Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN IV PENGINDERAAN JAUH

NAMA KELOMPOK NIT

BETRIKS SIMBO 21303822


DYAH AYU I 21303829
JON PHILIPUS P.A 21303836
PASKALINA JENY 21303840
RAMA JIAN ADI SAPUTRA 21303850
SINTA DWI CAHYANI 21303856
YARITZA NAFA TYOLA 21303861

PROGRAM DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN


NASIONAL YOGYAKARTA 2022
ACARA IV
PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT WARNA

I. TUJUAN
1. Mampu memahami konsep penyusunan komposit warna dari 3 saluran citra yang
berbeda;
2. Mampu membuat citra komposit warna dengan perangkat lunak pengolahan citra.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Format isian
2. Pensil/ballpoint
3. Citra ALOS Selatan Jawa
4. Komputer personal
5. Perangkat ENVI 4.5

III. DASAR TEORI


Sistem multispektral menghasilkan liputan citra wilayah yang direkam pada berbagai
saluran spektral. Dengan sistem ini, suatu wilayah yang direkam pada n saluran akan
menghasilkan n citra, yang masing-masing mempunyai variasi spektral yang berbeda. Setiap
saluran sebenarnya peka terhadap kenampakan tertentu, sesuai dengan dasar pemilihan lebar
atau interval spektrumnya, seperti gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik kurva pantulan spektral
Kepekaan pada kenampakan tertentu (misal pada kerapatan vegetasi) secara logis juga
mengandung ketidakpekaan terhadap kenampakan lain (misalnya perbedaan tanah). Akan
tetapi, kalau saluran dengan interval panjang gelombang lebar dapat digunakan justru secara
keseluruhan kenampakan tidak dapat dibedakan dengan baik. Dengan demikian, untuk dapat
membedakan berbagai macam obyek dengan baik, beberapa saluran itu digunakan secara
serentak untuk mendapatkan kenampakan visual yang lebih baik, yang disebut dengan citra
komposit warna.
Untuk menyusun citra komposit warna didasarkan pada teori 3 warna dasar, yaitu merah,
hijau, dan biru (RGB). Kombinasi ketiga warna ini menghasilkan warna-warna lain. Bila
warna-warna dasar ini disusun dalam suatu kubus warna, maka akan diperoleh warna-warna
paduan, yaitu cyan (kombinasi biru dan hijau), magenta (kombinasi biru dan merah), dan
kuning (kombinasi merah dan hijau). Merah, hijau, dan biru secara bersama-sama
membentuk warna putih, sedangkan ketidakhadiran seluruh warna tersebut memberikan
warna hitam, seperti terlihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Teori warna dalam model kubus (modifikasi dari Schowengerdt, 1983)

IV. LANGKAH KERJA


Simulasi Indentifikasi Obyek Dalam Citra Komposit Warna
1. Coba amati dan pahami kurva pantulan spektral yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi warna obyek dalam citra komposit warna;
2. Amati karakteristik kurva pantulan masing-masing obyek (air, vegetasi, dan tanah);
3. Identifikasi warna obyek yang terbentuk dari citra komposit warna tertentu (dalam
praktikum ini digunakan komposit 321, 432, dan 342) dengan bantuan tabel yang telah
disediakan.

Citra Komposit 1
Komposit 321
Obyek Warna
R G B
Air 39 73 97
26 50 87

24 42 84

Komposit 321
Obyek Warna
R G B
33 48 74 Hijau muda
si
Vegeta

43 66 82 Hijau
39 60 80 Hijau lumut

Komposit 321
Obyek Warna
R G B
105 112 117 Coklat
Tanah

83 81 108 Coklat muda


69 89 90 Coklat sawo

Citra Komposit 2

Komposit 432

Obyek Warna

R G B
7 33 61

Air 3 17 43

2 6 10

Komposit 432

Obyek Warna

R G B

127 16 19
Vegetasi

118 54 53
108 40 33

Komposit 432

Obyek Warna

R G B

68 127 122
Tanah

111 151 125

52 63 63

Citra Komposit 3
Komposit 342
Obyek Warna
R G B
31 6 61
Air
25 7 49

32 6 62

Komposit 342
Obyek Warna
R G B
34 66 55
Veget
asi

44 58 61

42 82 60

Komposit 342
Obyek Warna
R G B
103 64 102
Tanah

62 38 76
96 57 92

V. PEMBAHASAN
Pada laporan praktikum kali ini dapat diketahaui bahwa citra yang digunakan adalah citra
landsat 7 alos selatan jawa Pengamatan visual yang mengandalkan pada perbandingan
kenampakan pada beberapa lembar citra dari saluran-saluran yang berbeda dirasa tidak
efektif. Oleh karena itu, beberapa saluran itu digabung kembali, dengan masing-masing
penyusun telah memuat kelebihan komparatif dibanding saluran lain.Penggabungan citra dari
setiap band ini dilakukan dengan memasukkannya pada channel warna yang tersedia di
sistem monitor komputer.Dalam proses komposit citra, kombinasi warna yang digunakan
adalah merah, hijau, biru (warna RGB).Penggunaan kombinasi berbagai saluran spektral
yang dimasukkan ke dalam tiga layer warna ini akan menghasilkan warna baru sesuai dengan
pola pantulan spektral setiap objek. Sehingga, satu citra ini sudah mampu menyajikan
variabilitas spektral seluruh saluran penyusunnya. Berikut penjelasan citra komposit warna :

Kegunaan Komposit Warna

 memudahkan dalam proses pengidentifikasian suatu objek dalam citra satelit. Karena
pada citra yang terlah terkomposit memiliki warna masing-masing.

 mendeteksi, mengidentifikasi, menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada


citra dan menganalisa kenampakan suatu obyek berdasarkan rona/warna, bentuk,
ukuran, pola, tekstur, bayangan, situs dan asosiasi dan konvergensi bukti.

Membuat Citra Komposit Warna dengan ENVI


1. Buka program ENVI melalui menu Start | Program |ENVI 4.5 | ENVI, atau dengan

mengklik shortcut pada desktop!


2. Buka file data citra satelit dengan nama ALOS Selatan Jawa!

3. Buatlah citra komposit warna 321, 432, dan 342!


Berikut cara membuat komposit citra 321, lalu klik load RGB. Dan ulangi untuk citra
komposit warna 432 dan 342.
Berikut ini adalah hasil dari komposit citra 321

Berikut ini adalah hasil dari komposit citra 432


Berikut ini adalah hasil dari komposit citra 342

4. Amatilah warna pada masing-masing kenampakan obyek air, vegetasi, dan tanah dan
cocokan dengan tabel indentifikasi obyek yang telah dibuat!
Kurva Penjelasan/Analisis
Warna

Pada komposit warna ini terlihat airnya


berwarana kehijauan namun tetap band blue
(band 1) memiliki nilai lebih tinggi serta
bisa kita lihat di kurva grafiknya turun dari
band blue ke band red. Dan pada objek air,
band red (band 3) dan band green (band 2)
cenderung lebih banyak terserap dan band
blue yang memiliki pantulan tertinggi.

Pada komposit warna ini terlihat airnya


berwarana biru gelap, nilainya pun tetap
band biru yang paling tinggi sehingga warna
biru lebih dominan. Namun warna biru yang
gelap ini menandakan daerah yang semakin
dalam, yang mana volume air semakin
banyak sehingga band 3 dan band 2 makin
banyak terserap oleh air. Dan band 1 yang
hanya dipanytulkan oleh air sehingga
berwarna biru, dan warna biru gelap
menanddakan area tersebut semakin dalam.
Pada komposit warna ini terlihat airnya
berwarna biru sangat gelap. Sama seperti
penjelasan sebelumnya band 2 dan band 3
nilainya semakin kecil. Terlihat juga di
kurva penurunan kurvanya 2 kali lipat dari
band 1 ke band 2, begitu pula ke band 3
yang semakin kecil. Warna biru yang sangat
gelap ini terpengaruh dari perpaduan warna
band 1 yang tinggi dengan band 2 dan band
3 yang kecil. Warna biru yang sangat gelap
ini menandakan bahwa area ini sangat
dalam.
Gambar di atas merupakan gambar citra yang dihasilkan dengan komposit band 342.
Dibawah ini merupakan penjelasan untuk berbagai obyek yang diamati.

Komposit 342
Obyek Warna Penjelasan
R G B
Berdasarkan gambar
Air

disamping dapat
31 6 61 diambil kesimpulan
yaitu bila value R
rendah, Value G
tinggi dan value dari
blue rendah maka
25 7 49 warna yang
dihasilkan akan
semakin gelap
bahkan hampir
terlihat seperti warna
32 6 62 hitam

Komposit 342 Penjelasan


Obyek Warna
R G B
Kesimpulannya yaitu :

Veget
asi
Bila value Green lebih
tinggi dari value Red
34 66 55 dan Blue maka warna
yang dihasilkan akan
semakin cerah. Namun,
bila value green lebih
rendah dari value blue
maka akan
44 58 61 menghasilkan warna
yang sedikit lebih
gelap. Dari semua
percobaan di samping,
value Red selalu lebih
rendah dari value
42 82 60 lainnya

Komposit 342 Penjelasan


Obyek Warna
R G B
Untuk warna pada
Tanah

tanah, value green


103 64 102 akan selalu lebih
rendah dari value
lainnya sehingga
akan menghasilkan
warna coklat
62 38 76 seperti yang terlihat
pada hasil
percobaan di
samping
96 57 92
VI. Kesimpulan

Berdasarkkan praktikum komposit citra dapat disimpulkan bahwa komposit citra bertujuan
untuk memperoleh gambaran visual yang lebih baik dan dengan penggabungan citra akan
terdapat perbedaan citra komposit dapat terlihat dari adanya warna yang berbeda dari tiap
komposit. Hal tersebut dapat memudahkan dalam proses pengidentifikasian suatu objek
dalam citra satelit. Karena pada citra yang terah terkomposit memiliki warna masing-masing.

Hasil penafsiran foto udara dan citra satelit merupakan salah satu kegiatan yang cukup
dibutuhkan dalam perencanaan, pengelolaan dan pemantauan sumberdaya lahan. Di dalam
penafsiran foto dan citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran
untuk mendeteksi, mengidentifikasi, menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra
dan menganalisa kenampakan suatu obyek berdasarkan rona/warna, bentuk, ukuran, pola,
tekstur, bayangan, situs dan asosiasi dan konvergensi bukti.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Danoedoro, P., 1996, Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya Dalam Bidang
Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta;
Danoedoro, P., 2002, Pedoman Praktikum Pemrosesan Citra Digital, Fakultas Geografi,
Unversitas Gadjah Mada, Yogyakarta;
Munir, R., 2004,Pengolahan Citra Digital, Informatika, Bandung;
Prahasta, E., 2008, Remote Sensing : Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra
Dijital Dengan Perangkat Lunak ER Mapper, Informatika, Bandung;
http://www.exelisvis.com/portals/0/tutorials/envi/ENVI_Quick_Start.pdf, diakses pada
tanggal 10 Desember 2012;
http://www.exelisvis.com/portals/0/tutorials/envi/ENVI_Intro.pdf, diakses pada tanggal 10
Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai