Anda di halaman 1dari 113

BAB.

I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI

Modul Perbaikan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan dengan kode


OPKR 50-002 B berisi materi dan informasi tentang dasar listrik,
pemeriksaan kerusakan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan serta
prosedur menghindari kerusakan ECU, penggantian sekering dan bohlam,
perbaikan rangkaian kabel dan conector. Materi diuraikan dengan
pendekatan praktis disertai ilustrasi yang cukup agar siswa mudah
memahami bahasan yang disampaikan.

Modul ini disusun dalam 5 kegiatan belajar yaitu: Kegiatan belajar 1.


Dasar listrik, kegiatan belajar 2. Memeriksa kerusakan ringan pada
rangkaian/sistem kelistrikan dan prosedur menghindari
kerusakan pada ECU, kegiatan belajar 3. Mengganti sekering dan
bohlam, Kegiatan belajar 4. Perbaikan rangkaian kabel, kegiatan
belajar 5. Perbaikan conector.
Setiap kegiatan belajar berisi tujuan, materi, dan diakhir materi
disampaikan rangkuman yang memuat intisari materi, dilanjutkan test
formatif. Setiap siswa harus mengerjakan test tersebut sebagai indikator
penguasaan materi, jawaban test kemudian diklarifikasi dengan kunci
jawaban. Guna melatih keterampilan dan sikap kerja yang benar setiap
siswa dapat berlatih dengan pedoman lembar kerja yang ada.
Diakhir modul terdapat evaluasi sebagai uji kompetensi siswa. Uji
kompetensi dilakukan secara teroritis dan praktik. Uji teoritis siswa
menjawab pertanyaan pada soal evaluasi, sedangkan uji praktik dengan
Modul OPKR – 50 – 002 – B 1
meminta siswa mendemontrasikan kompetensi yang harus dimiliki dan
guru/instruktur menilai berdasarkan lembar observasi yang ada. Melalui
evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi siswa.

B. PRASYARAT

Sebelum mempelajari modul ini diharapkan siswa telah berhasil mencapai


kompetensi tentang Pengujian, Pemeliharaan/Servis dan Penggantian
Baterai kode OPKR 50-001 B.

Modul OPKR – 50 – 002 – B 2


C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Petunjuk Bagi Siswa


a. Lakukan cek kemampuan untuk mengetahui kemampuan awal yang
anda kuasai, sebelum membaca modul lebih lengkap.
b. Bacalah modul secara seksama pada setiap kegiatan belajar, bila ada
uraian yang kurang tanyakan pada guru/instruktur.
c. Kerjakan setiap tes formatif pada setiap kegiatan belajar, untuk
mengetahui seberapa besar pemahaman anda terhadap materi yang
disampaikan, klarifikasi hasil jawaban pada lembar jawaban yang
ada.
d. Lakukan latihan setiap sub kompetensi sesuai dengan lembar kerja
yang ada.
e. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dan pertolongan pertama bila
terjadi kecelakaan kerja yang termuat pada lembar kerja.
f. Lakukan latihan dengan cermat, teliti dan hati-hati. Jangan
melakukan pekerjaan yang belum anda pahami dengan benar.
g. Bila anda merasa siap mintalah guru/intruktur untuk menguji
kompetensi anda.

2. Petunjuk Bagi Guru/Istruktur


Guru/intruktur bertindak sebagai fasilitator, motivator, organisator dan
evaluator. Jadi guru/intruktur berperan:
a. Fasititator yaitu menyediakan fasilitas berupa informasi, bahan, alat,
training obyek dan media yang cukup bagi siswa sehingga
kompetensi siswa cepat tercapai.
b. Motivator yaitu memotivasi siswa untuk belajar dengan giat, dan
mencapai kompetensi dengan sempurna

Modul OPKR – 50 – 002 – B 3


c. Organisator yaitu bersama siswa menyusun kegiatan belajar dalam
mempelajari modul, berlatih keterampilan, memanfaatkan fasilitas
dan sumber lain untuk mendukung terpenuhinya kompetensi siswa.
d. Evaluator yaitu mengevaluasi kegiatan dan perkembangan
kompetensi yang dicapai siswa, sehingga dapat menentukan kegiatan
selanjutnya.

D. TUJUAN AKHIR

Tujuan akhir dari modul ini adalah siswa mempunyai kompetensi:


1. Merangkai hubungan seri, parallel dan gabungan .
2. Mengukur tegangan, tahanan dan arus
3. Memeriksa kerusakan ringan pada rangkaian/sistem kelistrikan dan
prosedur menghindari kerusakan ECU.
4. Mengganti sekering dan bohlam
5. Melakukan perbaikan pengkabelan
6. Melakukan perbaikan konektor.

Modul OPKR – 50 – 002 – B 4


E. KOMPETENSI

KOMPETENSI: Melakukan Perbaikan Ringan pada Rangkaian/Sistem Kelistrikan


KODE : OPKR 50-002B
KRITERIA MATERI POKOK PEMELAJARAN
B KOMPETENSI LINGKUP BELAJAR
KINERJA SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
1. Menguji dan  Sistem/komponen  Prinsip kerja sistem  Cermat dan teliti  Undang-undang K 3  Melepas,
mengiden-tifikasi diuji tanpa ke-listrikan otomotif. dalam  Prinsip-prinsip membongkar,
kesalahan menyebabkan  Prosedur pengukuran penggunaan alat kelistrikan memeriksa dan
sistem/komponen. kerusakan terhadap dan pengujian ukur elektronik  Prosedur perbaikan. mengu-kur
komponen atau kelistrikan.  Cermat dan teliti  Pengukuran komponen sistem
sistem lainnya.  Jenis kerusakan dalam proses kelistrikan dan kelistrikan serta
 Informasi yang benar sistem ke-listrikan penyambungan prosedur pengujian. merakit kembali
di-akses dari dan metoda per- kabel  Persyaratan hingga sistem
spesifikasi pabrik dan baikannya. keselamatan dapat berfungsi
dipahami.  Standar prosedur kendaraan. normal tanpa
 Tes/pengujian keselamat-an kerja.  Prosedur untuk adanya kerusakan
dilakukan untuk menghindari pada komponen
menentukan kesalah- kerusakan pada ECU  Melaksanakan
an/kerusakan dengan (Electrical Control pengujian
meng-gunakan Unit) = unit sistem/komponen
peralatan dan teKnik pengontrol listrik. ke-listrikan
yang sesuai.  Mengidentifikasi
 Mengidentifikasi kesalah-an/kerusa
kesalahan dan kan sistem/
menentukan langkah komponen untuk
perbaikan yang menen-tukan
diperlukan. perbaikan yang di-
 Seluruh kegiatan perlukan
pengujian
dilaksanakan
berdasarkan SOP
(Standard Operation
Procedures),
undang-undang K 3
(Keselamatan dan
Kese-hatan Kerja),
peraturan
perundang-undangan
dan
prosedur/kebijakan
perusa-haan.

OPKR – 50 – 002 - B 5
KRITERIA MATERI POKOK PEMELAJARAN
B KOMPETENSI LINGKUP BELAJAR
KINERJA SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
2. Perbaikan ringan  Perbaikan ringan  Prinsip kerja sistem  Cermat dan teliti  Undang-undang K 3  Memperbaiki
pada rangkaian pada rang-kaian kelistrik-an otomotif. dalam  Prinsip-prinsip rangkaian kabel
kabel. kabel dilaksanakan  Prosedur pengukuran penggunaan alat kelistrikan sistem kelistrikan
dengan tanpa dan pengujian ukur elektronik  Prosedur perbaikan. serta merakit
menyebabkan kelistrikan.  Cermat dan teliti  Pengukuran kembali hingga
kerusakan terhadap  Jenis kerusakan dalam proses kelistrikan dan sistem dapat
kompo-nen atau sistem ke-listrikan penyambungan prosedur pengujian. berfungsi normal
sistem lainnya. dan metoda per- kabel  Persyaratan tanpa adanya
 Informasi yang benar baikannya. keselamatan kerusakan pada
di-akses dari  Standart prosedur kendaraan. komponen
spesifikasi pabrik dan kesela-matan kerja  Prosedur untuk
dipahami. menghindari
 Perbaikan yang kerusakan pada ECU
diperlukan, (Electrical Control
penggantian Unit) = unit
komponen dan pengontrol listrik.
penyetelan
dilaksanakan dengan
menggunakan per-
alatan, tehnik dan
material yang sesuai.
 Seluruh kegiatan
perbaikan
dilaksanakan
berdasarkan SOP
(Standard Operation
Procedures),
undang-undang K 3
(Keselamatan dan
Kese-hatan Kerja),
peraturan
perundang-undangan
dan
prosedur/kebijakan
perusa-haan.

Modul OPKR – 50 – 002 – B 6


F. Cek Kemampuan

Jawaban Bila jawaban


SubKompetensi Pernyataan
Ya Tidak “Ya” kerjakan
1. Dasar Listrik 1) Saya dapat menggambarkan struktur benda
 Mengukur dan electron bebas dengan benar
tegangan, 2) Saya dapat menjelaskan perbedaan listrik
tahanan dan statis dengan listrik dinamis dengan benar
arus 3) Saya dapat menjelaskan teori aliran listrik
dengan benar
4) Saya dapat menjelaskan pengertian arus
listrik dan cara mengukurnya dengan benar
5) Saya dapat menjelaskan pengertian tegangan Test Formatif 1
listrik dan cara mengukurnya dengan benar
6) Saya dapat menjelaskan pengertian tahanan
listrik dan cara mengukurnya dengan benar
7) Saya dapat menjelaskan Hukum Ohm dengan
benar
8) Saya dapat menjelaskan daya listrik dengan
benar

Modul OPKR – 50 – 002 – B 7


Jawaban Bila jawaban
SubKompetensi Pernyataan
Ya Tidak “Ya” kerjakan
2. Dasar Listrik 1) Saya dapat merangkai seri dua atau lebih
 Merangkai kompenen dan menentukan tahanan, arus dan
hubungan seri, tegangannya
parallel dan 2) Saya dapat merangkai paralel dua atau lebih
gabungan kompenen dan menentukan tahanan, arus dan Test Formatif 2
tegangannya
3) Saya dapat merangkai kombinasi tiga atau lebih
kompenen dan menentukan tahanan, arus dan
tegangannya
4) Saya dapat menjelaskan karakteristik rangkaian
seri
5) Saya dapat menjelaskan karakteristik rangkaian
paralel
6) Saya dapat menjelaskan karakteristik rangkaian
kombinasi

Modul OPKR – 50 – 002 – B 8


Jawaban Bila jawaban
SubKompetensi Pernyataan
Ya Tidak “Ya” kerjakan
3. Memeriksa 1) saya dapat menyebutkan tiga type gangguan
kerusakan ringan pada rangkaian/system kelistrikan
pada 2) Saya dapat menjelaskan penyebab nilai tahanan
rangkaian/system dalam rangkaian menjadi bertambah
kelistrikan dan 3) Saya dapat menyebutkan peralatan yang dapat
prosedur digunakan untuk memeriksa gangguan pada
menghindari rangkaian Test formatif 3
kerusakan ECU 4) Saya dapat menggunakan jumper wires
5) Saya dapat menggunakan tes lamp
6) Saya dapat menyebutkan keuntungan
menggunakan tes lamp disbanding jumper
7) Saya dapat menjelaskan prosedur menghindari
kerusakan ECU.
4. Penggantian 1) Saya dapat membedakan sekering type blade
sekering dan dan catridge
bohlam 2) Saya dapat menunjukkan kondisi sekering yang
baik
3) Saya dapat membaca kapasitas dari sekering
Test formatif 4
4) Saya dapat mengganti sekering putus
5) Saya dapat membedakan bohlam putus dan
bohlam baik
6) Saya dapat membaca daya dari bohlam
7) Saya dapat mengganti bohlam

Modul OPKR – 50 – 002 – B 9


Jawaban Bila jawaban
SubKompetensi Pernyataan
Ya Tidak “Ya” kerjakan
5. Perbaikan 1) Saya dapat menyebutkan macam kabel yang
rangkaian kabel digunakan pada kendaraan
2) Saya dapat mengidentifikasi kode warna yang
digunakan pada kabel
3) Saya dapat menentukan ukuran kabel yang
Test formatif 5
digunakan
4) Saya dapat menjelaskan metode memperbaiki
kabel
5) Saya dapat menyambung kabel dengan benar

6. Perbaikan 1) Saya dapat menyebutkan macam konnkctor


connector 2) Saya dapat melepas dan memasang konnktor
3) Saya dapat memelihara konnektor Test formatif 6
4) Saya dapat mengganti konnektor

Modul OPKR – 50 – 002 – B 10


BAB. II
PEMBELAJARAN

A. RENCANA BELAJAR

Rencanakan kegiatan belajar anda dengan baik, silakan konsultasi


dengan guru/instruktur untuk menentukan jadwal sesuai tingkat
kesulitan, berdasarkan hasil cek kemampuan awal yang telah anda
lakukan. Mintalah paraf guru/instruktur sebagai tanda persetujuan
terhadap rencana belajar anda.

Alasan Paraf
Jenis Kegiatan Tgl Waktu Tempat
Perubahan Guru
Dasar Listrik
Memeriksa rangkaian kelistrikan
serta prosedur menghindari
kerusakan ECU
Mengganti sekering dan bohlam
Perbaikan rangkaian kabel
Perbaikan konektor
Uji Kompetensi

B. KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 1. Dasar Listrik

a. Tujuan Kegiatan Belajar


Setelah mempelajari modul ini siswa diharapkan dapat:
9) Menjelaskan struktur benda dan electron bebas dengan
benar.
10) Menjelaskan perbedaan listrik statis dengan listrik dinamis
dengan benar
11) Menjelaskan teori aliran listrik dengan benar
12) Menjelaskan arus listrik dan cara mengukurnya dengan benar

Modul OPKR – 50 – 002 B 11


13) Menjelaskan tegangan listrik dan cara mengukurnya dengan
benar
14) Menjelaskan tahanan listrik dan cara mengukurnya dengan
benar
15) Menjelaskan Hukum Ohm dengan benar
16) Menjelaskan daya listrik dengan benar
17) Merangkai seri dua atau lebih kompenen kelistrikan
18) Merangkai parallel dua atau lebih kompenen kelistrikan
19) Merangkai kombinasi tiga atau lebih kompenen kelistrikan
20) Menjelaskan karakteristik rangkaian seri
21) Menjelaskan karakteristik rangkaian paralel
22) Menjelaskan karakteristik rangkaian kombinasi

b. Uraian Materi

Materi dan Atom


Semua benda yang mengisi dan membentuk dunia ini yang dapat
dilihat dengan pancaindra disebut materi atau zat. Secara umum
materi dikelompokkan menjadi tiga yaitu padat, cair dan gas.

Gambar 1. Bentuk materi dan struktur

Modul OPKR – 50 – 002 B 12


Suatu benda bila kita pecah tanpa meningggalkan sifat aslinya
akan kita dapatkan partikel yang disebut molekul. Molekul kalau
kita pecah lagi akan kita dapatkan beberapa atom. Jadi atom
adalah bagian terkecil dari suatu partikel/benda.

Gambar 2. Struktur Atom

Atom terdiri dari inti (nucleus) yang dikelilingi oleh elektron yang
berputar mengelilingi inti pada orbitnya masing-masing seperti
susunan tata surya. Inti atom sendiri terdiri dari proton dan
netron. Proton dan netron ternyata memiliki muatan listrik,
dimana proton memiliki muatan (+) dan elektron memiliki muatan
( - ), sedangkan neutron tidak memiliki muatan atau netral. Atom
yang memiliki jumlah proton dan elektron yang sama, dikatakan
bermuatan netral. Sesuai dengan hukum alam, atom akan terjadi
tarik menarik antara nucleus sehingga elektron akan tetap berada
dalam orbitnya masing-masing.

Elektron Bebas

Elektron-elektron yang orbitnya paling jauh dari inti, memiliki daya


tarik menarik yang lemah terhadap inti. Elektron-elektron ini bila
terkena gaya dari luar, misalnya panas, gesekan atau reaksi kimia
akan cenderung lepas dari ikatannya dan pindah ke atom lain.

Modul OPKR – 50 – 002 B 13


Elektron-elektron yang mudah berpindah ini disebut elektron
bebas (free electron), gerakan dari elektron bebas inilah yang
menghasilkan bermacam-macam fenomena kelistrikan (seperti
loncatan bunga api, cahaya, pembangkitan panas, pembangkitan
magnet dan reaksi kimia).

Gambar 3. Elektron bebas

LISTRIK
Listrik merupakan salah satu energi yang banyak digunakan untuk
menggerakkan berbagai peralatan atau mesin. Energi listrik tidak
dapat dilihat secara langsung, namun dampak atau akibat dari
energi listrik dapat dilihat seperti sinar atau cahaya bola lampu,
dirasakan seperti saat orang tersengat listrik, dibauh seperti bauh
dari kabel yang terbakar akibat hubung singkat, didengar seperti
suara bel atau radio.

Modul OPKR – 50 – 002 B 14


Gambar 4. Efek listrik
Listrik merupakan sumber energi yang paling mudah dikonversi
menjadi energi yang lain, sehingga sebagian besar komponen
sistem kelistrikan otomotif merupakan konversi energi listrik
menjadi energi yang dikehendaki. Contoh komponen kelistrikan:

1) Baterai merubah energi listrik menjadi energi kimia


2) Motor starter merubah energi listrik menjadi energi gerak
3) Lampu merubah energi listrik menjadi cahaya dan panas
4) Pematik rokok merubah energi listrik menjadi panas
5) Solenoid merubah energi listrik menjadi magnet, dan
sebagainya.

Jenis Listrik
Listrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu:

Listrik Statis
Listrik statis merupakan suatu keadaan dimana elektron bebas
sudah terpisah dari atomnya masing-masing, tidak bergerak hanya
berkumpul dipermukaan benda tersebut. Listrik statis dapat
dibangkitkan dengan cara menggosokkan sebuah gelas kaca
dengan kain sutra. Setelah digosok gelas kaca akan bermuatan
positip dan kain sutra akan bermuatan negatip.

Modul OPKR – 50 – 002 B 15


Gambar 5. Listrik statis

Listrik Dinamis
Listrik dinamis merupakan suatu keadaan terjadinya aliran
elektron bebas dimana elektron ini berasal dari elektron yang
sudah terpisah dari inti masing-masing. Elektron bebas tersebut
bergerak bolak-balik melewati suatu penghantar.

a). Tipe DC b). Tipe AC

Gambar 6. Listrik dinamis a) Tipe DC b). Tipe AC

Listrik dinamis dikelompokkan menjadi dua yaitu listrik arus searah


(Direct Current) dan arus bolak-balik (Alternating Current). Listrik
arus searah elektron bebas bergerak dengan arah tetap,
sedangkan listrik arus bolak-balik elektron bergerak bolak-balik
bervariasi secara periodik terhadap waktu. Baterai merupakan
sumber listrik arus searah, sedangkan alternator merupakan
sumber arus bolak-balik.

Modul OPKR – 50 – 002 B 16


Teori Aliran Listrik
Terdapat dua teori yang menjelaskan bagaimana listrik mengalir:

Teori Electron (Electron theory)


Teori ini menyatakan listrik mengalir dari negatip baterai ke positip
baterai. Aliran listrik merupakan perpindahan elektron bebas dari
atom satu ke atom yang lain.

Teori konvensional (Conventional theory)


Teori ini menyatakan listrik mengalir dari positip baterai ke negatip
baterai. Teori ini banyak digunakan untuk kepentingan praktis, teori ini
pula yang kita gunakan untuk pembahasan aliran listrik pada buku ini

A B

Gambar 7. Teori aliran listrik

Arus Listrik
Besar arus listrik yang mengalir melalui suatu konduktor adalah
sama dengan jumlah muatan (elektron bebas) yang mengalir
melalui suatu titik penampang konduktor dalam waktu satu detik.
Arus listrik dinyatakan dengan simbol I (intensitas) dan besarnya
diukur dengan satuan ampere (disingkat A). Bila dikaitkan dengan

Modul OPKR – 50 – 002 B 17


elektron bebas, 1 Ampere= Perpindahan elektron sebanyak 6,25 x
1018 suatu titik konduktor dalam waktu satu detik.

1Detik

Gambar 8. Aliran listrik

Tabel 1. Satuan arus listrik yang sangat kecil dan besar.

Satuan
Arus Kecil Arus Besar
Dasar
Simbol A µA mA kA MA
Dibaca Ampere Micro Ampere Mili Ampere Kilo Ampere Mega Ampere
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1
1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000

Contoh Konversi:
1). 1.000. 000 µA = 1.000 mA = 1. A = 0,001 kA
2). 0,5 MA = 500 kA = 500. 000 A = 500.000.000 mA
3). 5 A = 5.000 mA = 5.000.000 µA

Gambar 9. Mengukur arus listrik

Mengukur besarnya arus yang mengalir pada suatu rangkaian


menggunakan amper meter, pemasangan amper meter dilakukan
secara seri dengan beban.

Modul OPKR – 50 – 002 B 18


Tegangan Listrik
Tabung A dan B berisi air, dimana permukaan air tabung A lebih
tinggi dari permukaan air tabung B, dihubungkan melalui sebuah
pipa maka air akan mengalir dari tabung A ke tabung B (gambar
a). Besarnya aliran air ditentukan oleh perbedaan tinggi
permukaan air kedua tabung, ini disebut dengan tekanan air.
Hal yang sama juga akan terjadi bila kutub listrik A yang
mempunyai muatan positip dihubungkan dengan kutub B yang
bermuatan negatif oleh kabel C (gambar b), maka arus listrik akan
mengalir dari kutub A ke kutub B melalui kabel C. Hal ini terjadi
karena adanya kelebihan muatan positip pada kutub A dan
kelebihan muatan negatif pada B yang menyebabkan terjadinya
beda potensial (tegangan listrik). Perbedaan ini menyebabkan
tekanan/tegangan menyebabkan arus listrik mengalir. Beda
tegangan ini biasa disebut Voltage.

A
Tegangan
Pipa Air Teganga
n
Tegangan adalah
Aliran Air tekanan

Gambar (a) Gambar (b)

Gambar 10. Konsep Tegangan

Modul OPKR – 50 – 002 B 19


Satuan tegangan listrik dinyatakan dengan Volt dengan simbol V.
1 Volt adalah tegangan listrik yang mampu mengalirkan arus listrik
1 A pada konduktor dengan hambatan 1 ohm. Tabel dibawah
menunjukkan satuan tegangan listrik yang sangat besar dan kecil.

Tabel 2. Satuan Tegangan Listrik

Satuan
Tegangan Kecil Tegangan Besar
Dasar
Simbol V µV mV kV MV
Dibaca Volt Micro Volt Mili Volt Kilo Volt Mega Volt
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1
1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1 x 1.000.000

Contoh Konversi:
1.700.000 µV = 1. 700 mV = 1,7 V
0,78 MV = 780 KV = 780. 000 V = 780.000.000 mV
Mengukur besar tegangan listrik menggunakan volt meter,
pengukuran dilakukan secara parallel, cara pemasangan alat ukur
seperti gambar dibawah ini.

12V

Gambar 11. Mengukur tegangan baterai

Tahanan/Resistansi Listrik

Modul OPKR – 50 – 002 B 20


Air dengan tekanan yang sama akan mengalir lebih cepat bila
dialirkan melalui pipa yang besar, pendek dan permukaan
dalamnya halus dibandingkan dengan bila air dialirkan melalui
pipa yang ukurannya kecil, panjang dan permukaan bagian
dalamnya kasar. Hal ini karena kondisi dari pipa akan berpengaruh
terhadap aliran air. Besarnya hambatan ini dikatakan sebagai
tahanan pipa. Kejadian ini juga berlaku untuk listrik yang mengalir
melalui suatu kabel, dimana listrik juga akan mengalami
hambatan. Hambatan yang dialami listrik ini disebut
tahanan/resistansi listrik.

A
Pipa lebih
A Pipa lebih kecil
besar

B
B
Aliran air Aliran air
besar lebih kecil

Gambar 12. Konsep Tahanan

Satuan tahanan listrik dinyatakan dengan huruf R (Resistor) dan


diukur dengan satuan OHM (). Satu ohm adalah tahanan listrik
yang mampu menahan arus listrik yang mengalir sebesar satu
amper dengan tegangan 1 V.

Tabel 3. Satuan tahanan listrik yang sangat besar dan kecil.

Modul OPKR – 50 – 002 B 21


Satuan
Tegangan Kecil Tegangan Besar
Dasar
Simbol  µ m k M
Dibaca Ohm Micro Ohm Mili Ohm Kilo Ohm Mega Ohm
1 x 10-6 1 x 10 -3 1 x 103 1 x 106
Perkalian 1 1/ 1.000.000 1/1.000 1 x 1.000 1x
1.000.000

Contoh Konversi:
1.985 m = 1, 985 
0,89 M = 890 k = 890.000 

Mengukur tahanan suatu benda maupun rangkaian menggunakan


Ohm meter. Amper meter, Volt meter dan Ohm meter merupakan
besaran listrik yang sering diukur, untuk itu dibuat alat yang dapat
mengukur ketiga parameter tersebut yaitu AVO meter atau multi
meter.

Gambar 13. Mengukur tahanan relay

HUKUM OHM
Tahun 1827 seorang ahli fisika Jerman George Simon Ohm (1787-
1854) meneliti tentang resistor. Hukum Ohm menjelaskan
bagaimana hubungan antara besar tegangan listrik, besar tahanan
dan besar arus yang mengalir. Hukum Ohm mengatakan bahwa
besar arus mengalir berbanding lurus dengan besar tegangan dan

Modul OPKR – 50 – 002 B 22


berbanding terbalik dengan besar tahanan. Hukum ini dapat
ditulis:

V = I x R ………. (1)

Gambar 14. Hukum Ohm

Contoh:
Tentukan besar arus (I) yang melewati lampu R= 2 , bila
tegangan (V) berubah dari 24 Volt menjadi 12 Volt, seperti gambar di
bawah ini:

Gambar 15. Hukum Ohm pada tahanan konstan

Modul OPKR – 50 – 002 B 23


Gambar 16. Hukum Ohm pada tahanan konstan

Solusi:
Gambar 15. Baterai dirangkai seri sehingga tegangan baterai 12 V
+ 12 V = 24 V , tahanan lampu tetap 2 Ohm, maka besar arus
yang mengalir adalah I = V/R = 24/2 = 12 Amper.
Gambar 16. Tegangan 12 V, tahanan lampu 2 Ohm, maka besar
arus yang mengalir adalah I = V/R = 12/ 2 = 6 Amper

Kesimpulan:
Bila tahanan tetap sedangkan tegangan turun maka arus yang
mengalir juga turun. Sebaliknya bila tahanan tetap tegangan naik
maka arus juga naik.
Bila lampu untuk 24 V dipasang pada tegangan 12 V maka lampu
redup karena arus yang melewati lampu menjadi kecil. Sebaliknya
lampu 12 V dipasang pada sumber baterai 24 V, maka lampu akan
putus kerena terbakar sebab arus yang mengalir terlalu besar.

DAYA LISTRIK
Hukum Joule menerangkan tentang daya listrik. Terdapat
hubungan antara daya listrik dengan tegangan, arus maupun
tahanan. Besar daya listrik diukur dalam watt. Satu watt

Modul OPKR – 50 – 002 B 24


merupakan besar arus mengalir sebesar 1 Amper dengan beda
potensial 1 volt. Hukum Joule dapat ditulis

Daya listrik = Tegangan x Arus

P = VxI ………………………………………… (2)

P = Daya listrik (watt)


V = Tegangan (Volt)
I = Arus listrik (Amper)

Bila di subtitusikan hukum Ohm dimana V = I R , maka daya


listrik:
P = Vx I
= IRx I
= I 2R

P = I 2R ..……………………………………. (3)

Bila disubtitusikan hukum Ohm dimana I = V/R, maka:


2
P =RxI
= R x (V/R)2 = V2 / R
P = V 2R …………………………… (4)

Dari ketiga rumusan tersebut daya listrik dapat dirumuskan:

P = VxI P = I 2R P = V2 / R

Dalam banyak kasus pada komponen sistem kelistrikan hanya


ditentukan tegangan dan daya. Besar arus arus yang mengalir
jarang ditentukan, misal bola lampu kepala tertulis 12 V 55/60 W.

Modul OPKR – 50 – 002 B 25


Arti dari tulisan tersebut adalah bola lampu kepala menggunakan
tegangan 12 V, pada posisi jarak dekat daya yang diperlukan 55
watt, sedangkan saat jarak jauh daya yang diperlukan 60 watt.
Contoh:
Tentukan besar arus yang mengalir pada sebuah lampu kepala
12V 55/60 W, saat lampu jarak dekat maupun saat jarak jauh.
Solusi:
Dengan menggunakan rumus I = P/ V didapatkan besar arus
a. Jarak dekat I dekat = Pdekat / V = 55 / 12 = 4,58 A
b. Jarak jauh I jauh = P jauh / V = 60 / 12 = 5 A

Rangkaian seri, paralel dan kombinasi


Rangkaian komponen dalam sistem kelistrikan ada tiga macam
yaitu rangkaian seri, rangkaian paralel dan rangkaian seri paralel
atau kombinasi.
Pemahaman jenis dan karakteristik rangkaian sangat penting
sebagai dasar memeriksa dan menentukan sumber gangguan
pada sistem kelistrikan.

1) Rangkaian Seri

Aplikasi rangkaian seri sangat banyak digunakan pada kelistrikan


otomotif. Sistem starter, pengatur kecepatan motor kipas
evaporator AC merupakan beberapa contoh aplikasi rangkaian
seri.

Modul OPKR – 50 – 002 B 26


Gambar17. Rangkaian seri

Karakteristik rangkaian seri:

a) Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan

(Rt ) = R1 + R2 ……………………….. (1)

b) Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar

I = I1 = I2 ………………………………… (2)

V ……………………………… (3)
I =
Rt

c) Tegangan total (Vt) merupakan penjumlahan tegangan :

V t = V1 + V2 ……………………………... (4)

Besar V1dan V2 adalah:

R1
V1 = x V
Rt
………………………………… (5)

R2
V2 = x V ………………………………. (6)
Rt

Modul OPKR – 50 – 002 B 27


Tentukan besar Rt, I , I1 , I2, , V1 dan V2, pada rangkaian seri
di atas bila diketahui R1=10  dan R2= 30 , sedangkan sumber
tegangan 12V.

Solusi:
a) Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan
(Rt ) = R1 + R2
= 10 + 30
= 40 
b) Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar I = I 1 = I2
I = V / Rt
= 12/ 40 = 0,3 Amper
c) Tegangan total merupakan penjumlahan dari tiap tegangan

V1 = R1/ Rt x V = 10/40 x 12 = 3 V
V2 = R2/ Rt x V = 30/40 x 12 = 9 V
V = V1 + V2 = 3 +9 = 12 V

Karena besar I sudah dicari maka besar V1 dan V2 dapat pula


ditentukan dengan rumus:
V1 = R1 x I = 10 x 0,3 = 3 V
V2 = R2 x I = 30 x 0,3 = 9 V
V = V1 + V2 = 3 + 9 = 12 V

2) Rangkaian Paralel

Modul OPKR – 50 – 002 B 28


Gambar 18. Rangkaian parallel

Karakteristik rangkaian parallel:


a) Tegangan pada rangkaian sama yaitu :

V= V1 = V2 …………………………………………… (7)

b) Besar arus mengalir adalah:

I = I1 + I2 ………………………………………….. (8)

Besar arus mengalir pada rangkaian parallel mengikuti Hukum


Kirchoff I, yang menyatakan jumlah arus listrik yang masuk
pada suatu titik cabang sama dengan jumlah arus yang keluar
pada titik cabang tersebut.
c) Besar tahanan total (Rt) adalah:

V V1 V2
= +
Rt R1 R2
karena V = V1 = V 2 maka

1 1 1
= +
Rt R1 R2

Dengan menggunakan perhitungan aljabar akan diperoleh


persamaan ekuvalen:

R1 x R2
Rt = …………………. (9)

Modul OPKR – 50 – 002 B 29


R1 + R2

Contoh 1:
Sistem kelistrikan mempunyai 2 klakson dengan daya berbeda.
klakson LH 12V/ 60 W dan klakson RH 12V/ 36 W. Tentukan :
a) Tahanan klakson LH dan RH
b) Tahanan total
c) Arus pada klakson LH dan RH
d) Arus yang melewati saklar klakson dan yang melalui sekering.

Gambar 19. Sistem Klakson Tanpa Relay

Solusi:
a). Tahanan klakson adalah:
Klakson LH R1 = V2 / P = 122 / 60 = 2,4 
Klakson RH R2 = V2 / P = 122 / 36 = 4 
b). Besar tahanan total (Rt) adalah:
Rt = ( R1 x R2) : (R1 +R2) = (2,4 x 4) : (2,4 + 4)
= 9,6 : 6,4 = 1,5 
c). Besar arus yang mengalir melalui klakson
Horn LH I1 = V/ R1 = 12 / 2,4 = 5 A

Modul OPKR – 50 – 002 B 30


Horn RH I2 = V / R2 = 12 / 4 = 3A
d). Besar arus mengalir melalui saklar klakson maupun sekering
merupakan total arus yang mengalir melalui kedua klakson,
yaitu:
I = I1 + I2
= 5+ 3 = 8A
atau
I = V / Rt = 12 / 1,5 = 8 A
Arus yang mengalir pada saklar klakson sangat besar sehingga
percikan api pada kontak saklar klakson besar, saklar klakson
cepat kotor, tahanan kontak meningkat dan bunyi klakson lemah.
Guna mengatasi permasalahan tersebut maka rangkaian klakson
dipasang relay. Bila diketahui tahanan lilitan relay sebesar 60 ,
tentukan:
a) Tahanan total
b) Arus pada klakson LH dan RH
c) Arus yang melewati saklar klakson
d) Arus yang melalui sekering.

Gambar 20. Sistem Klakson Dengan Relay

Modul OPKR – 50 – 002 B 31


Solusi:
a) Tahanan total (Rt)
Tahanan pada rangkaian terdiri dari:
R1 (tahanan klakson LH ) = 2, 4 
R2 (tahanan klakson RH) = 4 
R3 (tahanan relay) = 60 
Dengan rumus (14) besar Rt adalah
1/ Rt = 1/R1 + 1/ R2 + 1/R3
1/Rt = 1/2,4 + 1/ 4 + 1/ 60
= 25/ 60 + 15/ 60 + 1/ 60 = 41/60
Rt = 60/ 41 = 1,463 
b) Besar arus yang mengalir melalui klakson
Horn LH I1 = V/ R1 = 12 /2, 4 = 5 A
Horn RH I2 = V / R2 = 12 / 4 = 3A
c) Arus yang melalui saklar klakson merupakan arus yang
melewati lilitan relay
I3 = V/ R3 = 12/ 60 = 0,2 A
d) Arus melewati sekering merupakan total arus yang melewati
rangkaian
I = I1 + I2 + I 3 = 5 + 3 + 0,2 = 8,2 A
Atau
I = V/ Rt = 12 / 1,463 = 8,2 A

Tabel 5. Perbandingan besar arus yang melewati komponen dalam sistem


klakson

No Parameter Tanpa relay Dengan relay Selisih


1 Klakson LH
 Daya 60 W 60 W 0
 Tahanan 2,4  2,4  0
 Arus 5A 5A 0
2 Klakson RH

Modul OPKR – 50 – 002 B 32


 Daya 36 W 36 W 0
 Tahanan 4 4 0
 Arus 3A 3A 0
3 Horn switch 8A 0,2 A 7,8 A
4 Fuse 8A 8,2 0,2 A
5 Beban rangkaian 96 W 98,4 W 2,4 W

Dari pemasangan relay pada rangkaian tersebut mampu


mengurangi arus yang melalui saklar klakson sebesar 7,8 A yaitu
dari 8 A menjadi 0,2 A sehingga saklar klakson lebih awet. Dengan
menambah relay arus listrik dari baterai bertambah 0,2 A atau
beban listrik bertambah 2,4 W.

3). Rangkaian Seri–Paralel

Gambar 21. Rangkaian seri parallel

Tahanan total (Rt) :


Rt = R1 + Rp ……………………………………………… (10)
Rp merupakan tahanan pengganti untuk R2 dan R3.
Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3) ……………………………….. (11)
Rt = R1 + ( R2 x R3) : (R2 +R3)
Tegangan pada rangkaian:
V = V1 + VRp
V1 = R1 / Rt x V
VRp = Rp / Rt x V
Karena R2 dan R3 paralel maka
V2 = V3 = Rp / Rt x V

Modul OPKR – 50 – 002 B 33


Besar arus pada R1 = arus total
I = V/ Rt
Besar arus pada R2 adalah
I2 = V2 / R2
Besar arus pada R3 adalah
I3 = V3 / R3 …………………………………………………. (12)
Contoh:
Tentukan besar tahanan total (Rt), tegangan pada R1, R2 dan R3
dan besar arus pada R1, R2 dan R3 pada rangkaian di bawah ini
bila diketahui R1= 4,5  , R2=10  dan R3= 30 

Gambar 22. Menentukan arus dan tegangan pada rangkaian seri parallel

Solusi:
a) Mencari tahanan total (Rt) ditentukan dahulu besar tahanan
pengganti (Rp) untuk R2 dan R3.
Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3) = (10 x 30) : (10 + 30)
= 300 : 40 = 7,5 
Rt = R1 + Rp = 4,5 + 7,5 = 12 
b) Mencari V1 dengan rumus:
V1 = R1 / Rt x V = 4,5 / 12 x 12 = 4,5 V
Karena R2 dan R3 paralel maka
V2 = V3 = Rp/ Rt x V = 7,5 / 12 x 12 = 7,5 V

Modul OPKR – 50 – 002 B 34


c) Besar arus pada R1 = arus total
I = V/ Rt = 12/ 12 = 1A
d) Besar arus pada R2 adalah
I2 = V2 / R2 = 7,5 / 10 = 0,75 A
e) Besar arus pada R3 adalah
I3 = V3/ R3 = 7,5 / 30 = 0,25 A

Jembatan Wheatstone merupakan rangkaian seri paralel yang


sering digunakan. Penerapan rangkaian ini antara lain pada
termometer, intensitas pengukur cahaya, air flow meter dan
sebagainya.

Gambar 23. Jembatan Wheatstone

Contoh:
Tentukan tegangan pada Volt meter pada gambar diatas.
Tegangan yang ditunjukkan volt meter merupakan selisih
tegangan pada titik A dengan titik B.

Tegangan pada titik A adalah


Va = R2/ (R1+R2) x V = 2/ (1+2)x 12= 8 V
Tegangan pada titik B adalah
Vb = R4/ (R3+R4) x V = 4/ (4+4)x 12= 6 V
Tegangan pada Volt meter adalah
Va – Vb = 8 – 6 = 2 V

Modul OPKR – 50 – 002 B 35


Dengan konsep diatas bila salah satu nilai tahanan berubah maka
tegangan pada Volt meter juga berubah.

c. Rangkuman
Semua benda yang mengisi dan membentuk dunia ini yang dapat
dilihat dengan pancaindra disebut materi atau zat. Secara umum
materi dikelompokkan menjadi tiga yaitu padat, cair dan gas.
Atom adalah bagian terkecil dari suatu benda/partikel. Atom terdiri
dari inti (nucleus) yang dikelilingi oleh elektron yang berputar
mengelilingi inti pada orbitnya masing-masing seperti susunan
tata surya. Inti atom sendiri terdiri dari proton dan netron.
Elektron-elektron yang mudah berpindah ini disebut elektron
bebas (free electron).
Listrik dapat dikelompokkan menjadi listrik statis dan listrik
dinamis, listrik dinamis sendiri terdiri dari listrik searah (DC) dan
listrik bolak-balik (AC). Teori aliran listrik ada dua yaitu teori
konvensional dan teori electron.
Arus listrik (I), tegangan (V) dan tahanan listrik (R) merupakan
besaran utama pada listrik, Arus listrik diukur dengan amper
meter, tegangan listrik dengan volt meter dan tahanan listrik
dengan Ohm meter. Hubungan antara besar arus, tegangan dan
tahanan listrik digambarkan dalam hukum Ohm , dimana I =
V/R. Daya listrik merupakan tehgangan kali arus listrik P = V x I.

Dalam rangkaian kelistrikan terdapar 5 komponen utama, yaitu:


Sumber, proteksi, beban, kontrol dan konduktor. Rangkaian
komponen dalam sistem kelistrikan ada tiga macam yaitu:

Modul OPKR – 50 – 002 B 36


rangkaian seri, rangkaian paralel dan rangkaian seri paralel atau
kombinasi.
Rangkaian seri mempunyai karakteristik:
1)Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan
( Rt = R1 + R2).
2) Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar (It = I1 =
I2).
3)Tegangan total (Vt) merupakan penjumlahan tegangan (Vt =
V1 +V2).
Karakteristik rangkaian parallel:
1)Tegangan pada rangkaian sama , V = V1 = V2
2)Besar arus yang mengalir tergantung bebannya.
3)Besar arus mengalir merupakan total arus yang mengalir setiap
percabangannya I = I1 + I2
4)Besar tahanan total (Rt) atau tahanan pengganti adalah:

R1 x R2
Rt =
R1 + R2

Karakteristik rangkaian Seri Paralel atau kombinasi


1)Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan tahanan dengan
tahanan pengganti.
Rt = R1 + Rp
2)Tegangan total pada rangkaian merupakan penjumlahan
tegangan pada tahanan dan tahanan pengganti.
(V = V1 + VRp)
3)Besar arus pada rangkaian adalah tegangan dibagi tahanan total
(I = V/ Rt )

Modul OPKR – 50 – 002 B 37


d. Tugas
 Cari buku pedoman perawatan dan perbaikan salah satu
mesin otomotip, buka bagian wiring diagramnya, tentukan
metode mengukur besar arus yang dibutuhkan untuk tiap
sistem yang bekerja, tentukan titik-titik mengukur besar
tegangan pada rangkaian.
 Sebutkan contoh aplikasi rangkaian seri, parallel dan
kombinasi pada sistem kelistrikan mobil. Gambarkan rangkaian
sistem tersebut.

e. Test Formatif
1) Apa yang dimaksud electron bebas berikan ilustrasi?
2) Jelaskan apa perbedaan teori aliran listrik konvensional dengan
electron!
3) Jelaskan cara mengukur arus listrik, lengkap dengan nama alat
ukurnya, satuan ukurannya, serta jelaskan juga apa yang
dimaksud dengan 1 amper?
4) Jelaskan bagaimana mengukur tegangan listrik lengkap dengan
nama alat ukurnya?, apa satuan ukurannya?, apa yang
dimaksud dengan 1 volt?
5) Sebuah lampu 12V/36W dirangkai seperti gambar dibawah ini,

Modul OPKR – 50 – 002 B 38


a) Tentukan berapa
besar arus listrik
secara teoritis?
b) Bagaimana cara
memasang amper
meter untuk
mengukur besar arus yang mengalir?
c) Berapa tahanan lampu secara teoritis?
d) Bagaiman cara mengukur tahanan lampunya?
e) Bagaiman cara mengukur tegangan baterainya?
6. Jelaskan karakteristik rangkaian seri, parallel dan kombinasi
7. Dua resistor dirangkai secara seri. Harga R1= 60 Ω dan R2 =
180Ω, tentukan besar arus listrik yang mengalir dan besar
tegangan pada masing masing resistor bila tegangan sumber
sebesar 12V
8. Tentukan besar arus listrik yang mengalir pada fuse bila
diketahui tahanan lilitan relay 100 Ω, daya masing-masing
horn 12V/36W tegangan baterai 12V. Berapakah tegangan
pada titik 5 pada saat horn switch atau tombol OFF dan saat
ON?

Modul OPKR – 50 – 002 B 39


9. Tentukan besar tahanan total (Rt), tegangan pada R1, R2 dan
R3 dan besar arus pada R1, R2 dan R3 pada rangkaian di
bawah ini bila diketahui R1= 4 , R2=30  dan R3= 60 

f. Kunci Jawaban Formatif


1) Elektron bebas yaitu electron yang orbitnya
paling jauh dari inti, memiliki daya tarik menarik yang lemah
terhadap inti. Elektron-elektron ini bila terkena gaya dari luar,
misalnya panas, gesekan atau reaksi kimia akan cenderung
lepas dari ikatannya dan pindah ke atom lain.

Modul OPKR – 50 – 002 B 40


2) Teori ini menyatakan listrik mengalir dari negatip
baterai ke positip baterai. Aliran listrik merupakan perpindahan
elektron bebas dari atom satu ke atom yang lain. Sedangkan
teori ini menyatakan listrik mengalir dari positip baterai ke
negatip baterai. Teori ini banyak digunakan untuk kepentingan
praktis, teori ini pula yang kita gunakan untuk pembahasan
aliran listrik pada buku ini
3) Mengukur arus dengan merangkai secara seri, alat
ukur arus listrik adalah Amper meter, satuan amper, dan
pengertian 1 Ampere adalah Perpindahan elektron sebanyak
6,25 x 1018 suatu titik konduktor dalam waktu satu detik.
4) Mengukur tegangan dengan merangkai secara
parallel, alat ukur dengan Volt meter, satuan volt, pengertian 1
Volt adalah tegangan listrik yang mampu mengalirkan arus
listrik 1 A pada konduktor dengan hambatan 1 ohm.
5) Sebuah lampu 12V/36W dirangkai seperti gambar
dibawah ini,
a) Besar arus listrik adalah I = P/V = 36/12 = 3 Amper
b) Cara memasang amper meter secara seri seperti gambar
berikut ini:

Amper
Meter

Modul OPKR – 50 – 002 B 41


c) Tahanan lampu sebesar R = V/I = 12/3 = 4 Ω?
d) Cara mengukur tahanan lampunya dengan melepas lampu,
kemudian diukur menggunakan Ohm meter, posisi selector
pada 1XΩ, kalibrasi Ohm meter, kemudian diukur seperti
gambar berikut ini, besar tahanan seperti ditunjukkan pada
Ohm meter.

Ohm meter

f) Cara mengukur tegangan baterai adalah dengan


menggunakan volt meter, bila menggunakan multi meter
atur selector pada tegangan DC pada sekela pengukuran
50V, hubungkan colok ukur positip pada positip baterai
dan colok negatip pada negatip baterai, baca hasil
pengukuran.sebagai berikut:

Modul OPKR – 50 – 002 B 42


Volt meter

6. Rangkaian seri mempunyai karakteristik:


a) Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan
( Rt = R1 + R2).
b) Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar (It = I1 =
I2).
c) Tegangan total (Vt) merupakan penjumlahan tegangan (Vt
= V1 +V2).

Karakteristik rangkaian parallel:


a) Tegangan pada rangkaian sama , V = V1 = V2
b) Besar arus yang mengalir tergantung bebannya.
c) Besar arus mengalir merupakan total arus yang mengalir
setiap percabangannya I = I1 + I2
d) Besar tahanan total (Rt) atau tahanan pengganti adalah:

R1 x R2
Rt =

Modul OPKR – 50 – 002 B 43


R1 + R2

Karakteristik rangkaian Seri Paralel atau kombinasi


a) Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan tahanan
dengan tahanan pengganti.
Rt = R1 + Rp
b) Tegangan total pada rangkaian merupakan penjumlahan
tegangan pada tahanan dan tahanan pengganti.
(V = V1 + VRp)
c) Besar arus pada rangkaian adalah tegangan dibagi tahanan
total (I = V/Rt )

7. Besar arus yang mengalir


I = V/Rt = 12 / (60+180) = 0,05 A = 50 mA.
Tegangan pada R1 yaitu
V1 = R1 x I = 60 x 50 = 3000 mV =3 V
Tegangan pada R2 yaitu
V2 = R2 x I = 180 x 50 = 9000 mV = 9 V.
8. Besar arus yang mengalir pada fuse merupakan total arus ke
beban, dimana:
Beban 1 lilitan relay dengan
R= 100Ω berarti I = V/R = 12/ 100 = 0,12 A
Beban 2 adalah horn dengan daya 36W, berarti
I = P/V = 36/12 = 3 A
Beban 3 sama dengan beban 2 yaitu horn 36 W jadi I= 3 A.
Jadi besar arus yang mengalir adalah
It = 0,12 + 3 + 3 = 6,12 A
Tegangan titik 5 saat tombol OFF adalah 0 Volt, sedangkan saat
tombol ON adalah 12Volt.

Modul OPKR – 50 – 002 B 44


9. Mencari tahanan total (Rt) ditentukan dahulu besar tahanan
pengganti (Rp) untuk R2 dan R3.
Rp = ( R2 x R3) : (R2 +R3) = (30 x 60) : (30 + 60) = 20
Rt = R1 + Rp = 4 + 20 = 24 
Mencari V1 dengan rumus:
V1 = R1 / Rt x V = 4 / 24 x 12 = 2 V
Karena R2 dan R3 paralel maka
V2 = V3 = Rp/ Rt x V = 20 / 12 x 12 = 10 V
Besar arus pada R1 = arus total
I = V/ Rt = 12/ 24 = 0,5 A
Besar arus pada R2 adalah
I2 = V2 / R2 = 10/ 30 = 0,333 A
Besar arus pada R3 adalah
I3 = V3/ R3 = 10/ 60 = 0,167 A

g. Lembar Kerja
Lembar Kerja 1a: Mengukur Tegangan, Arus dan Tahanan
Tujuan:
Siswa dapat mengukur besar tegangan listrik, mengukur besar
arus listrik dan mengukur besar tahanan.

Alat dan Bahan


1) Papan percobaan yang dilengkapi bola lampu 12V/ 3
W, bola lampu 12V/ 5W dan bola lampu 12V/ 8W.
2) Papan percobaan yang dilengkapi resistor 1 K, 2 K
dan 3 K
3) Multimeter dan Amper meter 0-5 Amper
4) Baterai

Modul OPKR – 50 – 002 B 45


Keselamatan Kerja
Hati-hati dalam penggunaan multi meter, perhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Mengukur arus pada posisi Amper dengan pengukuran
maksimal 500 mA. Cara pemasangan secara seri.
2) Mengukur tegangan pada posisi voltmeter, pastikan skala
pengukuran diatas tegangan yang akan diukur, pastikan jenis
tegangan yang diukur apakah tegangan AC ataui DC.
3) Mengukur tahanan dengan Ohm meter, perhatikan skala
tahanan yang akan diukur, kalibrasi alat sebelum digunakan

Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Lakukan pengukuran tahanan pada komponen berikut ini:

Komponen Nilai Tahanan Komponen Nilai Tahanan


Bola lampu 12V/3W Tahanan 1KΩ
Bola lampu 12V/5W Tahanan 2KΩ
Bola lampu 12V/8W Tahanan 3KΩ

1) Periksa tegangan baterai yang digunakan. Tegangan: V.


2) Lakukan pengukuran arus listrik dengan memasang amper
meter secara seri pada rangkaian lampu seperti gambar
dibawah ini, baca hasil pengukuran, ganti bola lampu dengan
ukuran yang berbeda.

Modul OPKR – 50 – 002 B 46


3) Lakukan pengukuran arus listrik dengan memasang amper
meter secara seri, dengan mengganti lampu dengan resistor.

Beban Arus Beban Arus


Bola lampu 12V/3W Tahanan 1KΩ
Bola lampu 12V/5W Tahanan 2KΩ
Bola lampu 12V/8W Tahanan 3KΩ

4) Bersihkan tempat kerja dan Kembalikan alat dan bahan ke


tempat semula

Lembar Kerja 1b: Merangkai Seri


Tujuan:
Setelah mencoba lembar kerja ini maka siswa harus dapat :
1) Merangkai 2 resistor lebih secara seri
2) Mengukur arus dan tegangan pada rangkaian seri

Alat dan Bahan


1) Papan percobaan yang dilengkapi resistor 1 K, 2 K dan 3 K
2) Multimeter dan Amper meter 0-1 Amper
3) Power suplay

Keselamatan Kerja

Modul OPKR – 50 – 002 B 47


Hati-hati dalam penggunaan multi meter maupun amper meter
perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)Mengukur arus pada posisi Amper dengan pengukuran
maksimal 500 mA. Cara pemasangan secara seri.
2)Mengukur tegangan pada posisi voltmeter, pastikan skala
pengukuran diatas tegangan yang akan diukur, pastikan jenis
tegangan yang diukur apakah tegangan AC ataui DC.
3)Mengukur tahanan dengan Ohm meter, perhatikan skala
tahanan yang akan diukur, kalibrasi alat sebelum digunakan

Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Lakukan pengukuran tahanan pada komponen berikut ini:

Resistor Hasil Pengukuran


R1 = 1KΩ
R2 = 2KΩ
R3 = 3KΩ

a) Atur dan periksa tegangan power suplay yang digunakan


pada tegangan 6 V.
b) Hitung besar arus dan tegangan secara teoritis dari
rangkaian percobaan

Modul OPKR – 50 – 002 B 48


Hasil perhitungan

Tegangan Power Suplay Arus V1 V2 V3


6V

3) Buat rangkaian sebagai berikut, catat hasil pengukuran

V1 V2 V3

R1=1 K R2=2 K R3=3 K

Power
Suplay 6 V

Hasil Pengukuran

Tegangan Power Suplay Arus V1 V2 V3

Bersihkan tempat kerja dan Kembalikan alat dan bahan ke tempat


semula

Lembar Kerja 1c: Merangkai Paralel


Tujuan:
Setelah mencobah lembar kerja ini maka siswa harus dapat :
1) Merangkai 2 resitor atau lebih secara paralel
2) Mengukur arus dan tegangan pada rangkaian parallel

Modul OPKR – 50 – 002 B 49


Alat dan Bahan
1) Papan percobaan yang dilengkapi resistor 1 K, 2 K dan 3 K
2) Multimeter dan Amper meter 0-1 Amper
3) Power suplay

Keselamatan Kerja
Hati-hati dalam penggunaan multi meter maupun amper meter
perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengukur arus pada posisi Amper dengan pengukuran
maksimal 500 mA. Cara pemasangan secara seri.
2) Mengukur tegangan pada posisi voltmeter, pastikan skala
pengukuran diatas tegangan yang akan diukur, pastikan jenis
tegangan yang diukur apakah tegangan AC ataui DC.
3) Mengukur tahanan dengan Ohm meter, perhatikan skala
tahanan yang akan diukur, kalibrasi alat sebelum digunakan

Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Lakukan pengukuran tahanan pada komponen berikut ini:

Resistor Hasil Pengukuran


R1 = 1KΩ
R2 = 2KΩ
R3 = 3KΩ

3) Atur dan periksa tegangan power suplay yang digunakan


pada tegangan 6 V.
4) Hitung secara teoritis besar arus dan tegangan pada
rangkian dibawah ini

Modul OPKR – 50 – 002 B 50


A

A2 A3
A1

R2=2 K R3=3 K V
R1=1 K

Power Suplay
6V

Hasil perhitungan

Tegangan Power Suplay V A A1 A2 A3


6V

5) Buat rangkaian seperti gambar diatas dengan skala


Ampermeter dan volt meter diatas hasil perhitungan teoritis.
Catat hasil pengukuran

Hasil pengukuran

Tegangan Power Suplay V A A1 A2 A3

6) Bersihkan tempat kerja dan Kembalikan alat dan bahan ke


tempat semula

Modul OPKR – 50 – 002 B 51


Lembar Kerja 1d: Merangkai Kombinasi
Tujuan:
Setelah mencobah lembar kerja ini maka siswa harus dapat :
1) Merangkai 3 resitor lebih secara seri-paralel atau kombinasi
2) Mengukur arus dan tegangan pada rangkaian seri-paralel

Alat dan Bahan


1) Papan percobaan yang dilengkapi resistor 1 K, 2 K dan 3 K
2) Multimeter dan Amper meter 0-1 Amper
3) Power suplay

Keselamatan Kerja
Hati-hati dalam penggunaan multi meter maupun amper meter
perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengukur arus pada posisi Amper dengan pengukuran
maksimal 500 mA. Cara pemasangan secara seri.
2) Mengukur tegangan pada posisi voltmeter, pastikan skala
pengukuran diatas tegangan yang akan diukur, pastikan jenis
tegangan yang diukur apakah tegangan AC ataui DC.
3) Mengukur tahanan dengan Ohm meter, perhatikan skala
tahanan yang akan diukur, kalibrasi alat sebelum digunakan

Langkah Kerja
1)Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2)Lakukan pengukuran tahanan pada komponen berikut ini:

Resistor Hasil Pengukuran


R1 = 1KΩ
R2 = 2KΩ
R3 = 3KΩ

Modul OPKR – 50 – 002 B 52


3) Atur dan periksa tegangan power suplay yang digunakan pada
tegangan 6 V.
4) Hitung secara teoritis besar arus dan tegangan pada rangkian
dibawah ini

A
1
R1=1 A
A
K 3
V 2
1
R2=2 K R3=3 K V
2

Power
Suplay 6 V

Hasil perhitungan

Tegangan Power Suplay V1 V2 A1 A2 A3


6V

4) Buat rangkaian seperti gambar diatas dengan skala Ampermeter


dan voltmeter diatas hasil perhitungan teoritis.

Hasil pengukuran

Tegangan Power Suplay V1 V2 A1 A2 A3

6) Bersihkan tempat kerja dan Kembalikan alat dan bahan ke


tempat semula

Modul OPKR – 50 – 002 B 53


Kegiatan Belajar 2. Prosedur menghindari kerusakan ECU
dan Memeriksa gangguan pada Rangkaian

a. Tujuan kegiatan belajar


Setelah mempelajari modul ini, siswa dapat:
1) Mengetahui prosedur menghindari kerusakan pada ECU.
2) Menyebutkan penyebab terjadinya nilai tahanan membesar
3) Menyebutkan penyebab terjadinya hubung singkat
4) Menyebutkan peralatan yang biasa digunakan memeriksa
gangguan pada rangkaian kelistrikan
5) Menggunakan peralatan untuk memeriksa gangguan pada
rangkaian kelistrikan

b. Uraian materi kegiatan belajar

Prosedur menghindari kerusakan ECU

ECU adalah rangkaian komputer yang dilengkapkan pada mobil-


mobil modern untuk mengontrol kerja dari mesin agar optimal,
sistem pengapian dan injeksi bahan bakar adalah bagian utama
yang dikendalikan oleh ECU. Sensor-sensor memberikan sinyal
pada ECU tentang keadaan atau kondisi dari mesin. Jika ada
komponen yang mengalami gangguan secara cepat sensor akan
memberikan sinyal pada ECU, sehingga ECU dapat memberikan
peringatan dengan menyalakan lampu Indikator yang disediakan
pada mobil sehingga pengemudi akan mengetahui bahwa ada
gangguan pada mesin.
Pada umumnya ECU mempunyai program darurat yang dapat
mengatasi masalah untuk sementara hingga mesin dibetulkan.
Prosedur diagnosa dan pemeriksaan sistem yang dikendalikan oleh

Modul OPKR – 50 – 002 B 54


ECU menggunakan alat khusus yaitu scan tool, alat ini akan
mendeteksi adanya ketidaknormalan kerja mesin dan memberikan
informasi tentang bagian-bagian dari komponen yang memerlukan
perbaikan atau penggantian.
Karena semua program dilakukan oleh ECU maka tidak
diperkenankan mengutak-atik ECU tanpa petunjuk dari buku
manual mesin yang bersangkutan.

Langkah-langkah menghindari kerusakan ECU:


a. Jangan pernah melepas terminal baterei saat kunci kontak
ON atau mesin hidup
b. Jangan pernah memeriksa rangakaian ECU menggunakan
alat yang tidak direkomendasikan oleh buku manual.
c. Jangan pernah memberikan tegangan luar pada ECU.
d. Jangan pernah menjumper pada pin-pin ECU
e. Hindari ECU dari tegangan induksi
f. Hindari ECU dari terkena air.
g. Jangan pernah melakukan pemeriksaan rangkaian ECU
tanpa petunjuk buku manual.

Memeriksa gangguan ringan pada rangkaian/sistem


kelistrikan

Gangguan pada rangkaian kelistrikan yang umum terjadi ada tiga


macam yaitu:
1) Gangguan pada rangkaian karena nilai tahanan membesar
2) Gangguan karena hubung singkat
3) Ganguan dari komponen-komponen kelistrikan itu sendiri.
Gangguan – gangguan ini jika tidak ditangani dengan benar,
maka akan menyebabkan rangkaian kelistrikan tidak bekerja

Modul OPKR – 50 – 002 B 55


dengan normal atau bahkan akan berpotensi menimbulkan
kerusakan yang lebih parah pada komponen–komponen
rangkaian.
Agar rangkaian kelistrikan tersebut dapat bekerja secara normal
kembali, maka diperlukan pemeriksaan pada komponen–
komponen rangkaian. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan
dimana gangguan itu terjadi dan penyebabnya. Jika letak dan
penyebab gangguan sudah diketahui maka langkah berikutnya
adalah melakukan perbaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan.

1). Gangguan rangkaian kelistrikan karena nilai tahanan


membesar
Gangguan ini biasanya disebabkan Karena rangkaian
terbuka atau terjadinya korosi pada bagian–bagian tertentu
dari rangkaian, dapat
juga disebabkan karena kontak saklar yang tidak
baik/kotor.

Modul OPKR – 50 – 002 B 56


Gambar 24. Gangguan yang disebabkan nilai tahanan membesar

Gambar 24.a menunjukkan bahwa, lampu tidak menyala akibat


rangkaian terputus atau terbuka, dan arus tidak dapat mengalir.
Sedangkan gambar b lampu tidak menyala/redup diakibatkan
arus yang mengalir ke lampu terlalu kecil, karena nilai tahanan
membesar. Nilai tahanan dapat membesar karena saklar kotor
atau sambungan kabel berkarat/korosi.

Gangguan karena hubung singkat


Hubung singkat dapat terjadi apabila ada kabel penghantar yang
berhubungan langsung dengan penghantar lain atau pada ground.

Modul OPKR – 50 – 002 B 57


Gambar 25. Gangguan karena hubung singkat

Gambar 25.a menunjukkan adanya hubung singkat diantara


dua kabel penghantar. Lampu atas seharusnya tidak menyala,
sedangkan lampu bawah menyala. Akibat adanya hubung singkat
antara kabel lampu atas dan kabel lampu bawah, maka lampu
atas ikut menyala.
Sedangkan gambar 25.b lampu pada rangkaian tidak menyala
akibat adanya hubung singkat antara kabel dengan ground,
sekering pada rangkaian dapat terputus karena arus yang
mengalir terlalu besar.

Gangguan karena kerusakan komponen


Kerusakan pada komponen kelistrikan adalah penyebab utama
rangkaian kelistrikan tidak dapat bekerja.

Gambar 26. Gangguan akibat kerusakan komponen

Gambar 26.a menerangkan lampu tidak menyala karena filamen


lampu terputus.
Gambar 26.b menunjukan adanya kerusakan pada batere baik
pada kotak batere ataupun korosi pada terminal–terminalnya dan
ini menjadikan batere tidak dapat mensuplai kebutuhan energi

Modul OPKR – 50 – 002 B 58


pada rangkaian dan pada akhirnya rangkaian kelistrikan tidak
dapat bekerja.

Peralatan untuk memeriksa gangguan pada rangkaian/


system kelistrikan.
Macam-macam peralatan yang dapat digunakan untuk memeriksa
gangguan pada rangkaian kelistrikan seperti pada gambar
dibawah. Peralatan ini biasa digunakan untuk memeriksa
kontinuitas dari suatu rangkaian dan mengukur nilai tahanan,
arus atau tegangan dari suatu rangkaian kelistrikan.

Modul OPKR – 50 – 002 B 59


Gambar 27. Macam-macam peralatan pemeriksa rangkaian

Peralatan-peralatan yang biasa digunakan antara lain:


a) Jumper wire
b) Test lamp
c) Self-Powered test light
d) AVO Digital
e) AVO Analog
f) VOLT – AMP Tester
g) Combination meter/Digital probe

Menggunakan Jumper wires untuk memeriksa


kontinuitas rangkaian kelistrikan.

Modul OPKR – 50 – 002 B 60


Sering kali rangkaian kelistrikan tidak dapat bekerja karena tidak
adanya kontinuitas pada rangkaian tersebut, untuk memeriksa
kontinutas dapat digunakan jumper wires seperti yang terlihat
pada gambar 27.
Keselamatan kerja yang harus diperhatikan selama
menggunakan jumper wires adalah:
Jangan pernah melakukan by-pass pada lampu, motor, coil atau
beban kelistrikan lainnya. Karena hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen lainnya.
Langkah pemeriksaan:
1). Pastikan saklar dalam posisi ON
2). Memby-pass rangkaian dari titik/bagian yang paling dekat
dengan sumber
3).Jika dengan langkah ini rangkaian sudah bekerja, maka dapat
dipastikan bahwa gangguan itu terjadi pada daerah yang
kita periksa tadi (tidak ada kontinuitas pada posisi ini).
4). Jika pada langkah no.2 telah dikerjakan dan rangkaian tetap
tidak bekerja maka, mulailah melakukan by-pass pada posisi
selanjutnya. Begitu seterusnya sampai ditemukan dimana
letak gangguannya.

Modul OPKR – 50 – 002 B 61


Gambar 28. By-pass dengan Jumper wires

Menggunakan Tes lamp


Selain dengan jumper wires pemeriksaan kontinuitas dapat
dilakukan dengan tes lamp, penggunaan tes lamp lebih
menguntungkan dibandingkan jumper karena penggunaan tes
lamp tidak menyebabkan terjadinya kerusakan pada komponen
kelistrikan yang sedang diperiksa.
Gambar dibawah menunjukkan cara pemeriksaan kontinuitas
pada rangkaian, jika tes lamp nyala berarti ada kontinuitas antara

Modul OPKR – 50 – 002 B 62


titik yang diperiksa dengan sumber arus/positip batere, sebaliknya
jika tes lamp tidak nyala berarti tidak ada kontinuitas.

Gambar 29. Pemeriksaan kontinuitas dengan tes lamp

Langkah pemeriksaan :
1). Pastikan bahwa batere dalam kondisi baik
2). Pastikan saklar pada posisi ON
2). Hubungkan penjepit dari tes lamp dengan negatip
batere/ground
3). Hubungkan colok tes lamp pada terminal sekring, jika lampu
tes menyala berarti ada kontinuitas antara positip batere
dengan kaki depan sekring jika lampu tidak nyala berarti
jaringan kabel antara positip batere dengan kaki sekring
terputus.
4). Lakukan pemeriksaan tahap berikutnya pada saklar, konektor
seperti gambar 29. sampai menemukan tidak adanya
kontinuitas dengan ditandai tes lamp tidak nyala.

c. Rangkuman kegiatan belajar

Modul OPKR – 50 – 002 B 63


Tiga tipe gangguan yang sering terjadi pada rangkaian/system
kelistrikan yaitu: Gangguan karena nilai tahanan naik, hubung
singkat dan kerusakan komponen.
Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk memeriksa
gangguan rangkaian diantaranya jumper wires, tes lamp, AVO
digital ataupun analog. Pada saat pemeriksaan ganguan harus
diperhatikan cara penggunaan alat yang digunakan sebab jika
salah menggunakan alat dapat menyebabkan kerusakan pada
komponen yang diperiksa.

d. Tugas kegiatan belajar


Buatlah tes lamp dari komponen-komponen yang mudah didapat

e. Test formatif kegiatan belajar


1) Sebutkan prosedur menghindari kerusakan pada ECU
2) Faktor apa saja yang menyebabkan nilai tahanan pada
rangakaian kelistrikan bertambah.
3) Jelaskan apa yang tidak boleh dilakukan saat pemeriksaan
kontinuitas rangkaian menggunakan jumper wire.
4) Bagamana cara menggunakan tes lamp untuk memeriksa
kontinuitas rangkaian kelistrikan
5) Jelaskan keuntungan menggunakan tes lamp disbanding
jumper wire.

f. Kunci jawaban formatif kegiatan belajar


1) Prosedur menghindari kerusakan ECU
a. Jangan pernah melepas terminal baterei saat kunci kontak
ON

Modul OPKR – 50 – 002 B 64


b. Jangan pernah memeriksa rangkaian ECU menggunakan alat
yang tidak direkomendasikan oleh buku manual kendaraan
c. Jangan pernah memberikan tegangan luar pada ECU
d. Jangan pernah menjumper pada pin-pin ECU
e. Hindari ECU dari tegangan induksi
f. Hindari ECU dari terkena air
g. Jangan pernah melakukan pemeriksaan rangkaian ECU
tanpa petunjuk buku manual.
2) Faktor apa saja yang menyebabkan nilai tahanan pada
rangakaian kelistrikan bertambah
a. Gangguan karena nilai tahanan membesar
b. Gangguan karena hubung singkat
c. Gangguan karena kerusakan komponen
3) Faktor penyebab nilai tahanan bertambah antara lain:
a) Adanya rangkaian yang terbuka/terputus
b) Timbulnya korosi/karatan pada sambungan
4) Hal yang tidak diperbolehkan dalam pemerikaan kontinuitas
dangan jumper wire adalah:
Membay-pass beban kelistrikan baik lampu,motor atau beban
lain
5) Cara menggunakan tes lamp untuk pemeriksaan kontinuitas
rangkaian, adalah:
a) Menghubungkan jepit tes lamp dengan negatip batere atau
ground
b) Menghubungkan colok tes lamp dengan titik pada rangkaian
yang akan diperiksa.
5) Keuntungan menggunakan tes lamp dibandingkan jumper wire
adalah: tes lamp tidak menyebabkan terjadinya kerusakan pada
komponen rangkaian yang diperiksa.

Modul OPKR – 50 – 002 B 65


g. Lembar kerja kegiatan belajar
Tujuan :
Setelah mencoba lembar kerja ini maka siswa harus dapat :
1) Menggunakan jumper wire
2) Menggunakan tes lamp
3) Menentukan letak gangguan dari hasil pemeriksaan.
4) Menyimpulkan hasil pemeriksaan

Alat dan Bahan


4) Trainer kelistrikan body standart
5) Baterai 12V
6) Jumper wire
7) Tes lamp

Keselamatan Kerja
1) Tidak diperkenankan Memby-pass batere karena dapat
menyebakan kerusakan pada batere.
2) Tidak diperkenankan memby-pass beban kelistrikan.

Langkah Kerja
4) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
5) Lakukan pemeriksaan kontinuitas dengan jumper dan tes lamp.

Memeriksa kontinuitas dengan jumper:


1) Rangkaikan kelistrikan body standart yang akan diperiksa
2) By-pass dengan jumper pada bagian titik kabel yang
terdekat dengan sumber arus.

Modul OPKR – 50 – 002 B 66


3) Perhatikan hasil pemeriksaan ada perubahan kerja atau
tidak,
4) Lanjutkan pemeriksaan pada titik–titik berikutnya.

Mengukur kontinuitas dengan tes lamp:


1) Rangkaikan kelistrikan body standart yang akan diperiksa
2) Hubungkan jepit tes lamp dengan negatip sumber arus.
3) Hubungkan colok tes lamp pada titik yang terdekat
dengan sumber arus positip.
4) Perhatikan hasil pemeriksaan apakah lampu tes menyala
atau tidak.
5) Tarik kesimpulan dari hasil pemeriksaan
6) Lanjutkan pemeriksaan pada titik berikutnya.
7) Ambil kesimpulan akhir, tentukan letak gangguan
rangkaian
8)Bersikah alat dan tempat kerja, kembalikan alat dan bahan ke
tempat semula

Tugas:
Analisisa data hasil pemeriksaan, buatlah laporan

Modul OPKR – 50 – 002 B 67


Kegiatan Belajar 3. Mengganti Sekering dan Bohlam

a. Tujuan kegiatan belajar


Setelah mempelajari modul ini, siswa dapat:
6) Mengerjakan penggantian fuse/sekering
7) Memeriksa kondisi fuse/sekering
8) Memeriksa ukuran fuse/sekering
4) Mengerjakan penggantian bohlam lampu kepala dengan
benar
9) Memeriksa kerja lampu kepala
10)Mengerjakan penggantian lampu belakang, lampu rem dan
lampu mundur dengan benar.
11)Memeriksa kerja lampu belakang, lampu rem dan lampu
mundur.

b. Uraian materi kegiatan belajar

1) Mengganti Sekering yang putus

Sekering melindungi semua alat elektrik di dalam mobil: Pada


saat aliran arus berlebih, sekering akan "putus" sedemikian
sehingga arus listrik yang berlebih tidak mengalir pada peralatan.
Karena arus yang berlebih itu dapat merusakkan peralatan atau
menimbulkan percikan api. Dengan mengganti sekering yang
putus akan mengembalikan kerja peralatan seperti semula
(sebagai contoh sekering klakson putus akibatnya klakson tidak
bunyi, setelah sekering diganti klakson kembali bunyi). Jika
sekering putus berulangkali, itu menandakan adanya suatu
masalah dalam rangkaian dan ini memerlukan penanganan lebih
serius.

Modul OPKR – 50 – 002 B 68


Ada dua jenis sekering dilihat dari bentuknya yaitu type
blade/pipih dan cartridge/tabung. Pada umumnya kendaraan
sekarang banyak menggunakan type blade.

Gambar 30. Macam sekering

Langkah-langkah mengganti sekering

1.Matikan mesin
2.Mencari kotak sekering.
Kotak sekering umumnya
berbentuk segi empat yang
diletakkan di bawah
dashboard sebelah kanan.

Gambar 31. Kotak sekering

3.Amati tutup kotak sekering


Pada tutup kotak sekering
dilengkapi dengan denah
lokasi masing-masing
sekering dan kapasitas dari
sekering.

Modul OPKR – 50 – 002 B 69


Gambar 32. Denah letak sekering

4.Pada kotak sekering juga


dilengkapi dengan catut
pelepas dan sekering
cadangan.

Gambar 33. Catut sekering

5.Lepas sekering yang akan


diganti dengan menariknya
menggunakan catut
sekering.

Gambar 34. Melepas sekering

6.Jika tidak ditemukan catut


gunakan tang lancip untuk
melepas sekering.

Gambar 35. Melepas sekering dengan tang

7.Periksa kondisi sekering

Modul OPKR – 50 – 002 B 70


Gambar 36. Sekering baik dan putus

8.Pastikan kapasitas sekering


yang dipakai.

Gambar 37. Kapasitas sekering 15 A

9.Pasang sekering baru


dengan kapasitas yang
sama dengan sekering yang
diganti.
Tekan pelan-pelan hingga
sekering duduk dengan
tepat pada slotnya.

Gambar 38. Memasang sekering

10. Pasang tutup sekering.

Keselamatan kerja:
1. Jangan pernah mengganti sekering dengan ukuran amper yang
lebih besar. Ini dapat merusakan peralatan yang seharusnya
diamankan oleh sekering itu.
2. Pada jenis tabung sekering mudah pecah, hati-hati saat melepas
atau memasangnya, karena pecahan kacanya dapat melukai
tangan.

2) Mengganti bohlam lampu kepala

Modul OPKR – 50 – 002 B 71


Lampu kepala berfungsi sebagai penerangan jalan saat kendaraan
digunakan pada malam hari, jika lampu kepala mati maka
kemungkinan penyebab utamanya dalah bohlam putus.
Mengganti bohlam lampu kepala yang putus relatif gampang.
Mobil-mobil sekarang pada umumnya menggunakan bohlam type
halogen yang dapat dengan mudah dilepas dari bagian belakang
lampu kepala. Tetapi masih ada juga yang menggunakan model
sealed beam (khususnya pada mobil-mobil tua), pada lampu jenis
ini penggantiannya harus satu set antara bola lampu dan kaca
biasnya.

Gambar 39. Bohlam halogen

Langkah-langkah mengganti bohlam lampu kepala:


1. Pastikan bola lampu yang
akan diganti

Gambar 40. Periksa lampu kepala

Modul OPKR – 50 – 002 B 72


2. Matikan saklar lampu kepala

Gambar 41. Saklar lampu kepala

3. Lepas soket lampu kepala, dan


buka karet pelindung serta
lepas klip pengunci

Gambar 42. Melepas klip

4. Keluarkan bohlam dari


dudukanya dan siapkan bohlam
baru.

Gambar 43. Mengeluarkan bohlam

5. Pasang bohlam halogen Yang


baru, pastikan tepat pada
dudukannya.

6. Pasang kembali klip pengikat


pada tempatnya

Modul OPKR – 50 – 002 B 73


7. Pasang karet pelindung pada
dudukannya
8. Pasang soket lampu kepala (pastikan menancap dengan kuat).
Gambar 44. Pasang bohlam baru

9. Nyalakanlah lampu kepala


untuk mengujinya.

Keselamatan kerja:
1. Jangan pernah menyentuh kaca pada bohlam halogen.
2. Daya pada bohlam baru harus sama dengan bohlam lama.
3. Saat pemasangan bohlam baru pastikan bohlam duduk dengan
tepat pada tempatnya, persinggungan yang tidak tepat
mengakibatkan getaran yang menimbulkan panas sehingga
bohlam mudah putus.

3) Mengganti bohlam lampu belakang, lampu rem dan


mundur

Lampu yang dipasang pada mobil mempunyai fungsi yang penting


bagi keselamatan berkendaraan di jalan raya. Jika ada salah satu
lampu yang mati, maka segera harus diganti.

Gambar 45. Bohlam mati karena terbakar

a. Langkah-Langkah:

Modul OPKR – 50 – 002 B 74


1. Tentukan bagian bohlam yang
akan diganti: Pada beberapa
type lampu belakang, cover
lampu dibuka dari luar
dengan melepas sekerup
pengikatnya.
2. Lepaskan sekerup pengikat.
Gambar 46. Melepas baut pengikat

3. Lepas bohlam dengan cara


menekan dan diputar.

Gambar 47. Melepas bohlam

4. Periksa bohlam berapa ukuran


daya yang dipakai.

5. Bersihkanlah konektor dengan sikat


kawat atau lap dari kotoran atau
karatan.

Gambar 48. Membersihkan konektor

6. Ambil bohlam baru dengan


ukuran sama dengan bohlam
lama.
7. Pasang bohlam baru dengan cara
menekan masuk lalu diputar.

Modul OPKR – 50 – 002 B 75


Gambar 49. Pasang bohlam

8. Pasang cover lampu belakang.

9. Uji kerja lampu dengan


menginjak pedal rem dan
memutar saklar lampu kota.

Gambar 50. Menguji lampu belakang

Keselamatan kerja:

1. Selalu gunakan ukuran bohlam yang sama dengan aslinya saat


penggantian.
2. Hati saat melepas atau memasang bohlam, tekanan yang terlalu
kuat dapat memecahkan lampu.

c. Rangkuman kegiatan belajar


Sekering berfungsi untuk mengamankan jaringan dari kerusakan
akibat, aliran arus yang berlebih. Sekering yang rusak/putus harus
diganti agar peralatan kelistrikan yang ada pada rangkaian bekerja
kembali. Sekering mempunyai ukuran kapasita arus yang berbeda,
apabila ukuran arus pada sekering diganti lebih besar maka hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan kelistrikan yang
ada.

Rangkaian sistem kelistrikan diantaranya adalah lampu kepala,


lampu rem, lampu mundur, lampu kota. Apabila bohlam putus
maka lampu tidak menyala, dengan mengganti bohlam baru maka
rangkaian lampu akan menyala kembali.

Modul OPKR – 50 – 002 B 76


Pasanglah bohlam baru dengan ukuran yang sama dengan aslinya
agar tidak mengakibatkan gangguan pada rangakaian kelistrikan
yang ada.

d. Tugas kegiatan belajar


Mencari contoh bohlam type sealed-beam dan bohlam halogen
yang digunakan pada lampu kepala.

e. Test formatif kegiatan belajar


6) Sebutkan ciri-ciri sekering putus?
7) Faktor apa saja yang perlu diperhatikan saat mengganti
sekering.
8) Sebutkan ciri-ciri bohlam mati?.
9) Jelaskan langkah perbaikan bohlam lampu rem.
10) Apa yang harus diperhatikan saat memegang bohlam
halogen.
f. Kunci jawaban formatif kegiatan belajar
6) Ciri sekering putus, filamen kelihatan putus dan apabila
dilakukan pemeriksaan kontinuitas diantara ke dua ujung
sekering tidak ada kontinuitas.
7) Faktor yang perlu diperhatikan saat mengganti sekering:
c) Ukuran sekering harus sama dengan sekering yang asli
d) Pemasangan harus benar pada tempatnya.
8) Ciri-ciri bohlam mati:
a) Filament putus,
b) Dari warna kelihatan hitam habis terbakar
9) Langkah perbaikan lampu rem:
a) Pastikan terminal batere terlepas
b) Pastikan posisi bohlam lampu rem yang akan diganti.

Modul OPKR – 50 – 002 B 77


c) Buka cover penutup bohlam.
d) Lepas bohlam
e) Periksa ukuran bohlam
f) Bersihkan dudukan bohlam dari karat/kotoran
g) Pasang bohlam baru
h) Pasang kembali cover bohlam
i) Pasang terminal batere
j) Cek kerja lampu rem dengan menginjak pedal rem
5) Yang harus diperhatikan saat memegang bohlam halogen adalah
tidak boleh memegang pada kacanya karena dapat
menyebabkan cepat putus.

g. Lembar kerja kegiatan belajar


Tujuan :
Setelah mencoba lembar kerja ini maka siswa harus dapat :
5) Menentukan kondisi sekering baik atau rusak
6) Menentukan ukuran sekering
7) Mengganti sekering
8) Menentukan ukuran bohlam
9) Mengganti bohlam

Alat dan Bahan


8) Mobil instruksi
9) Test lamp

Keselamatan Kerja
3) Lepas terminal batere sebelum pekerjaan penggantian
dilakukan.
4) Pastikan kunci kontak OFF saat melepas terminal batere.

Modul OPKR – 50 – 002 B 78


5) Hati-hati waktu melepas sekering atau bohlam, karena mudah
pecah.
6) Selalu gunakan ukuran yang sama saat penggantian sekering
dan bohlam.
7) Selalu dilakukan pemeriksaan kerja, saat selesai penggantian.

Langkah Kerja
6) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
7) Lakukan Penggantian sekering
8) Lakukan penggantian bohlam

Mengganti sekering:
5) Pastikan kunci kontak off dan lepas terminal batere
6) Lepas sekering dengan hati.
7) Periksa ukuran sekering
8) Pasang sekering baru dengan ukuran yang sama
9) Pasang kembali terminal batere, cek kerja sekering
dengan test lamp

Mengganti bohlam lampu rem:


8) Pastikan letak bohlam yang akan ganti
9) Lepas terminal batere
10) Pada kendaraan yang dilengkapi dengan ECU posisi kunci
kontak harus OFF saat terminal batere dilepas
11) Lepas cover lampu rem
12) Lepas bohlam lampu rem
13) Periksa ukuran daya lampu rem
14) Bersihkan dudukan bohlam dari kotoran ataupun karat

Modul OPKR – 50 – 002 B 79


15) Pasang bohlam baru dengan ukuran sama dengan yang
diganti
16) Pasang cover lampu rem
17) Pasang terminal batere
18) Periksa kerja lampu rem dengan menginjak pedal rem

Tugas:
Cari jenis-jenis sekering dan analisa kapasitas ampere yang
dipakai untuk masing-masing komponen kelistrikan.

Modul OPKR – 50 – 002 B 80


Kegiatan Belajar 4. Perbaikan Rangkaian Kabel

a. Tujuan Kegiatan Belajar


Setelah mempelajari modul ini siswa dapat:
6) Menyebutkan macam kabel yang digunakan pada kendaraan
7) Mengidentifikasi kode warna yang digunakan pada kabel
8) Menentukan ukuran kabel yang digunakan
9) Memperbaiki rangkaian kabel

b. Uraian materi kegiatan belajar


Kabel (Wires)
Kabel merupakan konduktor digunakan sebagai media
mengalirkan listrik. Terdapat beberapa tipe kabel, diataranya:
1) Kabel yang terbungkus isolator tipe pejal dan tipe serabut.
Kabel tipe serabut yang paling banyak digunakan pada
kelistrikan otomotif.
2) Kabel tanpa isolator, kabel jenis ini digunakan sebagai
kabel bodi/ ground. Kabel ini menghubungkan antara blok
mesin dengan bodi/ rangka kendaraan.

Gambar 51. Macam kabel

Berdasarkan besar arus mengalir kabel dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

Modul OPKR – 50 – 002 B 81


1) Kabel diameter kecil yaitui kabel yang digunakan untuk beban lampu
dan asesoris lainnya.
2) Kabel diameter besar yaitu kabel yang digunakan untuk kabel baterai.

Kode Warna Kabel


Guna mempermudah identifikasi maupun penelusuran bila terjadi
kerusakan pada rangkaian kelistrikan maka isolator kabel dibuat warna.
Pada wiring diagrams warna kabel ditunjukkan dalam kode abjad, karena
terbatasnya warna maka warna isolator kabel ada yang model diberi garis
strip. Pengkode kabel model ini warna kabel yang dominan diletakan
depan sedangkan strip diletakkan dibelakang. Contoh: kabel satu warna
dengan kode “B” berarti warna kabel adalah hitam (black), sedangkan
kode “B-W” berarti warna kabel adalah hitam strip putih (white).

Tabel 1 Kode Warna Kabel

Warna Kode Warna Kode


Black (hitam) B Orange (oranye) O
Brown (coklat) BR Pink(merah muda) P
Green (hijau) G Red (merah) R
Gray (abu-abu) GR Violet (ungu) V
Blue (biru) L White (putih) W
Light Blue LG Yellow (kuning) Y
(hijau muda)

Hubungan Antara Diameter dan Panjang Kabel dengan Tahanan


Listrik

Tahanan listrik berbanding lurus dengan panjang kabel tetapi berbanding


terbalik dengan diameter kabel. Ini berarti semakin panjang kabel listrik,
semakin besar pula tahanannya, tetapi semakin besar diameter kabel
listrik semakin kecil tahanannya. Berdasarkan pengertian diatas tahanan
suatu kabel listrik dapat dihitung dengan rumus berikut:

Modul OPKR – 50 – 002 B 82


R=. l
A
R = Tahanan listrik ………………. 
 = Tahanan jenis ………………. m
l = Panjang kabel ………………. m
A = Luas penampang kabel …….. m2

Tabel 2. Tahanan jenis pada temperature 20 ºC

Bahan  /m Bahan  /m


Almunium 2,75 x 10-8 Tungsten 5,25 x 10-8
Besi 9,68 x 10-8 Mangan 48,2 x 10-8
Emas 2,44 x 10-8 Karbon 3 x 10-5
Perak 1,62 x 10-8 Germanium 5 x 10-1
Platina 10,6 x 10-8 Silikon 0,1 - 60
Tembaga 1,69 x 10-8 Kaca 109 - 1012

Menentukan Ukuran Kabel

Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa semakin panjang kabel


semakin besar tahanan listriknya, dan semakin kecil kabel tahanan
semakin besar. Guna memudahkan pemakaian maka SAE (
Society of Automotive Engineer ) mengeluarkan pedoman AWG
(American Wire Gauge) seperti table berikut ini:

Tabel 3. Ukuran Kabel

Metric (mm2) SAE AWG (gage) Ohm per 1000 feet

0,5 20 10,0
0,8 18 6,9
1,0 16 4,7
2,0 14 2,8
3,0 12 1,8
5,0 10 1,1
8,0 8 0,7
13,0 6 0,4
19,0 4 0,3

Modul OPKR – 50 – 002 B 83


32,0 2 0,2
40,0 1 0,14
50,0 0 0,11
62,0 00 0,09

Contoh:

Tentukan besar tahanan untuk kabel 14 gage, dengan panjang


18 feet.

Dari table diatas dapat diketahui tahanan kabel 14 gage adalah


2,8 Ohm tiap 1000 feet atau 0,0028 ohm per feet, sehingga besar
tahanan = 0,0028 x 18 = 0,05 Ohm.

Pemilihan kabel yang digunakan pada sistem kelistrikan


tergantung dari besar arus yang akan mengalir atau beban.
Semakin besar arus yang mengalir atau semakin besar beban
semakin kesar ukuran kabel yang digunakan. Selain besar arus
dan beban juga dipengaruhi jarak antara sumber dengan beban.
Guna mempermudah pemilihan SAE mengeluarkan pedoman
pemilihan kabel seperti table berikut ini:

Tabel 4. Pedoman Pemilihan Ukuran Kabel (Wire Gage)

Arus Daya Panjang Kabel (feet)

Amp Watt 3 5 7 10 15 20 25 30

Modul OPKR – 50 – 002 B 84


1 12 20 20 20 20 20 20 20 20

1,5 18 20 20 20 20 20 20 20 20

2 24 20 20 20 20 20 20 20 20

3 36 20 20 20 20 20 20 20 20

4 48 20 20 20 20 20 20 20 18

5 60 20 20 20 20 20 20 18 18

6 72 20 20 20 20 20 18 18 18

7 84 20 20 20 20 18 18 18 16

8 96 20 20 20 18 18 18 16 16

10 120 20 20 20 18 18 16 16 16

11 132 20 20 20 18 16 16 16 14

12 144 20 20 20 18 16 16 14 14

15 180 20 20 20 18 16 14 14 12

18 216 20 20 18 16 14 14 12 12

20 240 20 20 18 16 14 12 12 10

22 264 20 18 16 14 12 12 10 10

Contoh:
Tentukan ukuran kabel untuk lampu penerangan dengan daya 200
W, bila jarak lampu sampai sumber listrik sejauh 18 feet.
Tentukan pula penurunan tegangan akibat panjang kabel.
Besar arus yang mengalir adalah I = P/V = 200 /12 = 16,6 A
Ukuran kabel untuk daya 200W dengan jarak 18 feet dari table
diatas adalah 14 gage atau luas penampang 2,0 mm 2 .
Dari table diatas dapat diketahui tahanan kabel 14 gage adalah
2,8 Ohm tiap 1000 feet atau 0,0028 ohm per feet, sehingga besar
tahanan = 0,0028 x 18 = 0,05 Ohm. Dengan demikian besar
voltage drop sebesar V = I x R = 16,6 x 0,05 = 0, 83 Volt.

Hubungan Antara Temperatur dan Tahanan Listrik


Tahanan listrik pada konduktor akan berubah dengan adanya
perubahan temperatur konduktor/kabel. Biasanya tahanan listrik
akan naik bila temperatur naik. Hal tersebut dapat dipahami
dengan cara berikut. Bila sebuah lampu yang dihubungkan denga

Modul OPKR – 50 – 002 B 85


baterai dengan sebuah kawat tembaga, kemudian kawat tersebut
dipanaskan dengan api maka lampu tersebut semakin lama akan
semakin redup.

Gambar 52. Beberapa FaKtor Yang Mempengaruhi Nilai Tahanan

Tahanan Sambungan
Tahanan sambungan adalah tahanan yang diakibatkan oleh
sambungan yang kendor atau kotor. Bila arus listrik melewati
sambungan yang kendor akan menyebabkan sambungan menjadi
panas. Panas ini akan memperbesar tahanan dan mempercepat
timbulnya korosi. Tahanan sambungan dapat diperkecil dengan
membersihkan sambungan dan mengeraskan sambungan.
Terminal baterai merupakan terminal yang paling sering kendor
dan kotor akibat korosi yang disebabkan asam sulfar dari uap
elektrolit baterai. Akibat terminal kendor dan kotor menyebabkan
tahanan meningkat sehingga menyebabkan gangguan suplai listrik
terutama saat mesin distarter, oleh karena itu terminal ini harus
sering diperiksa dan dibersihkan

Modul OPKR – 50 – 002 B 86


Gambar 53. Membersihkan terminal baterai

Tahanan Isolator
Seperti telah dijelaskan bahwa karet, vynil, plastik dan porselin
dapat digunakan untuk menghalangi arus listrik antara konduktor.
Sifat dari bahan-bahan ini disebut kemampuan tahanan isolator
dan dinyatakan dengan nilai tahanan. Dalam kondisi tertentu
isolator dapat berubah menjadi penghantar listrik/konduktor,
misalnya karena retak, bocoran arus listrik yang akan
menimbulkan percikan bunga api dan menimbulkan kotoran,
menempelnya air atau kotoran lain pada isolator.

Gambar 54. Kerusakan isolator kabel listrik

Wire Harness

Wire harness merupakan sekumpulan kabel yang digunakan pada


rangkaian kelistrikan, dimana sekumpulan kabel tersebut dijadikan
satu dengan isolator, agar kabel lebih rapih. Pada ujung wire
harness dipasang konektor sehingga pemasangan sistem
perkabelan lebih mudah.

Modul OPKR – 50 – 002 B 87


Gambar 55. Wire Harnes

Memperbaiki Kabel
1) Potong kabel yang rusak,
kemudian kupas kabel dengan
tang pengupas dengan panjang
10 mm

Gambar 56. Mengupas kabel


2) Ukur diameter kabel untuk
menentukan ukuran kabel
penyambung yang akan
digunakan.

Gambar 57. Mengukur diameter

3) Buat kabel penyambung yang


akan digunakan, masukkan heat
shrink tube ke kabel
penyambung.

Gambar 58. Memasukkan heat shrink

Modul OPKR – 50 – 002 B 88


4) Sambung kedua kabel dengan
Crimp mark, kemudian solder
sambungan

Gambar 59. Menyolder sambungan


5) Geser heat shrink tube ke kabel
yang disambung, kemudian
panasi heat shrink tube dengan
heater.

Gambar 60. Memanaskan heat shrink

c. Rangkuman kegiatan belajar


Kabel merupakan konduktor digunakan sebagai media
mengalirkan listrik. Terdapat beberapa tipe kabel diantaranya :
1) Kabel berisolator, contoh kabel yang umum digunakan
2) Kabel tanpa isolator, contoh kabel massa
3) Kabel kecil, contoh kabel yang digunakan secara umum
4) Kabel besar , contoh kabel baterai
Pada wiring diagrams warna kabel ditunjukkan dalam kode abjad,
karena terbatasnya warna maka warna isolator kabel ada yang
model diberi garis strip. Pengkode kabel model ini warna kabel
yang dominan diletakan depan sedangkan strip diletakkan
dibelakang. Contoh: kabel satu warna dengan kode “B” berarti
warna kabel adalah hitam (black), sedangkan kode “B-W” berarti
warna kabel adalah hitam strip putih (white).
Guna memudahkan menentukan ukuran kabel yang akan
digunakan SAE ( Society of Automotive Engineer) mengeluarkan
pedoman AWG (American Wire Gauge) yang berisi nomor gage,
ukuran kabel dan tahanan tiap 1000 feet. Selain itu juga ada

Modul OPKR – 50 – 002 B 89


pedoman yang memuat hubungan arus, panjang kabel dan nomor
gage yang digunakan.
Tiap ujung kabel dipasang konektor, bentuk konektor ada
bebarapa macam diantara bentuk bulat maupun bentuk kotak.
Jumlah kabel dalam satu konektor sangat bervariasi mulai dari
satu kabel sampai puluhan kabel.

d. Tugas kegiatan belajar


Cari wiring diagram salah satu tipe kendaraan:
1)Identifikasi ukuran dan warna kabel yang digunakan
2)Identifikasi jenis konektor yang digunakan

e. Test formatif kegiatan belajar


1) Sebutkan macam kabel yang digunakan pada kendaraaan
2) Tentukan ukuran kabel untuk horn, bila diketahui daya horn
12V/ 36 W dirangkai paralel, jarak antara horn dengan sumber
3 m.
3) Sebutkan bahan yang sering digunakan untuk isolator kabel
4) Dimana titik-titik yang menjadi sumber gangguan pada kabel
5) Apa yang dimaksud heat shrink tube?
6) Bagaimana cara menyambung kabel yang putus?

f. Kunci jawaban formatif kegiatan belajar


1) Macam kabel yang digunakan pada kendaraan yaitu dilihat dari
serabutnya ada dua yaitu kabel serabut dan kabel pejal, dari
penggunaan isolator yaitu kabel tanpa isolator dan kabel
dengan isolator, dilihat dari ukurannya maka ada kabel kecil
dan kabel besar.

Modul OPKR – 50 – 002 B 90


2) Ukuran kabel untuk horn, bila diketahui daya horn 12V/ 36 W
dirangkai paralel, jarak antara horn dengan sumber 3 m.
Panjang kabel : 1 meter= 3,28 feet untuk 3 m = 3 x 3,28 =
9,84 feet
beban : 12 V/36 W dirangkai paralel sehingga beban 12
V/36 W +12 V/36 W = 12V/72 W . Dari data tersebut
diklarifikasi dengan tabel diperoleh ukuran kabel 20, yaitu kabel
dengan luasan 0,5 mm2
3) Bahan yang sering digunakan untuk isolator kabel antara lain
karet, vynil, atau plastik.
4) Titik-titik yang menjadi sumber gangguan pada kabel antara
lain pada sambungan, ujung konektor, klem kabel pada bodi
dan terminal kabel
5) Heat shrink tube merupakan salah satu model isolator
sambungan kabel dengan metode pemanasan untuk
menyusutkan isolator sehingga isolator dapat mengikat dengan
kuat sambungan yang diisolasi.
6) Cara menyambung kabel yang putus adalah :
a) Putus bagian kabel yang rusak dan kupas isolator pada ujung
kabel kurang lebih 10 mm.
b) Ukur diameter kabel untuk menentukan diameter kabel
penyambung.
c) Ukur panjang kabel yang dibutuhkan dengan diameter sama
dengan kabel yang disambung.
d) Masukkan dua heat shrink tube pada kabel penyambung.
e) Sambung kabel yang putus, dan solder sambungan kabel.
f) Geser heat shrink pada sambungan kabel yang telah disolder dan
panasi heat shrink tube.

Modul OPKR – 50 – 002 B 91


g. Lembar kerja kegiatan belajar
Tujuan :
Setelah mencoba lembar kerja ini maka siswa harus dapat :
3) Menyambungkabel yang putus
4) Memasang terminal kabel

Alat dan Bahan


10) Solder
11) Tang pengupas kabel
12) Kabel, tenol, terminal kabel, heat shring tube

Keselamatan Kerja
Hati-hati terhadap ujung solder saat panas, tempatkan iujung
solder pada tempatnya, hindari ujung solder mengenai kabel
listrik.
Jangan memegang ujung solder untuk memastikan solder
berfungsi atau tidak.

Langkah Kerja
9) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
10) Latihan menyambung kabel
a) Potong dua buah kabel dengan panjang 100 mm, kupas
isolator pada ujung kabel kurang lebih 10 mm.
b) Masukkan heat shrink tube pada salah satu kabel.
c) Sambung kabel, kemudian solder sambungan kabel.
d) Geser heat shrink pada sambungan kabel yang telah
disolder.
e) Panasi heat shrink tube.

Modul OPKR – 50 – 002 B 92


Menyolder sambungan Memanasi heat shrink

11) Latihan memasang terminal


a) Potong kabel dengan panjang 100 mm, kupas isolator pada
ujung kabel kurang lebih 10 mm.
b) Masukkan heat shrink tube pada kabel.
c) Pasang kabel pada terminal kabel, cepit dengan tang
penjepit terminal, solder sambungan kabel.
d) Geser heat shrink pada sambungan kabel yang telah
disolder.
e) Panasi heat shrink tube.

4) Bersikan alat dan tempat kerja, kembalikan ketempat semula.

Tugas
Apa dampak kualitas sambungan kabel yang buruk pada sistem
kelistrikan.

Modul OPKR – 50 – 002 B 93


Kegiatan 5. Memperbaiki Konektor Kabel

a. Tujuan Kegiatan Belajar


Setelah membaca modul ini siswa dapat:
1) Menyebutkan macam wire conector
2) Menjelaskan model penguncian wire conector
3) Melepas dan memasang wire conector
4) Memperbaiki wire conector yang rusak

b. Uraian Materi
Konektor kabel (Wire conector)
Konektor berfungsi tempat penyambungan kabel pada sistem
kelistrikan, melindungi sambungan dari karat dan kotoran, dan
memungkinkan sambungan dipisah lagi dengan mudah.

Konektor terdiri dari konektor laki-laki dan konektor perempuan,


rumah konektor terbuat dari plastic, dalam rumah tersebut
terdapat lubang untuk memasukkan terminal kabel. Jumlah
terminal pada konektor sangat beragam mulai dari satu terminal
sampai puluhan terminal. Agar penyambungan konektor lebih
mudah dan tidak salah maka pada konektor terdapat nok
sehingga bila posisi tidak tepat maka konektor tidak dapat
masuk, sedangkan untuk menjamin agar sambungan lebih kuat
maka dipasang pengunci.

Modul OPKR – 50 – 002 B 94


Bentuk Konektor
Bentuk konektor ada bebarapa macam diantara bentuk bulat
maupun bentuk kotak. Jumlah kabel dalam satu konektor sangat
bervariasi mulai dari satu kabel sampai puluhan terminal.

Konektor
perempuan
Konektor
laki-laki

Nok

Gambar 41. Konektor

Saat melepas konektor harus memperhatikan teknik penguncian


yang digunakan, dan saat menarik konektor tidak boleh menarik
kabelnya. Bagian yang ditarik adalah bagian konektornya. Teknik
melepas penguncian terminal ada beberapa macam diantaranya:
1) Mengangkat pengunci kemudian rumah konektor ditarik
2) Menekan pengunci kemudian rumah konektor ditarik
3) Langsung menarik rumah konektor

Lokasi pengunci :
1) Di tengah
2) Disamping

Modul OPKR – 50 – 002 B 95


Gambar 62. Bentuk dan Teknik Penguncian Pada Konektor Kabel.

Gambar 63. Macam Bentuk Konektor dan Jumlah Terminalnya

Melepas dan memasang konektor kabel


Melepas konektor harus hati-hati, cara melepas yang salah dapat
meyebabkan kabel putus. Perhatikan metode penguncian yang
digunakan oleh konektor, jangan menarik kabel saat melepas.

Langkah melepas konektor kabel adalah sebagai berikut


1) Tekan pengunci badan soket konektor dan pisahkan badan
konektor laki dan perempuan (Male dan Famale)
2) Jika sulit terlepas, angkat anti-back comb dari badan konektor
dengan menggunakan obeng, lihat gambar 64.

Modul OPKR – 50 – 002 B 96


3) Menggunakan obeng, masukkan obeng ke dalam bagian depan
badan konektor, angkat pengunci penahan dari terminal dan
tarik kabelnya dari konektor.

Gambar 64. Melepas Terminal dari Konektor

Langkah memasang
1)Perhatikan posisi pengunci maupun posisi nok
2)Masukkan terminal konektor sampai pengunci bunyi klik.
3)Pastikan konektor telah terkunci dengan baik dengan cara
menarik konektor tanpa menekan pengunci, konektor tidak
boleh terlepas.

Memperbaiki Kerusakan Konektor Kabel

Modul OPKR – 50 – 002 B 97


Terminal konektor maupun kabel pada sambungan terminal sering
mengalami gangguan. Gangguan pada terminal adalah karat dan
terbakar, sedangkan pada sambungan sering kabelnya putus,
untuk mengatasi hal tersebut maka perlu perbaikan konektor
kabel.
Langkah perbaikan adalah sebagai berikut:
1) Keluarkan terminal konektor dari rumah konenektor dengan
cara menekan pengunci menggunakan kawat atau obeng (-)
ukuran kecil.

Gambar 65 . Melepas Terminal Konektor

2) Dorong terminal konektor keluar.


3) Potong kabel yang rusak, dan kupas isolatornya kurang lebih 10 mm.
4) Ukur diameter kabel untuk menentukan ukuran kabel penyambung
yang akan digunakan.
5) Buat kabel penyambung dengan ukuran kabel yang sama, kupas
ujung kabel, pasang terminal konektor.

Modul OPKR – 50 – 002 B 98


Gambar 66. Menyambung Kabel Yang Putus

6) Potong kabel penyambung dengan panjang sesuai kabel yang


dibutuhkan, kupas isolator pada ujung kabel, sambung kedua
kabel dengan Crimp mark, kemudian solder sambungan
7) Geser heat shrink tube ke kabel yang disambung, kemudian panasi
heat shrink tube dengan heater.

8) Ungkit pengunci pada terminal konektor, masukkan terminal


konektor ke rumah konektor sampai bunyi klik, kemudian tarik
kabel untuk menguci apakah terminal konektor sudah terpasang
dengan baik.

Gambar 67. Memasang Terminal Konektor

c. Rangkuman
Sepasang konektor kabel terdiri dari dua buah, yaitu konektor laki-
laki dan konektor perempuan. Bentuk konektor ada berberapa
macam diantaranya bentuk bulat dan persegi. Jumlah terminal

Modul OPKR – 50 – 002 B 99


mulai dari satu buah sampai puluhan buah. Teknik penguncian
dengan menekan maupun mengungkit.
Membuka konektor harus memperhatikan metode penguncianya,
jangan menarik konektor pada kabelnya karena dapat
menyebabkan kabel putus.

d. Tugas
Cari buku pedoman perawatan salah satu kendaraan, rangkum
bentuk konektornya dan teknik penguncian yang diaplikasikan.

e. Test Formatif
1) Sebutkan macam bentuk wire conector
2) Jelaskan metode melepas penguncian pada wire conector
3) Jelaskan yang harus diperhatikan saat melepas dan memasang
wire conector.
4) Bagaimana cara mengatasi bila terdapat satu atau lebih
terminal konektor yang rusak?

f. Kunci Jawaban Formatif


1) Bentuk konektor kabel ada berberapa macam diantaranya
bentuk bulat dan persegi. Jumlah terminal mulai dari satu buah
sampai puluhan buah
2) Metode melepas penguncian terminal ada beberapa macam
diantaranya:
a) Mengangkat pengunci kemudian rumah konektor ditarik
b) Menekan pengunci kemudian rumah konektor ditarik
c) Langsung menarik rumah konektor
Lokasi pengunci : Di tengah konektor dan disamping rumah
konektor

Modul OPKR – 50 – 002 B 100


3) Yang harus diperhatikan saat melepas adalah melepas
penguncian, menarik rumah konektor kabel dan tidak boleh
menarik kabel. Sedangkan saat memasang perhatikan bentuk,
posisi nok dan posisi pengunci.
4) Mengatasi terminal konektor yang rusak adalah dengan
mengganti terminal baru, dengan cara mengeluarkan terminal
konektor lama, memotong kabel terminal yang rusak, membuat
sambungan kabel dengan terminal konektor, menyambung
kabel dan memasang terminal konektor pada rumahnya sampai
bunyi klik.

g. Lembar Kerja
Tujuan :
Setelah mencobah lembar kerja ini maka siswa harus dapat :
5) Menyambung kabel yang putus
6) Memasang terminal konektor
7) Memperbaiki terminal kabel

Alat dan Bahan


13) Solder
14) Tang pengupas kabel
15) Kabel, tenol, terminal kabel, heat shring tube
16) Konektor kabel

Keselamatan Kerja
Hati-hati terhadap ujung solder saat panas, tempatkan iujung
solder pada tempatnya, hindari ujung solder mengenai kabel
listrik.
Jangan memegang ujung solder untuk memastikan solder
berfungsi atau tidak.

Modul OPKR – 50 – 002 B 101


Langkah Kerja
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
1) Keluarkan terminal konektor dari rumah konenektor dengan
cara menekan pengunci menggunakan kawat atau obeng (-)
ukuran kecil dan dorong terminal konektor keluar.
2) Potong kabel yang rusak, dan kupas isolatornya ± 10 mm.
3) Buat kabel penyambung dengan ukuran kabel yang sama, kupas
ujung kabel, pasang terminal konektor.
4) Potong kabel penyambung dengan panjang sesuai kabel yang
dibutuhkan, kupas isolator pada ujung kabel, sambung kedua
kabel dengan Crimp mark, kemudian solder sambungan.

5) Geser heat shrink tube ke kabel yang disambung, kemudian panasi


heat shrink tube dengan heater.
6) Ungkit pengunci pada terminal konektor, masukkan terminal
konektor ke rumah konektor sampai bunyi klik, kemudian tarik
kabel untuk memastikan apakah terminal konektor sudah
terpasang dengan baik.

Modul OPKR – 50 – 002 B 102


7) Bersihkan tempat kerja, kembalikan alat yang digunakan ke
tempat semula.

Tugas:
1) Identifikasi jenis dan penyebab kerusakan pada konektor kabel.
2) Buatlah laporan kerja.

Modul OPKR – 50 – 002 B 103


BAB. III
EVALUASI

A. SOAL

1. Soal Uji Kompetensi Pengetahuan (Waktu 120 menit)


11) Sebutkan bunyi hukum Ohm dan tuliskan hukum Ohm
tersebut!
12) Sebuah bohlam 12 V/23 watt dirangkai seri dengan baterei
12 Volt.

a. Hitunglah berapa besar arus


listrik secara teoritis yang
mengalir pada bohlam.
b. Terangkan cara memasang
ampere meter, untuk mengukur
arus listrik yang mengalir ke
bohlam.
c. Berapa tahanan bohlam secara
teoritis?
d. Terangkan cara mengukur
tegangan baterei dengan Volt
meter.
13) Jelaskan karakteristik rangkaian seri, parallel dan kombinasi
14) Dua resistor dirangkai secara seri. Harga R1= 60 Ω dan R2 =
180Ω, tentukan besar arus listrik yang mengalir dan besar
tegangan pada masing masing resistor bila tegangan sumber
sebesar 12V

Modul OPKR – 50 – 002 B 104


15) Sebutkan tiga hal yang sering menjadi gangguan pada
rangkaian/system kelistrikan?
16) Sebutkan macam sekring yang biasa digunakan pada mobil
17) Terangkan ciri-ciri bohlam putus
18) Jelaskan titik-titik yang sering menjadi sumber gangguan pada
rangkaian kabel
19) Tentukan ukuran kabel untuk klakson, bila diketahui daya
klakson 12V/60 W dirangkai paralel, jarak antara klakson
dengan sumber 3 m.
20) Sebutkan macam bentuk konektor kabel

Modul OPKR – 50 – 002 B 105


2. Soal Uji Kompetensi Keterampilan

Demonstrasikan dihadapan guru/instruktur kompetensi saudara


dalam waktu yang telah ditentukan

No Kompetensi Waktu
1 Mengukur arus, tahanan dan tegangan pada rangkaian 10 menit
yang disediakan.
2 Membuat rangkaian kombinasi 3 resistor 10 menit
3 Memeriksa kontinuitas pada rangkaian yang disediakan 10 menit
4 Mengganti sekering pada rangkaian klakson 10 menit
5 Mengganti bohlam Halogen pada rangkaian lampu 10 menit
kepala
6 Membuat sambungan kabel 10 menit
7 Mengganti konektor kabel 10 menit
Total 70 menit

B. KUNCI JAWABAN
10) Hukum Ohm mengatakan: besar arus yang mengalir berbanding
lurus dengan besar tegangan dan berbanding terbalik dengan besar
tahanan. V = I x R
11) Sebuah bohlam 12 V/23 Watt dirangkai seri dengan baterei 12 Volt.
a) Besar arus listrik adalah I=P/V = 23/12 =1,92 Ampere
b) Ampere meter dipasang seri terhadap beban
c) Tahanan bohlam secara teoritis adalah R= V/I = 12 / 1,92
= 6,25 Ohm
d) Mengukur tegangan baterei dengan volt meter atau multi meter
 Atur selector pada DC Volt skala 50
 Kalibrasi alat ukur
 Hubungkan colok positip/merah ke positi baterei
 Hubungkan colok negatip/hitam ke negatip baterei
 Baca hasil pengukuran dengan teliti

3) Rangkaian seri mempunyai karakteristik


a) Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan semua tahanan

Modul OPKR – 50 – 002 B 106


( Rt = R1 + R2)
b) Arus yang mengalir pada rangkaian sama besar
(It = I1 = I2)
c) Tegangan total (Vt) merupakan penjumlahan tegangan
(Vt = V1 +V2)

Karakteristik rangkaian parallel:


a) Tegangan pada rangkaian sama , V = V1 = V2
b) Besar arus yang mengalir tergantung bebannya.
c) Besar arus mengalir merupakan total arus yang mengalir
setiap percabangannya I = I1 + I2
d) Besar tahanan total (Rt) atau tahanan pengganti adalah:
R1 x R2
Rt =
R1 + R2

Karakteristik rangkaian Seri Paralel atau kombinasi


a) Tahanan total (Rt) merupakan penjumlahan tahanan
dengan tahanan pengganti.
Rt = R1 + Rp
b) Tegangan total pada rangkaian merupakan penjumlahan
tegangan pada tahanan dan tahanan pengganti. (V = V1
+ VRp)
c) Besar arus pada rangkaian adalah tegangan dibagi tahanan
total (I = V/ Rt )

4) Besar arus yang mengalir I = V/Rt = 12 / (60+180) = 0,05 A =


50 mA Tegangan pada R1 yaitu V1 = R1 x I = 60 x 50 = 3000
mV = 3 V .Tegangan pada R2 yaitu V2 = R2 x I = 180 x 50 =
9000 mV = 9 V.

Modul OPKR – 50 – 002 B 107


5) Tiga hal yang sering menyebabkan gangguan pada
rangkaian/system kelistrikan adalah:
a). Nilai tahanan dalam rangkaian membesar
b). Terjadinya hubung singkat
c). Kerusakan pada komponen kelistrikan.
6) Sekering yang biasa digunakan pada mobil:
a) Sekering type blade
b) Sekering type cartridge
7) Ciri-ciri bohlam putus.
a) Jika diperiksa secara visual, maka pada vilamennya kelihatan
terputus
b) Jika dilakukan tes kontinuitas antara kutup positip dan negatip
tidak ada.
8) Titik-titik yang menjadi gangguan pada rangkaian kabel antara lain
pada sambungan, ujung konektor, klem kabel pada bodi dan
terminal kabel.
9) Ukuran kabel untuk klakson, bila diketahui daya klakson 12V/ 36
W dirangkai paralel, jarak antara klakson dengan sumber 3 m.
Panjang kabel : 1 meter= 3,28 feet untuk 3 m = 3 x 3,28 =
9,84 feet. Beban klakson adalah 12 V/ 60 W dirangkai paralel
sehingga beban 12 V/ 60 W +12 V/ 60 W = 12V/ 120 W . Dari
data tersebut diklarifikasi dengan tabel diperoleh ukuran kabel SAE
18, yaitu kabel dengan luasan 0,8 mm2
10) Macam bentuk konektor kabel :
a) Bentuk bulat
b) Bentuk persegi

Modul OPKR – 50 – 002 B 108


C. KISI-KISI SOAL PENGETAHUAN

SKOR
SKOR
NO SUB KOMP. INDIKATOR SOAL MAKS
PEROLE
HAN
1 Dapat menjelaskan Sebutkan bunyi hukum
hukum Ohm Ohm dan tuliskan 0,5
hukum Ohm tersebut
2 Dapat mengukur dan Sebuah bohlam 12 V/23
menghitung secara watt dirangkai seri
teoritis besar Arus, dengan baterei 12 Volt
Tahanan dan Tegangan a.Hitunglah berapa
besar arus listrik secara
teoritis yang mengalir
pada bohlam
b. Terangkan cara
memasang ampere
2
meter, untuk mengukur
arus listrik yang
mengalir ke bohlam
c. Berapa tahanan
bohlam secara teoritis?
d. Terangkan cara
Dasar listrik mengukur tegangan
baterei dengan Volt
meter
3 Dapat menjelaskan Jelaskan karakteristik
karakteristik rangkaian seri,
rangkaian seri, parallel dan 1
parallel dan kombinasi
gubungan
4 Dapat menghitung Dua resistor dirangkai
besar Arus dan secara seri. Harga R1=
tegangan pada 60 Ω dan R2 = 180Ω,
tentukan besar arus
rangkaian
listrik yang mengalir
dan besar tegangan 1,5
pada masing masing
resistor bila tegangan
sumber sebesar 12V

5 Prosedur menghindari Dapat menyebutkan hal- Sebutkan tiga hal yang


kerusakan ECU dan hal yang sering sering menjadi
memeriksa gangguan menyebabkan gangguan gangguan pada 0,5
pada rangkaian pada ranagkaian rangkaian/system
kelistrikan
6 Dapat menyebutkan Sebutkan macam
macam sekering sekring yang biasa 0,5
Mengganti sekering digunakan pada mobil
7 dan bohlam Dapat menerangkan ciri Terangkan ciri-ciri
bohlam putus bohlam putus 0,5

8 Rangkaian kabel Dapat menjelaskan titik- Jelaskan titik-titik yang


titik yang sering terjadi sering menjadi sumber
gangguan pada gangguan pada
1
rangkaian kabel rangkaian kabel
9 Dapat menentukan Tentukan ukuran kabel 2
ukuran kabel sesuai untuk horn, bila
penggunaan diketahui daya horn
12V/60 Watt dirangkai
paralel, jarak antara
klakson dengan sumber
3 m.

Modul OPKR – 50 – 002 B 109


10 Konektor Dapat menyebutkan Sebutkan macam bentuk
bentuk konektor konektor kabell
0,5

Kisi-Kisi Penilaian Sikap

Skor
No Komponen yang dinilai Skor Maks
Perolehan
1 Kelengkapan pakaian kerja 1
Penataan alat dan kelengkapan yang
2 2
memperhatikan pekerja dan alat
3 Menggunakan alat sesuai fungsinya 6
4 Membersihkan alat dan tempat kerja 1
Nilai akhir

Kisi-Kisi Penilaian Keterampilan

Skor
Sub Skor
No Komponen yang dinilai Peroleh
Kompetensi Maks
an
Dasar Listrik Mengukur arus, tahanan dan
tegangan
 Menggunakan peralatan sesuai
1 SOP 1,5
 Mengkalibrasi alat ukur
 Membaca hasil pengukuran

Dasar Listrik Membuat rangkaian kombinasi


 Menggunakan peralatan
2 sesuai SOP 1
 Rangkaian benar dan
bekerja
Memeriksa Memeriksa kontinuitas rangkaian
kerusakan ringan  Menggunakan peralatan
pada rangkaian sesuai SOP
3  Pemeriksaan dilakukan 1,5
sesuai SOP
 Menyimpulkan hasil
pemeriksaan
Mengganti Mengganti sekering
sekering dan  Menggunakan peralatan
bohlam sesuai SOP
 Memeriksa kondisi sekering
4 1,5
 Menentukan kapasitas
sekering
 Penggantian sekering
sesuai SOP
5 Mengganti Mengganti Bohlam 1,5
sekering dan  Menggunakan peralatan

Modul OPKR – 50 – 002 B 110


bohlam sesuai SOP
 Memeriksa kondisi Bohlam
 Menentukan ukuran Bohlam
 Penggantian Bohlam sesuai SOP
Rangkaian kabel Membuat sambungan kabel
 Menggunakan peralatan
6 sesuai SOP 1,5
 Memilih ukuran kabel
 Menyolder kabel
Konektor Mengganti konektor
 Menggunakan peralatan
7 sesuai SOP 1,5
 Memilih konektor
 Memasang pin kabel

C. KRITERIA KELULUSAN

Skor
Aspek Bobot Nilai Keterangan
Perolehan
Sikap 2 Syarat kelulusan
Pengetahuan 2 nilai minimal 7,
Keterampilan 6 dengan skor
Nilai Akhir setiap aspek
minimal 7

Modul OPKR – 50 – 002 B 111


BAB. IV
PENUTUP

Kompetensi perbaikan ringan pada rangkaian/system kelistrikan dengan


kode OPKR 50-002B terdiri dari 6 sub kompetensi dengan durasi 60 jam
pelajaran @ 45 menit. Sub kompetensi tersebut, yaitu :
1) Merangkai hubungan seri, parallel dan gabungan .
2) Mengukur tegangan, tahanan dan arus
3) Pemeriksaan kerusakan ringan pada rangkaian/system kelistrikan
dan prosedur menghindari kerusakan ECU
4) Mengganti sekering dan bohlam
5) Perbaikan rangkaian kabel
6) Perbaikan konektor
Kompetensi ini merupakan kompetensi dasar guna mempelajari sistem
kelistrikan sehingga harus dikuasai dengan baik.
Setelah siswa merasa menguasai sub kompetensi yang ada, siswa dapat
melaksanakan uji kompetensi, uji kompetensi dilakukan secara teroritis
dan praktik. Uji teoritis dengan cara siswa menjawab pertanyaan soal
evaluasi, sedangkan uji praktik dengan mendemontrasikan kompetensi
yang dimiliki pada guru/instruktur. Guru/instruktur akan menilai
berdasarkan lembar observasi yang ada, dari sini kompetensi siswa dapat
diketahui.
Bagi siswa yang telah mencapai syarat kelulusan minimal dapat
melanjutkan ke modul berikutnya, namun bila syarat minimal kelulusan
belum tercapai maka harus mengulang modul ini, atau bagian yang tidak
lulus dan karena tidak diperkenankan mengambil modul berikutnya.

Modul OPKR – 50 – 002 B 112


DAFTAR PUSTAKA

Sullivan`s Kalvin R. (2004), Diagnosis & Testing, WWW. Autoshop


101. com
Sullivan`s Kalvin R. (2004), Electric Circuit, WWW. Autoshop 101. com
Sullivan`s Kalvin R. (2004), Wire and Conectors, WWW. Autoshop
101. com
Sullivan`s Kalvin R. (2004), Electric Fundamentals, WWW. Autoshop
101. com
Sullivan`s Kalvin R. (2004), Wiring Diagrams, WWW. Autoshop 101.
com
an.Replacing fuse blown, WWW. ehow. com
an.How to replace a car headlight, WWW. ehow. com
an.How to replace a tail, brake or reverse light, WWW. ehow. Com
an.Halogen head light, WWW.autolamp.Com
Toyota Astra Motor (t.th). Materi engine group step 2, Jakarta ,
Toyota Astra Motor
TEAM (1995), New Step 1 Training Manual, Jakarta, Toyota Astra
Motor
TEAM (1996), Electrical Group Step 2, Jakarta, Toyota Astra Motor

Modul OPKR – 50 – 002 B 113

Anda mungkin juga menyukai