Anda di halaman 1dari 4

[00:00:00.

570] - Speaker 1
Cocok enggak? Itu dulu aja, cocok enggak? Kalau cocok, intinya kita meminta orang untuk berkolaborasi
untuk ada edit value dalam proyek itu. Proyeknya ada satu warna lagi yang saya nggak bisa kasih. Jadi
saya panggil Ogi untuk memberikan warna baru. Balik lagi secara pribadinya juga, cocok enggak?
Setelah oke semua baru kita jalan. Kayak gitu akan menunjukkan solusi untuk klien yang akan senang,
Ogi pun juga akan senang mengerjakan proyek itu. Kurang lebih seperti itulah. Jadi kita dalam proyek itu
lumayan kontrol freak. Kita lumayan ingin mengontrol semuanya dan itu kan untuk kebaikan proyek itu
sendiri. Jadi kita nggak akan semarangan kolaborasi dengan siapa yang kita juali, kliennya maksa ya.
Tapi kalau ditanya balik lagi ke arsitektnya, ya kita pilihlah. Siapa yang cocok untuk proyek itu.

[00:01:03.750] - Speaker 3
Berarti ada kriteria dalam mengajak untuk berkolaborasi ya?

[00:01:11.110] - Speaker 1
Saya rasa seperti itu ya. Nggak semua cocok lah. Itu kan penting ya, jangan salah salah mengkolaborasi
nanti jadi berantem semua.

[00:01:24.350] - Speaker 3
Dan itu chemistry nya juga mesti nyambung bukan hanya sama afrikan, pasti sama klien juga ya?

[00:01:29.660] - Speaker 1
Kita udah tau lah cara main perusahaan A gimana, B gimana, C gimana, si klien A, B, C juga cara
mainnya gimana. Kita ambil satu titik ya supaya balance. Karena kan kesehatan proyek di lapangan itu
akan mempengaruhi hasil akhir. Kalau proyeknya udah ga sehat, berantem semua, itu udah pasti hasil
akhirnya nantinya ga akan maksimal. Nah itu sih lumayan, buat saya itu proses, satu proses. Maksudnya
yang kita kerjakan sekarang kan dari peran ala pengennya 10 proyek, 10 10nya terbangun dengan baik.
Itu caranya bagaimana? Itu salah satu, mengontrol kolaborasi.

[00:02:14.060] - Speaker 3
Dua proyek yang akan dijelaskan, seperti apa tipenya, kenapa dia diangkat menjadi dua proyek yang
menjadi contoh dari kolaborasi nih Mas Erick?

[00:02:26.490] - Speaker 1
Saya sih akan mau open house itu kan dengan lebih, dan itu juga dari struktural juga lumayan
menantang. Terus kolaborasi dengan partner kontraktor kita juga seperti apa gitu kan. Dan nanti ya
kolaborasi dan proses desain ya, dan ada foko foko saat pembangunannya seperti apa, itu satu. Kedua
mungkin saya akan bawa yang rumah Heidel Haus. Itu juga itu mungkin kolaborasinya nggak terlalu
banyak, banyak di perlengkapan kita. Cuman ya kita jelasin juga sesuatu. Kenapa rumahnya gini.
Dengan klien bahkan kita berkolaborasi. Klien inginannya apa, kita inginnya apa. Sehingga terwujud
konsep itu.

[00:03:19.770] - Speaker 3
Kalau mas Ogie ini kan di landscape, kalau landscape, kecuali kalau mau bikin taman aja, pastinya
berkolaborasi kan. Pasti ada kolaborasi dengan pihak perancang arsitek ya, mas Ogie.

[00:03:44.790] - Speaker 2
Jadi kalau kebetulan kalau sama Erik, karena dia sudah mempertih dan dia biasanya udah langsung
bilang bahwa, "Oh iya, ini kriteria kliennya seperti ini, sifatnya seperti ini." Jadi kita pun sangat terbantu,
kita nanti harus desainnya seperti apa, ya udah. Jadi kita sesuaikan dengan karakter si klien dan karakter
bangunannya itu sendiri. Jadi kita ada posisi di gimana caranya si landscaping itu akan mengkomplimen
si bangunan, bukan overpowering si bangunan. Jadi emang harus berkolaborasi dengan baik sih. Cuman
kalau dari sisi saya, selain kolaborasi, kolaborasi itu adalah sebuah proses ya. Jadi proses untuk
menciptakan sebuah kolaborasi itu yang harus di highlight.

[00:04:30.340] - Speaker 3
Mas Erick sudah mempresentasikan satu karya arsitektur yang berkolaborasi dengan Mas Ogi. Mas Ogi
nanti akan melanjutkan dari sisi landscape atau bagaimana rencana Mas Ogi?

[00:05:00.050] - Speaker 2
Cerita soal gedungnya dan seperti apa. Saya mungkin akan cerita dari proses awalnya ketika rumah itu
selesai dan dibangun itu sama Erik briefingnya seperti apa. Terus kayak proses sebelum akhirnya bisa
presentasi ke klien itu seperti apa. Dan akhirnya setelah presentasi pun kita masih harus bisa
menyesuaikan request klien dan request dari aseteknya itu sendiri. Jadi mungkin di situ aja sih yang
beberapa orang nggak tahu, orang kan pasti mikirnya kayak bikin kebun ya, kebun aja, ngaruh pohon.
Tapi kan nggak segampang itu, karena kita harus memuaskan dua sisi ini. Karena dari sisi arsitekt pasti,
oh ya ini harus gaya seperti ini. Dan dari sisi klien kayak, "Gua pengennya pohon ini." Ya.

[00:05:51.090] - Speaker 3
Misalnya kalau dari arsitek pengennya hijau semua, dengan tajep yang rapi, taunya klien pengen warna
wangi dan hore.

[00:06:01.340] - Speaker 2
Betul, betul, betul.

[00:06:03.470] - Speaker 3
Biasanya kalau punya taman rasanya, "Wah, harusnya meriah dong. Ada bunga bunga." Ya nggak sih?
Kadang suka gitu.

[00:06:29.480] - Speaker 2
Kalau diminta, saya bisa cerita pengen yang seru, seru aja kan berarti kan ya?

[00:06:38.570] - Speaker 3
Iya, yang seru. Yang gak seru juga kalau ceritanya dijadiin seru, bisa seru kan?

[00:06:59.790] - Speaker 2
Cerita gimana saya akan menyeberangin pemenang satu.

[00:07:02.270] - Speaker 1
Tahun lewat.

[00:07:02.790] - Speaker 2
Perahu ya? Menuju ke... Menuju ke ini, menuju ke...

[00:07:08.370] - Speaker 3
Gimana, gimana yang jelas mas Hagi?

[00:07:10.800] - Speaker 2
Ya, jadi Lebajo yang Erick Sembad itu proyek saya yang di Labuan Bajo Nah itu kan proyek hotelnya ada
di pulau. Nah jadi saya lagi mikirin gimana caranya itu pohon pohon raksasa itu nyebrang lewat laut,
antara ditarik kah, atau naik perahu kah, atau mau saya lewat helikopter naik ke atas kah, nah itu nanti
bisa jadi sesuatu yang seru sih.

[00:07:34.180] - Speaker 3
Wah, iya juga ya. Soalnya membawa pohon pohonnya dari pulau lain, jadi artinya kolaborasi dengan
transport juga mesti dipikirkan agar si apa namanya si pohon pohonnya tetap bisa hidup sampai di sana
ya?

[00:08:30.180] - Speaker 2
Saya membuat interpretasi sawah itu dengan pakai alang alang merubra, jadi alang alang merah.
Kenapa dibikin begitu? Karena ya menurut saya, secara budaya saya tetap mengambil dari terasiring
sawahnya, saya tetap mengambil dari cara penanaman sawah, tapi di sisi lain saya pengen kasih warna.
Nah yang di Bajo itu nanti akan lebih menarik lagi karena dari segi simbol, terus pemakaian jenis
tanaman, dan sampai cara pengairan dan pemumpukan itu beda sendiri. Karena saya nanti pakai cara
pemumpukan dari masyarakat flores yang sudah ada.

[00:09:10.660] - Speaker 3
Wah, keren, keren tuh. Bahkan sampai berpikir beyond konsultan tapi juga culture ya. Keren, keren.

[00:09:19.540] - Speaker 2
Ya, kalau saya kalau bertamu ke Pulau Baru, saya nggak mau kayak tiba tiba hasil karyanya muncul dan
akhirnya menyinggung masyarakat yang udah ada.

[00:09:33.550] - Speaker 3
Di Omah Library ada anak rumah asuhnya, staffnya Yori Antar, mau dipanah, udah ditarik panah di
depannya dia waktu di Maluku. Gara gara mereka motret. Taunya memang di daerah itu sama sekali
nggak boleh motret.

Anda mungkin juga menyukai