Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH

ACARA IV
KOMPOSIT CITRA

Dosen Pengampu:
Harvini Wulansari, S.T., M.Sc.

Disusun oleh:
Nama : Muthmainah
NIT : 22314207
Kelas :F
Tanggal Praktikum : 17 Maret 2023
Assisten Praktikum :
1. Erna Puji Lestari, S.Si.
2. Fajri Aditya Nugroho, S.Si.

Program Studi Diploma IV Pertanahan


Sekolah Tinggi Pertanahan Nasionl
2023
ACARA IV
PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT WARNA

I. TUJUAN
1. Taruna mengetahui konsep penyusun komposit citra dari 3 warna yang berbeda
2. Taruna mampu melakukan proses komposit citra satelit 3 2 1, 4 3 2, dan 3 4 2
3. Taruna mampu memahami dan membandingkan hasil citra dengan menggunakan metode
komposit warna 3 2 1 , komposit warna 4 3 2, dan komposit warna 3 4 2

II. ALAT DAN BAHAN


1. Tabel isian pada Ms. Word
2. Data Citra ALOS Selatan Jawa
3. Laptop dengan Aplikasi ENVI Classic 5.3 (32-bit)

III. DASAR TEORI


Proses interpretasi citra biasanya mengabungkan antara metode visual dan automatik
dengan menggunakan bantuan komputer ataupun perangkat lunak yang membantu dalam
pengolahan citra. Citra satelit yang belum diproses biasanya disimpan dalam bentuk gray
scale. Gray scale merupakan skala warna dari hitam ke putih dengan derajat keabuan yang
bervariasi. Penginderaan jauh menggunakan skala gray scale, yaitu 256 shade gray scale,
dimana nilai 0 menggambarkan hitam, dan nilai 255 mengambarkan warna putih. Citra
ditampilkan pada masing-masing band dalam bentuk warna hitam dan putih maupun
kombinasi dengan tiga band sekaligus atau yang disebut color composites. Komposit citra
merupakan citra hasil baru dari penggabungan tiga saluran yang mampu menampilkan
keunggulan dari saluran-saluran penyusunnya. Penggunaan komposit citra ini dikarenakan
keterbatasan mata yang kurang mampu dalam membedakan gradasi warna dan lebih mudah
memahami dengan pemberian warna. Pada citra multispektral yang terdiri dari banyak
saluran, apabila hanya menampilkan satu saluran maka citra yang dihasilkan merupakan
gradasi rona. Mata manusia hanya bisa membedakan objek yang menonjol pada suatu
saluran, sehingga objek lain akan kesulitan untuk diidentifikasi. Sehingga pada citra
komposit ini, hasil yang didapatkan lebih mudah untuk diidentifikasi suatu objek pada citra.
Pembuatan citra komposit menggunakan teknik penggabungan beberapa saluran pada citra
yang kemudian menjadi sebuah satu saluran baru. Pada citra saluran tunggal hanya memiliki
satu warna yaitu gradiasi warna keabuan. Terjadinya penggabungan beberapa saluran maka
akan menghasilkan citra baru yang memiliki variasi warna tertentu. Hal ini juga didasarkan
pada saluran yang ditentukan.
Untuk menyusun citra komposit warna didasarkan pada teori 3 warna dasar, yaitu
merah, hijau, dan biru (RGB). Kombinasi ketiga warna ini menghasilkan warna-warna lain.
Bila warna-warna dasar ini disusun dalam suatu kubus warna, maka akan diperoleh warna-
warna paduan, yaitu cyan (kombinasi biru dan hijau), magenta (kombinasi biru dan merah),
dan kuning (kombinasi merah dan hijau). Merah, hijau, dan biru secara bersama-sama
membentuk warna putih, sedangkan ketidakhadiran seluruh warna tersebut memberikan
warna hitam, seperti terlihat pada gambar 4.2.

Gambar Teori warna dalam model kubus

IV. LANGKAH KERJA


a. Membuat Citra Komposit Warna dengan Aplikasi Envi
b. Indentifikasi Obyek Dalam Citra Komposit Warna
1. Siapkan folder yang akan digunakan sebagai tempat menyimpan file pengolahan data
citra dengan aplikasi ENVI (The Environment For Visualizing Images). Silahkan

gunakan drive D atau drive E . Buatlah sistematika


penyimpanan dan penamaan yang baik agar memudahkan dalam penyimpanan dan
pencarian data jika dibutuhkan di kemudian hari.
2. Bukalah aplikasi ENVI Classic 5.3 (32-bit) dengan cara klik icon

pada desktop maupun pada menu start.


3. Maka akan muncul tampilan ENVI sebagai berikut:

Gambar menu bar Envi


4. Langkah selanjutnya yaitu membuka fiile citra dengan cara klik menu file-pilih
Open Image File – Pilih file dengan Size yang besar – klik Open
Gambar langkah membuka file citra pada aplikasi Envi

Gambar tampilan setelah membuka file citra pada aplikasi Envi


5. Langkah selanjutnya yaitu menampilkan gambar citra sesuai dengan RBG color.
Missal RBG komposit 3 2 1 maka caranya yaitu: klik option RBG color – klik
option R – pilih band 3 – klik option B – pilih band 2 – klik option G – pilih
band 1.
6. Komposit selanjutnya yaitu 4 3 2 dengan cara klik new display – klik option RBG
color – klik option R – pilih band 4 – klik option B – pilih band 3 – klik option G
– pilih band 2.
7. Lakukan hal yang sama untuk komposit 3 4 2

Gambar Langkah menampilkan citra berdasarkan RBG Color 3 2 1


Gambar Tampilan setelah membuka file dengan 3 komposit yang berbeda
8. Link display dengan cara klik kanan pilih link display untuk menyamakan posisi guna
identifikasi objek yang sama
9. Untuk menampilkan data RGB objek yang akan diidentifikasi, caranya dengan klik
kanan pilih cursor location/value kemudian catatlah data yang muncul

10. Coba amati dan pahami kurva pantulan spektral yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi warna obyek dalam citra komposit warna;
11. Amati karakteristik kurva pantulan masing-masing obyek (air, vegetasi, dan tanah);
12. Identifikasi warna obyek yang terbentuk dari citra komposit warna tertentu (dalam
praktikum ini digunakan komposit 321, 432, dan 342) dengan bantuan tabel yang
telah disediakan.
V. HASIL
a. Hasil yang diperoleh dari membuat citra komposit warna dengan aplikasi ENVI serta
display data warna R G B sebagai berikut:

Gambar Komposit warna objek Sungai

Gambar komposit warna objek laut dalam

Gambar komposit warna objek Air Pantai/Buih


Gambar komposit warna objek sawah

Gambar komposit warna objek pasir pantai

Gambar komposit warna objek tanah sawah


Gambar komposit warna objek hutan

Gambar komposit warna objek tanah endapan

Gambar komposit warna objek tegalan

b. Hasil indentifikasi obyek pada 3 citra komposit warna sebagai berikut:


1) Citra Komposit 1

Komposit 321 (1)


Obyek Warna
R G B
27 48 86

Laut:
53 68 85
Air

Sungai:
255 255 255 Air Pantai/Buih:

Komposit 321
Obyek Warna
R G B
46 66 86

Sawah:
Vegetasi

40 61 82

Hutan:
36 57 82
Tegalan:

Komposit 321
Obyek Warna
R G B
100 105 124

Pasir Pantai:
116 117 122
Tanah

Tanah sawah:
90 92 110

Tanah endapan:
2) Citra Komposit 2

Komposit 432 (2)


Obyek Warna
R G B
7 27 48

Laut:
79 53 68
Air

Sungai:
117 255 255

Air Pantai/Buih:

Komposit 432
Obyek Warna
R G B
44 46 66

Sawah:
65 40 61
Vegetasi

Hutan:
80 36 57

Tegalan:

Komposit 432
Obyek Warna
R G B
38 100 105

Pasir pantai:
Tanah

70 116 117

Tanah sawah :
43 90 92

Tanah endapan:

3) Citra Komposit 3

Komposit 342
Obyek Warna
R G B
27 7 48

Laut:
53 79 68
Air

Sungai:
255 117 255
Air Pantai/Buih:

Komposit 342
Obyek Warna
R G B
46 44 66
Sawah:
40 65 61
Vegetasi

Hutan:
36 80 57

Tegalan:

Komposit 342
Obyek Warna
R G B
100 38 105

Pasir pantai:
Tanah

116 70 117

Tanah sawah:
90 43 92

Tanah endapan:

Berdasarkan praktikum komposit citra dengan data citra satelit Alos diperoleh bahwa
setiap objek memiliki hasil yang berbeda-beda. Pada praktikum komposit citra ini menggunakan
tiga komposit warna yaitu 3 2 1 (band 3, band 2, dan and 1) , kemudian komosit warna 4 3 2
(band 4, band 3, dan band 2), kemudian komposit warna 3 4 2 (band 3, band 4, dan band 2).
Setiap objek yang diambil dengan menggunakan ketiga komposit warna tersebut menghasilkan
warna yang berbeda-beda. Kegiatan praktikum ini menggunakan tiga macam objek yaitu air (air
laut dalam, sungai, dan Air Pantai/Buih), vegetasi (sawah, hutan, dan tegalan), dan tanah (tanah
pasir, tanah sawah, dan tanah endapan).
Pembahasan pengamatan dan identifikasi setiap objek pada praktikum diuraikan sebagai
berikut:
1. Objek pertama yaitu air
a. Air Laut Dalam
Dari pengamatan yang dilakukan, objek air laut dalam berbentuk datar, luas,
dan teksturnya halus. Dengan metode 3 2 1 objek air terlihat berwarna biru tua
keabuan dan mudah untuk dikenali, pada komposit warna 4 3 2 objek berwarna
biru kehitaman dan masih mudah dikenali, sedangkan dengan komposit warna 3
4 2 air berwarna hitam keunguan dan objek masih mudah dikenali. Objek air
dapat dengan mudah dikenali walaupun dilihat dari berbagai macam komosit
warna dikarenakan dilihat dari citra objek air merupakan objek yang luas yang
ditandai dengan warna yang sama dan dibatasi oleh pantai yang mudah dikenali
pula.
b. Sungai
Dari ketiga komposit warna yang digunakan, secara umum objek sungai
berbentuk berkelok-kelok dan berwarna lebih gelap, dan tekstur lebih halus dari
pada objek di sekitarnya. Dengan komposit 3 2 1, objek sungai terlihat berwarna
hijau army dan teksturnya lebih halus dan mudah dikenali. Pengamatan dengan
komposit warna 4 3 2 objek sungai berwarna hijau hunter dengan objek
sekitarnya berwarna merah, tekstur halus, bentuk berkelok, dan mudah dikenali.
Pengamatan dengan komposit warna 3 4 2, objek sungai berwarna biru tua,
tekstur halus, bentuk berkelok, dan mudah dikenali.
c. Air Pantai/Buih
Dari ketiga komposit warna yang digunakan, secara umum air pantai/buih
berwarna dasar putih, berbentuk memanjang sepanjang batas laut, tekstur
bergelombang. Pada pengamatan dengan metode 3 2 1, objek air pantai/buih
berwarna putih, bentuk bergelombang dan terlihat jelas berbatasan dengan
pantai dan laut. Pengamatan dengan metode 3 2 1, air pantai/buih berwarna
putih yang disela-selanya juga terlihat air laut berwarna hijau hunter, bentuk
bergelombang, dan mudah dikenali. Dengan metode komposit warna 4 3 2,
objek air pantai/buih berwarna dominan biru muda, sebagian kecil berwarna
biru tua dan berwarna putih, bertekstur bergelombang serta mudah dikenali.
Sedangkan dengan metode komposit warna 3 4 2, objek air pantai/buih dominan
berwarna ungu muda, sebagian berwarna ungu gelap, dan sebagian kecil
berwarna putih, serta mudah dikenali.
2. Objek Vegetasi
a. Sawah
Berdasarkan ketiga komposit warna yang diamati, objek sawah cenderung
berbentuk rata dan bertekstur halus. Dalam pengamatan dengan metode 3 2 1,
sawah berwarna hijau army karena merupakan vegetasi yang secara umum
berwarna hijau, di sekitarnya terdapat lahan sawah yang belum ditanam
sehinga pada 3 2 1 berwarna coklat muda yang juga menujukkan bahwa objek
yang diamat merupakan sawah. Objek sawah dengan pengamatan metode 3 2 1
cukup mudah dikenali. Selanjutnya pengamatan dengan komposit warna 4 3 2,
diperoleh hasil pengamatan warna sawah yaitu merah karena komposit warna 4
3 2 peka terhadap warna vegetasi sehingga warnanya menjadi merah,
bertekstur halus, serta cukup mudah dikenali. Yang terakhir pengamatan
dengan komposit warna 3 4 2, diperoleh hasil pengamatan bahwa warna sawah
berwarna hijau, bertekstur halus. Disekitarnya terdapat objek seperti tegalan
dan tanah sawah yang belum ditanami dengan ditandai dengan warna coklat
gelap.
b. Hutan
Objek hutan yang diamati berdasarkan ketiga komposit warna, objek hutan
cenderung bertekstur kasar karena kontur daun yang berbeda-beda. Pengamatan
dengan metode 3 2 1, objek hutan berwarna hijau gelap sesuai dengan warna
asli daun yang tampak secara vertical dari pantauan citra Alos dengan data yang
kami pakai untuk praktikum kali ini. Objek hutan juga bertekstur kasar dan
berbentuk menggerombol. Selanjutnya pengamatan dengan komposit warna 4 3
2, diperoleh hasil objek hutan berwarna merah bentuk bergerombol dan tekstur
kasar. Pada pengamatan dengan komposit warna 3 4 2 objek hutan terlihat
bergerombol, berwarna hijau, dan rapat, dan mudah untuk dikenali.
d. Tegalan
Pada pengamatana dengan 3 2 1, objek tegalan terlihat berwarna hijau tua,
bertekstur kasar, serta berdampingan dengan objek sawah. Pada 3 2 1, bojek
tegalan sangat mudah untuk dikenali karena warnanya hijau vegetasi dan
berdampingan dengan objek sawah. Sedangkan pengamatan dengan komposit
warna 4 3 2, objek tegalan berwarna merah, bertekstur kasar, juga masih bisa
diidentifikasi berdampingan dengan objek sawah, dan masih bisa dikenali.
Pengamatan dengan komposit warna 3 4 2, objek tegalan terlihat berwarna
hijau muda, bertekstur kasar dan juga terlihat berdampingan dengan sawah
dan sungai. Pada komposit warna 3 4 2, objek tegalan lebih mudah dikenali
dibandingkan jika diamati dengan komposi 4 3 2.
3. Tanah
a. Pasir Pantai
Pengamatan menggunakan metode 3 2 1 pada objek pasir pantai terlihat
berwarna abu-abu sangat muda, bersebelahan dengan laut, bertekstur halus, dan
terlihat tidak ada vegetasi, serta mudah untuk dikenali karena bersebelahan
dengan laut. Pengamatan menggunakan komposit warna 4 3 2, objek pasir
pantai berwarna abu-abu sangat muda kemerah-merahan, masih terlihat
bersebelahan dengan laut, dan juga bertekstur halus, serta masih dapat untuk
dikenali karena bersebelahan dengan laut, dan teksturnya halus. Sedangkan
pengamatan dengan metode komposit warna 3 4 2, objek pasir pantai berwarna
ungu muda, bertekstur halus, bersebelahan dengan pantai, dan lebih mudah
dikenali daripada pengamatan dengan komposit warna 4 3 2.
b. Tanah Sawah
Pengamatan menggunakan metode 3 2 1, objek tanah sawah terlihat berwarna
coklat muda, bertekstur halus, sebagian terlihat ada pematang-pematang
sawah, dan di sebelahnya terlihat vegetasi bertekstur halus juga yaitu sawah
yang sudah ditanami. Pengamatan dengan metode 3 2 1, objek sawah sangat
mudah dikenali karena berwarna coklat muda seperti warna sebenarnya dan
bayangan pematang sawah terlihat jelas. Pengamatan dengan metode
komposit warna 4 3 2, objek tanah sawah terlihat berwarna coklat muda
sedikit kebiru-biruan, di sebelahnya terlihat vegetasi karena berwarna merah,
dan juga terlihat pematang-pematang sawah. Pada pengamatan dengan
menggunakan metode komposit warna ini objek tanah sawah masih bisa
dikenali karena warna tanah sawah masih berwarna coklat muda dan
berdampingan dengan vegetasi tanaman padi. Sedangkan pengamatan dengan
metode komposit warna 3 4 2, objek tanah sawah terlihat berwarna coklat
muda sedikit ada warna kehijau-hijauan, bersebelahan dengan warna hijau
berupa vegetasi tanaman padi, serta bertekstur halus, dan juga masih terlihat
pematang-pematang sawah. Dengan metode pengamatan ini objek sawah
mudah untuk dikenali karena warnanya masih relatif sama dengan warna 3 2
1.
c. Tanah endapan
Pengamatan dengan metode 3 2 1, objek tanah endapat terlihat menyembul,
berwarna abu-abu muda, bersebelahan dengan hilir sungai yang menuju laut,
dan bertekstur halus, serta mudah untuk dikenali. Pada pengamatan
menggunakan metode komposit warna 4 3 2, objek tanah endapan berwarna
hijau basil, menyembul, bertekstur halus, dan dekat dengan hilir sungai. Pada
pengamatan dengan metode ini, objek tanah endapat cukup sulit dikenali
apabila tidak berdekatan dengan hilir sungai karena dengan warna hijau basil
dan terkstur halus saja tidak dapat dengan yakin menentukan objek tersebut
merupakan tanah endapan. Sedangkan pengamatan dengan metode komposit
warna 3 4 2, objek tanah endapan terlihat berwarna coklat muda keungu-
unguan, bersebelahan dengan hilir sungai, dan terlihat meyembul. Pada
pengamatan dengan metode komposit warna ini, objek tanah endapan jika
tidak teridentifikasi bersebelahan dengan hilir sungai, sulit untuk dikenali
karena berwarna ungu berbeda dengan warna sebenarnya.

VII. KESIMPULAN
1. Pada pengamatan citra Alos Selatan Jawa dengan menggunakan proses komposit citra
satelit multispectral dalam hal ini metode komposit warna 3 2 1 , komposit warna 4 3 2,
dan komposit warna 3 4 2 menghasilkan warna yang berbeda-beda
2. Hasil warna yang berbeda-beda dari ketiga komposit warna dapat mempermudah dalam
pengamatan objek pada citra. Masing-masing memiliki keunggulan untuk mempermudah
dalam pengamatan.
3. Pengamatan yang dilakukan pada objek air secara umum objek air mudah diamati karena
jelas kenampakannya. Luas (laut), berkelok (sungai), berbuih dan dekat dengan laut (air
pantai/buih). Pengamatan pada objek vegetasi mudah diamati pada vegetasi sawah
(tekstur halus, berpetak-petak), tegalan (tekstur kasar, dekat dengan sawah0, namun agak
sulit dikenali pada objek hutan. Pengamatan pada objek tanah mudah dikenali pada objek
pasir pantai (dekat dengan laut, tekstur halus), tanah sawah (tekstur halus, terdapat petak-
petak sawah), namun agak sulit dikenali pada tanah endapan apabila tidak berdekatan
dengan hilir sungai.
4. Dari ketiga metode komposit warna yang diamati, menurut pendapat penulis, secara
umum pengamatan dengan 3 2 1 (3 2 1) lebih mudah dikenali karena warnanya sama
dengan warna sebenarnya, disusul oleh komposit warna 4 3 2, lalu yang terakhir
komposit warna 3 4 2.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Laporan
Amaliya, Lia Umi. 2018. Laporan Praktikum Penginderaan Jauh Acara V: Komposit Warna.
Universitas Negeri Malang.
Modul
Utami, Westi dan Harvini Wulandari.2019.Modul PN 12522/3 SKS/ Modul I-V Penginderaan Jauh.
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai