Anda di halaman 1dari 17

Apa Arti Margin Dalam Trading

Margin pada trading adalah istilah yang digunakan


untuk trading dengan modal pinjaman. Hal ini menarik
karena adanya fakta bahwa investasi forex dapat
dilakukan dengan uang riil yang nilainya lebih rendah
dari ukuran transaksinya. Selain itu, trader dapat
membuka posisi (open position) yang lebih besar
dengan modal yang lebih kecil.
Margin pada trading di pasar Forex diukur dalam
satuan nilai. Kata "satuan" merujuk pada nilai
transaksi, misalnya $100,000 yang dengan sistem
trading margin dapat ditransaksikan dengan dana
lebih kecil, misalnya 0.5% dari nilai aslinya, atau
sekitar $500.
Hal tersebut bisa terjadi, karena trading forex tidak
melibatkan mata uang secara fisik. Untuk bisa
membeli atau menjual mata uang, Anda tidak perlu
bertransaksi dengan uang sungguhan, melainkan
hanya nilainya. Untuk bisa membuka suatu order,
Anda cukup menyediakan uang yang diperlukan
sebagai jaminan atas transaksi. Nah, jaminan itulah
yang kemudian disebut sebagai margin dalam forex.
Hubungan Margin Dan Leverage
Jumlah jaminan atas transaksi tidak harus sesuai
dengan nominal transaksi, karena trader forex
bisa menggunakan leverage. Leverage inilah yang
mampu 'mengungkit' daya trading lebih tinggi dari
kemampuan dana. Bila Anda menggunakan leverage
1:100 misalnya, maka Anda bisa membuka transaksi
dengan ukuran 100 kali lipat lebih besar dari dana
sesungguhnya. Dalam contoh di atas, dana $500 bisa
dipakai untuk membuka transaksi 1 lot atau senilai
$100,000, karena sebelumnya telah ditunjang dengan
leverage 1:200 (200 x 500 = 100,000).
Jumlah margin bergantung pada besarnya leverage
yang Anda gunakan. Semakin besar leverage maka
semakin kecil pula margin yang Anda bayarkan
sebagai jaminan atas transaksi. Untuk memperjelas
pemahaman Anda, berikut ini tabel perbandingan
leverage dan margin:
Cara Menghitung Margin Dalam Forex
Meski sudah bisa dilihat dari leverage yang
digunakan, besaran margin yang diperlukan untuk
membuka posisi trading bisa selalu berbeda-beda.
Hal itu karena harga saat ini juga berperan dalam
perhitungan margin. Jadi apabila Anda ingin
mengetahui berapa tepatnya margin yang diperlukan
untuk membuka posisi, maka hitunglah dengan rumus
berikut:
Harga saat ini x ukuran lot x nilai kontrak) /
leverage
Katakanlah Anda menggunakan leverage 1:200 dan
hendak membeli 1 lot EUR/USD di harga 1.1242.
Maka besaran margin yang diperlukan untuk
membuka posisi itu adalah:
(1.1242 x 1 x 100,000) / 200 = $562.1
Selain menghitung secara manual, ada cara pintas
yang lebih efektif untuk mengetahui ukuran margin per
posisi, yakni melalui kalkulator margin forex.

Ukuran Margin Tidak Menjadi Penentu


Leverage tinggi memang bisa menghasilkan margin
kecil. Namun demikian, bukan berarti margin kecil bisa
dijadikan alasan memperbesar ukuran transaksi, agar
profit yang didapat bisa semakin banyak. Anggapan
itu tidak salah, tapi tidak sepenuhnya benar juga,
karena Anda juga harus memperhitungkan faktor
risiko.
Perumpamaannya seperti ini:
Trader A dan B sama-sama memiliki dana $5000. A
menggunakan leverage 1:200, sedangkan B memakai
1:500. Ketika trader A hendak membuka posisi buy, ia
merasa 1 lot saja cukup karena margin yang
dibutuhkan sudah sebesar $500, atau 10% dari
keseluruhan balance-nya. Sementara itu, trader B
merasa 1 lot adalah ukuran yang terlalu kecil, karena
dengan leverage 1:500, margin yang perlu ia siapkan
cuma sebesar $200. Ia pun akhirnya mengambil 2.5
lot sehingga marginnya bernilai $500.
Walaupun margin trader A dan B sama, besar profit
atau loss yang mereka hasilkan akan berbeda. Hal itu
karena keuntungan dan kerugian dalam forex
ditentukan oleh ukuran transaksi, bukan margin.
Jadi dengan memperbesar lot trading karena merasa
leverage-nya bisa menunjang ukuran transaksi yang
lebih besar, trader B bukan hanya memperbesar
peluang keuntungan, tapi juga meningkatkan risiko
loss.
Jika nilai per pip 1 lot standard adalah $10, maka nilai
untuk 2.5 lot adalah $25. Dalam skenario harga
merosot sebanyak 100 pip, maka besar kerugian
trader A hanya bernilai 100 x $10 = $1000, sedangkan
trader B menderita rugi sebesar 100 x $25 = $2500
Dari contoh di atas, jelaslah bahwa penggunaan
leverage tinggi rawan disalahgunakan trader yang
tidak benar-benar mengetahui risikonya. Sebabnya
tidak lain adalah karena semakin tinggi leverage yang
dipilih, maka semakin besar pula ukuran lot yang bisa
ditransaksikan. Kesalahan trader pemula atau mereka
yang hanya mengejar profit akan menganggap hal itu
sebagai celah untuk memperbesar ukuran transaksi.
Padahal, semakin besar ukuran yang digunakan,
semakin besar pula nilai penurunan yang akan
mengikis dana trader saat harga bergerak melawan
posisi trading.
Oleh karena itu, sebaiknya pilihlah leverage sebijak
mungkin. Memilih leverage tinggi hanya karena ingin
menggunakan ukuran transaksi yang besar dengan
margin kecil nyatanya sangat berisiko. Margin kecil
atau besar tidak menentukan besar profit atau loss,
karena semua itu diukur dari seberapa besar ukuran
transaksi Anda. Kesimpulannya, Leverage tinggi
memang bisa memberikan banyak kesempatan,
tetapi hanya pada trader yang dapat
memanfaatkannya dengan bijak.
Jika disimpulkan dalam sebuah infografi, berikut
adalah kesimpulan singkat mengenai margin dan
leverage yang bisa Anda simpan:
Apa Itu Margin Call?
Banyak kisah yang diutarakan oleh saudara-saudara
kita, mengenai kehilangan dana karena habis main
forex. Modal yang digadang-gadang mampu
mengubah nasib, akhirnya malah habis tak tersisa,
menghancurkan harapan yang selama ini
didambakan. Penyebabnya hanya satu: Margin Call.
Apa itu Margin Call? Bagaimana margin call dapat
menjadi bencana bagi trader forex? Bagaimana pula
cara mencegahnya? Artikel ini akan membahasnya.
Secara singkat, untuk dapat trading di pasar forex
dibutuhkan modal yang sangat besar. Untuk
membuka 1 lot dibutuhkan jaminan sebesar 10,000
hingga 100,000 USD. Jaminan inilah yang disebut
dengan margin .
Margin Call (MC) adalah sistem peringatan jika ekuitas
akun trading sudah tidak mencukupi nilai margin yang
dibutuhkan untuk membuka posisi (margin
requirement). Jadi, Margin Call merupakan
sebuah fasilitas broker yang memperingatkan
trader jika ekuitas akun sedang
terancam oleh floating loss dari posisi trading saat ini.
Apabila kerugian posisi tersebut terus bertambah dan
nilai ekuitas telah berkurang jauh dari margin
requirement, maka broker akan menutup sebagian
posisi, sampai margin requirement kembali
terpenuhi. Penutupan posisi ini disebut Stop Out.
Kebanyakan trader Indonesia salah menempatkan
pengertian dari Stop Out dan Margin Call. Padahal
sejatinya, MC merupakan fitur penyelamat bagi
trader-trader yang hampir kehabisan modal.
Tertukarnya istilah ini muncul karena kurangnya
pengetahuan trader dalam memahami seluk-beluk
dan istilah trading forex. Kebanyakan trader hanya
ingin mengetahui cara cepat menjadi kaya melalui
trading, tanpa ingin belajar trading forex secara
mendalam terlebih dahulu. Selain itu, broker-broker
saat ini juga memiliki berbagai macam kebijakan
perihal Margin Call dan level Stop Out. Beberapa
broker bahkan menetapkan level Stop Out dan Margin
Call-nya pada level 100.

Bagaimana Cara Membaca Level Margin Call?


Terdapat broker yang menerapkan level MC-nya pada
100%, ada juga yang menepatkannya pada level 40%.
Bagaimana cara membaca dan menghitung nilai-nilai
tersebut?
A. Margin Call level 100%
Jika pada spesifikasi akun broker Anda dijelaskan
bahwa MC levelnya bernilai 100%, hal itu berarti Anda
akan mendapatkan peringatan dari broker jika nilai
ekuitas anda sama dengan 100% margin
requirement .
MC terjadi jika Ekuitas = Margin requirement x 100%
Simak contoh berikut jika Anda masih bingung:
Budi adalah seorang trader dengan Leverage 1:1000
dan ingin membeli 1 lot EUR/USD (100,000 basis unit)
pada posisi 1.35000. Maka margin yang Budi
butuhkan untuk dapat membuka dan menahan
posisinya adalah
Margin Requirement = (1.35000 x 100,000) / 1000 =
135 USD
Ekuitas Budi saat ini adalah 7,000 USD. Jika Budi
mengalami kerugian hingga 6,865 USD dan tersisa
135 USD pada akunnya, maka Budi akan mendapat
peringatan dari brokernya, atau terkena
MC. Mengenai apakah posisi tersebut akan langsung
ditutup atau tidak, harus diketahui terlebih dahulu,
berapa level Stop Out di broker Budi.

B. Margin Call Level 40%


Pada broker lain, terdapat pula level yang level Margin
Call-nya diset pada nilai 40%. Hal ini berarti Anda
akan mendapatkan peringatan dari broker jika nilai
ekuitas Anda sama dengan 40% dari margin
requirement.
MC terjadi jika Ekuitas = Margin requirement x 40%

Mari kita simak contoh yang sama.


Budi seorang trader dengan Leverage 1:1000 dan
ingin membeli 1 lot EUR/USD (100,000 basis unit)
pada posisi 1.35000. Margin requirement Budi untuk
dapat membuka dan menahan posisinya adalah 135
USD. Jika ketentuan Margin Call ada di level 40%,
pada kerugian berapa akun Budi akan mendapatkan
peringatan Margin Call dari broker?
MC terjadi jika Ekuitas = 135 x 40% = 54 USD
Jumlah Kerugian yang memicu Margin Call = 7,000 -
54 = 6,946 USD
Dengan modal 7,000 USD, Budi akan terkena
Margin Call saat kerugiannya mencapai total 6,946
USD, atau ketika sisa akunnya hanya mencapai 54
USD saja. Mengenai posisi akan ditutup, itu juga
masih bergantung pada level Stop Out dari broker
Budi.
Pasalnya, level Stop Out dari tiap broker juga
berbeda-beda. Ada broker yang menempatkan level
Stop Out sama dengan Margin Call pada 100%. Ada
pula yang menempatkannya pada level 20% margin
requirement. Bijaknya, semakin besar level Margin
Call dan Stop Out broker Anda, maka dana yang
terselamatkan pun lebih besar.

Bagaimana Cara Mencegah Margin Call?


 Tutup posisi trading atau inject (tambah
modal) sebelum kena Margin Call.
Jika ternyata dana dalam akun kurang memadai
atau mepet, padahal masih ada posisi trading terbuka
(floating), maka ada dua pilihan tindakan. Opsi
pertama, tutup sendiri posisi trading yang
sedang floating loss. Memang sama-sama rugi, tapi
jika ditutup sendiri maka kemungkinan loss tidak
sebesar jika terkena MC. Opsi kedua, jika menurut
Anda tak lama lagi harga akan berbalik, maka setor
(inject) dana tambahan ke broker forex Anda agar
ketahanan margin meningkat.
Banyak broker yang akan menyarankan Anda untuk
meng-inject kembali akun trading dengan modal lebih
besar. Alasannya tentu saja
agar margin kembali fresh dan posisi dapat ditahan
lebih lama. Namun bijakkah hal tersebut dilakukan
sebagai seorang trader?
Dari sisi psikologi trading, hal tersebut sama saja
dengan Anda tidak mau mengakui kesalahan dalam
menganalisa, yang tentu saja dapat berakibat lebih
buruk di masa depan. Inject dana hanya bermanfaat
jika Anda benar-benar yakin arah harga akan
segera berbalik. Namun bagaimana jika harga malah
meneruskan perjalanan hingga menghabiskan inject
dana yang barusan Anda lakukan? Jika hal tersebut
terus-menerus terjadi, tentu inject dana bukan lagi
menjadi solusi handal untuk mengatasi kerugian besar
akibat Margin Call. Karena itu, mari simak tips-tips
selanjutnya untuk mendapat solusi yang lebih baik
lagi.
 Pilih leverage sewajarnya.
Leverage merupakan senjata utama
trader retail dengan modal kecil. Namun, senjata ini
juga dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi,
Leverage dapat membantu trader meraih keuntungan
besar dengan modal terbatas. Di sisi lain, Leverage
juga dapat menyebabkan penyakit-penyakit
seperti overtrading, overlot, dan kebiasaan buruk
lain yang menyebabkan posisi cepat terkena
Margin Call. Jadi langkah pertama untuk menghindari
Margin Call adalah, bijaklah dalam memilih Leverage.
 Money management yang baik.
Pada dasarnya, Anda tidak akan mengalami Margin
Call jika memiliki dan patuh terhadap money
management yang baik. Dalam salah satu contoh
management yang baik, seorang investor hanya
mengalokasikan 2% dari ekuitasnya di setiap satu
posisi trading. Coba hitung, jika Anda menerapkan
prinsip tersebut, mungkinkah Anda mengalami Margin
Call?
Sebagai contoh, Anda memiliki akun trading dengan
ekuitas 7,000 USD. Jika hanya dialokasikan 2% dari
modal dalam satu posisi, berarti kita hanya perlu
menggunakan 140 USD dari akun kita untuk satu
posisi. Sehingga jika digunakan aturan yang sama
untuk setiap posisi trading, perlu 25 posisi loss agar
ekuitas Anda menyentuh angka di bawah 50%.
Mengalami kerugian 25 kali secara berturut-turut
adalah hal yang cukup mustahil, kecuali jika Anda
trading tanpa rencana atau sedang terkena
penyakit overtrading.
 Pantau Free Margin dan Margin Level sebelum
buka posisi trading.
Di MT4, Margin Level dapat mengingatkan Anda
mengenai seberapa jauh jarak Anda dari "bencana"
Margin Call. Pada platform trading lain, misalnya
Streamster Agea, Margin Level kemungkinan tidak
ditampilkan, tetapi Anda tetap bisa memantau
ketersediaan margin dari menu yang tersedia dalam
bentuk Free Margin. Free Margin sering juga disebut
sebagai Available Margin atau Usable Margin.
Aturan "memantau Margin sebelum buka posisi" ini
boleh jadi kedengaran remeh. Namun, banyak trader
pemula mengabaikan atau tidak tahu tentang ini,
sehingga mendadak kaget ketika posisi trading-nya
ditutup otomatis oleh broker, segera setelah Open
Posisi (OP). Disangka broker main-main, padahal diri
sendiri yang lupa menengok berapa banyak
ketersediaan margin.
 Jangan buka posisi tanpa perhitungan yang
baik.
Saat akan OP, selain harus menengok Margin yang
masih tersedia dalam Akun, Anda juga perlu
menghitung berapa banyak Margin yang dibutuhkan
untuk membuka posisi baru. Bisa secara manual
dengan menyusun trading plan harian, atau dengan
tools semacam Kalkulator margin.
 Gunakan Stop Loss dan jadikan sebagai
teman.
Menaruh Stop Loss di setiap posisi trading akan
membantu Anda membatasi loss, sehingga MC dapat
dihindari sejak awal. Selain Stop Loss, bisa juga
menggunakan Trailing Stop.
Hentikan penggunaan Stop Loss dalam
hati! Mulailah berteman dengan Stop Loss saat ini.
Terkadang memang harga hanya mengejar Stop Loss
Anda lalu kembali ke arah yang diprediksikan. Namun,
terkadang harga juga bablas tanpa sempat berbalik
lagi dan hanya menyisakan Margin Call. Agar tidak
'merasa dirugikan' oleh Stop Loss, sebaiknya Anda
belajar lebih dalam tentang kesalahan-kesalahan
umum trader dalam penempatan Stop Loss.
 Ikuti terus pengumuman dari broker Anda.
Perlu diketahui, kebanyakan broker menetapkan
syarat margin lebih tinggi pada akhir pekan.
Contohnya, pada hari biasa hanya memerlukan 1%
margin, tetapi untuk menahan posisi selama akhir
pekan, margin yang dibutuhkan bisa meningkat
hingga 2% atau lebih tinggi. Apabila syarat margin
naik, maka Margin Call Level juga akan meninggi.
Selain pada akhir pekan, perubahan margin juga acap
dilakukan menjelang peristiwa-peristiwa yang
diproyeksikan berdampak besar, misalnya Pemilu
Presiden AS.
Hal penting yang perlu diingat ialah, Anda harus
membaca kebijakan-kebijakan broker yang berkenaan
dengan margin secara menyeluruh, agar dapat
memahami serta merasa nyaman dengan risiko yang
nantinya akan digunakan.

Penutup
Margin merupakan topik yang sensitif, dan beberapa
orang memperdebatkan bahwa terlalu banyak margin
itu berbahaya. Namun sebenarnya, semua tergantung
kepada pertimbangan risiko sendiri; apakah Anda
dapat mengatur sisi risiko dan potensi profit di setiap
posisi trading yang dibuka.
Margin Call sejatinya bukanlah musuh yang harus
Anda takuti atau bahkan hindari. Margin Call justru
dapat menyelamatkan akun trading Anda dari
kebangkrutan total. Hal ini tentu saja patut disyukuri
dan diambil pelajaran. Rangkuman pembelajaran
mengenai Margin Call bisa Anda temukan dalam
infografi berikut ini:

Anda mungkin juga menyukai