Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARI’AH
2022
2. Dewan Perwakilan Rakyat
Ditinjau dari segi tata cara pembentukannya Bab VII tentang Dewan
Perwakilan Rakyat Pasal 19, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22A dan
Pasal 22B pada Perubahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 200365 yang kemudian diubah dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 20091, dan terakhir dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 2 yang telah diubah dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 3, dinyatakan bahwa anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui Pemilihan Umum dan susunan Dewan
Perwakilan Rakyat diatur dengan Undang-Undang. Adapun susunan dan keanggotaan
1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusya
waratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Per
wakilan Rakyat Daerah, diundangkan pada tanggal 29 Agustus 2009, diumumkan ke dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5043.
2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Per
musyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, diundangkan pada tanggal 5 Agustus 2014, diumumkan ke
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568.
3
Adapun substansi perubahannya terkait dengan Pasal 74 Ayat (3), Ayat (4), Ayat (5),
serta Ayat (6) yang dihapus, Pasal 97 Ayat (2) yang diubah bunyinya, Pasal 98 Ayat (7),
Ayat (8) dan Ayat (9) dihapus, Pasal 104 Ayat (2) yang diubah bunyinya, Pasal 109 Ayat (2)
yang juga diubah bunyinya, Pasal 115 Ayat (2) yang juga diubah bunyinya, Pasal 121
Ayat (2) yang juga diubah bunyinya, Pasal 152 Ayat (2) yang juga diubah bunyinya,
diantara Pasal 425 dengan Pasal 426 disisipkan Pasal 425 A dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014. Lihat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor
42 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, diundangkan
pada tanggal 15 Desember 2014, diumumkan ke dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 383 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5650.
Dewan Perwakilan Rakyat dapat dikaji dari rumusan Pasal 19 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 16 dan Pasal 17 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003, Pasal 67 dan Pasal 74 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009, serta Pasal 67, Pasal 68 dan Pasal 76
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014, bahwa Dewan
Perwakilan Rakyat merupakan lembaga Negara yang terdiri atas anggota partai politik
peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan
umum, yang berjumlah lima ratus lima puluh orang pada Undangundang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 dan menjadi lima ratus enam puluh dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 dan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014, yang kemudian diresmikan keanggotaannya dengan
Keputusan Presiden, serta berdomisili di ibukota negara Republik Indonesia.
b) Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil
ketua;
a. memimpin sidang Dewan Perwakilan Rakyat dan menyimpulkan hasil sidang untuk
diambil keputusan;
4
Lihat dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat I, op.cit., hlm. 131-133
g. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh Dewan
Perwakilan Daerah terhadap pelaksanaan Undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, pajak pendidikan, dan agama;
k. Memberikan persetujuan calon hakim Agung yang diusulkan Komisi yudisial untuk
ditetapkan sebagai hakim Agung oleh Presiden
L. Memilih tiga orang calon anggota hakim Konstitusi dan mengajukannya kepada
Presiden untuk ditetapkan Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk
mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan
pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi Memberikan persetujuan kepada
Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan
negara lain, serta membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara dan/atau pembentuk undang-undang Menyerap, menghimpun, menampung
dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
kan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-
undang;
l. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta besar dan
menerima penempatan duta besar negara lain;
p. memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden
q. memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk
diresmikan dengan keputusan Presiden
j. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta besar dan
menerima penempatan duta besar negara lain;
n. memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk
diresmikan dengan keputusan Presiden.
h. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undang-undang. Adapaun hak dan
kewajiban Dewan Perwakilan Rakyat ditegaskan dalam Pasal 27 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 22
a. interpelasi
b. angket
c. menyatakan pendapat
5
Lihat dalam Pasal 77 Ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2009 yang berbunyi,”Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara“.
6
Lihat dalam Pasal 77 Ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2009 yang berbunyi,”Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan
suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan“.
7
Lihat dalam Pasal 77 Ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2009 yang berbunyi,”Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan
suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,
strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan“.
Pasal 79 Ayat (2)8, Ayat (3)749 maupun pada Pasal 79 Ayat (4)10 Undangundang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014. Secara terperinci, ketiga hak tersebut juga
dijabarkan baik pada Bagian Kesepuluh Pelaksanaan Hak Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 173 sampai dengan Pasal 176 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2009 tentang Hak Interpelasi, kemudian Pasal 177 sampai dengan Pasal 183
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Hak Angket serta
Pasal 184 sampai dengan Pasal 189 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2009 tentang Hak Menyatakan Pendapat, dan pada Pasal 194 sampai dengan
Pasal 198 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 mengenai Hak
Interpelasi, Pasal 199 sampai dengan Pasal 209 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Hak Angket, serta Pasal 210 sampai dengan Pasal 216
8
Lihat dalam Pasal 79 Ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2014 yang berbunyi,”Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara“.
9
Lihat dalam Pasal 79 Ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2014 yang berbunyi,”Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara“.
10
Lihat dalam Pasal 79 Ayat (4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2014 yang berbunyi, ”Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c adalah hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk menyatakan pendapat atas: a. kebijakan
Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia
internasional; b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3); atau c. dugaan bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan
tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.“.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 khusus mengenai Hak
Menyatakan Pendapat.
Perwakilan Rakyat mempunyai hak anggota yang dapat disimak dalam kutipan
berikut:
b. mengajukan pertanyaan
e. membela diri
f. imunitas
g. protokoler
a. mengamalkan Pancasila
i. menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
j. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain;
Tata cara pembentukan Dewan Perwakilan Daerah yang merupakan salah satu
Lembaga Negara baru pasca Amandemen Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 194511, dapat dillihat pada Bab VII A tentang Dewan Perwakilan
Daerah pada Pasal 22C dan Pasal 22D Perubahan Undang-Undang Dasar Tahun
1945. Di samping itu, terdapat peraturan perundang undangan nasional terkait
dengan Dewan Perwakilan Daerah, yakni melalui Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 200312, yang kemudian diubah dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 200913, dan terakhir dalam Undang undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014.14
11
Baca dalam Mahkamah Konstitusi, 2010, Naskah KoMajelis Permusyawaratan
Rakyatehensif Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Buku II
Lembaga Perwakilan, Cetakan Pertama, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia, hlm. 13-16.
12
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, diundangkan pada tanggal 31 Juli 2003, diumumkan ke dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4310.
13
Nomor 92 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310. Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Per musyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, diundangkan
pada tanggal 29 Agustus 2009, diumumkan ke dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 123 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043.
14
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Per
musyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, diundangkan pada tanggal 5 Agustus 2014, diumumkan ke dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5568.
Adapun dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indo nesia Tahun
1945 maupun pada Undang-Undang Republik Indo nesia Nomor 22 Tahun 2003 15,
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 200916, serta Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 201417 dinyatakan bahwa Anggota
Dewan Per wakilan Daerah dipilih dari setiap Provinsi melalui Pemilihan Umum.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap Provinsi jumlahnya sama. Jumlah
seluruh Dewan Perwakilan Daerah tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat. Selain itu, ditentukan pula bahwa Dewan Perwakilan
Daerah bersidang sedikit nya sekali dalam setahun. Segala hal perihal susunan dan
kedudu kan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan Undang-Undang.18
Adapun susunan dan keanggotaan Dewan Perwakilan Daerah dapat dikaji dari
rumusan Pasal 22C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Pasal 32, Pasal 33 dan Pasal 40 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2003, Pasal 222 dan Pasal 227 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2009, serta Pasal 246, Pasal 247 dan Pasal 252 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014. Disebutkan bahwa Dewan Perwakilan
Daerah merupakan lembaga Negara yang terdiri atas wakil-wakil daerah Provinsi
yang dipilih melalui pemilihan umum, dimana Anggota Dewan Perwakilan
Daerah tersebut berasal dari setiap Provinsi ditetapkan sebanyak empat orang,
dimana jumlah seluruh Anggota Dewan Perwakilan Daerah tidak melebihi dari
1/3 (sepertiga) dari jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, yang kemudian
keanggotaannya diresmikan dengan Keputusan Presiden, berdomisili di daerah
pemilihannya dan selama bersidang bertempat tinggal di ibukota negara Republik
Indonesia, dan dengan masa jabatan 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota
Dewan Perwakilan Daerah yang baru mengucapkan sumpah/janji.19
15
Baca lebih lanjut terkait dengan Bab IV Dewan Perwakilan Daerah pada Pasal 32 dan Pasal
33 pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
16
Baca lebih lanjut dalam Bab IV Dewan Perwakilan Daerah pada Pasal 221 dan Pasal 227
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 Majelis Permusya waratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
17
Baca lebih lanjut dalam Bab IV Dewan Perwakilan Daerah pada Pasal 246 dan Pasal 252
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
18
Baca dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat I, op.cit., hlm. 139.
19
Perihal masa jabatan telah ditegaskan dalam ditambahkan dalam Pasal 227 Ayat (5)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 maupun Pasal 252 Ayat (5) Undang-
undang Republik Indonesia. Baca lebih lanjut dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27
Berkaitan dengan pimpinan Dewan Perwakilan Daerah, di sebutkan dalam
Pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 bahwa:
1) Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah terdiri atas seorang ketua dan sebanyak-
banyaknya dua orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota Dewan
Perwakilan Daerah dalam Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah.
2) Selama Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana di maksud pada
ayat (1) belum terbentuk, Dewan Perwakilan Daerah dipimpin oleh Pimpinan
Sementara Dewan Perwakilan Daerah.
3) Pimpinan Sementara Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas seorang ketua sementara dan seorang wakil ketua
sementara yang diambilkan dari anggota tertua dan anggota termuda usianya.
4) Dalam hal anggota tertua dan/atau anggota termuda usianya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berhalangan, sebagai peng gantinya adalah anggota
tertua dan/atau anggota termuda berikutnya.
5) Ketua dan wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah diresmikan dengan
Keputusan Dewan Perwakilan Daerah.
1) Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2
(dua) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Dewan Perwakilan
Daerah dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Daerah.
2) Dalam hal pimpinan Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) belum terbentuk, Dewan Perwakilan Daerah dipimpin oleh pimpinan
sementara Dewan Perwakilan Daerah.
Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Per wakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, di undangkan pada tanggal 29 Agustus 2009,
diumumkan ke dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
20
Nomor 5043 dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, diundangkan pada tanggal 5 Agustus 2014, diumumkan ke dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5568.
3) Pimpinan sementara Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas 1 (satu) orang ketua sementara dan 1 (satu) orang wakil
ketua sementara yang merupakan anggota tertua dan anggota termuda usianya.
4) Dalam hal anggota tertua dan/atau anggota termuda sebagai mana dimaksud
pada ayat (3) berhalangan, sebagai penggantinya adalah anggota tertua
dan/atau anggota termuda berikutnya.
5) Ketua dan wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah diresmikan dengan
keputusan Dewan Perwakilan Daerah.
6) Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah sebelum memangku jabatannya
mengucapkan sumpah/janji yang teksnya sebagai mana dimaksud dalam Pasal
229 (dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009) atau Pasal 258 (dalam
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014) yang dipandu oleh Ketua
Mahkamah Agung.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tata cara pelaksa naannya diatur
dalam Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dirumuskan
dalam Pasal 38 Ayat (2) Undang undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2003, Pasal 236 Ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2009, dan Pasal 261 Ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2014.
Berkaitan dengan kedudukan dari Dewan Perwakilan Daerah, ditentukan
dalam Pasal 40 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003, Pasal
222 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009, maupun Pasal
247 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014, bahwa Dewan
Per wakilan Daerah merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan
sebagai lembaga negara.
Terkait dengan tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Daerah, hal ini
ditentukan dalam Pasal 42 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2003:
a. bertanya;
b. menyampaikan usul dan pendapat;
c. memilih dan dipilih; d. membela diri;
d. imunitas;
e. protokoler, dan
f. keuangan dan administratif.
a. mengamalkan Pancasila;
b. melaksanakan Undang-undang Dasar negara RI tahun 1945 dan mentaati
segala peraturan perundang-undangan;
c. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara
kesatuan RI;
e. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;
f. menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat dan daerah;
g. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan;
h. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan
daerah pemilihannya;
i. menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah; dan
j. menjaga etika dan moral adat daerah yang diwakilinya.
21
Lihat dalam Ni’matul Huda, op.cit., hlm. 193.
terjadinya Amandemen terhadap Undang-undang Dasar Tahun 1945.22 Oleh
karena itu, lembaga kepresiden lazim disebut sebagai masa "executive heavy”.23
Dalam hal ini, penting untuk mengkaji bagaimana dalam Aman demen
tersebut, terjadi perubahan terkait cara pengisian jabatan kepresidenan. Dimana
dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945, lembaga kepresidenan menjadi satu-
satunya lembaga Negara yang tidak dipilih secara langsung namun melalui
22
Hanya dirumuskan terkait lembaga kepresidenan hanya pada Bab III Kekuasaan
Pemerintahan Negara pada Pasal 4 Ayat (1) dan Ayat (2), Pasal 5 Ayat (1) dan Ayat (2), Pasal 6 Ayat
(1) dan Ayat (2), Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, hingga Pasal
15 Undang-undang Dasar Tahun 1945. Baca lebih lanjut dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat 1,
op.cit., hlm. 20-24.
23
Baca dalam Jimly Asshidiqie III, op.cit., hlm. 25-55.
24
Baca lebih dalam Ni'matul Huda, op.cit., hlm. 225-235.
25
Baca dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat I, op.cit., hlm. 59-66.
26
Baca dalam Jimly Asshidiqie IV, op.cit., hlm. 289-293.
27
Baca lebih lanjut dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat I, op.cit., hlm. 83-102.
Majelis Permusya waratan Rakyat.28 Setelah Perubahan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, ditentukan dalam Pasal 6 Ayat (1)29 bahwa Calon Presiden dan Calon
Wakil Presiden harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
menghianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Adapun syarat syarat
untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden yang diatur lebih lanjut melalui
Undang-Undang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 200330 maupun Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 200831 menjadi hukum positif terkait
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
28
Baca dalam Bagir Manan, 1999, Lembaga Kepresidenan, Cetakan Pertama, Jakarta:
Gramedia Widiasarana, hlm. 35-60.
29
Lihat dan bandingkan dengan Pasal 6 Ayat (1) Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pra-
Amandemen dan baca lebih lanjut penjelasannya dalam Jimly Asshidiqie, 2010, Komentar atas Pasal-
pasal Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Cetakan Pertama, Jakarta: Sinar
Grafika, hlm. 138-140.
30
Baca dalam Pasal II Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pasal 6 Undang undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003. Lihat lebih lanjut dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, diundangkan
pada 31 Juli 2003, diumumkan ke dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 93.
31
Baca lebih lanjut dalam Bab III Persyaratan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dan
Tata Cara Penentuan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pasal 5 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2008. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, diundangkan pada 24 November 2008, diumumkan ke
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4924.