Anda di halaman 1dari 6

Tutorial Automatic Processing dalam SEISAN

Hasbi Ash Shiddiqi (hasbi.shiddiqi@uib.no)

A. Continuous detection dengan program condet.


1. Waveform archive dan SEISAN.DEF (materi pertemuan keempat).
2. Parameter condet: condet.par (keterangan tentang parameter ada di manual SEISAN).
3. Jalankan program “condet” untuk detection per stasiun/channel.
4. Kemudian jalankan program “condet –net” untuk network detection. Network detection
ini akan menentukan apakah detection di tiap stasiun bisa dikategorikan sebagai event
atau tidak.
5. Hasil final program condet ada di file “extract.batch”. File ini berisi command untuk
mengekstrak waveform tiap event yang terdeteksi. Untuk mengecek hasilnya condet
tanpa harus mengekstrak semua event waveform. Kita bisa mencopy beberapa line di
extract.batch ke terminal, contohnya:

wavetool -arc -start 20060610014440.000 -duration 120.0 -wav_out_file SEISAN

Kemudian program “wavetool” akan mengekstrak wavefrom event tersebut. Kita bisa memplot
waveform dengan program “mulplt”, seperti dalam gambar di bawah:

6. Setelah hasil detectionnya bagus, kita bisa mengekstrack semua waveform yang ada di
extract.batch, dengan command: “bash extract.batch”.
7. Selanjutnya, kita gunakan program “autoreg” untuk meregistrasi event (materi
pertemuan ketiga).
B. Waveform cross-correlation (wcc) untuk hypoDD.

Silahkan pelajari file README dalam folder example_corr.

1. Persiapan katalog s-file yang dimasukkan dalam satu folder.


2. Buat list event yang akan dikorelasi dengan command “dirf *L.S*”.
3. Atur file input: corr.inp (keterangan tentang parameter ada di manual SEISAN).
4. Jalankan program “corr”.
5. Hasil wcc: dt.cc.

Catatan: nomor event di dt.cc tidak sama dengan nomor event di file input filenr.lis atau corr.lis.
Karena di dt.cc, nomor event diurutkan berdasarkan origin time event, sedangkan di file input nomor
event diurutkan berdasarkan nama file saja. Untuk mengetahui nomor event yang digunakan di dt.cc,
kita harus mengkonversi katalog s-file ke format input hypoDD dengan program “nor2dd”.

Tips: Program nor2dd terbaru ada di:

ftp://ftp.geo.uib.no/pub/seismo/SOFTWARE/SEISAN/ALPHA/

Program ini memiliki beberapa perbedaan dengan nor2dd lama dalam SEISANv11:

• Konversi dua arah: format nordic ke hypoDD, dan sebaliknya (versi lama hanya bisa dari
nordic ke hypoDD).
• Nama stasiun maksimum lima karakter (versi lama hanya empat karakter).

Cara instalasi: pindahkan file nor2dd.for yang baru ke seismo/PRO. Hapus executable nor2dd yang lama.
Kemudian run “make nor2dd” atau jika tidak berhasil run “make all”.
C. Automatic magnitude calculation (AUTOMAG).

AUTOMAG: program untuk menghitung local magnitude dan moment magnitude secara otomatis.

1. Persiapan data: file katalog yang digabungkan ke dalam satu file (gunakan command “select” atau
“SELECT”). Dalam folder contoh (automag_example), file katalog input adalah: input_catalog.dat.
2. Atur parameter Q dan kecepatan seismik untuk perhitungan moment magnitude dalam file
SEISAN.DEF
a. Baris SPEC KAPPA adalah “near surface attenuation parameter”
b. Q di sini diformulasikan sebagai:

Q(f) = Q0 fα

• Baris “SPEC Q BELOW 1 HZ, P,S” adalah nilai α untuk frekuensi di bawah 1Hz.
• Baris SPEC MODEL adalah parameter nilai 1D untuk kecepatan seismik, Q (Q0p dan Q0s
(Q0) dan Qal (α) untuk gelombang P- dan S-, serta densitas

3. Atur parameter untuk local magnitude di file STATION0.HYP:

Parameter magnitudo lokal (ML) ada di baris RESET TEST (75) sampai (78):

Keterangan:

RESET TEST (75): konstanta yang dikalikan dengan amplitudo (nilai default=1)

RESET TEST (76): parameter koreksi geometrical speading (a).

RESET TEST (77): parameter koreksi atenuasi (b).


RESET TEST (78): parameter base level (c).

ML diformulasikan sebagai:

ML = log(Amplitudo) + a log(jarak) + b.jarak + c

4. Pastikan file instrument response sudah ada di working directory atau seismo/CAL.
5. Jalankan program automag:

6. Hasil automag adalah automag.out. File ini berisi katalog event + pembacaan amplitudo dan
spectral fitting. Nilai magnitudo sendiri belum dihitung. Untuk menghitung magnitudo, jalankan
program “hyp”:

Hasil program “hyp” adalah hyp.out.

D. Ekstraksi nilai rasio amplitudo SH/P secara otomatis untuk mekanisme fokus.

Dalam penentuan mekanisme fokus, kita bisa menggunakan rasio amplitudo SH/P untuk menkonstrain
solusi yang didapatkan dari first motion polarity. Pada prinsipnya, nilai amplitudo gelombang seismik
dikontrol oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah radiaton pattern. Pola radiation pattern ini
tergantung pada mekanisme sumber gempa:
(Sumber: Bormann et al. 2012; NMSOP)

Rasio dari amplitudo gelombang S (SH atau SV) dengan gelombang P dapat dihitung jika mekanisme fokus
diketahui. Teori lebih lanjut tentang metode ini dapat dipelajari dalam buku “Routine data processing in
earthquake seismology” (Havskov & Ottemöller, 2010): Chapter 7.

Perhitungan amplitude ratio:

1. Buka event dengan command “eev”.


2. Pastikan lokasi hiposenter sudah akurat.
3. Ketik “ar” untuk menghitung amplitude ratio:

4. Selanjutnya pilih opsi “y” untuk menyimpan hasil pembacaan amplitudo P dan S, dan juga pilih
opsi “y” untuk memplot hasil pembacaan amplitudo:
5. Penentuan mekanisme fokus:

Dalam penentuan mekanisme fokus, ada tiga program yang terintegrasi di SEISAN:

• FOCMEC (ketik “f” dalam menu “eev").


• FPFIT (ketik “fp” dalam menu “eev")
• HASH (ketik “fh” dalam menu “eev")

Anda mungkin juga menyukai