Anda di halaman 1dari 5

PEMETAAN DAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT PENYAKIT MERS DI KABUPATEN PAKPAK

BHARAT 2023

I. PENDAHULUAN
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit yang menginfeksi saluran

pernapasan yang disebabkan oleh suatu subtipe baru dari virus corona yang belum pernah

ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari

virus yang dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus

corona dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti

selesma (common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang berat (SARS/ Severe Acute

Respiratory Syndrome) dan penyakit Coronavirus-2019 (COVID-19).

Virus ini diketahui pertama kali menyerang manusia di Jordan pada April 2012, namun kasus

yang pertama kali dilaporkan adalah kasus yang muncul di Arab Saudi pada September 2012.

Sampai saat ini, semua kasus MERS berhubungan dengan riwayat perjalanan menuju atau

menetap di negara-negara sekitar Semenanjung Arab. KLB MERS terbesar yang terjadi di luar

Semenanjung Arab, terjadi di Republik Korea Selatan pada 2015. KLB tersebut berhubungan

dengan pelaku perjalanan yang kembali dari Semenanjung Arab.

Situasi di Indonesia

Jumlah kasus suspek MERS di Indonesia sejak tahun 2013 sampai 2020 terdapat sebanyak 575

kasus suspek. Sebanyak 568 kasus dengan hasil lab negatif dan 7 kasus tidak dapat diambil

spesimennya. Sampai saat ini, belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi MERS-CoV di

Indonesia.

Situasi Global

Hingga Agustus tahun 2022, terdapat total 2.591 kasus konfirmasi MERS di dunia dengan total

kematian sebanyak 894 kasus (CFR: 34,5%). Sebanyak 27 negara di dunia telah melaporkan

temuan kasus MERS dengan 12 negara di antaranya termasuk ke dalam wilayah Mediterania

Timur. Sebagian besar kasus MERS yang dilaporkan berasal dari negara Arab Saudi yaitu

sebanyak 2.184 kasus dengan 813 kematian (CFR: 37,2%). Salah satu KLB MERS terbesar

yang terjadi di luar wilayah Semenanjung Arab dialami pada Mei 2015 ketika ditemukan 186

kasus konfirmasi MERS (185 kasus di Republik Korea Selatan dan 1 kasus di China) dengan 38

kasus kematian. 

WHO memperkirakan kasus tambahan MERS akan dilaporkan dari Timur Tengah atau negara

lain yang transmisinya berasal dari unta dromedary (unta arab), produk dari unta arab

tersebut, atau di pelayanan kesehatan.


1.2. Tujuan
Mengetahui Skala Prioritas Utama Tindaklanjut/ intervensi yang dapat dilakukan dalam Sistem Kewaspadaan
Dini Penyakit MERS di Kabupaten Pakpak Bharat

1. Hasil Pemetaan Resiko

2.1 Penilaian Ancaman.


Penetapan nilai risiko kategori ancaman
(A/diabaikan, R/rendah, S/sedang atau T/tinggi)

Nilai Risiko per Kategori


(N) *)
NILAI A R S T
BOBOT
(B)
INDEKS
(NXB)
PERTANYAAN
RUJUKAN
NO KATEGORI SUBKATEGORI 1/1000 1/100 1/10 1
1 Karakteristik Karakteristik penyakit --- --- --- T 30.3 30.25
penyakit Ketetapan Tim Ahli
2 Pengobatan Pengobatan --- --- --- T 6.9 6.90 Ketetapan Tim Ahli
3 Pencegahan Pencegahan --- --- --- T 23.6 23.56 Ketetapan Tim Ahli
4 Risiko importasi Risiko importasi --- --- --- T 11.3 11.25 Ketetapan Tim Ahli
5 Attack Rate Attack Rate --- R --- --- 10.5 0.10 Ketetapan Tim Ahli
6 Risiko penularan Risiko penularan --- --- S --- 15.0 1.50
setempat setempat Nomor 1 dan 2

Berdasarkan tabel diatas hasil penetapan nilai resiko kategori ancaman dengan nilai resiko tinggi
ada Tinggi ada 4 (empat) yakni subkategori Karakteristik Penyakit, Pengobatan, pencegahana dan
resiko importasi. Resiko ancaman sedang ada 1 yakni sub kategori resiko penularan setempat.
Resiko ancaman rendah ada 1 yakni Attac k Rate .

2.2. Penilaian Kerentanan

Penetapan nilai risiko setiap kategori kerentanan

(A/diabaikan, R/rendah, S/sedang atau T/tinggi)

Nilai Risiko per Kategori


(N) *)
NILAI A R S T
BOBOT
(B)
INDEKS
(NXB)
NO KATEGORI SUBKATEGORI 1/1000 1/100 1/10 1
1 Perjalanan penduduk ke Perjalanan penduduk ke wilayah A --- --- --- 50.5 0.1
wilayah terjangkit terjangkit
2 Transportasi antar provinsi dan Transportasi antar provinsi dan --- --- --- T 26.0 26.0
antar kab/kota antar kab/kota
3 Karakteristik penduduk Kepadatan penduduk --- --- --- T 16.4 16.4
4 Proporsi penduduk usia >60 --- --- --- T 7.2 7.2
tahun
5
100

Berdasarkan data di atas hasil penetapan nilai resiko setiap kategori kerentanan dengan nilai resiko
tinggi ada 3 subkategori yaitu Transportasi antar propinsi dan antar kabupaten kota, Kepadatan
penduduk, dan proporsi penduduk usia> 60 tahun. Resiko kerentanan diabaika n 1 dengan sub
kategori perjalanan penduduk ke wilayah terjangkit.

2.3. Penilaian Kapasitas


Penetapan nilai kapasitas setiap kategori kapasitas
(A/diabaikan, R/rendah, S/sedang atau T/tinggi)
Nilai Risiko per Kategori
(N) *)
NILAI A R S T
BOBOT
(B)
INDEKS
(NXB)
KATEGORI SUBKATEGORI 1/1000 1/100 1/10 1
1 Kebijakan publik Kebjakan publik --- --- S --- 5.1 0.5
2 Kelembagaan Kelembagaan --- --- --- T 8.2 8.2
3 FasIlitas pelayanan Rumah Sakit Rujukan A --- --- --- 7.0 0.0
kesehatan
4 Kapasitas Laboratorium A --- --- --- 1.7 0.0
5 Surveilans (Sistem Surveilans Rumah Sakit --- --- --- T 12.1 12.1
6 Deteksi Dini) Surveilans wilayah oleh Puskesmas --- --- --- T 11.0 11.0
7 Surveilans pintu masuk oleh KKP A --- --- --- 9.9 0.0
8 Promosi Promosi peningkatan kewaspadaan A --- --- --- 8.8 0.0
dan kesiapsiagaan
9 Kesiapsiagaan Kompetensi penyelidikan epidemiologi A --- --- --- 10.4 0.0
MERS-CoV
10 Tim Gerak Cepat A --- --- --- 9.3 0.0
11 Rencana Kontijensi A --- --- --- 3.9 0.0
12 Anggaran Anggaran penanggulangan A --- --- --- 12.6 0.0
penanggulangan

Berdasarka tabel diatas Penetapan nilai kapasitas setiap kategori kapasitas Tinggi terdiri dari 3 Sub
Kategori yaitu: Kelembagaan, Surveilans rumah sakit, Surveilans wilayah oleh Puskesmas
Penetapan nilai kapasitas Sedang terdiri dari 1 Sub Kategori yaitu Kebijakan Publik, dan Penetapan
nilai kapasitas setiap kategori kapasitas di abaikan terdiri dari 8 sub kategori yaitu Rumah Sakit
Rujukan, Kapasitas Laboratorium, Surveilans pintu masuk Oleh KKP, Promosi peningkatan
kewaspadaan dan kesiap siagaan, Kompetensi penyelidikan epidemiologi Mers-Cov, Tim Gerak
cepat, Rencana kontijensi, Anggaran penaggulangan.

2.4. Karakteristik Resiko Tinggi, Rendah, Sedang


Karakteristik resiko yang dihasilkan dari penilaian ancaman , Kerentanan dan Kapasitas sebagai
berikut:
RESUME ANALISIS
RISIKO
Ancaman 73.6 Derajat Risiko :
Kerentanan 49.5
Kapasitas
RISIKO
31.8
114.4
RENDAH
Berdasarkan Tabel 4 diatas hasil karakteristik risiko yang diperoleh berdasarkan
penilaian ancaman, kerentanan dan kapasitas maka Kabupaten Pakpak Bharat ditetapkan
memiliki RISIKO Rendah terhadap Penyakit MERS-Cov.

Anda mungkin juga menyukai