Kemudian program “wavetool” akan mengekstrak wavefrom event tersebut. Kita bisa memplot
waveform dengan program “mulplt”, seperti dalam gambar di bawah:
6. Setelah hasil detectionnya bagus, kita bisa mengekstrack semua waveform yang ada di
extract.batch, dengan command: “bash extract.batch”.
7. Selanjutnya, kita gunakan program “autoreg” untuk meregistrasi event (materi
pertemuan ketiga).
B. Waveform cross-correlation (wcc) untuk hypoDD.
Catatan: nomor event di dt.cc tidak sama dengan nomor event di file input filenr.lis atau corr.lis.
Karena di dt.cc, nomor event diurutkan berdasarkan origin time event, sedangkan di file input nomor
event diurutkan berdasarkan nama file saja. Untuk mengetahui nomor event yang digunakan di dt.cc,
kita harus mengkonversi katalog s-file ke format input hypoDD dengan program “nor2dd”.
ftp://ftp.geo.uib.no/pub/seismo/SOFTWARE/SEISAN/ALPHA/
Program ini memiliki beberapa perbedaan dengan nor2dd lama dalam SEISANv11:
• Konversi dua arah: format nordic ke hypoDD, dan sebaliknya (versi lama hanya bisa dari
nordic ke hypoDD).
• Nama stasiun maksimum lima karakter (versi lama hanya empat karakter).
Cara instalasi: pindahkan file nor2dd.for yang baru ke seismo/PRO. Hapus executable nor2dd yang lama.
Kemudian run “make nor2dd” atau jika tidak berhasil run “make all”.
C. Automatic magnitude calculation (AUTOMAG).
AUTOMAG: program untuk menghitung local magnitude dan moment magnitude secara otomatis.
1. Persiapan data: file katalog yang digabungkan ke dalam satu file (gunakan command “select” atau
“SELECT”). Dalam folder contoh (automag_example), file katalog input adalah: input_catalog.dat.
2. Atur parameter Q dan kecepatan seismik untuk perhitungan moment magnitude dalam file
SEISAN.DEF
a. Baris SPEC KAPPA adalah “near surface attenuation parameter”
b. Q di sini diformulasikan sebagai:
Q(f) = Q0 fα
• Baris “SPEC Q BELOW 1 HZ, P,S” adalah nilai α untuk frekuensi di bawah 1Hz.
• Baris SPEC MODEL adalah parameter nilai 1D untuk kecepatan seismik, Q (Q0p dan Q0s
(Q0) dan Qal (α) untuk gelombang P- dan S-, serta densitas
Parameter magnitudo lokal (ML) ada di baris RESET TEST (75) sampai (78):
Keterangan:
RESET TEST (75): konstanta yang dikalikan dengan amplitudo (nilai default=1)
ML diformulasikan sebagai:
4. Pastikan file instrument response sudah ada di working directory atau seismo/CAL.
5. Jalankan program automag:
6. Hasil automag adalah automag.out. File ini berisi katalog event + pembacaan amplitudo dan
spectral fitting. Nilai magnitudo sendiri belum dihitung. Untuk menghitung magnitudo, jalankan
program “hyp”:
D. Ekstraksi nilai rasio amplitudo SH/P secara otomatis untuk mekanisme fokus.
Dalam penentuan mekanisme fokus, kita bisa menggunakan rasio amplitudo SH/P untuk menkonstrain
solusi yang didapatkan dari first motion polarity. Pada prinsipnya, nilai amplitudo gelombang seismik
dikontrol oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah radiaton pattern. Pola radiation pattern ini
tergantung pada mekanisme sumber gempa:
(Sumber: Bormann et al. 2012; NMSOP)
Rasio dari amplitudo gelombang S (SH atau SV) dengan gelombang P dapat dihitung jika mekanisme fokus
diketahui. Teori lebih lanjut tentang metode ini dapat dipelajari dalam buku “Routine data processing in
earthquake seismology” (Havskov & Ottemöller, 2010): Chapter 7.
4. Selanjutnya pilih opsi “y” untuk menyimpan hasil pembacaan amplitudo P dan S, dan juga pilih
opsi “y” untuk memplot hasil pembacaan amplitudo:
5. Penentuan mekanisme fokus:
Dalam penentuan mekanisme fokus, ada tiga program yang terintegrasi di SEISAN: