Kasus
Arbitase
A. KASUS
POSISI
:
1. PT.
GO
GREEN
INDONESIA
adalah
sebuah
perseroan
terbatas
yang
didirikan
dan
tundukpada
hukum
Negara
Republik
Indonesia,
beralamat
dan
berkependudukan
di
Jalan
Raya
Kertajaya
Indah
Surabaya,
Kontraktor
Pelaksana
,
selaku
Penyedia
Jasa
(Pemohon)
telah
bekerja
sama
dengan
PPK
DINAS
PEKERJAAN
Surabaya,
Beralamat
dan
berkependudukan
di
Jalan
Raya
Rungkut,
selaku
Pemberi
Kerja
(Termohon).
2. Pada
tahun
2016
Pemohon
Bersama
Termohon
telah
menandatangani
Kontrak
Perjanjian
Kerja
Sama
Pembangunan
Base
Transeiver
Station
(BTS)
Nomer:
01/GG-‐PPK/2016
tanggal
1
Agustus
2016,
dengan
nilai
kontrak
:
Rp
10.000.000.000,-‐
(sepuluh
miliyar
rupiah)
dengan
masa
pembangunan
3
bulan,
terhitung
mulai
tanggal
1
Agustus
2016
sampai
dengan
tanggal
31
Oktober
2016.
3. Pembangunan
BTS
tersebut
telah
di
rencanakan
beberapa
tahun
sebelumnya,
yang
terletak
di
tepi
sungai
dan
tebing,
yang
sewaktu-‐waktu
dapat
terjadi
tanah
longsor
setiap
tahun
akibat
hujan,
oleh
karena
itu
minimnya
sarana
dan
prasarana
untuk
menghadapi
resiko
tanah
longsor,
sehingga
sering
merugikan
masyarakat
yang
hendak
bekerja
atapun
melakukan
kegiatan
kegiatan
usaha
lainya.
4. Pelaksanaan
perjanjian,
terdapat
beberapa
perubahan
teknis
dan
terutama
adanya
peningkatan
turunnya
hujan
dan
dan
tanah
longsor,
yang
menyebabkan
jangka
waktu
pekerjaan
tidak
memenuhi
target
pekerjaannya.
Namun
demikian,
PPK
DINAS
PEKERJAAN
memutuskan
untuk
juga
memberi
kesempatan
penambahan
waktu
dan
anggaran
yang
berujung
dengan
ditandatanganinya
perjanjian
Addendum
ke-‐I
Nomer:
01
Add/GGI-‐PPK/2016
tanggal
1
november
2016
hingga
30
November
2016.
5. Dalam
Addendum
perjanjian
Ke-‐I
Nomer:
01-‐Add/GGI-‐PPK/2016
tertanggal
1
November
2016,
dalam
pasal
12
(1)
mengeni
penyelesaiian
perselisihan
yang
menyatakan:
“(3)
Pperselisihan-‐
perselisihan
lainya
akan
diselesaikan
melalui
Badan
Arbitrase
Nasional
Indonesia
(BANI)”.
6. Pada
perkembangannya
kemudian,
pelaksanaan
pekerjaan
BTS
tidak
dapat
tercapai
sepenuhnya
hingga
tanggal
jatuh
30
November
2016.
Terhadap
keterlambatan
ini
dan
juga
termohon
telah
beberapa
kali
memperingatkan
secara
tertulis
sebanyak
3
(tiga)
kali,
akhirnya
Termohon
memerintahkan
pemberhentian
pekerjaan
hingga
Pemohon.
7.
Meskipun
telah
di
perintahkan
berhenti,
pada
bulan
Desember
2016,
Pihak
pemohon
tetap
melanjutkan
pekerjaan
hingga
selesai
dan
berfungdi
tanpa
ada
ikatan
kontrak
dengan
Termohon.
Tindakan
Pemohon
ini
dilakukan,
oleh
karena
Pemohon
merasa
memiliki
tanggung
jawab
moral
kepada
masyarakat,
juga
oleh
karena
Pemohon
berpendapat,
tindakan
melanjutkan
pekerjaan
ini
yg
diketahui
juga
oleh
Termohon,
dilakukan
karena
pekerjaan
yang
telah
dilaksanakannya
hanya
tinggal
tahap
finising
akhir
saja.
8. Pekerjaan
finising
tanpa
ikatan
kontrak
ini,
dapat
di
selesaikan
Pemohon
dalam
jangka
waktu
1
(satu)
bulan
(Akhir
Desember
2016).
Dengan
selesainya
pembangunan
BTS
tersebut,
Pemohon
kemudia
meminta
biaya
ganti
rugi
kepada
Termohon
untuk
pekerjaan
yang
telah
dilaksanakannya
sebesar
Rp
1.500.000.000,-‐
(satu
milyar
lima
ratus
juta
rupiah).
9. Termohon
menolak
memberi
ganti
rugi
kepada
Pemohon.
Maka
setelah
5
(lima)
kali
upaya
negoisasi
atau
musyawarah
gagal,
Pemohon
mengajukan
permohonan
mengadakann
Arbitrase
kepada
BANI.
10. Bahwa
mengenai
tuntutan
yang
dilaksanakan
oleh
Pemohon
dalam
menyelesaikan
pembangunan
BTS
ini
kepada
Termohon
untuk
membayar
ganti
rugi
pekerjaannya
adalah
:
a. Pekerjaan
finising
yang
dilakukan
selama
satu
bulan
yaitu
sebesar
Rp.
1.500.000.000,-‐
(satu
milyar
lima
ratus
juta
rupiah)
b. Kerugian
material
maupun
moril
sebesar
Rp
2.000.000.000,-‐
(dua
milyar
rupiah)
c. Biaya
konsultan
hukum
dan
perencana
sebesar
Rp
200.000.000,-‐
(dua
ratus
juta
rupiah)
B. PETUNJUK
Apa
bila
saudara
sebagai
kuasa
hukum
Pemohon
dan
Termohon,
maka;
1. Pelajaran
secara
mendalam
kasus
posisi
tersebuat
di
atas
setara
hal-‐hal
apa
saja
yang
harus
diperhatikan
oleh
saudara
dalam
mempelajari
kasus
tersebut;
2. Buatlah
surat
Pemohonan
mengadakan
Arbitrase
beserta
argumentasi
hukum
di
dalamnya;
3. Buatlah
surat
Jawaban/Tanggapan
Termohon
beserta
argumentasihukum
didalamnya;
4. Kemudian,
masing-‐masing
kuasa
hukum
melakukan
prestasi
pemaparan
dan
klarifikasi
argumen
hukum
masing-‐masing
pihak
dalam
simulasi
persidangan
Arbitrase.
Catatan
:
Pemberian
alamat
serta
informasi
lain
dalamdontoh
kasus
ini
hanya
untuk
keperluan
memudahkan
dalam
pemahaman
terhadap
contoh
kasus
dalam
rangka
pendidikan
pelatih
Arbitrase.