Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah Fisika Komputasi

INTEGRAL FISIS

Disusun Oleh :
Asina Sofia Harianja 8196175004
Gusrianta 8196175006
Mathias Irfan 8196175005

Dosen Pengampu :
Dr. Rita Juliani,S.Si, M.Si
Dr. Makmur Sirait, M. Si

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah
Integrasi Numerik dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
dan wawasan kita.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas rutin Fisika
Komputasi. Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu
pengetahuan yang penyusun miliki, penyusun berusaha mencari sumber
data dari berbagai sumber informasi, terutama dari media internet dan
media cetak. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah ikut serta membantu dalam pembuatan makalah ini dan
beberapa sumber yang kami pakai sebagai data dan acuan.
Dalam penulisan Makalah ini penyusun merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Tidak
semua bahasan dapat dideskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya kami selaku penyusun
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembaca.

Medan, April 2020

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam persoalaan-persoalan ilmu fisika yang tidak dapat diselesaikan dengan persamaan
mekanika biasa, seperti dalam kasus perhitungan dalam usaha yang menggunakan interval
energi, dalam penghitungan arus listrik pada sebuah komponen, maupun energi elektron dan
gerak elektron. Dalam penghitungan analitik maka persoalan tersebut akan sulit untuk
dijelaskan. Permasalah integrasi adalah permasalahan yang sering kita temui di kehidupan
kita dan hampir selalu ditemui dimanapun berada. Integral fisis adalah cara untuk
menyelesaian dan mencari suatu fungsi integral. Persoalan integral ini tidak semata dalam hal
matematis. Dalam bidang ilmu sains dan juga ilmu-ilmu yang lain banyak juga yang
menemui
persoalan ini. Tidak heran jika di era yang sangat maju ini muncul beberapa metode yang
bisa dikatakan praktis yang berfungsi untuk mencari nilai integral suatu fungsi numerik.
Metode-metode yang akan dibahas dan dipergunakan adalah Metode Simpson dan Metode
Trapesium.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana penggunaan metode Trapesium dan metode Simpson dalam penyelesaian
persoalan integral fisis ?
2. Bagaimana perbandingan pada hasil percobaan dengan metode penghitungan langsung ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui penggunaan metode Trapesium dan metode Simpson dalam penyelesaian
persoalan integral fisis
2. Mengetahui perbandingan pada hasil percobaan dengan metode penghitungan langsung

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Integral Fisis


Di dalam kalkulus, integral adalah satu dari dua pokok bahasan yang mendasar
disamping turunan (derivative). Dalam kuliah kalkulus integral, anda telah diajarkan cara
memperoleh solusi analitik (dan eksak) dan integral tak tentu maupun integral tentu.
Integral tak-tentu dinyatakan sebagai :

∫ f ( x ) dx=F ( x ) +C (2.1)
Solusinya, F(x), adalah fungsi menerus sedemikian sehingga F'(x) = f(x), dan C
adalah sebuah konstanta. Integral Tentu menangani perhitungan integral di antara
batas-batas yang telah ditentukan, yang dinyatakan sebagai :
b
I =∫ f ( x ) dx (2.2)
a

Menurut teorema dasar kalkulus integral, persamaan (2.2) dihitung sebagai :


b
b
∫ f ( x ) dx= F ( x)|a =F ( b )−F(a)
a

Secara geometri, integrasi Tentu sama dengan luas daerah yang dibatasi oleh kurva
y = f(x), garis x = a dan garis x = b (Gambar 2.1). Daerah yang dimaksud
ditunjukkan oleh bagian yang diarsir.
Gambar 2.1. Tafsiran geometri integral Tentu
Fungsi-fungsi yang dapat diintegrasikan dapat dikelompokkan sebagai :
1. Fungsi menerus yang sederhana, seperti polynomial, eksponensial, atau fungsi
trigonometri. Misalnya :
2

∫ ( 6 x3 −x2 +cos ( x ) −e x ) dx
0

Fungsi sederhana seperti ini mudah dihitung integralnya secara eksak dengan
menggunakan metode analitik. Metode-metode analitik untuk menghitung
integral fungsi yang demikian sudah tersedia, yaitu :

