Anda di halaman 1dari 15

Didunia ini kekuatan adalah segalanya. Lebih berharga dari emas, lebih berarti dari kekuasaan.

Cloe.

Kekuatan mutlak yang berasal dari dalam diri semua makhluk, kekuatan yang menjadi dasar dari
seluruh sihir diatas permukaan dunia. Kekuatan yang menjadi ambisi setiap makhluk hidup.

Peperangan demi mendapat kekuatan terbesar pecah dimana mana, merusak ketenangan dunia.

Keserakahan akan kekuatan menjadikan mereka gelap mata, membunuh satu sama lain demi
kekuatan.

Semua larut dalam kegelapan, hingga puncaknya terjadi saat itu.

Perang antar ras terbesar yang pernah terjadi didunia. Perang antara manusia dan Elf serta beberapa
ras lainnya. Kedua ras terbesar didunia itu berselisih demi kekuatan yang besar. Saling bunuh
diantara mereka. Membuat dunia semakin jauh dari cahaya.

‘Drap drap drap’

Seseorang berlari cepat membelah hutan, matanya menatap lurus kedepan. Ujung jubah coklatnya
melambai dibelakang seiring dengan langkah cepatnya.

Nafas nya terdengar berat karena sudah cukup lama ia berlari, bulir bulir keringat turun dari
dagunya, bersinar kecil saat diterpa cahaya mentari.
Tiba tiba tanpa sebuah peringatan sebuah anak panah melesat kearahnya, tepat menuju wajahnya.
Matanya melebar saat menyadari anak panah itu kini hanya berjarak 30 cm dari wajahnya.

‘Crassh’

Beruntung ia berhasil menghindar di detik terakhir, ia berguling kesamping, tak dapat menjaga
keseimbangan tubuhnya hingga punggungnya berbenturan dengan sebuah pohon besar.

Anak panah itu melesat melewati tepi wajahnya, menggores tudungnya hingga robek lalu menancap
di sebuah pohon dengan keras.

Tudungnya merosot turun hingga menampakkan wajah nya. Sosok laki laki bersurai hitam dengan
mata onyx yang dengan tajamnya berkeliling menatap sekitar, mencari sosok yang mengarahkan
anak panah itu padanya.

Ia berdiri, punggungnya sedikit nyeri.

“Siapa?”

Tak lama kemudian, muncul segerombol Goblin dengan berbagai senjata berlari dengan brutal
kearahnya.

Laki laki itu menghela nafas, lalu meraih sesuatu dari balik jubahnya. Sebuah busur panah perak
terlipat ditangannya, dengan sekali hentakan kecil busur itu terbuka, memanjang hingga 1 meter.

“Jangan bercanda yaa..” ia bersiap dengan kuda-kudanya, menggenggam busurnya dengan tangan
kiri lalu mengarahkannya kedepan. Matanya menyipit, menatap segerombolan Goblin yang tengah
berlari kearahnya.

‘Wushh’

Dalam sekejap ia sudah berdiri dibelakang gerombolan Goblin itu, melewati mereka dengan cepat.

“Raindrop..” gumamnya pelan.


Dan kemudian ratusan anak panah berbentuk energi biru jatuh dari langit, menghujani mereka
semua.

“GRAAAA!!!”

Laki laki itu kembali menghela nafasnya. Namun dari sisi kiri sosok Goblin yang lebih besar muncul
dengan tiba-tiba sambil mengayunkan kapak besarnya.

Tak ada kesempatan untuk menghindar.

Tapi sedetik sebelum kapak itu menyentuhnya seseorang datang dan menebas Goblin itu.

‘Jraaashh!!’

Laki laki itu menoleh, mendapati sosok gadis berambut coklat dengan zirah perak berdiri
disebelahnya sambil mengayunkan pedangnya lalu kembali menyimpannya di pinggangnya.

Laki laki itu kembali menghela nafas.

“Haaa.. Aku beruntung”

“Sekali lagi lengah, kau akan mati” ucap gadis berzirah itu dengan dingin. Namun tak sempat kembali
membuka mulutnya, gerombolan Goblin yang lain datang.

Mereka berdua segera bersiaga.

‘Jraasshh’

Datang sosok lainnya yang kini menghabisi semua gerombolan Goblin itu dengan sekali tebas. Gadis
itu menggenggam dua buah pedang pendek dikedua tangannya, memutarnya lalu
mengembalikannya ketempat dibelakang pinggangnya.
‘Tap’

Sosok lain datang, kini seorang laki laki dengan wajah lelah. Nafas nya berat karena berlari.

“Kalian.. Berlari.. Hoshh.. Cepat sekali hahh”

“Kau yang lamban..” ucap sang pemegang busur. Ia kembali melipat busurnya kemudian
mengembalikannya kedalam jubah.

“Kau tau.. Hoshh.. Dalam Dimshin ini adalah..” belum sempat ia menyelesaikan kata katanya
seseorang memotongnya.

“Tak ada waktu untuk bicara, kita harus cepat menyusul mereka..” gadis berambut coklat itu
melangkah kedepan, menatap gadis lain didepannya.

“Iro, tunjukkan jalannya..”

Gadis berambut ungu gelap itu mengangguk kecil lalu melompat keatas pohon. Diikuti oleh ketiga
temannya dibelakang.

Padang rumput yang luas terhampar ditepi hutan, warna hijau rerumputan terlihat sejauh mata
memandang, kini rusak oleh sekelompok besar monster yang berjalan dengan hentakan kaki yang
menggema. Cicitan Goblin terdengar nyaring dibarisan depan, dibelakang hentakkan kaki kelompok
Golem meninggalkan jejak yang cukup dalam di tanah, merusak bunga-bunga yang sedang
bermekaran.

Raungan Ogre memekakan telinga saat melihat empat sosok berjubah beberapa meter didepan
mereka. Cicitan para Goblin terdengar makin ramai, sedangkan para Golem menghentakkan gada
raksasanya ketanah, membuat bumi seakan bergetar.

Berdiri diatas sebuah tebing yang tak terlalu tinggi, keempat sosok berjubah hitam itu menatap
gerombolan besar monster yang tengah melihat kehadiran mereka.
“Hei hei.. Apa itu delegasi dari kerajaan Gurokken?” tanya salah satu dari keempat sosok berjubah
disana.

Sosok berjubah hitam lain yang berdiri disebelahnya beralih menatapnya. Lalu dengan suara yang
tenang ia berkata.

“Apa kau bodoh? Bagaimana gerombolan besar dengan perlengkapan perang lengkap itu kau sebut
dengan delegasi?”

“Setidaknya ada seribu dari mereka” ucap sosok berjubah dengan sebuah tongkat besi berkepala
kristal biru dipunggungnya. Ia meletakkan tangannya dibawah dagunya.

“Hn..” gumam yang lain, sosok dengan wajah paling tenang disana. Ia hanya menatap gerombolan
besar monster itu dengan tatapan datar.

GROAAAAAARR!!!

Raungan besar gerombolan monster itu memekakkan telinga. Sedetik kemudian monster monster
itu berlari menerjang mereka bersamaan dengan suara yang terdengar seperti terompet yang ditiup
Goblin.

“Mereka datang..” ucap si datar itu tanpa nada yang berarti. Ia masih tenang seperti biasanya.

“Haaa.. Jadi bagaimana?” tanya sosok berjubah dengan sebuah pedang besar dipunggungnya.

“Akan sangat berbahaya jika monster dengan jumlah besar seperti ini berkeliaran ke area penduduk”

“Itu terserah ketua..” ucap sosok lain disampingnya, ia menyibakkan bagian bawah jubah nya,
memperlihatkan dua buah pedang dipinggangnya.

