KADAR KALSIUM PADA MIKROENKAPSULASI ZAT AKTIF β-TCP DARI CANGKANG KERANG DARAH (ANADARA GRANOSA) SEBAGAI BAHAN PULP CAPPING
KADAR KALSIUM PADA MIKROENKAPSULASI ZAT AKTIF β-TCP DARI CANGKANG KERANG DARAH (ANADARA GRANOSA) SEBAGAI BAHAN PULP CAPPING
2016.07.1.0014
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan kasih dan karuniaNya dalam penyusunan skripsi ini sehingga
dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi yang berjudul “Kadar Kalsium Pada
Granosa) Sebagai Bahan Pulp Capping” disampaikan sebagai salah satu syarat
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan oleh
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
1. Laksamana Muda TNI (Purn.) Dr. Ir. Sudirman, S.IP., S.E., M.AP., M.H
3. Aprilia, drg., Sp.KG selaku dosen pembimbing pertama yang telah bersedia
terselesaikan.
4. Dr. Rima Parwati Sari, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing kedua yang
saran, dukungan, motivasi, dan berbagai ilmu sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
v
5. Twi Agnita Cevanti, drg., Sp.KG selaku ketua penguji skripsi yang telah
6. Dr. Arya Brahmanta, drg., Sp. Ort selaku penguji kedua skripsi yang telah
7. Dr. Noengki Prameswari, drg., M.Kes selaku dosen wali yang telah
ini.
8. Orang tua saya, bapak Lisdiyono, S.T dan Ibu Dra. Djumirati yang selalu
9. Kakak-kakak saya, Novi Virina Irawati dan Yulita Wisuda Ningrum yang
10. Mbak Wa Ode yang menjadi partner dalam skripsi ini dan yang selalu
11. Teman-teman terbaik saya Diah Ayu Siwi, Ela Amelia, Hafhidah Firdaus,
kepada saya.
Tuah Surabaya.
vi
13. Bu Siti selaku Kepala Laboratorium TAKI Teknik Kimia Institut Sepuluh
14. Mbak Aris, Mbak Risa, Mas Vian selaku staf Laboratorium Biokimia
15. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran demi
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
Surabaya,
NIM. 20160710014
vii
ABSTRACT
Background of the Study: Ca solubility in high CaOH is one of the causes of tunnel
defects. Encapsulation is an attempt to inhibit the solubility of Ca. This method
influences the process of material formulation including the Ca content contained
therein. Objective: To determine the calcium content contained in β-TCP
microencapsulation from blood clam shells (Anadara Granosa) as pulp capping
material. Materials and Methods: Blood clam shells (Anadara Granosa) are powdered
through the hydrothermal method in 18 hours with 3 hours of sintering and
encapsulated with Sodium Alginate and CaCl2 then it was continued by freeze dry. The
results of the formulation were measured its weight before and after freeze dry, its value
of content, and Ca levels through the complicationsometry method. This material was
compared with pure CaOH, pure β-TCP, and encapsulated CaOH. Results: Based on
the results of the analysis obtain specific different calcium levels. Weight of CaOH
before freeze dry is 0.5 gram, weight of β-TCP before freeze dry is 0.5 gram, weight of
CaOH after freeze dry is 0.85 gram, and weight of β-TCP encapsulation after freeze
dry is 0.78 gram. The value of content of CaOH encapsulation is 56% while the value
of content of β-TCP encapsulation is 52%. The analysis result of pure calcium CaOH
is 11.75%, CaOH encapsulation is 7.39%, pure β-TCP is 8.61%, and β-TCP
encapsulation is 3.98%. Conclusion: Calcium content contained in β-TCP
encapsulation of blood clam shells (Anadara Granosa) with sodium alginate polymer
of 3.98%.