2. Fungsi menerus yang rumit, misalnya


3
2
2+cos ⁡(1+ x 2 ) 0.5 x
∫ √1+0.5 sin x e dx
0

Fungsi yang rumit seperti ini jelas sulit, bahkan tidak mungkin, diselesaikan
dengan metode-metode integrasi yang sederhana. Karena itu, solusinya hanya
dapat dihitung dengan metode numerik.
3. Fungsi yang ditabulasikan, yang dalam hal ini nilai x dan f(x) diberikan dalam
sejumlah titik diskrit. Fungsi seperti ini sering dijumpai pada data hasil
eksperimen di laboratorium atau berupa data pengamatan di lapangan. Pada
kasus terakhir ini, umumnya fungsi f(x) tidak diketahui secara eksplisit. Yang
dapat diukur hanyalah besaran fisisnya saja. Misalnya,

x f(x)
0.00 6.0

0.25 7.5
0.50 8.0
0.75 9.0
1.00 8.5
Integrasi fungsi seperti ini jelas harus dikerjakan secara numerik.

a. Terapan Integral dalam Bidang Sains


Integral mempunyai banyak terapan dalam bidang sains dan rekayasa. Dalam
praktek rekayasa, seringkali fungsi yang diintegrasikan (integrand) adalah fungsi
empirik yang diberikan dalam bentuk tabel, atau integrand-nya tidak dalam
bentuk fungsi elementer (seperti sinh x, fungsi Gamma G(a), dsb), atau fungsi
eksplisit f yang terlalu rumit untuk diintegralkan. Oleh sebab itu, metode
numerik dapat digunakan untuk menghampiri integrasi.
Di bawah ini diberikan beberapa contoh persoalan dalam bidang sains dan
rekayasa.
1. Dalam bidang fisika, integral digunakan untuk menghitung persamaan
kecepatan. Misalkan kecepatan sebuah partikel merupakan fungsi waktu
menerus yang diketahui terhadap waktu, v(t). Jarak total d yang ditempuh
oleh partikel ini selama waktu t diberikan oleh :
t
d=∫ v ( t ) dt
0

2. Dalam bidang teknik elektro/kelistrikan, telah diketahui bahwa harga rata-rata


suatu arus listrik yang berosilasi sepanjang satu periode boleh nol. Disamping
kenyataan bahwa hasil netto adalah nol, arus tersebut mampu menimbulkan
kerja dan menghasilkan panas. Karena itu para rekayasawan listrik sering
mencirikan arus yang demikian dengan persamaan
T

I RMS=
√ ∫ i2 ( t ) dt
0
T
yang dalam hal ini IRMS adalah arus RMS (root-mean-square), T adalah
periode, dan i(t) adalah arus pada rangkaian, misalnya
T
i ( t )=5 e−2 t sin 2 πt untuk 0 ≤t ≤
2
¿ 5 e−2 t sin 2 πt untuk T/2≤ t ≤T
3. Contoh fungsi dalam bentuk tabel adalah pengukuran fluks panas matahari yang
diberikan oleh tabel berikut :

Waktu, jam Fluks panas q, kalori/cm/jam


0 0.1
1 1.62
2 5.32
3 6.29
4 7.8
5 8.81
6 8.00
7 8.57
8 8.03
9 7.04
10 6.27
11 5.56
12 3.54
13 1.0
14 0.2

Data yang ditabulasikan pada tabel ini memberikan pengukuran fluks panas q
setiap jam pada permukaan sebuah kolektor sinar matahari. Diminta memperkiraan panas
total yang diserap oleh panel kolektor seluas 150.000 cm 2 selama waktu 14 jam. Panel
mempunyai kemangkusan penyerapan (absorption), e ab, sebesar 45%. Panas total yang
diserap diberikan oleh
Persamaan
t
H=eab∫ qAdt
0

