Anda di halaman 1dari 3

Tragedi Kanjuruhan, salah siapa?

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata


Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh:

Maulana Azriel Aulianandito


0055589225
XII MIPA 8

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KOTA BOGOR


Jalan Ir. H. Djuanda No. 16 Telp. (0251) 8321758 KOTA BOGOR 16122
FAX. (0251) 8337532 Website : http://www.sman1bogor.sch.id
E-mail : smunsabo@indo.net.id
Tragedi Kanjuruhan, salah siapa?

1. Pengenalan Isu:
a. Pikiran Utama:
Permasalahan yang terjadi saat pertandingan Arema melawan Persebaya di
stadion Kanjuruhan yang telah menewaskan 132 jiwa.
2. Argumentasi:

a. Pikiran Utama:
Supporter Arema yang tidak menerima kekalahan tim kesayangannya.
Mereka malah memancing keributan di lapangan.

b. Pikiran Utama:
Pihak kepolisian yang ingin mendamaikan suasana yang telah terjadi di
stadion. Tetapi polisi kewalahan karena banyaknya orang yang turun ke
lapangan

c. Pikiran Utama:
Kepolisian mengambil langkah yang salah karena telah menembakkan gas
air mata. Yang menyebabkan para penonton lain menjadi panik
3. Penegasan Ulang:
a. Pikiran Utama:
Perlu adanya kesadaran diri dari masyarakat akan etika daalam
menuaksikan suatu pertandingan dan perlu adanya pengetahuan dan
kesigapan polisi terhadap bahayanya penggunaan gas air mata.
Tragedi Kanjuruhan, salah siapa?

Tragedi kanjuruhan merupakan peristiwa yang mengharukan yang terjadi di


stadion kanjuruhan Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2022. Tragedi ini telah
menewaskan 132 jiwa. Permasalahan ini terjadi saat pertandingan bola antara tim
Arema melawan tim Persebaya di stafion Kanjuruhan. Dimana para Armenia
(sebutan untuk para pendukung tim Arema) turun ke lapangan membuat
kericuhan, karena tidak menerima kekalahan tim kesayangannya.

Para Armenia yang tidak menerima kekalahan tim kesayangannya, mereka


malah membuat kericuhan di lapangan yang menyebabkan suasana jadi tidak
terkendali. Pada saat itu para pendukung tim Arema melampiaskan kekecewaan
mereka dengan turun ke lapangan dan ingin bertemu para pemain.

Pihak kepolisian disana tidak diam saja, polisi ingin mendamaikan suasana
yang telah terjadi di lapangan. Polisi kewalahan menanggapi orang-orang yang
ada di lapangan karena terlalu banyak orang yang membuat kericuhan di
lapangan, dan polisi yang ada disana tidak banyak.

Kepolisian juga salah mengambil tindakan yag telah menembakkangas air


mata ke arah tribun penonton. Hal itu menyebabkan para penonton lain menjadi
panik. Para penonton menjadi berdesak-desakan dengan yang lainnya karena
ingin segera keluar dari area lapangan.

Dalam tragedi ini kita tidak bisa menyalahkan kedua belah pihak. Antara
pihak polisi yang ataupun para pendukung tim. Dalam permasalahan ini memang
harus memiliki kesadaran diri. Perlu adanya kesadaran diri dari masyarakat akan
etika dalam menyaksikan suatu pertandingan dan perlu adanya pengetahuan dan
kesigapan polisi terhadap bahayanya penggunaan gas air mata.

Anda mungkin juga menyukai