jatuhnya lebih dari 100 jiwa yang
menyaksikan pertandingan. Bahkan, dunia juga ikut menyoroti insiden tersebut. Berbagai orang
di social media pun turut ikut mendoakan untuk para korban di Stadion Kanjuruhan. Bahkan juga
media luar negeri pun juga mengangkat berita tentang tragedi Kanjuruhan, Malang, sebagai duka
bersama. Misalnya saja BBC News, The New York Times, Aljazeera, dan media-media lokal di
luar negeri yang lain.

Saat kepanikan melanda, semua orang meninggalkan stadion. Pintu keluar juga berubah seperti
kemacetan, dan kemudian menjadi pintu kematian karena orang sesak napas bahkan diinjak oleh
orang lain.

Duka yang terjadi saat pertandingan sepak bola di Kanjuruhan, Malang, tidak hanya menjadi
duka Indonesia saja. Dunia pun ikut berduka dan mengangkat berita tersebut sebagai headline
utama, bahkan di bagian depan media mereka sebagai bentuk bela sungkawa.

Anda mungkin juga menyukai