Demikianlah beberapa contoh terapan integral dalam bidang sains dan rekayasa.
Umumnya fungsi yang diintegralkan bentuknya rumit sehingga sukar diselesaikan
secara analitik. Karena itu, perhitungan integral secara numerik lebih banyak dipraktekkan
oleh para insinyur.
b. Metode Pias
Pada umumnya, metode perhitungan integral secara numerik bekerja dengan
sejumlah titik diskrit. Karena data yang ditabulasikan sudah berbentuk demikian,
maka secara alami ia sesuai dengan kebanyakan metode integrasi numerik. Untuk
fungsi menerus, titik-titik diskrit itu diperoleh dengan menggunakan persamaan fungsi
yang diberikan untuk menghasilkan table nilai.
Dihubungkan dengan tafsiran geometri inttegral Tentu, titik-titik pada tabel sama
dengan membagi selang integrasi [a, b] menjadi n buah pias (strip) atau segmen
(Gambar 2.2). Lebar tiap pias adalah
b−a
h= (2.3)
n
Titik absis pias dinyatakan sebagai
x r=a+rh , r=0,1,2 , … .. ,n (2.4)
dan nilai fungsi pada titik absis pias adalah
f r=f ( x r ) (2.5)
Luas daerah integrasi [a, b] dihampiri sebagai luas n buah pias. Metode integrasi
numerik yang berbasis pias ini disebut metode pias. Ada juga buku yang menyebutnya
metode kuadratur, karena pias berbentuk segiempat.

Gambar 2.2. Metode Pias


Kaidah integral fisis yang dapat diturunkan dengan metode pias adalah:
1. Kaidah segiempat (rectangle rule)
2. Kaidah trapesium (trapezoidal rule)
3. Kaidah titik tengah (midpoint rule)
Dua kaidah pertama pada hakekatnya sama, hanya cara penurunan rumusnya yang
berbeda, sedangkan kaidah yang ketiga, kaidah titik tengah, merupakan bentuk kompromi
untuk memperoleh nilai hampiran yang lebih baik. Namun, disini kita hanya membahas
tentang integral fisis kaidah trapesium (trapezoid rule)

i. Kaidah Trapesium
Pandang sebuah pias berbentuk trapesium dari x=x 0 sampai ¿ x 1berikut (Gambar
2.3) :
Luas satu trapesium adalah :
x1
h
∫ f ( x ) dx ≈ 2 [ f ( x 0 ) + f ( x 0) ]( 2.6)
x0

Persamaan (2.6) ini dikenal dengan nama kaida trapesium. Catatlah bahwa kaidah
trapesium sama dengan kaidah segiempat.

Gambar 2.3. Kaidah Trapesium


Bila selang [a, b] dibagi atas n buah pias trapesium, kaidah integrasi yang
diperoleh
adalah kaidah trapesium gabungan (composite trapezoidal's rule) :

(2.7)
Dengan f r=f ( x r ), r =0,1,2 ,… . , n .

Kaidah Trapesium

c. Galat Metode Pias

Sekarang akan kita hitung berapa besar galat hasil integrasi untuk masing-masing metode.
Misalkan

I adalah nilai integrasi sejati


dan

I ' adalah integrasi secara numerik

maka galat hasil integrasi numerik didefenisikan sebagai

E=I–I' (2.8)
Untuk penurunan galat, kita tinjau galat integrasi di dalam selang [0, h],

h
I =∫ f ( x ) dx ( 2.9 )
0
Gambar 2.4 Galat Kaidah Trapesium

Galat untuk satu buah pias adalah :


h
h
E=∫ f ( x ) dx− (f 0 + f 1)
0 2

Uraikan f(x) ke dalam deret Taylor di sekitar x 0=0

1 2
f ( x )=f 0 + xf 0 ' + x f 0 + {1} over {6} {x} ^ {3} {f} rsub {0} '''+
2

Uraikan f 1=f ( x 1 )=f ( h ) ke dalam deret Taylor di sekitar x 0=0

1
f 1=f ( x 1 )=f ( h )=f 0 +hf ' 0+ h 2 f 0 + …
2
Persamaan (6.17) ini menyatakan bahwa galat kaidah trapesium sebanding dengan
h3. Pernyataan ini dibuat dengan andaian bahwa f(x) menerus dalam selang [0, h]. Jika
tidak, maka galat tidak sebanding dengan h3. Untuk n buah pias, galat keseluruhan (total)
adalah

yang dapat disederhanakan dengan teorema nilai antara untuk penjumlahan menjadi

Mengingat

b−a
h=
n

maka

Dengan demikian,

Jadi, galat total integrasi dengan kaidah trapesium sebanding dengan kuadrat lebar
pias (h). Semakin kecil ukuran ukuran h, semakin kecil pula galatnya, namun semakin
banyak jumlah komputasinya.
d. Kaidah Simpson 1/3
Kaidah simpson 1/3 adalah kaidah yang mencocokkan polinomial derajat 2 pada tiga
titik data diskrit yang mempunyai jarak yang sama. Hampiran nilai integrasi yang lebih
baik dapat ditingkatkan dengan menggunakan polinom interpolasi berderajat yang lebih

tinggi. Misalkan fungsi f (x) dihampiri dengan polinom interpolasi derajat 2 yang
grafiknya berbentuk parabola. Luas daerah dihitung sebagai hampiran nilai integrasi
adalah daerah di bawah parabola (Gambar 3.1). untuk itu, dibutuhkan 3 buah titik data,

misalkan ( 0 , f ( 0 )) , ( h , f ( h )) , dan ( 2 h , f ( 2 h ) ) .

Gambar 2.5 Kaidah Simpson 1/3


Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 2 yang melalui ketiga buah titik tersebut
adalah
x x ( x−h ) 2 x ( x−h ) 2
P2 ( x )=f ( x 0 ) + Δf ( x 0 ) + 2
Δ f ( x 0 ) =f 0 + xΔf 0 + Δ f0
h 2! h 2 ! h2

Integrasikan P2 ( x ) di dalam selang [ 0,2h ] :


2h 2h
I≈∫ f ( x ) dx≈∫ P2 ( x ) dx
0 0
2h
x x ( x−h ) 2
0
(
¿ ∫ f 0 + Δf 0 +
h 2! h 2
Δ f 0 dx
)
1 2 x3 x2 2 x=2 h
¿ f 0 x+
2h
x Δf 0 + 2 (

6h 4 h
Δ f0 |
x=0 )
4 h2 8 h 3 4 h2 2
¿ 2 hf 0 +
2h
Δf 0 + ( −
6 h2 4 h
Δ f0 )
¿ 2 hf 0 +2h Δf 0 + ( 43h −h) Δ f 2
0

h
¿ 2 hf 0 +2h Δf 0 + Δ 2 f 0
3

Mengingat
Δf 0=f 1 −f 0
Dan
2
Δ f 0 = Δf 1 −Δf 0=( f 2−f 1 ) −( f 1 −f 0 ) =f 2 −2 f 1 +f 0
Maka selanjutnya
h
I ≈2 hf 0 +2 h ( f 1 −f 0 ) + ( f −2 f 1 + f 0 )
3 2
h 2h h
¿ 2 hf 0 + 2hf 1−2 hf 0 + f 2 − f 1 + f 0
3 3 3

h 4h h
¿ f 0+ f 1+ f 2
3 3 3

h
¿ ( f + 4 f 1+ f 2)
3 0 .................. (1)

Persamaan (1) ini dinamakan kaidah Simpson 1/3. Sebutan “1/3” muncul karena di
dalam persamaan terdapat faktor “1/3”.

Misalkan kurva fungsi sepanjang selang integrasi [ a,b ] kita bagi menjadi n+1

buah titik diskrit


x 0 , x1 ,x 2 ,...,x n dengan n genap, dan setiap tiga buah titik (atau 2
pasang upselang) di kurva dihampiri dengan parabola (polinom interpolasi derajat 2),

maka kita akan mempunyai n/2 buah potongan parabola. Bila masing-masing polinom
derajat 2 tersebut kita integralkan di dalam upselang (sub-interval) integrasinya, maka
jumlah seluruh integral tersebut membentuk kaidah Simpson 1/3 gabungan:
b x2 x4 xn

I tot =∫ f ( x ) dx≈∫ f ( x ) dx+ ∫ f ( x ) dx + . . .+ ∫ f ( x ) dx


a x0 x2 x n−2

h h h
¿ ( f 0 + 4 f 1 + f 2 ) + ( f 2 +4 f 3 +f 4 ) +.. .+ ( f n−2 +4 f n−1 + f n )
3 3 3
h
¿ ( f + 4 f 1 +2 f 2 +4 f 3 + 2 f 4 +. ..+2 f n−2 + 4 f n−1+ f n )
3 0

n−1 n−2
h
¿
(
f +4 ∑ f i +2 ∑ f i + f n
3 0 i =1,3,5 i=2,4,6
)
..................... (2)

Persamaan ini mudah dihafalkan dengan mengingat pola koefisien suku-sukunya:

1, 4, 2, 4, 2, ..., 2, 4, 1

Namun penggunaan kaidah Simpson 1/3 mensyaratkan jumlah upselang (n) harus

genap, ini berbeda dengan kaidah trapesium yang tidak memiliki persyaratan mengenai

jumlah selang.

Algoritma Metode Integrasi Simpson 1/3:

1. Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan y  f ( x)


2. Menentukan batas bawah ( a ) dan batas atas ( b ) integrasi
3. Menentukan jumlah segmen atau pias n dengan syarat n genap
ba
h
4. Menghitung lebar segmen yaitu n
5. Buatlah tabel kaidah Simpson 1/3
6. Menentukan nilai integrasi menggunakan kaidah Simpson 1/3
b n−1 n−2
h
a 3 (
I =∫ f ( x ) dx≈ f 0 + 4 ∑ f i +2 ∑ f i + f n
i=1,3,5 i=2,4,6
)
7. Menentukan nilai integrasi sejatinya
Kaidah Simpson 1/3
2.6 Kaidah Simpson 3/8
Seperti halnya pada kaidah Simpson 1/3, hampiran nilai integrasi yang lebih teliti
dapat ditingkatkan terus dengan mengunakan polinom interpolasi berderajat lebih tinggi
pula. Misalkan sekarang fungsi f(x) kita hampiri dengan polinom interpolasi derajat 3.
Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai integrasi adalah daerah di bawah kurva
polinom derajat 3 tersebut parabola (Gambar). Untuk membentuk polinom interpolasi
derajat 3, dibutuhkan 4 buah titik data, misalkan titik-titk tersebut (0, f(0)), (h, f(h)), (2h,
f(2h)), dan (3h, f(3h)).

Gambar 2.6 Kaidah Simpson 3/8

Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 3 yang melalui keempat buah titik itu adalah
x x ( x−h ) 2 x ( x −h ) ( x −2h ) 3
P3 ( x )=f ( x0 ) + Δf ( x 0 ) + 2
Δ f ( x0)+ Δ f ( x0 )
h 2! h 3 ! h3
x x ( x−h ) 2 x ( x−h ) ( x−2 h ) 3
=f 0 + Δf 0 + 2
Δ f 0+ Δ f0
h 2!h 3 ! h3 .................... (1)

Integrasi
P3 ( x ) di dalam selang [ 0,3h ] adalah
3h 3h
I≈∫ f ( x ) dx≈¿ ∫ P3 ( x ) dx ¿
0 0
3h
x x ( x−h ) 2 x ( x−h )( x−2 h ) 3
0 h [
¿ ∫ f 0 + Δf 0 +
2 !h 2
Δ f 0+
3! h3
Δ f 0 dx
]
3h
x x 2−xh 2 x3 −3 x 2 h+2 xh2 3
¿∫ f 0+
0
[ h
Δf 0 +
2 h2
Δ f 0 +
6 h3
Δ f0
]
x2 x 3 x2 h 2 x4 3 x 3 h x 2 h2 3 3 h
¿ xf 0 +
2h
Δf 0 + (−
6 h2 4 h2
Δ f 0 +) − ( +
24 h3 18 h3 6 h3
Δ f 0|
0 )
9h 2 27 h 3 9 h3 2 81 h4 81 h4 9 h4 3
¿ 3 hf 0 + Δf +
2 h 0 6 h2 4 h2
− Δ f 0+ ( − +)
24 h3 18 h3 6 h3 (
Δ f 0 −0 )
9h 27 h 9 h 2 81 h 81 h 9 h 3
¿ 3 hf 0 +
2
Δf 0 +
6
− (
4
Δ f 0+ )
24

18
+(6
Δ f0 )
9h 27 h 2 27 h 3
¿ 3 hf 0 + Δf 0 + Δ f 0+ Δ f0
2 12 72

Mengingat
Δf 0=f 1 −f 0
2
Δ f 0 = Δf 1 −Δf 0=( f 2−f 1 ) −( f 1 −f 0 ) =f 2 −2 f 1 +f 0
dan
Δ 3 f 0 = Δ2 f 1− Δ2 f 0
=( Δf 2 −Δf 1 ) −( f 2 −2 f 1 + f 0 )

= ( ( f 3− f 2 )−( f 2 − f 1 ) ) −( f 2 −2 f 1 +f 0 )

=( f 3 −2 f 2 +f 1 )−( f 2−2 f 1 + f 0 )
=f 3 −3 f 2 +3 f 1 −f 0
maka selanjutnya:

9h 27 h 27 h
¿ 3 hf 0 + ( f 1 −f 0 ) + ( f 2 −2 f 1 +f 0 ) + ( f 3 −3 f 2 +3 f 1−f 0 )
2 12 72
9h 9h 27 h 54 h 27 h 27 h 81 h 81 h 27 h
¿ 3 hf 0 + f 1− f 0+ f 2− f 1+ f 0+ f 3− f 2+ f 1− f
2 2 12 12 12 72 72 72 72 0

9 h 27 h 27 h 9 h 54 h 81 h 27 h 81 h 27 h
(
¿ 3 h− +
2 12

12
f 0+ ) (

2 12
+
72
f 1+
12

72 ) (
f 2+
72 3
f )
27 h 81 h 81 h 27 h
¿ f 0+ f 1+ f 2+ f
72 72 72 72 3
3h 9h 9h 3h
¿ f 0+ f 1+ f 2+ f
8 8 8 8 3
3h
¿ ( f +3 f 1 +3 f 2 + f 3 )
8 0 ................................. (2)
Sedangkan kaidah Simpson 3/8 gabungan adalah
b

∫ f ( x ) dx≈ 38h ( f 0 +3 f 1 +3 f 2+ 2 f 3+3 f 4 +3 f 5 +2 f 6 +3 f 7 +3 f 8+2 f 9 +.. .


a

+2 f n−3 +3 f n−2 +3 f n−1 +f n )

¿ i≠3,6,9 ¿¿ ¿ +f n ¿¿¿
n−1 ................................. (3)
Persamaan (3) ini mudah dihafalkan dengan mengingat pola suku-sukunya:
1, 3, 3, 2, 3, 3, 2, 3, 3, 2, ... , 2, 3, 3, 1

Namun penggunaan kaidah Simpson 3/8 mensyaratkan jumlah upselang ( n) harus


kelipatan 3. Kaidah simpson 3/8 memiliki orde galat yang sama dengan orde galat kaidah
simpson 1/3 namun dalam parktek, kaidah simpson 1/3 lebih disukai daripada kaidah
simpson 3/8, karena dengan tiga titik (simpson 1/3) sudah diperoleh orde ketelitian yang
sama dengan 4 titik (simpson 3/8). Tetapi untuk n kelipatan tiga , kita hanya dapat
menggunakan kaidah simpson 3/8, dan bukan simpson 1/3.
Algoritma Metode Integrasi Simpson 3/8:

1. Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan y=f ( x )

2. Menentukan batas bawah ( a) dan batas atas (b) integrasi


3. Menentukan jumlah segmen atau pias n dengan syarat n kelipatan 3
ba
h
4. Menghitung lebar segmen yaitu n
5. Buat tabel kaidah Simpson 3/8
6. Menentukan nilai integrasi menggunakan kaidah Simpson 3/8

¿ i≠3,6,9 ¿¿ ¿ +f n ¿¿¿
n−1
7. Menentukan nilai integrasi sejatinya
Kaidah Simpson 3/8

Contoh soal:
Hitunglah integral dari
1,125
1
∫ dx
0 1+x ,
1 3
dengan menggunakan aturan simpson 3 dan dan aturan simpson 8 gunakan jarak

antar titik h = 0,125


Penyelesaian:
1
f ( x) =
1. Fungsi integrasinya adalah 1+x
2. Batas bawah (a) =0
Batas atas (b) =1
3. Jumlah pias adalah
b−a
n=
h
1 ,125− 0
= =9
0 ,125
4. h = 0,125
1 3
5. Tabel aturan simpson 3 dan dan aturan simpson 8

I xi f ( xi )
0 0 1
1 0.125 0.88889
2 0.250 0.80000
3 0.375 0.72727
4 0.500 0.66667
5 0.625 0.61538
6 0.750 0.57143
7 0.875 0.53333
8 1.000 0.50000
9 1.125 047059

1 3
6. Nilai Integrasi menggunakan aturan simpson 3 dan aturan simpson 8
1
a. Aturan simpson 3
1,125 n−1 n−2
1 h
0
(
∫ 1+x dx= 3 f 0 +4 ∑ f i + 2 ∑ f i + f n
i=1,3,5 i=2,4,6
)
(1+4(0.88889)+2(0.80000)+4(0.72727)+ 2(0.66667) ¿ )¿ ¿¿
0.125 ¿
¿
3
¿
3
b. Aturan simpson 8

¿ i ≠3,6,9 ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
n−1
3(0 . 125) ( 1+3 (0. 88889 )+ 3(0 .80000 )+2(0 .72727 )+ 3(0 . 66667 ) ¿ ) ¿
= ¿ ¿
8 ¿
0.375 ( 1+ 2.66667 + 2.40000+1.45454+2.00001+1.84614+1.14286 ¿) ¿
= ¿ ¿¿
8 ¿
¿
7. Nilai Integrasi sejatinya
1, 125
1
∫ dx= ln (1+x )|10 , 125
0 1+x
= ln 2,125 + ln 1 = 0.75377 – 0
= 0.75377
BAB III
KESIMPULAN

Integral fisis adalah tehnik untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang


diformulasikan secara matematik dengan cara operasi hitungan. Integral fisis merupakan
salah suatu tehnik untuk menyelesaikan masalah matematika yang efektif dan efisien.
Dengan bantuan computer ia sanggup menangani masalah yang rumit dan memperlihatkan
perhitungan yang luas. Integral fisis adalah proses mencari hampiran luas bidang yang
dibatasi oleh f {x) dan sumbu x pada selang ıertutup a,b . Jika f(z) dihampiri dengan
polinomial P {x ) , maka integrl fisis dalam berbentuk,

Proses menentukan Proses menentukan nílai hampiran integrasi numeric dilakukan


dengan beberapa cara atau metode, yaitu metode manual, pencocokan polinomial, aturan
trapesium, aturan titik tengah, aturan Simpson, integrasi Romberg, serta Kuadratiir Gauss.
Aturan trapesium merupakan aturan integrasi numerik yang didasarkan pada penjumlahan
segmen-segmen berbentuk trapesium. Aturan trapesium gabungan.
Kaidah simpson 3/8 memiliki orde galat yang sama dengan kaidah 1/3. Namun
dalam praktek, kaidah Simpson 1/3 biasanya lebih disukai daripada kaidah Simpson 3/8,
karena dengan tiga titik (Simpson 1/3) sudah diperoleh orde ketelitian yang sama dengan 4
titik (simpson 3/8). Tetapi, untuk n kelipatan tiga, kaidah simpson 1/3 tidak dapat diterapkan
bila jumlah upaselang (n) ganjil hanya dapat menggunakan kaidah simpson 3/8 dan bukan
simpson 1/3 tentunya kaidah simpson 1/3 lebih baik dibandingkan kaidah trapesium dan
simpson 3/8. Karena orde galatnya lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Chapra, S.C., and Canale, R.P., Numerical Methods for Engineers , McGraw-Hill,
1998

James, M.L., G.M. Smith, and J.C. Wolford, Applied Numerical Methods for
Digital Computations, 3rd ed. Harper & Row, 1985

Koonin, S.E., Computational Physics, Addison-Wesley Inc, 1986

Mathews, J.H., Numerical Methods for Mathematics, Science and Engineering ,


Prentice -Hall Inc., 1992

McCracken, D. D., Computing for Engineers and Scientists with Fortran 77,
Wiley, 1984

Morris,J.L., Computational Methods in Elementary Numerical Analysis, Wiley,


1983

Munir, Rinaldi. 1997. Metode Numerik Tehnik Informatika. Bandung : Institut


Teknologi Bandung.

Nakamura, S., Applied Numerical Methods in C , Prentice-Hall Inc. 1993

Supardi, M.Si.2011. Komputasi Fisika. Yogyakarta : UNY.


Yakowitz, S., and F. Szidarovszky, An Introduction to Numerical Computations,
Macmillan, 1986

Anda mungkin juga menyukai