“Tapi jika boleh, biar aku saja yang menghabisi mereka”

“Hei hei!! Itu bagianku!! Aku tak terima jika hanya kau yang turun!” bantah sosok berpedang besar
itu dengan nada kesal.
Si pemilik dua pedang itu meliriknya. Lalu tersenyum meremehkan.

“Aku khawatir jika kau yang turun, orang bodoh sepertimu bisa saja mati dalam sekali serang”

“APA KATAMU!!”

“Hei, bisakah kalian berdua diam, mereka semakin dekat” ucap si datar itu tanpa minat yang berarti
dalam suaranya. Sedangkan gerombolan monster itu semakin mendekat.

“Hahh.. Jumlah mereka setidaknya ada seribu, jika kalian maju sendirian.. Aku yakin kemungkinan
kalian menang akan sangat kecil” ucap sang pembawa tongkat besi itu.

“JADI APA RENCANA MU, KETUA SIALAN!! SEJAK TADI KAU HANYA DIAM DISITU HAHH” si pedang
besar menunjuk-nunjuk pembawa tongkat besi yang ia panggil ketua.

“Kita lakukan seperti biasa...” ucap sang ketua yang tiba-tiba memasang wajah serius. Ketiga
temannya tersenyum, lalu ikut menunjukkan wajah serius mereka, menatap tajam gerombolan
monster yang hampir sampai ketempat mereka.

Sang ketua mundur perlahan, mengambil tempatnya dibelakang ketiga temannya. Lalu menatap
tajam kedepan. Ia meraih tongkatnya, lalu mengarahkannya kedepan. Ia memejamkan matanya.

“Monster tipe menengah, perkiraan jumlah mereka adalah 1000 pasukan dengan perlengkapan
perang lengkap”

Ia kembali membuka matanya, lalu dengan tenang dia merapal mantra.

“Shaxu iie gyu nex houn de riato~”

Seketika permata biru di ujung tongkatnya bersinar. Begitu juga tubuh ketiga temannya.

“CROWN OF LIGHT: JEANNE DE ARC!!”

“Udzaa, serang sisi kiri. Habisi Golem sebanyak yang kau bisa.” Ucap sang ketua. Si pedang besar itu
menyeringai kecil, lalu menggenggam pegangan pedangnya.
“Aku membara..” ucapnya tetap dengan seringainya.

“Goblin adalah bagian dari mereka dengan jumlah terbanyak. Lian, habisi mereka dengan cepat,
begitu juga dengan pemanah yang dibelakang mereka” ucap sang ketua lagi.

Kali ini sang pemilik empat pedang, ia kembali menyibakkan jubahnya, memperlihatkan kedua
pedangnya yang mulai berpendar kebiruan.

“Kuselesaikan dalam 5 menit” ucapnya dengan senyuman kecilnya.

“Nia, kau urus sisanya.. Pukul mundur semuanya” ucap sang ketua sekali lagi.

Si datar ikut menyibakkan jubahnya. Ia meraih Glove dibelakang pinggangnya lalu mengenakkannya.
Glove itu berpendar kemerahan.

“Izin kan aku menghantam semuanya, termasuk dua orang bodoh ini..” ucapnya datar yang
membuat kedua temannya itu kesal.

“Khu khu.. Lakukanlah jika memang perlu”

Dan kemudian bersamaan dengan raungan besar gerombolan monster itu. Mereka bertiga
melompat turun dari tebing. Menyerbu pasukan besar itu.

Drap.. Drap.. Drap..

Kembali kedalam hutan. Keempat sosok lain tengah berlari menyusuri hutan lebat itu. Salah satu dari
mereka, seorang gadis dengan jubah hitam melompat dari pohon ke pohon, memimpin teman
temannya.

“Bagaimana Iro?” ucap gadis berzirah perak yang tengah berlari. Mantel merah dibelakang
punggungnya berkibar terkena angin saat ia berlari.

“Tepat 100 meter didepan kita..” ucap gadis berjubah hitam yang dipanggil Iro itu.
“Tinggal sedikit lagi..” gumam gadis berzirah itu.

“Aku merasakan tekanan Cloe yang cukup kuat..” ucap laki-laki berjubah hitam yang berlari
disampingnya.

“Mungkinkah ini..”

“Yaa.. Mereka sedang bertarung..” ucap sosok lain yang baru saja bergabung dengan mereka.

“Kevin!!” pekik Iro terkejut, saat melihat sosok yang dipanggil Kevin itu tiba-tiba ada disampingnya,
ikut melompat dari pohon ke pohon.

“Hoo.. Kau datang juga..” ucap laki-laki yang berlari di belakang gadis berzirah itu.

Kevin melirik sekilas laki-laki itu, kemudian kembali menatap kedepan.

“Kau terlihat kelelahan Dim..” ucap Kevin sambil terkekeh pelan.

“Apa aliran mu itu tak pernah menganjurkan anggotanya untuk berlari?”

“APA YANG KAU MAKSUD ITU SIAL!!” teriaknya kesal sambil menunjuk nunjuk Kevin yang terkekeh
diatas sana.

“KAU JUGA JANGAN IKUT TERTAWA KEPARAT!!”

“Khukhu.. Aku perlu sedikit hiburan, kau tau..” ucap laki laki berjubah hitam yang berlari didepannya.

“Bagaimana keadaan disana?” tanya gadis berzirah itu pada sosok Kevin diatas sana.

“Semua sudah terkendali, Faruq berhasil memenangkan hati Penguasa” ucapnya dengan nada riang,
mengingat bagaimana cara Faruq bernegosiasi dengan Penguasa. Cukup membuatnya tertawa.

“Karena itu aku segera menyusul kalian, kudengar pertemuan itu hanya jebakan?”

“Ya.. Semua itu hanya jebakan, tekanan Cloe ini buktinya” ucap gadis berzirah itu kemudian.
“Tak mungkin mereka mengeluarkan tekanan Cloe sebesar ini jika itu hanya sebuah pertemuan”

Mereka semua terdiam, tak ada yang bicara. Mereka fokus dengan langkah kaki mereka, berusaha
secepat mungkin sampai ketempat tujuan. Setidaknya sebelum laki-laki berjubah dibelakang
membuka mulutnya.

“Emm.. Bicara tentang pertemuan itu, aku lupa memberitahu kalian” ucapnya. Semua orang yang
ada disana memasang telinga mereka.

“Aku bertemu seseorang yang melihat segerombolan monster dengan perlengkapan perang lengkap,
berjalan menuju padang rumput disana..”

DEG!

Mata mereka semua membelalak saat mendengar perkataan laki-laki itu. Gadis berzirah itu lebih
dulu mengangkat suara.

“Apa maksudmu!? Segerombolan monster?”

“I-iya.. Ia melihatnya, kurang lebih sekitar 1000 dari mereka..”

“APA!?”

“A-ada apa?”

“Padang rumput itu tempat pertemuan yang sedang kita tuju..” jelas Kevin sambil menepuk
keningnya.

“Dasar bodoh!! Kenapa tidak katakan sejak tadi!!” ucap laki-laki berjubah yang berlari didepannya.

“SUDAH KU BILANG AKU LUPA!! MANA KU TAU JIKA PADANG RUMPUT ITU TEMPAT
PERTEMUANNYA..” teriak laki-laki itu kesal karena disebut bodoh.
“Sial.. Jadi itu jebakannya..” gumam Kevin. Ia tak menyangka hal ini akan terjadi.

“Iro.. Berapa jauh lagi?”

“Tidak jauh, ada diujung sana.. Jalan keluar hutan tepat mengarah ke padang rumput” jelas Iro
sambil menunjuk kedepan.

“Aku tak percaya ini.. Pasukan monster dengan jumlah 1000? Cih..” laki laki berjubah itu meraih
busur dibalik jubahnya, kemudian merentangkannya.

“Aku lebih memilih Dimas ditawan Goblin daripada ketua mati”

“TUTUP MULUT KEPARAT MU ITU ZAYNNNN!!!” laki-laki yang dipanggil Dimas itu kembali berteriak
kesal.

“Jangan banyak bicara.. Kita harus cepat” ucap Kevin yang melompat lebih cepat ke dahan pohon
lainnya. Sedangkan gadis berzirah yang berlari ditengah itu hanya menyeringai kecil.

“Ada apa dengan kalian ini..” semua mata menatapnya saat ia bicara. Sedangkan dirinya tetap
menatap lurus kedepan dengan seringai itu di wajahnya.

“Ingat ini baik baik, dalam keadaan apapun, jangan pernah meremehkan keempat orang itu..”

Gadis berzirah itu tersenyum lagi tepat ketika mereka -akhirnya- keluar dari hutan. Sampai disebuah
tebing yang tak terlalu tinggi yang menghadap langsung kearah padang rumput.

Sraaaak..

Tap.. Tap..

Mereka berhenti disana, tepat diujung tebing. Menatap tak percaya dengan apa yang kini ada
didepan mereka.
Padang rumput yang semula hijau, kini tertutupi oleh ribuan mayat monster.

“Apa-apaan ini..” ucap Kevin.

“Sepertinya sudah selesai..” gadis berzirah itu tersenyum. Ia melihat sekeliling, menendang mayat
Goblin yang ada di kakinya.

“Sudah kubilang bukan, jangan pernah meremehkan mereka..”

“Lalu dimana mereka?” tanya Zayn yang sedang mengangkat Goblin mati dengan tangannya.

Sedetik kemudian terdengar teriakan dari kejauhan, teriakan keras yang sudah mereka hafal.

“OYYYY!!”

Dibawah sana, diantara ribuan mayat monster, empat sosok berjubah hitam berdiri disamping
mayat Golem yang cukup besar. Salah satu diantaranya melambaikan tangannya kearah mereka.

“Itu mereka..” ucap Iro.

“Ayo ke sana” gadis berzirah itu melompat turun dari tebing, yang kemudian diikuti oleh keempat
temannya.

.
.

“Jadi kalian datang..” sang ketua berdiri dari posisi duduknya, melihat kelima temannya yang baru
saja tiba.

“Jadi.. Ada apa?” tanyanya dengan nada bodoh.

“..” gadis berzirah itu diam sampai Zayn menyela.

“Kak Noey, boleh aku panah kepala orang ini?” ucapnya datar. Sedangkan sang ketua menunjukkan
ekspresi bodohnya.

“Eh eh.. Kenapa ini?” ucapnya panik.

“Jelas sekali kalian khawatir pada kami..” ucap Nia yang masih duduk disamping mayat Golem besar
itu.

“Kalian mendapat informasi tentang jebakan, lalu segera pergi kesini..”

“Hoo.. Jadi kau juga mengkhawatirkanku yaa” ucap Udzaa sambil tersenyum lebar kearah gadis
berzirah itu.

“Hei hei.. Siapa juga yang mengkhawatirkan..” perkataan Kevin terputus saat tiba-tiba gadis berzirah
itu memotongnya.

“Ya, aku khawatir dengan keadaan kalian..” ucapnya sambil tersenyum. Udzaa baru saja ingin
tertawa saat mendengarnya, namun gadis itu kembali meneruskan ucapannya.

“Kecuali kau tentunya..” ucapnya melanjutkan sambil tetap tersenyum.

“Heee.. Kau jahat sekali Kak Noey!!!!” Udzaa berteriak frustasi.

Sedetik kemudian semua nya terdiam saat seekor bebek meluncur turun dari langit dengan suaranya
yang melengking. Bebek itu bertengger di tangan Noey, kemudian menyerahkan sebuah perkamen
kepadanya.

Noey membacanya sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya kearah teman temannya.

“Dari Faruq..” ucapnya.


“Yaa.. Kami tau, siapa lagi orang bodoh yang menggunakan bebek sebagai pengantar surat” ucap
Udzaa yang kemudian di-iyakan oleh yang lain.

“Apa yang dia katakan?”

“Pemimpin kerajaan Elf sudah datang, sang Penguasa meminta ketua untuk menjadi penghubung
kedua belah pihak” ucap Noey yang membaca isi perkamen itu sekali lagi.

“Aku?” ucap sang ketua dengan bodohnya sambil menunjuk dirinya sendiri yang kemudian bagian
belakang kepalanya dihantam Lian.

“Tentu saja kau.. Siapa lagi” ucapnya kesal.

Noey melihat kembali isi perkamen ditangannya, lalu menatap Udzaa. Udzaa yang merasa ditatap
datar oleh Noey menatapnya balik.

“Ada apa?”

Buakhh!!

Noey sukses menghantam wajah laki-laki didepannya. Udzaa meringis menahan sakit diwajahnya,
kemudian berteriak kesal.

“APA APAAN KAU!!”

Noey dengan tenang memperlihatkan isi perkamen itu kearah laki-laki didepannya.

“Disini tertulis, tolong gantikan aku memukul Udzaa..”

“APA-APAAN SURAT KEPARAT INI!!”

“Hn.. Sudahlah, aku malas mendengar celoteh kalian yang tak ada habisnya, lebih baik kita segera
kesana.. Akan sangat merepotkan jika pihak Elf merasa dipermainkan” ucap Nia yang meredam
semua suara. Ia bangkit dari tempat duduknya, lalu kembali meletakkan Glove nya dibelakang
pinggangnya.
“Ayo pergi..” ucapnya lagi sambil melompat keatas tebing lalu masuk kedalam hutan. Satu persatu
dari mereka mengikuti, Noey kembali melepas bebek itu ke udara, membiarkannya terbang
membawa balasannya, kemudian ia ikut melompat kearah hutan

Udzaa mengambil pedangnya yang sejak tadi menancap ditanah, kemudian kembali meletakkannya
di belakang punggung.

“Ingatkan aku untuk menghajar Faruq nanti” ucapnya pada sosok Iro yang ada disampingnya dan
kemudian ikut melompat keatas tebing, disusul Iro dibelakangnya.

Dan pada akhirnya, perjanjian damai antara kedua ras terbesar dibenua ini terwujud. Dengan ini
kedua belah pihak, Manusia maupun Elf berhak hidup damai tanpa adanya peperangan.

Dengan peran serikat Jeanne Light Cracker sebagai penghubung kedua ras itu, akhirnya kedamaian
tercipta.

Kabar tentang perjanjian ini tersebar dengan cepat, melalui desa-desa hingga sampai pada petinggi
kerajaan-kerajaan besar yang akhirnya ikut andil dalam perjanjian tersebut.

Dibawah langit senja, monumen perjanjian damai yang kemudian dikenal sebagai De Great of Vanor
dibangun tepat ditempat perjanjian itu diadakan.

Hingga malam tiba, kedua belah pihak menggelar pesta untuk merayakan hari bahagia ini. Dan
kemudian, dibawah bintang-bintang yang gemerlapan, kedamaian yang sejak dulu didambakan kini
mulai bersinar, semakin terang dan akan tetap seperti itu

.
.

Atau bahkan sebaliknya.

Kegelapan yang besar akan melahap semua cahaya yang ada, menjadikan mimpi buruk itu nyata.

“Kau pikir semua akan selesai begitu saja?” sepasang mata bersinar merah dibalik kegelapan malam.
Menatap tajam pesta perayaan yang diadakan dari kejauhan.

“Takkan ada perdamaian. Bahkan hingga dunia ini hancur, takkan ada cahaya yang tersisa untuk
kalian..”

“Jeanne Light Cracker, akan kutunjukkan pada kalian kegelapan yang sesungguhnya, hingga kalian
sadar bahwa cahaya itu, takkan pernah ada”

***

Anda mungkin juga menyukai