Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

APLIKASI ALGORITMA FUZZY INTEGER TRANSPORTATION


PROBLEM UNTUK OPTIMASI DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM
Imam Suprayogi
Laboratorium Plumbing dan Mekanika Fluida
Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293
E-mail : drisuprayogi@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan model optimasi
distribusi air bersih PDAM di wilayah Jogyakarta. Optimasi distribusi air bersih dari
reservoir ke daerah pelayanan dengan mempertimbangkan faktor alokasi ketersediaan
biaya yang harus dikeluarkan PDAM. Metode pendekatan yang digunakan dalam proses
optimasi distribusi air bersih dari reservoir di Gemawang, Gedong Kuning dan
Tegalrejo ke daerah pelayanan di Jogyakarta Utara, Jogyakarta Selatan, Jogyakarta
Barat dan Jogyakarta Selatan menggunakan algoritam fuzzy integer transportation
problem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh PDAM
Jogyakarta menggunakan pendekatan algoritma fuzzy integer transportation problem
sebesar Rp. 1.591.320, atau lebih hemat Rp.8.680 dari anggaran biaya yang disediakan
sebesar Rp.1600.000,00 oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jogyakarta.
Kata kunci: optimasi, distribusi air minum, fuzzy integer transportation problem

PENDAHULUAN
Pengembangan wilayah merupakan salah satu permasalahan yang sering
dihadapi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kendala mendasar dalam
upaya pengembangan wilayah pelayanan air bersih adalah parameter-parameter pada
model yang berupa biaya (profit), nilai permintaan dan pasokan air adalah parameter-
parameter yang tidak diketahui secara pasti pada suatu wilayah pengelolaan dari PDAM
(Rispiningtati, 2008).
Masih menurut Rispiningtati (2008) memaparkan bahwa salah satu model yang telah
dikembangkan adalah model optimasi pengelolaan air. Hasil penelitian studi optimasi
yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, menitikberatkan alokasi air tanpa
mempertimbangkan harga air seperti yang telah dilaksanakan oleh Lund (1998),
Hatmoko (1999), Labadie (1999), dan Leon (2000).
Menurut Indryani (2004) masalah tersebut di atas, terjadi diakibatkan oleh pertambahan
jumlah penduduk yang sangat pesat di daerah perkotaan, sedangkan kuantitas air relatip
terbatas untuk dapat melayani akan kebutuhan air bersih.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Indryani (2004) untuk
kebutuhan optimasi distribusi air bersih di wilayah pelayanan di PDAM Kabupaten
Badung, Provinsi Bali dan Suprayogi (2010) di PDAM Kotamadya Jogyakarta dengan
menggunakan pendekatan model transportasi, hasil penelitian membuktikan bahwa
model belum sepenuhnya mampu menjawab keterbatasan dari permasalahan anggaran
yang dihadapi PDAM dengan alokasi distribusi air bersih ke daerah pelayanan.
Guna menjawab keterbatasan model yang telah dikembangkan di atas, maka pada
penelitian ini mempergunakan pendekatan metode softcomputing sebagai proses
optimasi.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

Menurut Nugroho (2007) dan Suyanto (2008) bahwa terminologi softcomputing


dicetuskan oleh Prof. Lofti Ahmad Zadeh dari Departemen Listrik dan Komputer
Universitas Barkeley, USA, untuk mendefinisikan segolongan metode yang mampu
mengolah data dengan baik walaupun di dalamnya terdapat ketidakpastian,
ketidakakuratan dan kebenaran parsial untuk mencapai ketahanan, bisa ditelusuri dan
biaya murah.
Masih dikatakan Zadeh dalam Suyanto (2008) bahwa metode softcomputing dapat
dikategorikan ke dalam tiga kategori besar yaitu jaringan syaraf tiruan (artificial neural
networks), logika fuzzy (fuzzy logic) dan algoritma genetika (genetic algorithm).
Karakteristik ini menempatkan softcomputing sebagai salah satu solusi yang dapat
dipakai untuk memecahkan berbagai masalah yang terdapat pada domain dunia nyata
(real world domain). Solusi berbagai masalah pada domain ini tidak mudah dihitung
dengan berbagai model analitik yang ada.
Memanfaatkan keunggulan spesifik (generik) dari model softcomputing tersebut
di atas, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan model distribusi
air minum PDAM menggunakan pendekatan algoritma fuzzy integer transportation
problem (FITP).
Algoritma FITP
Menurut Channas dalam Kusumadewi (2004) bahwa formulasi secara umum
FITP adalah sebagai berikut :
Minimumkan :
m n
Z =  C
i 1 j 1
ij X ij