Latar Belakang: Kelarutan Ca pada CaOH yang tinggi, merupakan salah satu
penyebab terjadinya tunnel defect. Enkapsulasi adalah salah satu upaya untuk
menghambat kelarutan Ca. Metode ini berpengaruh terhadap proses formulasi
bahan termasuk pada kadar ca yang terdapat di dalamnya. Tujuan: Mengetahui
kadar kalsium yang terkandung pada mikroenkapsulasi β-TCP dari cangkang
kerang darah (Anadara Granosa) sebagai bahan pulp capping. Bahan dan metode:
Cangkang kerang darah (Anadara Granosa) dibuat bubuk melalui metode
hidrotermal dengan waktu 18 jam sintering 3 jam dan dilakukan enkapsulasi dengan
bahan Natrium Alginat dan CaCl2 dilanjutkan dengan freeze dry. Hasil formulasi
tersebut diukur berat sebelum dan sesudah freeze dry, value of content dan kadar
Ca melalui metode kompleksiometri. Bahan ini dibandingkan dengan CaOH murni,
β-TCP murni, dan CaOH yang telah dienkapsulasi. Hasil: Berdasarkan hasil
analisis didapatkan hasil kadar kalsium yang spesifik berbeda. Berat CaOH sebelum
freeze dry 0,5 gr, Berat β-TCP sebelum freeze dry 0,5 gr, berat CaOH sesudah freeze
dry 0,85 gr, berat enkapsulasi β-TCP sesudah freeze dry 0,78 gr, value of content
enkapsulasi CaOH 56%, value of content enkapsulasi β-TCP 52%, dan hasil analisa
kadar kalsium CaOH murni 11,75%, enkapsulasi CaOH 7,39%, β-TCP murni
8,61%, enkapsulasi β-TCP 3,98%. Simpulan: Kadar kalsium yang terkandung pada
enkapsulasi β-TCP dari cangkang kerang darah (Anadara Granosa) dengan polimer
natrium alginate sebesar 3,98%.
Halaman
Lembar Pengesahan...............................................................................................iii
Abstract...................................................................................................................viii
Abstrak....................................................................................................................ix
Daftar Lampiran.....................................................................................................xv
x
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................................30
4.6 Prosedur Penelitian .........................................................................................31
4.7 Alur Penelitian.................................................................................................34
4.8 Analisi Data .....................................................................................................35
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................36
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................39
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................44
LAMPIRAN ...........................................................................................................50
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Berat CaOH dan β-TCP sebelum dan sesudah dilakukan enkapsulasi
................................................................................................................. ......
36
Tabel 5.2 Value of Content enkapsulasi CaOH dan enkapsulasi β-TCP .. 37
Tabel 5.3 Hasil analisa kadar kalsium CaOH murni, enkapsulasi CaOH, β-TCP
murni, enkapsulasi β-TCP dengan metode Kompleksiometri ...................... 37
xii
DAFTAR GAMBAR
HA : Hidroksiapatit
PENDAHULUAN
prevalensi masalah gigi dan mulut nasional sebesar 25,9%. Menurut Profil data
Kesehatan Indonesia tahun 2010, penyakit pulpa gigi menduduki urutan ke-7
penyakit rawat jalan rumah sakit di Indonesia. Demikian pula dari data
mencatat kasus penyakit pulpa dan periapeks terus menigkat dari tahun ke
tahun, sebanyak 35.775 kasus pada tahun 2008, dan 52.688 kasus pada tahun
di setiap tahunnya. Penyakit pulpa gigi yang banyak terjadi yaitu Pulpitis.
Selama ini pulpitis ditentukan dengan adanya keluhan rasa sakit yang bersifat
subyektif. Secara klinis, pulpitis dibagi menjadi dua, yaitu pulpitis reversible
dan pulpitis irreversible (Walton & Torabinejad, 2008). Secara garis besar
faktor penyebab dari kelainan jaringan pulpa dan jaringan periapikal yaitu karies
didalamnya. Terdapat dua jenis perawatan pulp capping, yaitu pulp capping
1
2
indirect dan pulp capping direct. Pulp capping direct sesegara mungkin
diaplikasikan pada pulpa terbuka oleh karena fraktor trauma atau tereksposnya
pulpa secara tidak sengaja selama preparasi kavitas (Ingle et al, 2008).
Bahan pulp capping yang biasa digunakan dalam praktek kedokteran gigi
adalah kalsium hidroksida Ca(OH)2. Pada penelitian Zander pada tahun 1937, pulp
Ca(OH)2 yang memiliki pH tinggi, memiliki efek bakterisidal dan membantu untuk
menghasilkan jembatan dentin pada gigi di daerah pulpa yang terbuka (Shayegan
akan menjadi lunak, disintegrasi dan larut dalam cairan dentin. Pada sisi
dentin. Pada beberapa jembatan dentin yang terbentuk akan terjadi pembentukan
dentin yang tidak sempurna atau disebut tunnel defect. Tunnel defect adalah adanya
multiple perforasi yang dapat memberikan komunikasi antara pulpa dan bahan pulp
capping, sehingga dentin yang terbentuk tidak adekuat (Octiara, 2015), dan dapat
memudahkan masuknya bakteri ke dalam pulpa, serta pHnya yang sangat tinggi
yaitu 11-13 yang berakibat nekrosis pada jaringan pulpa (Bogen et al, 2008). Hal
ini disebabkan karena sebagian besar jembatan dentin terbentuk di bawah Ca(OH)2,
mikro. Jelas, kebocoran mikro bakteri terjadi di bawah bahan pulpa yang tidak
tertutup dan menyebabkan kematian pulpa (Shayegan et al, 2009). Oleh karena itu
melakukan pulp capping direct agar tidak terjadi tunnel defect saat
bertujuan untuk melindungi bahan inti dari pengaruh luar, mengatur pelepasan
bahan inti, sebagai controlled release dari obat yang masuk ke tubuh, (Mishra,
2016) dan pada perawatan pulp capping direct akan menghasilkan dentin
reparatif yang optimal karena kelarutan kalsium yang menjadi lambat akibat
Berbagai jenis sumber hayati laut sudah dikenal luas dan dimanfaatkan,
bahkan bermacam hasil perikanan laut merupakan biota niaga penghasil devisa non
migas yang cukup besar. Salah satu biota laut yang belum dimanfaatkan secara
selama ini hanya sebatas sebagai bahan kerajinan tangan, padahal cangkang kerang
memiliki komposisi kalsium karbonat yang tinggi, yaitu sekitar 98% yang dapat
merupakan bahan sisa produksi dari bahan makanan yang menimbulkan limbah
apabila dibiarkan begitu saja, namun meiliki komposisi mineral CaCO3 sebesar
(Resaldi, 2017; Pratama, 2017). Menurut penilitian yang dilakukan Pratama (2017),
semakin banyak waktu reaksi yang digunakan pada metode hidrotermal, semakin
sedikit HA yang didapatkan dan semakin banyak waktu sintering, maka semakin
tinggi TCP yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan sintesis dari metode hidrotermal
juga merupakan bahan biokeramik berpori yang sifat biologisnya termasuk non-
reaktivitas dan resorbabilitas. Baik jenis trikalsium alfa dan beta fosfat telah
perbaikan yang setara (Shayegan et al, 2009). Penelitian tentang TCP memang
bahan alam dan sintesis. Bahan alam untuk pembuatan enkapsulasi, diantaranya
adalah kolagen atau gelatin, kitosan, alginat, asam hialuronat, dan peptide,
alam yang telah banyak digunakan dalam formulsi sediaan farmasi. Sifat
pada pembentukan ikatan sambung silang (Yunizal, 2004). Ion kalsium mampu
mengikat silang polimer karena mereka dapat membentuk dua ikatan, berbeda
dengan ion monovalen seperti natrium yang hanya bisa membentuk satu ikatan.
Semakin lama alginat bersentuhan dengan kalsium klorida, maka semakin kaku
gel yang akan terjadi karena semakin banyak ikatan silang yang terjadi.
kalsium alginat yang berbentuk serat-serat putih dan berukuran besar kasar
karena ion Ca+ yang dicampur akan berikatan dengan alginat sehingga
membentuk ikatan silang antar molekul kemudian mengendap (Husni et al,
2012).
6
bervariasi yaitu antara 10-5.000 cps (konsentrasi larutan 1%). Selain itu ada tiga
jenis standar nilai viskositas natrium alginat yang diperdagangkan, yaitu 1000 cps
(high viscosity), 300 cps (medium viscosity), dan 20-30 cps (low viscosity) (Anshar
et al, 2005). Standar mutu natrium alginat menurut Food Chemical Codex (1981),
yaitu kadar air 5-20%, kadar abu 18-27%, kadar Na-alginat >18%, pH 3,5-10.
untuk penetrasi dan reaksi permukaan gel natrium alginat dengan larutan kalsium
konsentrasi natrium alginat 1% yang lebih encer atau konsentrasi natrium alginat
sangat pekat menghasilkan enkapsul kalsium alginat yang memiliki dinding lebih
kokoh dan lebih rigid dibanding konsentrasi yang lainnya, sehingga mampu
konsentrasi natrium alginat 1,5%, 2%, dan 2,5%. Hasil penelitian menunjukkan
yang nyata. Penggunaan edible coating natrium alginat efektif dalam menghambat
kadar air bahan karena sifat alginat sebagai pengikat air. Hal ini dikarenakan sifat
dari film yang dihasilkan oleh alginat yang rapuh dan hidrofilik, sehingga terdapat
celah antar polimer. Semakin tinggi konsentrasi alginat sebagai lapisan coating,
7
maka semakin tinggi pula permeabilitas uap airnya. Konsentrasi natrium alginat
yang tinggi juga menunjukkan nilai pH yang semakin tinggi. Nilai pH yang
Dalam penelitian ini akan digunakan metode gelasi ionik. Gelasi ionik
adalah metode sambung silang yang terjadi secara ionik maupun kovalen.
