Anda di halaman 1dari 2

Peristiwa Stampade Terjadi di Stadion Kanjuruhan

Kericuhan yang terjadi di stadion Kanjuruhan Malang, masuk dalam dua katagori sejarah
kelam sepak bola Indonesia. Tragedi ini kurang lebih memakan 120 korban pada Sabtu
(1/10/2022) Malam.
Salah satu yang menjadi penyebab adalah tembakan gas air mata yang dilakukan oleh polisi
kepada pihak seporter. Akibatnya mereka panik, dan saling berebutan untuk keluar dari
pintu stadion. Saat polisi menembakkan gas air mata, para penonton memilih keluar dari
pintu stadion 14, sebab pintu 13 masih tertutup. Mereka berdesak desakan untuk keluar
pintu.
“Dikamar mandi pintu 13 yang ditutup, saya lihat dua orang laki-laki tergeletak tidak
bernyawa, mungkin kekurangan oksigen, berdesak-desakan dan juga air mata,” kata
Chandra seperti dilansir dari bbc.com.
Peristiwa Stampade yang tidak dikelola psikologinya, massa akan menjadi panik dan
terjebak dalam resiko panik hingga saling injak. Hal itu terjadi saat kegaduhan antara sporter
aremania dengan polisi. Ditambah penyemporatan gas air mata yang menambah situasi
semakin ricuh stampade pun terjadi.
Dikutip dari The Conversation, penyemprotan gas air mata seringkali dijadikan andalan
untuk memecah konsentrasi kerumunan didaerah tanpa sekat. Hal itu berpotensi
menimbulkan kepanikan massal, selain tidak tepat digunakan dalam gedung stadion.
Penggunaan gas air mata di stadion secara tegas dilarang oleh Federasi Sepak Bola
Internasional (FIFA).

Stampede, krisis alur-alir kerumunan massa, merupakan gabungan fenomena panik, lari,
desak, dorong, himpit-himpitanan sampai saling injak dan terkadang juga saling serbu –
disingkat PLDDHIS - menuju pintu keluar baik dalam konteks pertunjukan olahraga, acara
keagamaan, kampanye maupun konser.

Hal itu diamini oleh Dede Nasrullah selaku Pakar kesehatan Universitas Muhammadiyah
(UM) Surabaya.

Aremania tidak bisa keluar saat terjadi kerusuhan sumber: wartabanjar.com

Selain kelalain dari pihak kemanan dalam mitigasi risiko. hal itu terbukti saat sporter
melebihi batas stadion. Akibatnya saat terjadi kericuhan peristiwa stampade pun terjadi.
Stampade adalah fenomeni ketika kerumunan massa yang tidak dikelola psikologinya massa
akan menjadi panik dan terjebak dalam risiko panik hingga saling injak.
Penyemprotan gas air mata yang sering dijadikan andalan untuk memecah konsentrasi
kerumunan di daerah tanpa sekat justru berpotensi menimbulkan kepanikan massal, selain
tidak tepat digunakan dalam gedung stadion. Penggunaan gas air mata di stadion secara
tegas dilarang oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Studi neurosains menunjukkan bahwa kepanikan massal berbeda dengan ketakutan pada


level personal. Dalam kepanikan massal, dinamika interaksi antarindividu lebih penting
dibandingkan emosi orang per orang.

Anda mungkin juga menyukai