I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Waktu penyelesaian PENINGKATAN JALAN KUNTILI - KEMIRI TAHAP II yang ditetapkan selama
180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender oleh pemilik pekerjaan (owner), menuntut pelaksanaan
pekerjaan di lapangan harus didukung oleh unsur-unsur penunjang yang handal, sehingga akan di
dapat kinerja proyek yang maksimal.
Dalam pelaksanaan proyek ini, CV. SINAR KARYA BUANA menerapkan metode pelaksanaan untuk
menunjang keberhasilan proyek sesuai dengan biaya, waktu dan mutu yang telah ditetapkan antara
lain :
a. Sumber Daya Manusia yang mampu dan sesuai keahlian di bidangnya
b. Tepat pemakaian Alat Kerja yang digunakan, baik kuantitas atau jenisnya
c. Rekanan dan Suplier yang terbukti mampu
d. Pekerja yang trampil sesuai jumlahnya yang diperlukan
I.3. Lokasi
Pekerjaan : PENINGKATAN JALAN KUNTILI - KEMIRI TAHAP II
Tahun Anggaran : 2019
Lokasi : KECAMATAN SUMPIUH
Waktu Pelaksanaan : 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender
Penyedia Jasa : CV. SINAR KARYA BUANA
PERKIRAAN
NO URAIAN PEKERJAAN SAT
KUANTITAS
PANJANG JALAN KM
0,85
LEBAR JALAN M
4,00
DIVISI 1. UMUM
Mobilisasi Ls
1 1,00
Keselamatan dan Kesehatan
Ls
2 Kerja 1,00
Jumlah Harga Pekerjaan
DIVISI 1
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH
11
Galian biasa m³
1 9,36
1.07
Penyiapan Badan Jalan m³
2 8,00
Jumlah Harga Pekerjaan
DIVISI 3
DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR
44
Lapis Pondasi Agregat Kelas A m³
1 1,00
Jumlah Harga Pekerjaan
DIVISI 5
DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL
2.35
Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi Ltr.
1 2,00
34
Lapis Perekat - Aspal Emulsi Ltr.
2 3,00
35
Laston Lapis Aus (AC - WC) Ton
3 7,50
Jumlah Harga Pekerjaan
DIVISI 6
DIVISI 7. STRUKTUR
21
Beton mutu sedang fc'20 Mpa m³
1 7,28
26
Acuan (begisting) utk jbt/gorong - gorong m²
2 3,87
25
Baja Tulangan U 24 Polos kg
3 9,86
9
Pasangan Batu m³
4 3,39
Jumlah Harga Pekerjaan
DIVISI 7
Lingkup Pekerjaan yang dilaksanakan pada PENINGKATAN JALAN KUNTILI - KEMIRI TAHAP II yang
meliputi
A. PRE CONSTRUCTION
Pekerjaan Persiapan, Prasarana dan Penunjang
Pekerjaan Pembersihan
B. DURING CONSTRUCTION
Pekerjaan Struktur
Pekerjaan Arsitektur
C. PASCA CONSTRUCTION
Pekerjaan Pembersihan, pembongkaran bangunan penunjang dan pemeliharaan.
I. RENCANA PENANGANAN PERSIAPAN PEKERJAAN
Agar pekerjalan berjalan lancar dan meminimalisir hambatan-hambatan, kesulitan - kesulitan di lapangan
maka perlu adanya persiapan yang matang untuk menangani pekerjaan – pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Sebelum pelaksanaan dimulai, perlu sekali adanya Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (Pre
Construction Meeting / PCM).
Berikut adalah bagan alir Pre Constrution :
SURVEY LAPANGAN
DATA-DATA LAPANGAN
Data Tanah ( Pre Contruction Meeting)
Data Sosial
Masyarakat Setempat
JUSTIFIKASI TEKNIS
MUTUAL TEKNIS
SHOP DRAWING
PELAKSANAAN
PEMBERSIHAN
PHO
AS BUILT DRAWING
PEMELIHARAAN
FHO
Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak adalah :
Mobilisasi
Yaitu mendatangkan alat dan tenaga yang diperlukan dengan kebutuhan pekerjaan yang
dilaksanakan.
Foto 0%
Pekerjaan foto 0 % dilaksanakan dengan mengambil gambar existing lapangan sebelum pekerjaan
dimulai, pengambilan gambar dilakukan pada 3 ( tiga ) arah untuk 1 ( satu ) titik pengambilan.
Uitzet/ MC. 0
Pekerjaan ini bertujuan untuk menentukan elevasi rencana bangunan dan volume pekerjaan yang
akan dikerjakan.
Alat yang dipakai : Theodolit, Waterpass, Rollmeter, dll.
Setelah selesai pengukuran dilaksanakan, selanjutnya dilakukan mutual check awal (MC.0)
sebagai titik awal dari pelaksanaan pekerjaan. Dari MC.0 tersebut diterbitkan Amandemen I yang
disetujui pemberi tugas
Mix Design dan Test Besi Beton
Mengajukan permohonan Mix Design untuk beton ke laboratorium. Mengambil sample material dan
dibawa ke laboratorium, untuk dilakukan Mix Design Beton dan tes kuat tekan beton.
Untuk Test besi beton tiap diameter diambil sample 3 batang
Jalan Kerja
Dikarenakan adanya pemakaian alat berat dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka pembuatan
jalan masuk dan konstruksi jalan sementara untuk mendukung mobilisasi dan demobilisasi
peralatan dan material dibuat yang permanen, sehingga selama pelaksanaan pekerjaan,
transportasi material dapat berjalan dengan lancar dalam kondisi cuaca yang bagaimanapun.
Arus lalu lintas harus direncanakan dengan baik, sehingga dapat mengurangi hambatan yang
mungkin terjadi.
Jalan kerja yang baik dan bersih diperlukan untuk tidak menimbulkan dampak pengotoran
lingkungan dan jalan umum
Drainase dan Pembuangan Limbah
Sistem drainase proyek direncanakan dengan baik dan disesuaikan dengan sistem drainase
lingkungan di area pekerjaan yang akan dilaksanakan. Tempat pembuangan limbah konstruksi
juga perlu disediakan untuk selanjutnya dapat diangkut keluar.
Pembersihan Lokasi
Pembersihan lokasi dilaksanakan sebelum uitzet bouwplank dimulai, hal ini dilakukan untuk
membersihkan lokasi dari kotoran yang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan seperti
bongkaran ataupun pohon sampai dengan tanah dasar.
Pekerjaan persiapan
I. DIVISI 1 U M U M
1. Mobilisasi
a) Uraian
Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana yang
telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan termasuk para tenaga kerja yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak termasuk, tetapi tidak terbatas,
Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (KMKL) sesuai dengan ketentuan yang
disyaratkan.
Mobilisasi semua peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam Penawaran
yang dipersyaratkan
Mobilisasi personil inti dan peralatan utama dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan lapangan yang disepakati dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting) yang akan dilaksanakan setelah pihak penyedia mendapatkan Surat Perintah Kerja.
seluruh mobilisasi akan diselesaikan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 12 hari terhitung
mulai tanggal mulai kerja, kecuali penyediaan Fasilitas dan Pelayanan Pengendalian Mutu
yang terdiri dari tenaga ahli, tenaga terampil, dan sumber daya uji mutu lainnya yang siap
digunakan sesuai dengan tahapan mobilisasi yang disetujui.
• Pada saat penyelesaian Pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan bersih dan
siap untuk dipakai Pengguna Jasa. Penyedia Jasa juga harus mengembalikan bagian –
bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam Dokurnen Kontrak ke kondisi
semula.
• Pada saat pembersihan akhir, semua perkerasan, kerb, dan struktur harus diperiksa ulang
untuk mengetahui kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir.
Lokasi yang diperkeras di tempat kerja dan semua lokasi diperkeras untuk umum yang
bersebelahan langsung dengan tempat kerja harus disikat sampai bersih. Permukaan lainnya
harus digaru sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul harus dibuang.
c) Metode Pelaksanaan
Dan adapun komposisi material adalah sebagai berikut : batu 2 - 3 cm ( 28 % ) , batu 1 - 2 + 0.5 - 1
cm ( 42 % ), dan pasir urug ( 30 % ). Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Lapis Pondasi Agregat tidak
boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh
dilakukan segera setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang
ditentukan.
Fraksi Agregat Kasar : Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi
dan dikeringkan tidak boleh digunakan. Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka untuk Lapis
Pondasi Agregat Kelas A mempunyai 100 % berat agregat kasar dengan angularitas 95/90* dan untuk
Lapis Pondasi Agregat Kelas B yang berasal dari kerikil mempunyai 60 % berat agregat kasar dengan
angularitas 95/90*. *95/90 menunjukkan bahwa95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
Fraksi Agregat Halus : Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir
alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang lolos ayakan No.200 tidak
boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang lolos ayakan No.40. Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-
bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi.
Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan
yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui,
dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical feeder) yang telah dikalibrasi untuk memperoleh
aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan
apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
Penghamparan : Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang
merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan, kadar air dalam bahan
harus tersebar secara merata. Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.Bilamana akan
dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya. Lapis
Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak
meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus
diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. Tebal padat minimum untuk
pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat
maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Pemadatan : Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga
kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimummodifikasi (modified). Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan
akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan
dari Lapis Pondasi Agregat. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air
optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang
ditentukan.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu
jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari
bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan
harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara
merata. Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus
dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
d) Persiapan Alat
• Tandem Roller
• Water Tanker Truck
• Tandem roller
• Motor Grader
• Wheel Loader
• Alat Bantu Lainnya
e) Persiapan Bahan
• Agregat Kelas A yang terdiri dari :
Agregat 20 – 30, Agregat 5 – 10 & 10 – 20, Pasir Urug.
b. Uraian Pekerjaan
Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada
permukaan yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada
permukaan yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak
boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
Kondisi Tempat Kerja : Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih
memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya
menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas. Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di
samping tempat kerja (struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena
percikan aspal. Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan
dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan sarana pertolongan pertama.
Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal : Sebelum penyemprotan aspal dimulai,
permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi
keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus
dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. Tonjolan yang disebabkan oleh
benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau
dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian
yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu. Untuk pelaksanaan Lapis Resap
Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat,
bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan
diterima. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal : Penyedia Jasa harus melakukan percobaan
lapangan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter
per meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah.
Biasanya takaran pemakaian yang didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut : 0,4
sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat.
Pelaksanaan Penyemprotan : Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi
yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik
maka bahan aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit,
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer). Alat
penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan
pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai
ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan. Bila diperintahkan, bahwa
lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian
yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan
memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya
sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula
lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar
tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan
yang lain. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap.
Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan
demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan
demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai
bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir. Sisa
aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk
mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan. Jumlah pemakaian
bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki
dengan meteran tongkat celup. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan
penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang yang
disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan
dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai
harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan Penyemprotan harus segera dihentikan jika
ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi. Setelah pelaksanaan
penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas
permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat
ijuk atau alat penyapu dari karet. Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang
menunjukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material)
yang memenuhi ketentuan ini sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap ( blotter
material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat. Tempat-tempat
bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang
sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.
c. Persiapan Alat
• Asphalt Distributor
• Compressor
• Alat Bantu Lainnya
d. Persiapan Bahan
• Aspal Emulsi
• Kerosine / Minyak Tanah
b. Uraian Pekerjaan
Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Lapisan Perekat harus disemprot hanya pada
permukaan yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada
permukaan yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu
angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
Kondisi Tempat Kerja : Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih
memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya
menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas. Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di
samping tempat kerja (struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena
percikan aspal. Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan
dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan sarana pertolongan pertama.
Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal : Sebelum penyemprotan aspal dimulai,
permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi
keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus
dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. Tonjolan yang disebabkan oleh
benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau
dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian
yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu. Untuk pelaksanaan Lapis Resap
Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat,
bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan
diterima. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal : Penyedia Jasa harus melakukan percobaan
lapangan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter
per meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah.
Biasanya takaran pemakaian yang didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut : 0,4
sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat.
Pelaksanaan Penyemprotan : Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi
yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik
maka bahan aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit,
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer). Alat
penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan
pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai
ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan. Bila diperintahkan, bahwa
lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian
yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan
memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya
sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula
lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar
tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan
yang lain. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap.
Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan
demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan
demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai
bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir. Sisa
aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk
mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan. Jumlah pemakaian
bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki
dengan meteran tongkat celup. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan
penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang yang
disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan
dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai
harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan Penyemprotan harus segera dihentikan jika
ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi. Setelah pelaksanaan
penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas
permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat
ijuk atau alat penyapu dari karet. Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapisan Perekat yang
menunjukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter material)
yang memenuhi ketentuan ini sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap ( blotter
material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapisan Perekat .Tempat-tempat bekas
kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis
secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.
c. Persiapan Alat
• Asphalt Distributor
• Compressor
• Alat Bantu Lainnya
d. Persiapan Bahan
• Aspal Emulsi
• Kerosine / Minyak Tanah
Beton Bertulang haruslah beton yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan yaitu
menggunakan mutu beton K 175 Pengecoran akan dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan
dan bekisting selesai dan telah dicek kekuatannya sehingga mampu menahan beton cair baik secara
vertikal maupun horisontal.
b) Metode Pelaksanaan
• Menyiapkan peralatan yang akan dipakai sedekat mungkin dengan tempat pengecoran, seperti
vibrator dan Ready mix.
• Sebelum dilakukannya kegiatan pengecoran penyedia jasa harus mengajukan uji mutu beton
terlebih dahulu untuk dapat memastikan apakah mutu beton yang akan digelar memiliki mutu yang sama
dengan yang dipersyaratkan
• Pembersihan tempat pengecoran dan penyiapan tenaga kerja.
• Pengecoran dapat dimulai setelah semuanya siap, perlu diketahui pengecoran harus dilakukan
sesegera mungkin setelah campuran beton siap dengan tetap memperhitungkan cuaca.
• Untuk mutu beton ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan
adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
• Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran bahan
kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung
seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
• Penuangan adukan harus rata dan setiap lapisan harus padat secara rata sebelum lapisan
berikutnya dicor.
• Pengecoran beton untuk setiap horisontal setebal 40-60 cm. Pengecoran di beberapa lapisan
dikerjakan secara berkesinambungan sampai pada ketinggian yang direncanakan, di mana lapisan
pertama dan berikutnya harus dilaksanakan dengan cepat agar tidak terjadi sambungan dingin.
• Untuk memadatkan beton menggunakan vibrator. Dalam pelaksanaannya harus hati-hati dan tidak
berlebihan agar tidak terjadi segregasi dan bledding.
• Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang telah disetujui.
Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan
memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik
lain di dalam cetakan.
• Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah secara vertikal
sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan
menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian
harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya.
• Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan
untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
• Untuk mengontrol pekerjaan beton dibuat benda uji tiap 3 m3 beton dilakukan pemeriksaaan slump
test selama pengecoran untuk mempertahankan nilai air, kecuali pada permulaan pekerjaan di mana
frekuensi benda uji harus lebih besar agar terkumpul 20 benda uji.
•
c) Persiapan Alat
• Con Pan. Mixer
• Truck Mixer
Water Tanker
d) Persiapan Bahan
• Semen
• Pasir beton
• Agregat kasar
• Kayu perancah
• Paku
b) Urutan Pekerjaan
• Pemotongan dan pembengkokan tulangan
Dalam pekerjaan penulangan ini, pemotongan batang tulangan dilakukan batang per batang. Batang
yang telah dipotong, diangkat oleh pekerja dari lokasi penyimpanan ke meja pembengkok, setelah itu
batang yang sepadan (sama kualitas baja, diameter dan panjangnya) dibundel dan diberi tanda,
selanjutnya dibawa ke lokasi penyimpanan sementara.
Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar baja tulangan
adalah sebagai berikut :
- 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air tanah atau
terhadap bahaya kebakaran;
- Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 7.3.1 untuk beton yang terendam/ tertanam atau terekspos
langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan;
- 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk beton yang tak
dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat menyebabkan berkurangnya umur
atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang
berhubungan langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya.
Tabel 7.3.1 Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton Yang Tidak Terekspos
Tetapi Mudah Dicapai
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar
dan memenuhi Tabel 7.3.2.(1) berikut ini :
Tabel 7.3.2 (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan yang di las
yang memenuhi AASHTO M55 dapat digunakan.
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak dengan mutu
K250 seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
Perakitan dan penyetelan tulangan dilaksanakan sebelum pemasangan begisting. Memasang tulangan
sengkang, tulangan pokok dan tulangan bagi pada setiap pertemuan diikat dengan kawat bendrat.
Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebutuhan selimut beton
minimum yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser
pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja
tarik utama tidak diperkenankan.
Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada Gambar.
Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diijinkan
tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang dapat disetujui harus
dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama
dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
c) Persiapan Alat
• Besi tulangan
• Rol meter
• Kawat Bendrat
• Alat pemotong besi tulangan
• Tang/catut
3. Pasangan Batu
a) Ruang Lingkup
Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian, dan seluruh pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan
dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara
tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan ini mencakup pelapisan sisi atau dasar selokan dan saluran air, dan pembuatan "apron"
(lantai golak), lubang masuk (entry pits) dan struktur saluran kecil lainnya dengan menggunakan
pasangan batu dengan mortar yang dibangun di atas suatu dasar yang telah disiapkan memenuhi garis,
ketinggian dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
Pekerjaan ini juga mencakup pembuatan lubang sulingan (weep holes), termasuk penyediaan dan
pemasangan cetakan lubang sulingan atau pipa.
Dalam beberapa hal, bilamana mutu batu dan bentuknya cocok serta mutu kerjanya tinggi, Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan penggunaan pasangan batu dengan mortar (mortared stonework)
sebagai pekerjaan pasangan batu (stone masonry) untuk struktur dengan daya dukung yang lebih besar
seperti gorong-gorong pelat, tembok kepala gorong-gorong dan tembok penahan tanah.
b) Urutan Pekerjaan
• Pemasangan Batu
Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus
dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari
ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada
pekejaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan yang tidak terbelah, yang utuh
(sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi
yang dimaksud. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum digunakan.
Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air sedapat mungkin harus berbentuk persegi. Kecuali
ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu yang digunakan untuk pasangan
batu dengan mortar harus tertahan ayakan 10 cm.
• Penempatan Adukan
Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu yang
cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima
setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu
yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang. Adukan untuk spesi digunakan campuran 1
PC berbanding 4 Pasir jadi didalam pengadukan harus benar-benar merata aduknya sehingga tidak
terjadi kelemahan disuasi sisi spesi nantinya. Adukan yang akan dipasang harus mendapat
persetujuan Direksi dan dibuatkan bak takaran agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan semen.
Air yang digunakan harus air yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang merusak ikatan
semen.
• Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan dilaksanakan.
b) Persiapan Alat
• Concret Mixer
• Water Tanker Truck
• Alat Bantu : Cangkul, Sekop, Sendok Semen, Ember, Gerobak, Dll.
c) Persiapan Bahan
• Batu Kali
• Portland Cement ( PC )
• Pasir Pasang ( PP )
• Air Secukupnya
DAFTAR PERALATAN
Asal
No Uraian Jumlah Keterangan
Untuk menjamin mutu dan kualitas barang/material dan ketersediaan serta mobilisasinya di lapangan maka
sesuai kebijakan CV. SINAR KARYA BUANA perlu adanya seleksi dan evaluasi pada para calon distrubutor/
supplier
6.1. Penentuan Supplier Baru
Maksud
Untuk memastikan bahwa supplier dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
Uraian Prosedur
A. Pemilihan Supplier Baru
a. Setiap supplier baru harus dilakukan seleksi untuk memastikan bahwa supplier tersebut
dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
b. Bagian pembelian akan mencari data mengenai supplier tersebut mengenai Mutu Produk /
Jasa yang dihasilkan, Harga Jual dan waktu Pengiriman dan lainnya dengan menggunakan
formulir Seleksi Supplier.
c. Berdasarkan data yang ada, bagian pembelian bersama-sama dengan pihak/ bagian lain
yang terkait akan meninjau untuk memastikan kesesuaian dengan persyaratan atas kriteria
persyaratan yang telah ditetapkan.
d. Jika diperlukan, bagian pembelian akan meminta contoh produk dari supplier untuk
dilakukan pengujian/ inspeksi.
e. Untuk memastikan bahwa supplier tersebut dapat memenuhi persyaratan yang ada, bagian
pembelian bersama-sama bagian terkait dapat melakukan negosiasi dengan pihak supplier.
f. Peninjauan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan evaluasi supplier diatas dan hasilnya
dicatatkan dalam lembar evaluasi supplier dengan mencantumkan data-data supplier yang
ditinjau serta hasil kesimpulan dari peninjauan yang dilakukan.
g. Berdasarkan hasl peninjauan tersebut, maka Bagian Pembelian akan menentukan apakah
supplier dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
h. Bagian pembelian akan memberitahukan supplier yang terpilih kemudian melakukan proses
pembelian sesuai dengan Prosedur Pembelian yang ada serta memasukkan data supplier
tersebut kedalam Daftar Supplier.
B. Evaluasi Supplier
a. Evaluasi supplier dilakukan secara periodik setiap 1 (satu ) tahun sekali oleh bagian
pembelian, dengan menggunakan formulir Evaluasi Supplier.
b. Evaluasi dilakukan terhadap supplier yang tercatat dalam Daftar Supplier dengan melihat
catatan pembelian dan penerimaan barang dari supplier yang ada.
c. Penilaian dilakukan dengan kriteria :
d. Mutu produk/ jasa yang diterima sesuai dengan spesifikasi, berdasarkan hasil pemeriksaan
yang dilakukan QC atau pihak yang ditunjuk ataupun bukti lain seperti sertifikat produk atau
hasil uji/ tes produk dari supplier.
e. Harga yang diajukan supplier sesuai dan dapat disetujui oleh perusahaan.
f. Waktu pengiriman, yang sesuai dengan jadwal.
g. Waktu pembayaran, yang disepakati oleh kedua belah pihak.
h. Pelayanan, yang diberikan oleh supplier.
i. Kecepatan penanganan keluhan.Evaluasi dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap
kriteria tersebut diatas dengan nilai BAIK atau CUKUP atau KURANG, dan kemudian
menjumlahkan nilai dari masing-masing penilaian.
j. Supplier dinyatakan lulus evaluasi/ memenuhi syarat jika hasil penilaianya tidak memiliki
nilai KURANG untuk semua nilai yang ada.
k. Penilaian akan dicatatkan pada lembar Evaluasi Supplier yang mencantumkan data-data
supplier dan hasil penilaian serta kesimpulan yang diambil.
l. Supplier yang dapat memenuhi hasil penilaian pada point diatas akan digunakan kembali
untuk periode berikutnya dan dimasukkan dalam data Supplier.
m. Sedangkan supplier yang tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut tidak akan
dipergunakan untuk periode berikutnya dan dikeluarkan dalam data Supplier.
n. Berdasarkan data Evaluasi Supplier ini akan dikeluarkan satu daftar supplier yang baru
yang telah lulus evaluasi.
Pelaksana
Keterangan :
Spb = surat
spb
permintaan
tidak barang
Logistik
p.o. = purchase
order
Site
manager
ya
Logistik
p.o
Suplier
Lingkup
Meliputi seluruh personil dan bagian yang terkait dengan kegiatan pembelian jasa dan material.
Uraian
A. Pelaksana mengajukan permintaan barang (SPB) kepada bagian pembelian / logistik.
B. Bagian pembelian dengan persetujuan Site manager meminta acc kepada Project Manager.
C. Bagian pembelian / logistik mencari dan melakukan seleksi supplier.
D. Bagian pembelian / logistik membuat PO (Purchase Order)
E. Bagian gudang / logistik memeriksa apakah kualitas dan spesifikasi sesuai dengan pesanan.
Jika sesuai maka material atau alat dari supplier akan diterima dengan menggunakan form
penerimaan material.
F. Staff logistik mencatat material yang diterima ke dalam buku gudang.
G. Bagian pembelian menyerahkan nota pembelian kepada bagian keuangan, untuk diproses
pembayaran.
VII. RENCANA PENANGANAN MASA PEMELIHARAAN
Setelah masa pelaksanaan pekerjaan selesai dan telah diserahterimakan, kami akan tetap memelihara hasil
pekerjaan tersebut, sehingga pada akhir masa pemeliharaan tetap baik.
A. Pembenahan tetap terus dilakukan untuk menyempurnakan finishing hasil pekerjaan misalnya pengecatan,
plesteran, kebocoran genteng dan pembersihan ruangan atau hal – hal lain yang diakibatkan oleh kesalahan
atau kelalaian pada waktu pelaksanaan.
B. Pelayanan (service) apabila ada keluhan atau compalin dari pengguna maka dalam waktu 2 x 24 jam kami
akan datang ke lokasi ( response time 48 jam ) sejak keluhan atau complain dari pengguna kami terima
C. Pengecheckan berkala setiap 1 bulan sekali yang meliputi :
o Kebocoran-kebocoran baik dari hujan maupun instalasi pipa
o Listrik
D. Rapat secara berkala setiap 1 bulan sekali untuk membahas keluhan-keluhan yang timbul
E. PHO PHO atau penyerahan pertama dilakukan setelah pekerjaan selesai kemudian diadakan
pemeriksaan pekerjaan oleh Tim Pemeriksa. Pemeriksaan dari segi Fisik maupun segi Administrasi dan
dibuat Berita Acara Pemeriksaan
Setelah diadakan Penyerahan pertama kali ( PHO ),kemudian masih ada masa pemeliharaan dimana
akan direncanakan dalam masa pemeliharaan tersebut yaitu dengan :
o Mengadakan perbaikan-perbaikan pada bangunan yang pengerjaanya kurang sempurna dan ada
kerusakan
o Merencanakan perawatan terhadap bangunan tersebut selama masa pemeliharaan
Sebelum pekerjaan diserahkan untuk pertama kalinya, maka dalam rangka persiapan penyerahan langkah –
langkah yang perlu diperhatikan antara lain :
Finishing
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan merapikan atau menempatkan pekerjaan pada posisi yang
sebenarnya diantaranya adalah merapikan cat dinding, plesteran, pembersihan bangunan, dll.
As Built Drawing
Sementara pekerjaan perapian dilaksanakan, pekerjaan asbuilt drawing dilaksanakan dengan
berpedoman pada gambar pelaksanaan (shop drawing) sambil konsultasi dengan Direksi
Dokumentasi 100%
Setelah pekerjaan benar-benar selesai, pekerjaan dokumentasi untuk 100 % dilaksanakan dengan
pengambilan 3 (tiga) arah dalam 1 (satu) titik lokasi
Mutual Check 100
Mengadakan mutual check 100 (MC 100 %) antara penyedia jasa dengan pengguna jasa, untuk
mendapatkan pekerjaan yang sebenarnya dilaksanakan sesuai dengan gambar terpasang
F. FHO
FHO atau penyerahan Pekerjaan Untuk Terakhir kalinya dilakukan setelah pekerjaan pemeliharaan
selesai kemudian diadakan pemeriksaan pekerjaan oleh Tim Pemeriksa. Pemeriksaan dari segi Fisik
maupun segi Administrasi dan dibuat Berita Acara Pemeriksaan
Setelah diadakan Penyerahan untuk terakhir kalinya kali ( FHO ), pekerjaan yang diserahkan telah
disempurnakan untuk dapat diserahkan ke pihak pengguna sesuai dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya.
Untuk mencegah ketidaksesuaian pekerjaan terhadap RKS, maka proses pengendalian mutu pekerjaan
dilakukan mulai dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan tersebut.
Skemanya sebagai berikut :
1.INCOMING INSPECTION
Kriteria Penerimaan / Pengendalian Mutu Pekerjaan
1.FINAL INSPECTION
CARA KRITERIA / TOLERANSI ALAT YANG
JENIS FREKUENSI
PEMERIKSAAN STANDAR PENERIMAAN DIGUNAKAN
Sistem
Testing Visual Akhir
berjalan Visual
comisioning pemasangan
dengan baik
Fisik hasil cor Jika terjadi pecah
kolom tidak siku tidak sampai
Pengecoran Visual pecah & retak, mengurangi decking / Akhir bongkar Visual
hasil mulus terlihat begesting
Sistem
Testing Visual Akhir
berjalan Visual
comisioning pemasangan
dengan baik
Fisik hasil cor Jika terjadi pecah
kolom tidak siku tidak sampai
Plesteran Visual pecah & retak, mengurangi decking / Akhir bongkar Visual
hasil mulus terlihat begesting
MANAJEMEN MUTU
Sedangkan untuk system manajemen mutu dapat kami jelaskan dalam bentuk flow chart sebagaimana tersaji dalam lembar berikut ini
Pengalaman Pengawasan
Pengalaman Rekanan
PROSES INTI
COSTUMER COSTUMER
KONTRAK OPERASIONA
REQUIRME SATISFACTION
PROSES PENDUKUNG
PROSES KONTRAK
Keputusan
PENERIMAAN Dokumen Lelang PENINJAUAN Menawar MENYIAPKAN
DOKUMEN DOKUMEN LELANG DOKUMEN
PENAWARAN
Dokumen
Surat
Penawaran
Keputusan
Terseleksi
Pemenang
EVALUASI
PENAWARAN OLEH
PENGGUNA JASA
Tidak
Ijin Inspeksi?
SM Kontraktor
SM (Kontaktor)
SM + Staff Ahli + Direksi Lapangan + Konsultan Check List Request
SM (Kontaktor)
Penyimpanan Bukti-Bukti Pengesahan Inspeksi
SM (Kontaktor)
Site Manajer
Alat pemadam api ringan (APAR) selalu tersedia di lokasi pekerjaan, ditempatkan di lokasi yang mudah
terlihat dan mudah dijangkau. APAR di tempatkan di lokasi pekerjaan dengan tingkat resiko kebakaran tinggi.
2. Rambu-rambu K3
Rambu K3 dipasang di lokasi yang mudah terlihat, sehingga semua personil proyek, direksi dan pihak lain
yang berhubungan dengan proyek mengetahui secara pasti tingkat bahaya yang akan timbul bila tidak
memakai APD.
Instruksi keselamatan kerja berbentuk symbol atau peringatan kepada semua personil proyek, direksi dan
pihak lain yang berhubungan dengan proyek mengetahui secara pasti, kemana arah yang aman untuk
menyelamatkan diri, apabila terjadi bahaya/kecelakaan di lokasi pekerjaan.
4. Sarana Penunjang
Semua sarana penunjang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan semua personil proyek, direksi dan
pihak lain yang berhubungan dengan proyek selama proyek berlangsung
Alat Pelindung Diri (APD) harus selalu ada dan dipakai untuk melindungi keselamatan para pekerja ataupun
yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Lokasi Pekerjaan
1. Kerapian dan keamanan lokasi proyek atau lokasi pekerjaan harus selalu terpantau. Diharapkan ada petugas
keamanan atau jaga malam yang selalu siap berada di lapangan/lokasi kerja. Petugas jaga atau keamanan
dibekali dengan alat pendukung kerjanya agar supaya bisa selalu berkoordinasi dengan atasan atau yang
berwenang dalam lingkungan pekerjaan (koordinator pekerjaan).
2. Untuk menghindari hal lain dalam hal keselamatan kerja, selama waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
pekerja ataupun pelaksana pekerjaan dilarang merokok ataupun menyalakan sesuatu yang berpotensi
menimbulkan kebakaran.
Mekanisme
Semua pekerja dan pelaksana pekerjaan akan selalu di monitor setiap waktu untuk mengetahui situasi kerja dan
pengaturan pekerjaan. Dan setiap pekerja diwajibkan selalu menggunakan peralatan keselamatan sesuai
masing-masing pekerjaannya. Kantor lapangan diharapkan mengadakan mobilisasi kesehatan apabila terjadi
kecelakaan kerja di lapangan. Dan tentunya pelaksana pekerjaan sudah mengikutsertakan keselamatan kerja
pada asuransi tenaga kerja, sehingga dalam hal ini tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Diharapkan dengan diterapkannya sistem ini, keselamatan, keamanan dan kelangsungan pelaksanaan
pekerjaan bisa berjalan sesuai waktu pelaksanaan dan meminimalkan tingkat kecelakaan kerja di lokasi
pekerjaan. Untuk permasalahan yang mungkin timbul dilapangan yang tidak bisa diselesaikan , maka kami akan
meminta petunjuk kepada Direksi Pekerjaan untuk mengatasi kemungkinan tersebut.
1. KEBIJAKAN K3
1. Mematuhi persyaratan, Undang–Undang dan ketentuan lainnya yang relevan terkait dengan masalah K3.
2. Berusaha mengendalikan resiko K3 untuk menekan kecelakaan kerja.
3. Melakukan peningkatan perbaikan berkesinambungan terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
2. PERENCANAAN
a. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80%
c. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko pekerjaannya masing-masing
Program K3 :
a. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-rambu, Spanduk, Poster, Pagar
pengamar, Jaring pengaman, dsb) secara konsisten
b. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya
c. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan
d. Perencanaan Safety Plan
Membuat daftar material yang memerlukan penanganan khusus
Membuat daftar peralatan yang memerlukan penanganan khusus
Membuat daftar tenagakerja yangmemerlukan keahlian khusus
Membuat identifikasi sumber bahaya dan cara pencegahannya
Membuat Project Plan K3
Membuat program kebersihan dan Slogan 5R (RINGKAS, RESIK, RAPI, RAJIN, RAWAT)
Organisasi K3
Penanggung jawab K3
Emergency P3K
Kebakaran
BANGUN AGUS SOLECHAN MELDA KAWIMBANG
BAYU AGUNG PERMADI
TRAFFIC MANAGEMENT
Trafic Management merupakan pengelolaan symbol dan gambar untuk penerapan Standar Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini untuk meminimalisir kecelakaan kerja atau meminimalkan
resiko kecelakaan yang timbul akibat kelalaian salah satu personil proyek, pihak lain diluar proyek atau
karena bahaya dari luar (=gempa bumi, dll).
Dengan traffic manajemen yang baik, seluruh personil proyek tahu secara pasti mengenai arah evakuasi,
tempat evakuasi yang aman dan penunjuk arah untuk menghindar dari bahaya yang terjadi di lokasi
pekerjaan. Diharapkan dengan traffic manajemen yang baik, timbulnya korban jiwa bisa ditekan sekecil
mungkin atau bahkan tidak memakan korban (zero accident).
Simbol-simbol dan gambar yang menyangkut traffic management dipasang di lokasi yang mudah dilihat oleh
personil proyek, baik dari manajemen tertinggi sampai pekerja.
SAFETY SYMBOL
KLINIK PENGOBATAN
S DILARANG BERHENTI
ARAH AMAN KEBAKARAN
DILARANG MEMBUKA PANEL AREA WAJIB MEMAKAI TOPENG LAS
1. Mematuhi persyaratan, Undang–Undang dan ketentuan lainnya yang relevan terkait dengan masalah K3.
2. Berusaha mengendalikan resiko K3 untuk menekan kecelakaan kerja.
3. Melakukan peningkatan perbaikan berkesinambungan terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
4. Perlengkapan
1. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari bendabenda keras dab
tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung
tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang
seperti medorong gerobag cor secara terus-menerus dapat mengakibatkan lecet pada
tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobag.
2. Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah merupakan
keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar sesuai
peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas,
misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas.
Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah
yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
3. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-
pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi proyek
konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian
kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang
bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan
sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.
4. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi
perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa
terluka oleh bendabenda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka
sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
5. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi
yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang
terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan.
Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau
pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi
utama tali pengaman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat
bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower/ gedung bertingkat.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang
memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang,
bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi lokasi
proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang
merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong,
mengampelas, mengerut kayu.
9. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Apabila terjadi kebakaran di lokasi kerja, segera dilakukan tindakan dengan memadamkan alat
pemadam ringan sebagai tindakan awal. Jika tidak memadai, segera hubungi Pihak pemadam
kebakaran.
SCHEDULE KEGIATAN K3 :
PENUTUP
Peranan Metode kerja cukup penting karena akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan. Hal ini karena kemampuan kerja ( produktivitas ) antara tenaga manusia
( metode padat karya ) dengan peralatan ( metode mekanis ) akan sangat berbeda. Metode mana yang akan
digunakan, ini sangat tergantung pada kondisi yang ada dilapangan ( seperti ketersediaan tenaga kerja atau
peralatan ), apakah memungkinkan bila menggunakan peralatan besar, bisa dipilih tenaga kerja atau peralatan atau
kombinasi antara keduanya ( t. kerja dan peralatan ).Oleh karena kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat
umumnya adalah kegiatan yang sederhana, maka penentuan waktu tiap jenis kegiatan disarankan untuk dapat
dilakukan dengan cara perkiraan, dan sebaiknya dilakukan oleh orang yang mempunyai pengalaman seperti tukang
atau mandor bangunan agar taksiran waktunya lebih mendekati kenyataan dilapangan ( lebih realistis ). Namun
demikian, bila terdapat jenis kegiatan tertentu yang sulit dikerjakan oleh tenaga masyarakat maka boleh dikerjakan
dengan metode mekanis ( menggunakan peralatan ).
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai, penanggung jawab kegiatan di tingkat kabupaten wajib menyiapkan
dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan program pelaksanaan pekerjaan baik dari segi fisik maupun
keuangan. Laporan akan lebih informatif dan komunikatif bila dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi minimal
kondisi sebelum dan setelah kegiatan. Untuk terwujudnya pelaksanaan yang efisien dan efektif, setiap penanggung
jawab kegiatan menyusun rencana pelaksanaan kegiatan secara terinci.
Demikian metode pelaksanaan yang kami buat, agar pelaksanaan Pekerjaan PENINGKATAN JALAN
KUNTILI - KEMIRI TAHAP II dapat selesai tepat waktu dan mempunyai mutu yang terkontrol serta sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Metode Pelaksanaan ini, untuk itu kami sangat menerima saran dan kritik agar dapat menyempurnakan Metode
Pelaksanaan ini dan mengaplikasikannya di lapangan jika kami terpilih sebagai pemenang.