Gelasi ionik menggunakan pasangan ion yang sesuai untuk protein dan
gelasi ionik dapat dilakukan dengan pengerasan tetesan cair yang didispersikan
pada fase minyak atau organik. Prosedur ini meliputi pencampuran dua fase
cair, fase yang satu mengandung kitosan dan fase yang satu mengandung anion
multivalen (Mohanraj and Chen, 2006). Selanjutnya alginat dan kalsium klorida
TCP dari cangkang kerang darah (Anadara Granosa) sebagai bahan pulp
Berapa kadar kalsium pada proses enkapsulasi zat aktif β-TCP dari cangkang
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium yang
Granosa) yang sudah dilakukan proses hidrotermal 18 jam dan sintering 3 jam
enkapsulasi
5. Mengetahui kadar kalsium pada zat aktif β-TCP murni dari cangkang
Alginate.
mengandung kadar kalsium yang dapat digunakan sebagai bahan pulp capping.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pulpitis
vascular. Hal ini dapat terjadi karena iritasi pada pulpa. Menurut
ke ruang pulpa hingga terjadi peningkatan tekanan pada pulpa yang dapat
Pulpitis adalah radang pada jaringan pulpa yang dapat bersifat akut,
gigi juga dapat menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Letak jaringan
pulpa yang terlindung oleh enamel dan dentin yang kuat dan keras,
10
11
keadaan patologik seperti atrisi, abrasi, dll, (2) Thermal, disebabkan dari
rasa panas yang berasal dari preparasi kavitas pada kecepatan rendah
maupun terlalu tinggi, konduksi panas dan dingin melalui tumpatan yang
ada dalam suatu bahan dasar protektif, (3) Listrik, disebabkan karena arus
galvanik dari tumpatanmetalik yang tidak sama, (4) Faktor kimiawi, dan
dan gejala klinis oleh karena sedikit atau tidak adanya korelasi antara data
bahan makanan manis serta bakteri karies, dehidrasi kavitas dengan alkohol
atau klorofin yang berlebihan. Gejala pulpitis reversible ada yang
karies yang baru mulai dan dapat normal kembali apabila karies
12
berupa rasa sakit nyeri saat minum manis, asam, panas atau dingin. Tidak
Pulp capping adalah suatu metode melindungi jarinan pulpa yang telah
mengalami perforasi (terbuka) atau yang masih dilapisi oleh selapis tipis
dentin melalui pemberian obat antiseptik dan sedatif untuk jaringan pulpa
agar dapat ekmbali berfungsi dan vital lagi (Nugroho, 2010). Bahan yang
vitalitasnya. Pulp capping dibagi menjadi dua, yaitu pulp capping direct dan
karies yang dalam dan mendekati pulpa tetapi pulpa belum mengenai
harus dibuang sampai tersisa selapis tipis dentin yang tidak terkena karies.
Pembuangan jaringan karies dilakukan dengan hati-hati, kemudian
diletakkan bahan Ca(OH)2 pada daerah yang transparan dan terlihat pulpa,
13
Indikasi dari pulp capping indirect, yaitu : (1) gigi vital dengan karies
profunda yang belum perforasi dan terisa selapis tipis dentin, (2) tidakada
keluhan spontan, (3) pada gigi sulung/ dewasa muda yang kaya akan suplai
darah dan daya tahan tubuh tinggi. Sedangkan, kontraindikasi dari pulp
capping indirect, yaitu : (1) gigi vital degan keadaan pulpa meradang,
(2) terdapat fistula, (3) goyang patologis, (4) terdapat resorbsi akar
pada pulpa normal yang secara klinis terbuka tanpa adanya tanda dan gejala
harus dilakukan pulp capping direct yaitu jika pulpa terbuka secara mekanis
(tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena karies. Terbukanya pulpa secara
mekanis dapat terjadi pada saat preparasi kavitas atau preparasi mahkota
2008).
Indikasi dari pulp capping direct, antara lain : (1) Pulpa masih vital, (2)
Pulpa terbuka karena factor mekanis dan dalam keadaan steril, (3) Hanya
berhasil pada pasien dibawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong oleh
bur pada waktu preparasi kavitas dan tida terdapat invasi bakteri maupun
14
capping, antara lain : (1) Adanya rasa nyeri spontan, myeri pada malam hari,
pada tempat terbukanya pulpa serta terdapat pus atau eksudat (Ingle et al,
2008).
lunak rongga mulut dan jaringan pulpa. Selain itu, bahan pulp capping harus
bakteriostatik, adhesif pada dentin dan bahan restorasi. Ada tekanan selama
2014). Bahan pulp capping juga harus tidak mengandung bahan yang toksik
reaksi toksik secara sistematik. Bahan yang digunakan harus bebas agen-
pulp capping gigi permanen. Bahan MTA ini memiliki kandungan bioaktif
eugenol sangat sitotoksik (Kurniasari, 2017). Hal ini diketahui bahwa ZOE
ZOE juga menyebabkan kebocoran tepi yang tinggi. Maka dari itu, saat ini
ZOE tidak lagi digunakan karena menyebabkan resorpsi internal dan tingkat
C. Kalsium Hidroksida
sifat yang sangat basa sehingga memiliki aktivasi antibakteri yang tinggi
sudah terbukti dalam bidang endodontik. Baik jenis trikalsium alfa dan
17
ellifs, dan kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib, ukuran kerang deasa 6-9 cm,
lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung, lapisan prismatik
yang tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, dan lapisan
nakreas (lapisan induk mutiara) yang tersusun dari lapisan kalsium karbonat
(Budiarto, 2015).
Sumber:https://pacificraya.wordpress.com/2012/12/16/kerang-darah-anadara-
granosa-2/ (Diakses tanggal 24 Mei 2017)
Kandungan cangkang kerang darah terdiri dari CaO 97,93%, SiO 0,17%,
Fe2O3 0,04%, MgO 0,85% dan lainnya kurang dari 1,00%. Kadar kalsium
gigi. Kerang mengandung beberapa elemen seperti Ca, C, Mg, Na, P, K, Fe,
Sintesis TCP bisa dilakukan melalui beberapa hal cara antara lain
Metode basah adalah metode pereaksian dua larutan atau lebih dengan
sebagai metode yang menggunakan panas dan air. Pada praktiknya, metode
Dalam wadah tertutup, tekanan meningkat dan air tetap sebagai cairan
2.5 Polimer
penambahan bahan kimia, protein, peptida, dan sel lain untuk scaffold.
adalah polyesters, yaitu poly glycolic acid, polylactic acid, dan kopolimer
dari poly lactic-co-glycolic acid (Kroeze, et al., 2009). Polimer ini memiliki
kemampuan diubah menjadi bahan tertentu dengan sifat kimia dan mekanik
2016).
dari asam alginat (Gayo, 2016). Natrium alginat merupakan polimer alam
berbentuk tepung atau serat, hamper tak berbau dan berasa dengan kadar abu
yang tinggi, disebabkan karena ada unsur natrium. Kandungan air yang
berupa bubuk berwarna putih atau kristal, butiran, atau massa kristal, dan
sebagai anti mikroba, agen terapeutik, dan agen yang dapat menyerap air.
sebagai pemaut silang. Secara kimiawi kalsium klorida merupakan zat yang
yang sejuk dan kering. Kalsium klorida tidak kompatibel dengan larutan
karbonat, fosfat, sulfat, dan oksalat (Gayo, 2016; Rowe dkk, 2009).
2.7 Mikroenkapsulasi
penggunaan penyalut yang relatif tipis untuk melindungi bahan inti yang
Gayo, 2016).
struktur yang kaku. Metode gelasi ionik telah banyak digunakan pada proses
dengan pengerasan tetesan cair yang didispersikan pada fase minyak atau
organik. Prosedur ini meliputi pencampuran antara dua fase cair, yaitu fase
yang satu mengandung kitosan dan fase yang satu mengandung anion
digunakan untuk gelasi ionik dibagi menjadi dua macam, yaitu agen
sambung silang berbobot molekul tinggi seperti lauril dan setilstearil sulfat.
Contoh pasangan polimer yang dapat digunkan untuk gelasi ionik antara lain
oleh vitamin D, vitamin C, dan laktosa. Kalsium hanya bisa diabsorbsi bila
terdapat dalam bentuk larut pada air dan tidak mengendap (Rahmadani,
2011).
umum digunakan untuk analisis kadar kalsium adalah AAS dan titrimetri
karena lebih simple, akurat, dan presisi yang tinggi (Cai et al, 2009),
et al, 2018).
pada reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat
2018).
BAB 3
(Anadara Granosa)
Cross Linker
Proses Hidrotermal
CaCl2
18 jam dan
Sintering 3 jam
Polimer Natrium
β-TCP 79% Enkapsulasi
Alginat
HA 15%
Kadar Ca
Dentin Reparatif
Keterangan :
: mempengaruhi
24
25
prisma, dan lapisan nakreas (lapisan induk mutiara) yang tersusun dari
vitalitas pulpa. Bahan yang digunakan dalam perawatan pulp capping dalam
proses sintesis dapat berbentuk serbuk dan dapat pula berbentuk foam
kalsium alginat karena ion Ca+ yang dicampur akan berikatan dengan
METODE PENELITIAN
K+ O1
P1
O2
S-R
P2 O3
P3 O4
27
28
Keterangan:
S : Sampel
R: Random
K+ : Kelompok perlakuan 1 dengan menggunakan campuran Ca(OH) 2
murni
P1 : Kelompok perlakuan 2 dengan menggunakan campuran Ca(OH) 2
murni dan natrium alginat
P3 : Kelompok perlakuan 3 dengan menggunakan campuran β-TCP
murni
P4 : Kelompok perlakuan 4 dengan menggunakan β-TCP dan natrium
alginat
O1 : Output 1, yaitu hasil kadar kalsium setelah perlakuan pada
kelompok K+
O2 : Output 2, yaitu hasil kadar kalsium setelah perlakuan pada
kelompok P1
O3 : Output 3, yaitu hasil kadar kalsium setelah perlakuan pada
kelompok P2
O4 : Output 4, yaitu hasil kadar kalsium setelah perlakuan pada
kelompok P3
b. Variabel terikat : Kadar kalsium pada zat aktif β-TCP hasil proses
natrium alginate
capping.
4. Faktor lingkungan laboratorium adalah kualitas dari alat kerja yang sama
1. Magnetic stirrer
3. Oven elektrik
6. pH meter
7. Gelas ukur
8. Furnace
9. 200 Mesh
3. Aquadest steril
4. Methanol
5. Natrium Alginat
6. CaCl2
7. NaOH 8N
8. EDTA 0,1 N
9. Indicator Calcon
freeze dry.
disikat pada bagian cangkang luar dan dalam dengan menggunakan air dan
dan pastle sampai halus selanjutnya dilakukan pengayakan dengan ayakan 200
dipanaskan hingga suhu 200°C selama 18 jam. Hasil yang diperoleh, didinginkan
pada suhu kamar. Selanjutnya bubuk hasil pemanasan dicuci dengan aquadest
menggunakan magnetic stirrer. Pencucian dilakukan berulang kali hingga hasil
aktif TCP.
Bubuk β-TCP dicampur dengan natrium alginat dengan rasio massa misal β-
TCP / natrium alginat yaitu 1/1. Serbuk β-TCP 0,5 gr dicampur dengan natrium
alginat 0,5 gr dan dibuat larutan dengan aquadest sebanyak 50ml setiap sampel.
larutan CaCl2 diteteskan kedalam larutan β-TCP dan natrium alginat yang di stirrer
selama 2 jam. Setelah itu, di sentrifuge 2500 rpm selama 6 menit dan diambil
endapannya dan filtrat yang ada diatas endapan dibuang hingga menyisakan
endapannya saja. Sebelum di freeze dry, endapan harus ditimbang terlebih dahulu.
ditimbang kembali.
33
Sampel ditimbang sebesar 0,5 gr. Kemudian sampel dijadikan 100ml dalam
dari jingga sampai ke biru. Akhir, mencatat volume titran EDTA 0,1 N yang
digunakan.
34
Uji PSA
Crosslink
selama 6 menit
Diambil endapannya
saja
Freeze drying
Uji PSA
Metode Kompleksiometri
35
β-TCP dari cangkang kerang darah (Anadara Granosa) sebagai bahan pulp
HASIL PENELITIAN
kalsium yang terkandung dalam β-TCP (β-Tri Calcium Phospate) murni, dan β-
perbedaan kandungan kadar kalsium yang terkandung dalam Ca(OH) 2 murni dan
Tabel 5.1 Berat CaOH dan β-TCP sebelum dan sesudah dilakukan enkapsulasi
BERAT (g)
NAMA SAMPEL SEBELUM PROSES SESUDAH PROSES
ENKAPSULASI ENKAPSULASI
Ca(OH)2 0,5 0,85
β-TCP 0,5 0,78
BERAT (g)
0,5
Ca(OH)2 β-TCP
sebelum sesudah
Pada tabel 5.1 berat sebelum dan sesudah di enkapsulasi berbeda, lebih
36
37
VALUE OF
NAMA SAMPEL
CONTENT
Enkapsulasi Ca(OH)2 56%
Enkapsulasi β-TCP 52%
value of content
58%
56%
54%
52%
50%
value of content
Pada tabel 5.2 value of content enkapsulasi Ca(OH) 2 lebih tinggi daripada
HASIL
NAMA SAMPEL
ANALISA
Ca(OH)2 murni 11,75%
Ca(OH)2 dengan natrium alginat 7,39%
β-TCP murni 8,61%
β-TCP dengan natrium alginat 3,98%
38
Kadar Kalsium
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
Kadar Kalsium
Pada tabel 5.3 kadar kalsium pada Ca(OH)2 murni hasilnya lebih tinggi
daripada kadar kalsium pada β-TCP murni, Ca(OH)2 dengan natrium alginate, dan
PEMBAHASAN
dari cangkang kerang darah (Anadara Granosa) yang dilakukan proses hidrotermal
18 jam dan sintering 3 jam, kemudian dilakukan proses enkapsulasi β-TCP (β-Tri
Phospate) murni . Selain itu juga, dilakukan uji kadar kalsium dari Ca(OH)2 murni,
alginate, dan 0,5 gr CaOH murni untuk dilakukan proses enkapsulasi dengan
Pada penelitian ini, dihitung pula nilai yield atau value of content.
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian ini didapatkan nilai yield pada
39
40
Perubahan nilai yield pada enkapsulasi juga terjadi pada perbedaan jenis
et al (2015), nilai yield enkapsulasi yang lebih kecil terjadi pada penelitian
kitosan - alginate dan penyalut kitosan – alginate – TPP. Hal yang sama juga
berat bahan inti yang meningkat membuat nilai yield akan menurun. Hal
tersebut disebabkan karena jumlah gum arabic yang digunakan sebagai penyalut
tidak cukup untuk membungkus seluruh minyak, sehingga nilai yield pada
Uji kadar kalsium ini dilakukan karena pada proses Pulp Capping zat utama
dari kalsium adalah untuk pembentukan tulang dan gigi (Shita & Sulistyani,
2015). Pada penelitian ini, hasil uji kadar kalsium didapatkan hasil kadar
kalsium pada kelompok Ca(OH)2 murni lebih besar yaitu 11,75% daripada
lebih besar kadar kalsiumnya yaitu 8,61% daripada enkapsulasi β-TCP yaitu
3,98%.
merupakan suatu cara penggunaan penyalut yang relatif tipis untuk melindungi
bahan inti yang semula berbentuk cair menjadi padatan sehingga mudah dalam
penanganannya serta dapat melindungi hilangnya bahan inti dan sebagai controlled
release dari obat yang masuk ke tubuh agar kelarutan bahan inti dapat terkontrol
terkandung dalam bahan aktif, karena adanya pengaruh dari bahan pengkapsul
atau polimer yang diberikan (Nasrullah, 2010) dan juga pengaruh dari agen
A. Simpulan
dengan natrium alginat, β-TCP (β-Tri Calcium Phospate) murni yang dihasilkan
dari proses hidrotermal dan sintering cangkang kerang darah (Anadara Granosa)
dengan waktu metode hidrotermal 18 jam, dan sintering 3 jam, enkapsulasi CaOH
dengan natrium alginat, dan CaOH murni sebagai bahan Pulp Capping.
1. Berat sebelum dan sesudah di enkapslasi berbeda, karena pada saat prses
2. Value of content dari β-TCP dan Ca(OH)2 yang telah di enkapsulasi adalah
52% - 56%. Value of content dari enkapsulasi Ca(OH)2 lebih besar daripada
42
43
B. Saran
1. Peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut dalam uji kadar kalsium dengan
kalsium dengan melakukan uji disolusi pada enkapsulasi β-TCP (β-Tri Calcium
AAPD. 2009. Guideline on Pulp Therapy for Primary and Immature Permanent
Teeth. Reference Manual Vol. 34 No. 6. Clinical Affairs Committee-Pulp
Therapy Subcommitee.
Anshar, A.Muh., Wahab, Abd. Wahid, 2005. Daya Hambat Ekstrak Na-Alginat dari
Alga Coklat Jenis Sargassum sp. Terhadap Proses Pematangan Buah
Mangga. UNHAS. Makassar. Hal 1-10.
Bogen, G., Kim, J. S., Bakland, L. K. 2008. Direct pulp capping with mineral
trioxide aggregate: an observational study. Journal of the American Dental
association 139(3):305-15.
Cai, Ji.Bao, Wang, S.F., Tang, Ping.Ping., Su, Qing.De. 2009. Simultaneous
determination of total nitrogen and metal elements in tobacos by high
performance in chromatography. Journal of the Chinese Chemical Society.
56(4).
E. Walton, Richard dan Mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsia Ed. 3. Jakarta: EGC. Hal 36-45, 429.
Garg, Nisha dan Garg, Amit. 2014. Textbook of Endodontics. India: Jaypee Brothers
Medical Publishers. Pp. 23-30.
44
45
Gayo, Chalila Deli. 2016. Pengaruh Variasi Konsentrasi Natrium Alginat Terhadap
Efesiensi Penjerapan Mikrokapsul Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa
L.). Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Hal. 1-22.
Grossman LI. 2010. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Ed.12. EGC: Jakarta, hal. 65.
Ishak, Halimah. 2017. Uji Kekuatan Semen Tambal Gigi dari Komponen Powder
Limbah Cangkang Kerang Darah (Anadara Granosa). Skripsi. FST-UIN
ALAUDIN MAKASSAR.
Kheirallah, M., & Almeshaly, H. 2016. Bone Graft Substitutes for Bone defect
Regeneration. A Collective Review. International Journal of Dentistry and
Oral Science, 3, p.247-257.
Kroeze, R,J., Helder, M.N., Govaert, L.E., & Smit, T.H. 2009. Biodegradable
Polymers in Bone Tissue Engineering. Journal Materials, 2, p.833-856.
Kurniasari, Ari, 2017. Efektivitas Pasta Biji Kopi Robusta (Coffea robusta) Sebagai
Bahan Direct Pulp Capping Terhadap Jumlah sel Makrofag dan Sel
Limfosit Pulpa Gigi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Jember.
Minemoto, Y., Hakamata, K., Adachi, S., Matsuno, R. o2002. Oxidation of linoleic
acid encapsulated with gum Arabic or maltodextrin by spray drying.
Journal of Microencapsulation 19. 181-189.
Nugroho HK. 2010. Aplikasi Pasta Stolephorus Insularis sebagai Bahan Direct Pulp
Capping Terhadap Pembentukan Dentin Reparatif. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah, Surabaya.
47
Octiara, Essie. 2015. Dentin Reparatif dan Growth Factor Yang Berperan Dalam
Dentinogenesis Reparatif. Medan: FKG USU. Dentika Dental Journal,
Vol. 18, No. 3. Hal 294-299.
Raina, C., Singh, S., Bawa, A., dan Saxens, D. 2006. Some characteristics of
acetylated, crossliked and dual modified Indian rice starches:
European Food Research and Technology. V. 223.
Sari, Rani Dewinta. 2019. Uji Karakteristik Biphasic Calcium Phosphate dari
Sintesis Cangkang Kerang Darah (Anadara Granosa) dengan
Menggunakan Variasi Waktu Metode Hidrotermal dan Sintering
Sebagai Kandidat Bone Substitute Material. Fakultas Kedokteran
Gigi. Skripsi. Surabaya: Universitas Hang Tuah. Hal 31-35.
48
Shayegan, Amir., Petein, Michael., Abbeele, A.V. 2009. The use of beta-tricalcium
phosphate, white MTA, white Portland cement and calcium hydroxide
for direct pulp capping of primary pig teeth. Belgium. Dental
Traumatology; 25: 413-419.
Sugiarti, Eli Aisah. 2015. Sintesis Hidroksiapatit dan Scaffold β-Trikalsium Fosfat
Dari Cangkang Kerang Darah (Anadara Granosa) dengan Matriks
Natrium Alginat. IPB:Bogor.
Sunil, P., Goel, S. C., & Rastogi. A. 2008. Incorporation and biodegradation of
hydroxyapatite – tricalcium phosphate implanted in large metaphyseal
defects – An animal study. Indian Journal of Experimental Biology,
46(542), p.836-841.
Taufik, M., Seveline., Saputri., E.R. \2018. Validasi Metode Analisi Kadar Kalsium
pada Susu Segar secara Titrasi Kompleksometri. Jakarta:Agritech.
38(2). 187-193.
Vauntheir, J.M. and Williams R.O. 2007. Nanoparticles Engineering. In Swarbick.
James. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third edition.
Volume 1. New York: Nova Science Publisher, 48.
Ward, R. & Carpenter, C. 2010. Traditional Methods for Mineral Analysis. Foof
analysis 4th. New York: springer. .
49
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yunizal. 2004. Teknologi Pengolahan Alginat. Pusat Riset Pengolahan Produk dan
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
50
Juli
April
Agst
Sept
Nov
Juni
Mei
Des
Okt
Jan
1. Studi
Kepustakaan
r
a
M
2. Persiapan
Penelitian
3. Waktu
Pelaksanaan
Penelitian
4. Pembuatan
Proposal
5. Konsultsi dan
Koreksi
Proposal
6. Pengumpulan
dan Ujian
Proposal
8. Laporan
Hasil
Penelitian
9. Pembuatan
Skripsi
10. Persiapan
Ujian Skripsi
11. Ujian Skripsi
12. Perbaikan
dan
Penyerahan
Skripsi
51
a. Bahan Penelitian
1 2
3
4 5 6
7
Keterangan :
1. Bubuk cangkang kerang darah (Anadara granosa)
2. Amonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4)
3. Aquadest steril
4. Methanol PA (CH3OH).
5. Indicator calcon
6. NaOH 8N
7. EDTA 0,1 N
55
b. Alat Penelitian
1 2 3 4
5 6 7 8
9 10 11
Keterangan:
1. Cawan porselen
2. Neraca analitik
3. pH meter
4. Hot plate
5. Magnetic stirrer
6. Beaker glass 250ml
7. Reaktor
8. Oven listrik
9. Furnace
10. Mortar dan Pastle
11. Labu ukur
56
1 2 3
44 5 6
7 8 9
Keterangan:
1
2 3
4 5
Keterangan:
1 2 3
4
126
Keterangan: