Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ARIS RUDI SETIAWAN

NIM : 044560762
JURUSAN : MANAJEMEN S1

SOAL:
1. Jelaskan:
a) Gambarkan kurva kinked !
b) Jelaskan penyebab mengapa kurva kinked disebut juga dengan kurva
patah!

2. Sebuah perusahaan oligopolis menghadapi dua permintaan:


Q1 = 200 – 10P adalah permintaan jika pesaing tidak bereaksi terhadap
keputusan perusahaan.
Q2 = 100 – 4P adalah permintaan jika pesaing bereaksi terhadap
keputusan perusahaan.
a) Gambar dan jelaskan kurva permintaan dan penerimaan marjinal (MR)
yang relevan bagi perusahaan !
b) Pada harga jual berapa pesaing akan bereaksi? Pertanyaan :

3. Jelaskan Ada berapakah sifat yang dimiliki dari barang publik!


4. Jelaskan beberapa kelemahan dalam pemberian subsidi untuk mengatasi
polusi!
5. Jelaskan jenis-jenis eksternalitas yang ditinjau dari segi dampaknya !

~~Selamat Mengerjakan~~

1. Gambar Kurva Kinked.


Teori ini mengasumsikan bahwa kurva permintaan bagi pengusaha duopoli merupakan
kurva permintaan yang patah. Untuk analisis keseimbangan, diperlukan beberapa
asumsi lagi, yaitu:

1) Harga pasar yang memuaskan bagi kedua pengusaha duopoli telah


terbentuk, misalnya P.
2) Apabila salah satu pengusaha duopoli menurunkan harga, pengusaha
pesaingnya juga akan menurunkan harga agar tidak kehilangan pembeli.
3) Apabila salah satu pengusaha duopoli menaikkan harga, pengusaha
pesaingnya tidak akan mengikuti menaikkan harga sehingga sebagian
pembeli pindah kepadanya

Keadaan ini menyebabkan harga pada pasar oligopoli umumnya tegar (tidak mudah
berubah).
Misalkan harga keseimbangan pasar yang memuaskan kedua pengusaha duopoli telah
terbentuk pada tingkat P* seperti terlihat pada gambar. Selanjutnya dapat dilihat pula
bahwa kurva permintaan bagi suatu pengusaha duopoli adalah CEF yang patah pada
titik E. Titik E ini merupakan titik keseimbangan harga (P*) dan kapasitas produksi
(Q*) bagi pengusaha duopoli tersebut.

Apabila pengusaha duopoli tersebut menurunkan harga dari tingat P*, maka pengusaha
duopoli lain akan mengikutinya. Akibatnya kurva permintaan bagi pengusaha yang
menurunkan harga menjadi EF, di mana elastisitas permintaan kurva EF sama dengan
elastisitas permintaan pasar. Sebaliknya apabila pengusaha duopoli tadi menaikkan
harga dan pengusaha pesaingnya juga menaikkan harga maka kurva permintaannya
pada harga yang menaik adalah kurva EF" yang elastisitas permintaannya juga sama
dengan elastisitas permintaan pasar. Tetapi karena menurut asumsi bahwa tindakan
menaikkan harga oleh suatu pengusaha duopoli tidak akan diikuti oleh pengusaha
pesaingnya, maka kurva permintaan bagi pengusaha yang menaikkan harga tersebut
menjadi EC yang elastisitas permintaannya menjadi lebih besar dari pada elastisitas
permintaan pasar. Hal ini disebabkan karena sebagian pembeli atau mungkin
seluruhnya pindah ke pengusaha pesaingnya yang tidak menaikkan harga. Jadi yang
menyebabkan kurva permintaan suatu pengusaha duopoli patah adalah karena
tindakannya menaikkan harga tidak diikuti oleh pengusaha pesaingnya. Dengan
patahnya kurva permintaan suatu pengusaha duopoli, dengan sendirinya kurva nilai
penjualan marginalnya (MR) menjadi tidak kontinyu, yaitu CABD. Dengan MC dan
AC seperti yang terlihat pada gambar, maka posisi keseimbangan (keuntungan
maksimum) adalah pada tingkat penjualan produk sebesar Q dengan tingkat harga P*.
Jadi disebut kurva patah karena kurva permintaannya “patah” (tidak
garis lurus) dan penerimaan marjinalnya mengalami diskontinu. Hal ini terjadi ketika
telah terbentuk keseimbangan harga oligopoli dan perusahaan menaikkan harga, maka
tindakannya tidak akan diikuti oleh pesaingnya sehingga kurvanya menjadi elastis
(konsumennya mungkin akan lari ke pesaing lain). Sebaliknya kalo menurunkan harga,
maka pesaing juga ikut menurunkan harga.

2. Diketahui:
Q1 = 200 – 10P
Q2 = 100 – 4P

Ditanya:
a) Gambar dan jelaskan kurva permintaan dan penerimaan marjinal (MR) yang
relevan bagi perusahaan !
b) Pada harga jual berapa pesaing akan bereaksi?

Jawab:
a) Gambar kurva Q1, Q2, MR1, MR2
Q1 = 200 - 10P
• Untuk Q = 0, maka 0 = 200 - 10P
-200 = -10P
−200
P= −10
P = 20 >>> titik pertama di (0, 20)

• Untuk P = 0, maka Q = 200 - 10(0)


Q = 200 >>> titik kedua di (200, 0)

Q2 = 100 - 4P
• Untuk Q = 0, maka 0 = 100 - 4P
-100 = -4P
−100
P= −4
P = 25 >>> titik pertama di (0, 25)

• Untuk P = 0, maka Q = 100 - 4(0)


Q = 100 >>> titik kedua di (100, 0)
Untuk mencari persamaan MR1 dan MR2, ubah dulu persamaan Q ke bentuk P

Q1 = 200 - 10P
10P = 200 – Q (dibagi 10)
P1 = 20 - 0,1Q

TR1 = P . Q
TR1 = (20 - 0,1Q) Q
TR1 = 20Q - 0,1Q²

𝑑𝑇𝑅1
MR1 =
𝑑𝑄
MR1 = 20 - 0,2Q
P = 20 – 0,2Q

• Untuk Q = 0, maka P = 20 – 0,2(0)


P = 20 >>> titik pertama di (0, 20)

• Untuk P = 0, maka 0 = 20 – 0,2Q


-20 = -0,2Q
−20
Q = −0,2
Q = 100 >>> titik kedua di (100, 0)

Q2 = 100 - 4P
4P = 100 – Q (dibagi 4)
P2 = 25- 0,25Q

TR2 = P . Q
TR2 = (25 - 0,25Q) Q
TR2 = 25Q - 0,25Q²

𝑑𝑇𝑅2
MR2 = 𝑑𝑄
MR2 = 25 - 0,5Q
P = 25 – 0,5Q

• Untuk Q = 0, maka P = 25 – 0,5(0)


P = 25 >>> titik pertama (0, 25)

• Untuk P = 0, maka 0 = 25 – 0,5Q


-25 = -0,5Q
−25
Q = −0,5
Q = 50 >>> titik kedua di (50, 0)

Keseimbangan harga pasar tercipta di titik E (Q1 = Q2), dengan harga sebesar
P’ dan jumlah barang Q’
Ketika perusahaan menaikkan harga (di atas P’), maka pesaing tidak bereaksi,
sehingga kurva permintaan yang relevan adalah AE, dan kurva penerimaan
marjinalnya AC. Sebaliknya ketika perusahaan menurunkan harga (di bawah
P’), maka pesaing akan bereaksi, sehingga kurva permintaan yang relevan
menjadi EB dan kurva penerimaan marjinalnya DF.
Sehingga dapat disimpulkan:
Kurva permintaan yang relevan = AEB
Kurva penerimaan marjinal yang relevan = AC & DF >>> ini yg disebut kurva
patah/kinked.

b) Pesaing akan bereaksi pada harga jual di bawah harga pasar (titik E).
Harga pasar terjadi saat Q1 = Q2, maka:
200 - 10P = 100 - 4P
-10P + 4P = 100 – 200
-6P = -100
−100
P= −6
P = 16, 67
Jadi, pada harga di bawah P = 16,67 pesaing akan bereaksi.
3. Dalam ilmu ekonomi, barang publik merupakan barang yang mempunyai sifat non rival
dan non-eksklusif. Barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi
siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk mendapatkannya. Barang publik merupakan barang yang apabila
dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan
barang tersebut. Barang publik mempunyai sifat non-rival dan non-eksklusif.
Barang publik hampir sama dengan barang kolektif. Bedanya, barang publik adalah
untuk masyarakat secara umum (keseluruhan), sementara barang kolektif dimiliki oleh
satu bagian dari masyarakat (satu komunitas yang lebih kecil) dan hanya berhak
digunakan secara umum oleh komunitas tersebut. Contoh: jalan raya merupakan barang
publik, kebanyaknya pengguna jalan tidak akan mengurangi manfaat dari jalan tersebut,
semua orang dapat menikmati dan manfaat dari jalan raya (noneksklusif); dan jalan
raya dapat digunakan pada waktu bersamaan. Istilah barang publik sering digunakan
pada barang yang non-eksklusif dan barang non-rival. Hal ini berarti bahwa tidak
mungkin dapat mencegah seseorang untuk tidak
mengonsumsi barang publik. Dan udara juga dapat dimasukkan sebagai
contoh barang publik karena secara umum tidak mungkin mencegah
seseorang untuk tidak menghirup udara. Barang-barang yang demikian itu sering
disebut sebagai barang publik murni.
Sifat barang publik dibedakan menjadi 2 yaitu: non-eksklusif dan non-rivalitas.
1) Noneksklusivitas. Salah satu sifat yang membedakan barang publik dengan
barang lain adalah apakah orang dapat dikecualikan dari manfaat barang
tersebut atau tidak. Bagi kebanyakan barang pribadi, pengecualian tentu saja
sangat dimungkinkan. Pertahanan nasional merupakan contoh standar. Sekali
suatu angkatan bersenjata dibentuk, setiap orang di suatu negara tersebut
diuntungkan, apakah dia membayar atau tidak. Barang noneksklusif ini dapat
dilawan dengan barang konsumsi pribadi yang eksklusif, seperti mobil atau film
dimana pengecualian-pengecualian merupakan suatu masalah sederhana.
Mereka yang tidak membayar barang pribadi tersebut tidak menerima jasa yang
dijanjikan oleh barang tersebut.
2) Nonrivalitas. Sifat kedua yang menjadi karakter dari barang-barang publik
adalah nonrivalitas. Barang-barang nonrivalitas merupakan barang di mana
manfaatnya dapat diberikan bagi pengguna tambahan dengan biaya marjinal
nol. Pada sebagian besar barang, tambahan jumlah konsumsi membutuhkan
sejumlah biaya produksi marjinal. Misalkan tambahan penonton pada satu
saluran televisi tidak akan menambah biaya meskipun tindakan ini
menyebabkan terjadinya tambahan konsumsi. Konsumsi oleh tambahan
pengguna dari barang semacam itu adalah nonrivalitas atau nonpersaingan
sehingga tambahan konsumsi tersebut membutuhkan biaya marjinal sosial dari
produksi sebesar nol, konsumsi tersebut tidak mengurangi kemampuan orang
lain untuk mengkonsumsi.
4. Kelemahan pemberian subsidi adalah pemerintah harus mengetahui tingkat produksi
yang ditetapkan pabrik tanpa adanya subsidi, analisa statis dan sifatnya jangka pendek
karena tidak memperhatikan kemungkinan bertambahnya jumlah prabrik yang
menimbulkan polusi, timbul distorsi lokasi, tidak dibernarkan secara moral karena
pabrik yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain justru mendapat subsidi.
Kelemahan dari solusi subsidi ini adalah perusahaan atau pabrik nantinya akan lebih
condong melakukan eksternalitas tersebut dikarenakan dengan melakukan eksternalitas
tersebut mereka (perusahaan atau pabrik) akan mendapatkan subsidi dari pemerintah.

5. Eksternalitas (externality) merupakan biaya atau manfaat dari kegiatan ekonomi yang
dialami oleh pihak ketiga yang tidak terkait dengan aktivitas tersebut. Biaya atau
manfaat eksternal tidak tercermin dalam biaya akhir atau manfaat barang atau jasa yang
dihasilkan.
Biaya eksternalitas merugikan orang lain atau lingkungan. Hal tersebut dapat
mengambil bentuk seperti radiasi, polusi sungai atau udara, atau kebisingan.
Masyarakat sekitar harus menderita dan tidak ada kompensasi untuk itu.
Manfaat eksternal adalah efek positif aktivitas ekonomi terhadap pihak lain yang tidak
terlibat langsung. Misalnya, petani lebah yang mendapat manfaat dari petani buah yang
ada di sekitarnya (lebah madu dapat dengan mudah memetik sari dari pohon buah)
tanpa harus membayarnya.

Secara umum, eksternalitas terbagi ke dalam dua kelompok:

1) Eksternalitas negatif

Eksternalitas negatif mewakili konsekuensi negatif dari aktivitas ekonomi


(konsumsi atau produksi) ke pihak ketiga yang tidak terkait. Beberapa
eksternalitas negatif sangat berbahaya seperti limbah, polusi dan pencemaran
lingkungan. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam eksternalitas negatif
antara lain:

• Polusi udara akibat asap kendaraan bermotor atau pabrik yang


menggunakan bahan bakar fosil.

• Polusi air, misalnya, akibat tumpahan minyak kapal tanker. Polusi semacam
ini dapat menghancurkan ekosistem di laut dan mempengaruhi orang-orang
yang tinggal di daerah pesisir.

• Polusi suara, misalnya, akibat kebisingan pesawat. Masyarakat yang tinggal


di dekat bandara besar.

• Merokok menghasilkan efek negatif tidak hanya bagi perokok tetapi tetapi
juga bagi kesehatan orang lain di sekitar perokok (perokok pasif).
2) Eksternalitas positif

Eksternalitas positif merupakan manfaat dari kegiatan ekonomi bagi pihak


ketiga yang tidak terlibat. Meskipun memberikan manfaat, namun eksternalitas
semacam ini juga menciptakan inefisiensi pasar.

Berikut adalah beberapa contoh eksternalitas positif, baik yang terkait dengan
produksi dan konsumsi:

• Riset dan pengembangan. Perusahaan yang menemukan teknologi baru


sebagai hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D)
menciptakan manfaat yang membantu masyarakat secara keseluruhan.
Penelitian semikonduktor misalnya, tidak hanya bermanfaat bagi
produsen semikonduktor, tetapi juga bagi industri telekomunikasi
modern, stereo dan perangkat komputer.
• Pembangunan infrastruktur. Pembangunan jalan dan jaringan
transportasi lainnya bermanfaat bagi mobilitas barang dan orang. Tidak
hanya itu, agen real estat juga mendapatkan keuntungan. Harga real
estat naik karena pembangunan membuat aksesibilitas yang lebih baik.
Agen real estate memperoleh komisi yang lebih tinggi.
• Pendidikan dan pelatihan. Perbaikan sistem pendidikan dan pelatihan
tidak hanya bermanfaat pekerja dan perusahaan. Tetapi, hal itu juga
bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Dengan pendidikan
dan pelatihan yang lebih baik, pekerja mendapat gaji yang lebih tinggi
dan perusahaan dapat meningkatkan produktivitas. Bagi perekonomian,
itu merangsang pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat
pengangguran, peningkatan pendapatan masyarakat, barang lebih murah
dan bervariasi, dan berkurangnya angka kejahatan.
• Vaksinasi. Manfaat tidak hanya bagi orang yang divaksinasi tetapi juga
orang lain karena risiko penularan menurun.

Sumber Referensi:

1) Nasir, Muhammad. Arifin. 2021. Pengantar Ekonomi Mikro (BMP ESPA4111),


Cet. 1. Ed. 3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
2) http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-IV-Teori-Barang-
Publik.pdf
3) http://lib.unnes.ac.id/35850/1/7111415061_Optimized.pdf
4) Cerdas.co. 2022. https://cerdasco.com/eksternalitas/

Anda mungkin juga menyukai