Pembatas :
m


i 1
X ij  Ai , untuk i = 1,2,.....,m
n

X
i1
ij  Bj , untuk j = 1,2,..,n

X ij  0 untuk seluruh i dan j


Misalkan A adalah sembarang interval. Simbol [A] menotasikan interval terbesar yang
bernilai integer : [a,b], dengan:
A = min ( t/t  A, A: integer)
B = min ( t/t  B, B: integer)
Selanjutnya diselesaikan menggunakan persamaam 4, 5 dan 6 seperti di bawah ini:
Minimumkan :
m n
Z (X) =  C
i 1 j 1
ij X ij

Pembatas :
 
n


i 1
X ij  Ai , untuk i = 1,2,..., n.

 
m


i 1
X ij  Bi , untuk j =1,2,....,m

X ij  0 , integer

ISBN : 978-602-97491-2-0
D-10-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

Masalah persamaan 4 untuk   1 merupakan minimal ekstension dari masalah


persamaan 4 untuk   1 identik dengan masalah persamaan 4 untuk   * dengan :
* = maks {maks  Ai (t), 1 i m, t  Ai , maks  Ai (t), 1 i m, t  Ai }
Masih menurut Channas dalam Kusumadewi (2002) bahwa algoritma FITP adalah
sebagai berikut :
1. Tetapkan  (1) = 0 dan  (2) = 1
2. Selesaikan persamaan 6,7 dan 8 untuk  =  (1)
Jika masalah tersebut feasible dan c(x(  (1)  G  (1) , ke langkah 3.
Jika tidak, berhenti. Masalah (1) infeasible (  D (x) = 0 untuk setiap X).
3. Selesaikan persamaan 6,7 dan 8 untuk  = (2)
Jika masalah tersebut feasible dan c(x( (2) G  ( 2) berhenti untuk X(  (2)) ,
adalah solusi optimal untuk persamaan 2, 3 dan 4 dengan  D (x) = 1. Jika tidak
ke langkah 4.
4. Hitung  (half )  (  (1)   (2)) / 2 ke langkah 5.
5. Selesaikan masalah persamaan 6,7 dan 8 untuk    (half )
6. Jika masalah infeasible, maka tetapkan  (2)   (half ) ke langkah 6, dan jika
tidak kerjakan :
Jika  G ( X (  ( half ))   c ( X (  ( half )) , maka ( X ( (half )) adalah solusi optimal
untuk masalah persamaan 2, 3 dan 4 dan berhenti.
Jika  G ( X (  ( half ))   c ( X (  ( half )) , maka  (1)   C ( X (  ( half )) maka ke
langkah 6.
Jika  G ( X (  ( half ))   c ( X ( ( half )) ,
maka  ( 2)   C ( X ( ( half )) atau jika  ( 2)   C ( X ( ( half )) , maka
 ( 2)   C ( X ( ( half )) ke langkah 6.
7. Jika  (2)   (1)   , ke langkah 4. Jika tidak, cek apakah masalah persamaan
6,7 dan 8 untuk  =  (1) adalah minimum ekstension dan masalah persamaan
6,7 dan 8 untuk  = (2) . Jika tidak ke langkah 4. Jika ya, berhenti, salah satu
solusi yaitu X ( (1))  X ( (2)) adalah solusi optimal untuk masalah persamaan
2, 3 dan 4. Jika masalah dari persamaan di bawah ini:
Maksimum :  dengan
Pembatas : Z (X)  G  ,
 
n

i 1
X ij  Ai , untuk i = 1,2,......., n.

 
m

i 1
X ij  Bi , untuk j = 1,2,....., m.

X ij  0 , integer dan  >0


Infeasible untuk  = (2) maka X(  (1) ) adalah solusi optimal untuk persamaan
2, 3 dan 4 maka nilai  biasanya berkisar antara 0.05    0.1 .

ISBN : 978-602-97491-2-0
D-10-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PDAM Jogyakarta, adapun lokasi reservoir terletak di
Gemawang (R1), Gedong Kuning (R2) dan Tegalrejo (R3). Daerah tujuan pelayanan
distribusi air bersih meliputi Jogyakarta Utara (JU), Jogyakarta Selatan (JS), Jogyakarta
Barat (JB) dan Jogyakarta Timur (JT).
Data Penelitian
Data penelitian adalah bersumber dari data sekunder Tahun 2006 dari PDAM
Jogyakarta yang meliputi :
1. Kapasitas Reservoir
Kapasitas reservoir Gumawang (R1) mampu mensuplai kebutuhan air bersih sebesar
16.000.000 liter dengan toleransi kurang dari 15.500.000 liter dan tidak lebih dari
16.500.000 liter, kapasitas reservoir Gedong Kuning (R2) sebesar 19.000.000 liter
dengan toleransi kurang dari 18.500.000 liter dan tidak lebih dari 19.500.000 liter,
kapasitas reservoir Tegalrejo (R3) sebesar 17.500.000 liter dengan toleransi kurang
dari 17.000.000 liter dan tidak lebih dari 18.000.000 liter.
2. Kebutuhan Air Bersih Daerah Pelayanan.
Daerah yang harus dipasok oleh PDAM adalah daerah Jogyakarta Utara (JU) sebesar
10.000.000 liter, Jogyakarta Selatan (JS) sebesar 12.000.000 liter, Jogyakarta Barat
(JB) sebesar 14.000.000 liter dan Jogyakarta Timur (JT) sebesar 16.000.000 liter.
3. Biaya Operasi Di Setiap Daerah Pelayanan.
Biaya operasi di setiap daerah pelayanan keempat wilayah meliputi Jogyakarta Utara
(JU), Jogyakarta Selatan (JS), Jogyakarta Barat (JB) dan Jogyakarta Timur (JT)
seperti Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Biaya Operasi Di Setiap Daerah Layanan Setiap 1000 Liter
Pasokan JU J S JB JT
Gemawang 30 45 60 75
Gedong Kuning 45 30 75 30
Tegalrejo 60 15 30 45
Sumber : Kusumadewi (2004)
4. Biaya Anggaran PDAM Jogyakarta
Anggaran yang tersedia dari PDAM setempat untuk keperluan operasi berkisar Rp.
1.500.000,00 dan penambahan hanya dimungkinkan maksimal sebesar Rp.
100.000,00 sehingga total biaya yang di sediakan PDAM Jogyakarta untuk
mendistribusikan air bersih sebesar Rp. 1.600.000,00.
Formulasi Matematika Distribusi Air Bersih dari Reservoir ke Daerah Pelayanan
PDAM Jogyakarta Menggunakan Algoritma FITP
Masih bersumber dari Gambar. 1 di atas, maka dapat disusun struktur model pola
hubungan antara kapasitas reservoir, alokasi dana terhadap pasokan air untuk PDAM di
Jogyakarta yang disusun dalam formulasi program linier sebagai berikut:

ISBN : 978-602-97491-2-0
D-10-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

Minimumkan
Z = C11 X11 + C12 X12 + C13 X13 +
C14 X14 + C21 X21 + C22X22 +
C23X23 + C24 X24 + C31X 31+
C32X32 + C33X34.
Dengan Cij adalah biaya yang harus dikeluarkan PDAM dari reservoir i ke daerah
pelayanan j dimana untuk i : 1, 2 dan 3 dan j : 1, 2, 3 dan 4.
C11 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Utara.
C12 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Selatan.
C13 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Barat.
C14 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Timur.
C21 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gedong Kuning ke daerah pelayanan
Jogyakarta Utara.
C22 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gedong Kuning ke daerah pelayanan
Jogyakarta Selatan.
C23 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gedong Kuning ke daerah pelayanan
Jogyakarta Barat.
C24 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gedong Kuning ke daerah pelayanan
Jogyakarta Timur.
C31 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Tegalrejo ke daerah pelayanan
Jogyakarta Utara.
C32 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Tegalrejo ke daerah pelayanan
Jogyakarta Selatan.
C33 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Tegalrejo ke daerah pelayanan
Jogyakarta Barat.
C34 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Tegalrejo ke daerah pelayanan
Jogyakarta Timur.
C11 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Utara.
C12 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Selatan.
C13 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Barat.
C14 : biaya yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Timur.
X11 : kebutuhan air yang harus dipasok dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Utara.
X12 : kebutuhan air yang harus dipasok dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Selatan
X13 : kebutuhan air yang harus dipasok dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Barat.
X14 : kebutuhan air yang harus dipasok dari reservoir Gumawang ke daerah pelayanan
Jogyakarta Timur.
X21 : kebutuhan air yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Utara.

ISBN : 978-602-97491-2-0
D-10-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

X22 : kebutuhan air yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Selatan.
X23 : kebutuhan air yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Barat.
X24 : kebutuhan air yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Timur.
X31 : kebutuhan air yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Utara.
X32 : kebutuhan air yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Selatan.
X33 : kebutuhan air yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Barat.
X34 : kebutuhan air yang harus dikeluarkan dari reservoir Gumawang ke daerah
pelayanan Jogyakarta Timur.
Batasan Sumber
X11 + X12 + X13 + X14  a1
X11 + X12 + X13 + X14  a2
X11 + X12 + X13 + X14  a3
Dimana a1 a2 dan a3 adalah berturut - turut kapasitas reservoir Gumawang,
Gedong Kuning dan Tegalrejo dalam lt.
Batasan Tujuan
X11 + X21 + X31 = b1
X12 + X22 + X23 = b2
X13 + X23 + X33 = b3
X14 + X24 + X34 = b4
X11, X12,X13, X14,X21, X22, X23,
X24, X31, X32, X33 dan X34  0 dan integer
Dimana b1 b2 b3 dan b4 adalah berturut - turut kebutuhan air bersih PDAM untuk daerah
pelayanan Jogyakarta Utara, Jogyakarta Selatan, Jogyakarta Barat dan Jogyakarta
Timur dalam lt.

ANALISA DAN PEMBAHASAN


Selanjutnya pengembangan model FITP untuk distribusi air minum
didiskripsikan dalam pola hubungan antara kapasitas reservoir, alokasi dana terhadap
daerah pelayanan seperti yang disajikan seperti pada Gambar. 1 di bawah ini :

ISBN : 978-602-97491-2-0
D-10-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

[ ]
4
µ X
A1 j=1 1j
30
0 R1
15.500 16.000 16.500 45
YU 10.000
60
75
1

[ ]
4
µ X 45
A2 j=1 2j YS 12.000
30
0 R2 75
18.500 19.000 19.500
30

YB 14.000
1

[ ]
4 60
µ X 15
A3 j=1 3j
30
YT 16.000
0
R3 45
16.500 17.000 17.500

µ G [ C ( X )]

0
1.500.000 1.600.000

Gambar 1. Pola Hubungan Antara Kapasitas Reservoir, Alokasi Dana Terhadap


Pasokan Air Untuk Daerah Pelayanan di PDAM Jogyakarta.
Keterangan dari Gambar.1 :
 Sumber : sumber pasokan air yang berasal dari reservoir Gumawang (Gm),
Reservoir Gedong Kuning (Gk) dan Tegalrejo (Tr).
 Tujuan : tujuan daerah distribusi pelayanan air bersih yang meliputi Jogyakarta Utara
(JU), Jogyakarta Selatan (JS), Jogyakarta Barat (JB) dan Jogyakarta Selatan (JS).
Minimumkan
Z = 30.X11 + 45.X12 + 60. X13 + 75.X14
+ 45.X21 + 30.X22 + 75.X23 + 30.X24
+ 60.X 31+ 15.X32 + 30.X33+ 45.X34
Batasan Sumber
X11 + X12 + X13 + X14 
(16.000, 16.000, 500, 500)L-L
X11 + X12 + X13 + X14 
(19.000, 19.000, 500, 500)L-L
X11 + X12 + X13 + X14 
(17.000, 17.000, 500, 500)L-L
Batasan Tujuan
X11 + X21 + X31 = 10.000
X12 + X22 + X23 = 12.000
X13 + X23 + X33 = 14.000
X14 + X24 + X34 = 16.000
X11, X12,X13, X14,X21, X22, X23, X24,
X31, X32, X33 dan X34  0 dan integer
Fuzzy goal ditentukan sebagai
G = (0, 1500.000, 0, 100.000)L-L
 -cut untuk nilai fuzzy pasokan air bersih (supply) dan daerah pelayanan (demand),
serta fuzzy goal sesuai dengan bentuk L-L, dimasukkan ke dalam algoritma FITP.
A1 = 16.000 500(1 ),16.000 500(1 );
A2 = 19.000 500(1 ),19.000 500(1 );
A3 = 17.000 500(1  ),17.000 500(1  );
G = 0,1.500 .000  100 .000 (1   ) ;

ISBN : 978-602-97491-2-0
D-10-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

 -cut untuk nilai fuzzy pasokan air bersih (supply) dan daerah pelayanan (demand),
serta fuzzy goal sesuai dengan bentuk L-L, dimasukkan ke dalam algoritma FITP.
A1 = 16.000  500(1  ),16.000  500(1  ) ;
A2 = 19.000 500(1  ),19.000 500(1  );
A3 = 17.000 500(1  ),17.000 500(1  );
G = 0,1.500.000  100.000(1   ) ;
Langkah penyelesaian Distribusi Air Minum PDAM di Jogyakarta menggunakan
pendekatan algoritma FITP adalah sebagai berikut :
1. Langkah 1 :  (1) = 0 dan  (2) = 1
2. Langkah 2

 (1) = 0 ; diperoleh solusi


Z = 1.590.000  0,16.000.000 
 (2) = 1; diperoleh solusi
Z = 1.605.000  [infeasible]
3. Langkah 3 : problem 6,7 dan 8 infeasible untuk  = 1
4. Langkah 4 :

 (half )  ( (1)   (2)) / 2 = (0+1)/2=0.5;


5.  ( half ) = 0.5; Z = 1.597.500 (infeasible)

6. Langkah 6 : ( (2)   (1) = 0.5 – 0 = 0.5 > 0.07

Berdasarkan hasil perhitungan dari langkah 6 di atas, nilai hasil 0.5 > 0.07, maka
dilakukan proses iterasi dari langkah 4 dan langkah 5 dengan memberi nilai  (half )
yang berbeda.
Dengan melakukan serangkaian kegiatan pengulangan proses iterasi akan diperoleh
nilai masukan  (1)  0.086 yang merupakan minimal extension  (2)  0.08725 ,
selanjutnya akan diperoleh  (half )  ( (1)   (2)) / 2 = (0.084+0.08725)/2=0.085625,
Hal ini berarti bahwa x(0.086) dan x(0.08725) merupakan solusi optimal. K
serta nilai hasil dari Z= 1.591.290  0,1.591 .437  .
Nilai x:
X11 = 10.000; X12 = 5,544;
X13 = 0; X14 = 0;
X21 = 0; X22 = 3.000;
X23 = 0; X24 = 16.000;
X31 = 0; X32 = 3.456;
X33 = 14.000; X34 = 0;

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil optimasi distribusi air minum PDAM menggunakan pendekatan model FITP
akan didapatkan biaya distribusi reservoir ke empat daerah pelayanan wilayah
Jogyakarta yang meliputi Jogyakarta Utara (JU), Jogyakarta Selatan (JS),
Jogyakarta Barat (JB) dan Jogyakarta Timur (JT) sebesar Rp.1.591.320,00.

ISBN : 978-602-97491-2-0
D-10-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 5 Pebruari 2011

2. Biaya yang harus dikeluarkan PDAM lebih hemat sebesar Rp.8.680,00


menggunakan Model FITP. Adapun volume air yang didistribusikan dari reservoir
dari Gemawang sebanyak 15.000 liter, dari reservoir Gedong Kuning sebanyak
19.500 liter dan reservoir Tegalrejo sebanyak 17.500 liter.

Ucapan Terima Kasih


Penulis menghaturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Techn. M. Isa Irawan, MT dari
Jurusan Matematika, F-MIPA ITS Surabaya atas segala sumbang saran dan masukan
guna kesempurnaan isi dan penulisan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hatmoko,W. (1999). Model Alokasi Air Untuk Mendukung Pengusahaan Sumberdaya
Air Yang Adil Dan Berkesinambungan. Proseding Seminar Nasional
Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya Air Di Indonesia. ITB, Hal 54- 63.
Kusumadewi, S. (2004), Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan, PT.
Graha Ilmu, Jogyakarta.
Labadie, J.W. (2001). Reservoir System Optimization Models. Water Resources
Update, United State of America.108: 83-110.
Lund, J.R. (1996). Operating Rule Optimization for Missouri River Reservoir System
Journal of Water Resources Planning and Management.122(4) : 287-295.
Nugroho, A.S. (2007). Menggairahkan Riset Softcomputing Di Indonesia, Keynote
Speaker Seminar Nasional Riset Teknologi Informasi STMIK AKAKOM,
Jogyakarta 7 Juli 2007.
Rispiningtati,. (2008). Model Alokasi dan Nilai Air Pada Sistem Sungai Multi Waduk,
Jurnal Agritek ISSN 0852-5426 Universitas Brawijaya, Malang Volume16
No.12 Desember 2008 Hal.2408-2429.
Suprayogi, I, Joleha, dan Hasibuan, S. (2010). Model Transportasi Distribusi Air
Minum PDAM Jogyakarta Menggunakan Program Bantu Lingo 8.0, Jurnal Sains
dan Teknologi (JST) Fakultas Teknik, Universitas Riau Edisi Oktober Hal. 19-
28.
Suyanto.(2008). Softcomputing Membangun Mesin Ber-IQ Tinggi, PT.Informatika,
Bandung.
Indryani, R, Suprayitno, H, dan Astana, I.N.Y.(2004). Model Transportasi Untuk
Pengembangan Air Bersih di Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Jurnal
Teknologi dan Rekayasa Sipil Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS), Surabaya Edisi Maret Hal. 19-28.

ISBN : 978-602-97491-2-0
D-10-9

Anda mungkin juga menyukai